• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Profil KH Husnu Ma’ad

RIWAYAT HIDUP KH HUSNU MA’AD

B. Latar Belakang Pendidikan

Kedua orang tuanya mempunyai pondok pesantren tetapi itu hanya untuk belajar memperdalam ilmu agama atau pesantern salaf. Sehingga di sekolahkan ke Sekolah Rakyat (SR) yang memang pada saat itu setaraf dengan Sekolah Dasar (SD) pada jaman Jepang. Sekolah SR dilaksanakan pada waktu pagi dan siangnya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur’an. Dan dilanjutkan menengah pertama yang pada saat itu di namakan sekolah Muallimin selama enam tahun yang setaraf dengan Tsanawiyah dan Aliyah.8

Hari-harinya dihabiskan belajar di pondok pesantren milik ayah angkatnya. Ia selalu mengasah kemampuannya dalam melantunkan baca Al-Qur’an. Ketika ayahnya sedang mengajarkan murid-murid dan ia pun ikut bergabung, duduk di tempat paling depan dekat ayahnya dan memperhatikan bagaimana cara mengeluarkan suara dan bernafas dengan baik. Selesai ayahnya melantunkan Al-Qur’an dan berkata, “ Siapa yang mau mencoba membaca?” Murid paling pertama yang mengancungkan tangan untuk membaca seperti ayahnya. Teman-temannya pun sangat senang apabila mendengarkan suaranya yang tinggi dan fasih.9

Kepercayaan ayah angkat Muhammmad Saleh, ia dimanatkan untuk memimpin Pondok Pesantren Darul Qur’an milik ayah angkatnya. Dan di samping itu ia mengajar di pondok pesantren ayah kandungnya bersama saudara misannya 7 Ibid 8 Ibid 9 Ibid

50

yaitu Mushtafa Faisal Hamid dan Muhammad Amin Hamid bersama-sama melanjutkan peninggalan Pondok Pesantren yang diwariskan kakeknya.10

Bakat yang cukup besar ia mencoba perlombaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat propinsi dan meraih juara pertama secara berturut-turut. Keberdaanya di dunia seni Al-Qur’an, sangat diperhitungkan oleh kalangan seni pencinta Al-Qur’an. Dan terakhir meraih juara Haflah Tilawatil Qur’an pada tahun 1956 se –Nusa Tenggara (Bali, NTB, dan NTT).11

Karena kesibukannya dalam mengembangkan seni Al-Quran, ia melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi yaitu Universitas Hasyim Asy’ari (UNHAS) Tebu Ireng – Jombang mengambil jurusan sastra Al-Qur’an. Waktu itu usianya sudah di bilang bukan usia mahasiswa. Ia tidak meneruskan kuliahnya tetapi satu leting saja, pada tahun 1960. Karena terbentur dengan mengajarnya di salah satu perguruan tinggi juga di Jombang dan ia mengajar seni Al-Qur’an.12

Ia pernah bekerja menjadi Penerangan Agama tahun 1958 Nusa Tenggara Barat. Dan aktif di organisasi NU NTB tahun 1960. Dalam kesibukannya bekerja ia tetap aktif mengikuti pelombaan-perlombaan MTQ dan mengajar seni baca Al-Qur’an.13

Pertama ia mengarang lagu sejak tahun 60-an sejak di rubah syair-syair para ulama dengan diiringi musik. Dalam hal ini yang sangat berjasa yaitu KH. Muhammad Siddiq yang pada saat sebagai Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU). Ia diberikan peluang dalam untuk mengadakan seminar, menyusun 10 Ibid 11 Ibid 12 Ibid 13 Ibid

51

buku, menggalakan ilmu dan budaya Islam hingga bakat ia sebagai pencipta lagu dapat dikembangkan.14

Pada tahun 1970, ia pulang - pergi Jakarta dan Jombang karena pekerjaan menjadi pengajar dan pelaku seni dalam mengembangkan qasidah, tausyiah dan musik Islam dan ia pun pernah bergabung bersama Asia Record dan musik Al-Badr Surabaya. Ia begitu bersemangat dalam menjalani itu semua karena cita-cita ia dapat diterima pencinta seni.15

Di Jakarta ia bergabung dengan LASQI (Lembaga Seni Qasidah Indonesia), dari sana mulailah ia lebih aktif menciptakan lagu-lagu baik bersyair Arabi maupun Indonesia. Ia begitu mengalir dalam menciptakan lagu karena pada saat itu ia diberi kepercayaan oleh LASQI untuk lagu-lagunya diproduksi. Ciptaannya ada yang dibuat untuk untuk dinyayikan orang lain dan ada juga yang dinyayikan sendiri.16

Sekarang tinggal di Limo-Depok bersama isteri dan anak-anaknya. Awal mula ia hijrah ke Limo yang bertemu dengan ustadz Jainudin, ia dikenalkan dengan tokoh ulama yang ada di Limo yaitu KH. Muhasyim. Semenjak perkenalan itu ia memulai mengajar bapak-bapak dan ibu-ibu untuk belajar ilmu Al-Qur’an, tafsir, fiqih, akidah, akhlaq dan bahasa Arab. Masyarakat pun senang karena baru pertama kali mereka belajar dengan orang yang membidangi itu semua.17 14 Ibid 15 Ibid 16 Ibid 17 Ibid

52

Dari pertemuannya dengan KH. Muhasyim, ia ingin berniat mendirikan pesantren yang pada saat itu belum ada di Limo. Tetapi karena banyak faktor niatnya pun tidak dapat terwujud. Walaupun itu ia masih tetap mengajar di ta’lim-ta’lim yang ada di Kecamatan Limo. Mulai dari sana beliau cukup dikenal oleh masyarakat Limo sebagai ustadz atau pengajar. Ia sangat karena kehadirannya dapat diterima walupun ia sebagai pendatang.18

Dengan berjalannya waktu ia bertemu dengan seorang perempuan yang sekarang menjadi isterinya yaitu Syarofah. Isterinya dalah seorang anak Kyai Muhasan yang sangat dikenal oleh masyarakat Limo. Ia pun bersyukur mendapatkan jodoh orang asli Limo dan dapat lebih banyak peluang untuk berdakwah.19

Dari pernikahannya ia mempunyai anak enam, tiga laki-laki, dan tiga perempuan yaitu, Himayatul Fittiah, Muhamaad Nabil, Nisfi Malihah, Mujahid dan sikembar Fatur dan Fattiah. Keluarganya pun sangat bahagia dengan anak-anak yang cantik-cantik, ganteng-ganteng dan pintar.20

Perlahan namun pasti ia dapat mewujudkan mendirikan pondok pesantren dengan bekerja sama salah satu donatur yaitu Bapak H. Dodi yang mewakafkan tempat untuk belajar. Pondok pesantren tersebut di pimpinnya yaitu Salafus-Salihin dan keluarganya bertempat tinggal didalamnya Pesantren itu bertujuan untuk masyarakat Limo yang ingin belajar khususnya anak-anak dan remaja. Disana masyarakat dapat belajar macam-macam ilmu Islam dan seni musik.21 18 Ibid 19 Ibid 20 Ibid 21 Ibid

53

Diusianya yang sudah 79 tahun, tetapi masih bersemangat untuk berdakwah dan berkarya. Bahkan masih diundang untuk menjadi juri MTQ dan qasidah di luar kota. Dan mengajar privat Group Musik Debu. Dari itu semua ia bersyukur karena dapat meneruskan cita-cita ayahnya dalam mengembangkan seni Al-Qur’an dan seni musik. Keberadaannya sekarang tidak lepas dari do’a dan bimbingan ayahnya yang sudah wafat.22

C. Karyanya

Karya-karya ia sudah banyak akan tetapi hanya beberapa saja yang ia ingat karena usianya yang sudah lanjut. Bebarapa kryanya antara lain:

1. Bebarapa lagu yang diciptakan untuk group gambus Al Badr, sejak tahun 70-an.

2. Album bersama Muksi Alatas, sejak tahun 70-an. 3. Album bersama Tsuraniyah, sejak tahun 70-an. 4. Album Solla Robbuna, sejak tahun 1979.

5. Menciptakan lagu-lagu qasidah yang sering digunakan LASQI sebagai lagu-lagu Festival Tingkat Nasional, sejak tahun 1970 dan di albumkan sejak tahun 2000.

6. Mengarang buku Teori Seni Suara dan Musik Islam yang akan diterbitkan.

7. Mengarang buku Zakat dan Humus (sedang diproses).

8. Mengarang buku Shalat Jum’at dan Masjid (sedang diproses).23

22

Ibid

23

54 BAB IV

PESAN DAKWAH DALAM LIRIK LAGU KH HUSNU MA’AD PADA

Dokumen terkait