• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Profil KH Husnu Ma’ad

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Dakwah

3. Materi Dakwah

menjadi pelita yang menerangi jalan dan menjadi standar untuk mengukur perilaku. Dengan begitu ia dapat mengenali rambu-rabu jalan dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya, dapat menentukan tujuan perjalanannya dan bisa mencari sarana-sarana yang untuk mengantarkannya pada tujuan tersebut. Dengan demikian ia bisa mengumumkan keridhaan bahwa Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, sehingga ia bisa merasakan manisnya iaman dan nikmatnya perjalannya. Lalu ia mampu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan serta bersabar dalam menghadpi ketentuan Allah.

3. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara utuh tidak dipotong-potong dalam menjalankannya. Ajaran Islam telah tertuang dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW, sedang pengembangannya kemudian akan mencangkup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua sumber pokok ajaran Islam itu.

Materi yang demikian luas sudah tentu memerlukan pemilihan yang cermat, disamping perlunya diperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Dalam penyampaian materi yang akan diberikan kepada masyarakat ada dua cara yaitu: Pertama Pendekatan Substansial, di mana para da’i setelah mengadakan pemilihan yang tepat dari ajaran Islam tersebut , maka substansi yang kita pilih itu kemudian harus dijabarkan secara substansial pula dengan baik, diperinci, dijelaskan, diterangkan maksud dan ditunjukan impelementasinya atau pelaksanaannya. Kedua Pendekatan Pragmatis, di mana materi dijabarkan sesuai dengan keperluan para peminat dakwah sendiri, disesuaikan dengan kehidupan

31

sehari-hari para audience itu, sehingga Islam itu dirasakan sebagai petunjuknya yang tepat untuk praktek dalam kehidupannya.10

Materi dakwah akan menyangkut juga dua hal penting, ialah sifat materi dan proses pengembangan materi.11

Sifat materi dakwah hendaknya diperhatikan beberapa hal dibawah ini: 1. Hendaknya materi itu berakar atau dapat dikembalikan kepada akarnya,

yakni ajaran Islam yang murni, dalam hal ini ialah kitabullah dan sunnah rasul.

2. Hendaknya materi mampu memberikan bahan atau pelayanan kemasyarakatan, mempunyai segi banyak, sesuai dengan keperluan hidupnya dan kemampuan penerimaannya.

3. Hendaknya materi berpusat pada hidup dan kehidupan manusia, sebab keberhasilan hidup inilah yang akan menentukan kondisi kebaikan duni dan akhirat.

4. Hendaknya materi mampu memberikan tuntunan “keselarasan, keseimbangan dan keserasian” dalam kehidupan manusia.

Proses pengembangan materi, maka perlu diperhatikan adalah:

1. Dapat menunjang dan menyempurnakan nilai sistem sosial para penerima dakwah.

2. Pemberian sarana pembantu terhadap materi dakwah itu sendiri.

3. Agar dakwah dengan materi yang diberikan itu terarah, hendaknya mempergunakan sistematika yang baik.

4. Perlu dibina kerjasama yang baik antar penerima dengan da’i dan masyarakat lingkungan.

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1. Masalah Aqidah

10

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1982), cet. ke-1, h. 94-95.

11

32

Aqidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh Rasulullah SAW.

Akidah secaraimologis berarti ikatan, dan angkutan. Secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.12

Akidah secara harfiah berarti “sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat”. Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam, yang mengandung penegertian “pandangan, pemahaman, atau ide yang diyakini kebenarannya oleh hati. Yakni diyakini kesesuaiannya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Denagan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat.

Akidah adalah masalah pokok karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Dari akidah inilah akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Dari akidah inilah yang akan membentuk moral manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah akidah atau keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan pengorbanan yang selalu menyertai setiap langkah dakwah. (Ali Yafi’e, Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, (makalah seminar), Jakarta, 1992.)

Pembahasan mengenai akidah Islam pada umumnya pada arkanul iman (rukun iman yang enam) antara lain:13

12

Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), cet. ke-4, h. 25

33 1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya 3. Iman kepada kitab-kitab-Nya

4. Iman kepada rasul-rasul-Nya 5. Iman kepada hari akhiarat 6. Iman kepada qadha dan qadar.

Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya.

2. Masalah syariah

Syariat secara etimologis berari jalan. Syariat Islam adalah satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antara manusia dalam alam lainnya.14

Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Dan Syari’ah ini bersifat sangatlah universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan non-Muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syari’ah ini maka tatanan sistem dunia akan

13

Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, h.44

14

34

teratur dan sempurna. Disamping syari’ah ini mengandung dan mencakup kemaslahatan social dan moral.

Kaidah syari’ah secara garis besar terbagi atas dua bagian besar, antara lain:15

1. Ibadah (dalam arti khusus) a. At-Taharah b. As-Shalat c. Az-Zakat d. Al-Hajj

2. Muamalah (dalam arti luas)

a. Al-Qununul Khas (hukum perdata) - Mu’amalah (hukum niaga) - Munahakat (hukum nikah) - Waratsah (hukum waris) - Dan lain sebagainya.

b. Al-Qanunul ‘am (hukum publuk) - Hinayah (hukum pidana) - Khilafah (hukum negara)

- Jihad (hukum perang dan damai) - Dan lain-lain

3. Masalah Akhlaq

Kata akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khuluqun” yang diartikan sebagai budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Kaliamt-kalimat tersebut memiliki segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khaqun” yang berarti pencipta, dan “makhluk” yang berate yang diciptakan. Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan ulama akhlak antara lain sebagai berikut:

1. Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

15

35

2. Ibnu Maskawih dalam kitabnya “tanzib al-akhlak, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran.

3. Al-Ghozali menyebutkan bahwa akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang, yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran.

Untuk itu salah satu materi dakwah Islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, di samping aturan legal formal yang terkandung dalam syari’ah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak. Dan oleh karena itu wilayah akhlak Islam memiliki cakupan yang sangat luas dengan keseluruhan ajaran Islam dan memiliki objek yang luas pula, sama luasnya dengan perilaku dan sikap manusia yang disadarinya. Karena ajaran Islam yang disampaikan oleh nabi secara total mengandung nilai akhlak terhadap Tuhan , diri sendiri, sesama manusia, dan alam sekitar. Semakin orang dekat dengan Tuhan maka semakin bagus juga akhlaknya.

Dan materi akhlak ini sangat luas sekali yang tidak saja bersifat lahiriyah tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia (agama) mencakup pada berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah, sehingga kepada sesama akhlak meliputi:

Pada garis besarnya akhlak Islam mencakup beberapa hal, antara lain:16 1. Akhalak manusia terhadap khalik

2. Akhlak manusia terhadap makhluk a. Akhlak terhadap manusia

1) Diri sendiri 2) Tetangga

3) Masyarakat lauas lainnya b. Akhlak terhadap bukan manusia

1) Flora 2) Fauna

16

36 3) Dan sebagainya 4. Media Dakwah

Media berasal dari bahasa Latin yaitu “median”, yang artinya alat perantara. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia media adalah alat (sasaran) komunikasi seperti majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk. Media merupakan jamak dari kata “media” tersebut.

Pengertian media secara istilah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.17

Media dakwah yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efesien. Media juga merupakan alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah ajaran Islam kepada mad’u.

Untuk mencapai sasaran yang tepat dan memperoleh tujuan yang dikehendaki, maka dakwah sudah tentu memerlukan alat dan saran, dalam pelayanan terhadap masyarakat yang akan mencakup seluruh segi kehidupannya. Sebab sebagai diterangkan, bahwa dakwah bukan sekedar menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain, akan tetapi mempunyai sasaran dan tujuan yang lebih jauh.

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern seperti: televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar. Pada Zaman modern ini dakwah memerlukan alat seperti

17

37

yang telah disebutkan, tujuannya supaya dakwah lebih efektif dan dapat diterima oleh berbagai kalangan.18

Sebenarnya media dakwah ini bukan saja peranan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu system, yang mana system ini terdiri dari beberapa komponen (unsur) yang komponen satu dengan lainnya saling kait mengkait, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibanding dengan komponen yang lain. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki asas efektfitas dan efisiensi, media dakwah menjadi tampak jelas fungsinya.

5. Metode Dakwah

Metode menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah cara, aturan yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Dari segi bahasa metode berasal dari dua yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).19 Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman Metodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.20

Di dalam Al Qur’an menjelaskan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:21

18

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah , (Jakarta: Logos,1997) cet-1,h.35

19

Ahm. Syafi’I Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya membingkai peradaban, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999) h. 15

20

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) cet. ke-1 h. 35

21

38 a. Al - Hikmah

Metode dakwah Al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.

Dapat dipahami bahwa Al-Hikmah adalah da’i memilah-milih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objekif mad’u. Memang tidak semua orang mampu meraih sukses. Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang layak mendapatkan hikmah Insya Allah juga akan berimbas kepada para mad’unya, sehingga mereka termotivasi untuk diri dan mengamalkan apa yang disarankan da’i kepada mereka.

Hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seoran da’i dalam berdakwah. Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis maupun praktis. Oleh karena itu, hikmah yang memiliki multi definisi mengandung arti dan makna yang berbeda tergantung dari sisi mana melihatnya.

b. Al-Mu’idzatil Hasanah

Mau’idzatil Hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan selamat dunia dan akhirat.

39

Jadi kalau dapat dipahami kesimpulan dari Mau’idzati Hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan kelembutan.

Dan apabila ditarik suatu pemahaman bahwa Mau’idzatil Hasnah merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan cara memberi nasihat.

Memberikan nasihat kepada manusia sesuai kadar akal yang dimiliki masing-masing. Maka tentunya kita harapkan orang yang mendengarkan nasihat kita berbuat amal shaleh yang bermafaat, dan terkadang pula dalam memberikan nasihat harus dengan motivasi dan ancaman-ancaman.

c. Al-Mujadlah Bi-al Lati Hiya Ahsan

Pengertian al-mujadalah sebagai metode dakwah yang disampaikan Allah dan disepakati oleh para ulama dan mufassir bukanlah menunjukan mujadalah yang dalam arti sebenarnya yaitu debat akan tetapi dalam konteks al-hiwar yaitu dialog.

Al-mujadalah dapat diartikan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergi, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Bagaimana pun bentuk lawan kita hadapi dengan bantahan yang baik akan tetapi disisi lain kita membantahnya dengan bantahan yang tegas dan lugas demi mematahkan pendapat lawan. Oleh karena itu Islam pun mengajarkan agar dalam mempergunakan dialog dapat terarah dan berhasil dengan baik, yaitu pihak lawan mau menerima terhadap argumen-argumen yang

40

kita berikan dan akhirnya merubah ataupun mengikuti terhadap dakwah yang kita sampaikan.

Jadi dapat diartikan al-mujadalah yaitu tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak, secara senergi yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Penyapaiannya dapat digolongkan menjadi lima, yakni:22

1. Lisan, termasuk dalam bentuk ini ialah khotbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, pidato-pidato radio, ramah tamah dalam anjang sana, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau suara.

2. Tulisan, dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan seperti: buku-buku, majalah, surat kabar, bulletin, risalah, kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk dan sebagainya. Dai yang spesial di bidang ini harus menguasai jurnalistik yakni keterampilan mengarang dan menulis.

3. Audio visual, yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk itu dilaksanakan dalam televisi, sandiwara, ketoprak wayang, VCD, dan lain sebagainya.

4. Akhlak, yaitu suatu cara penyampaian langsung ditunjukan dalam bentuk perbuatan yang nyata seperti: menziarahi orang sakit, kunjungan ke rumah atau bersilaturrahmi, pembangunan masjid dan sekolah, poliklinik, kebersihan, pertanian, peternakan dan lain sebagainya.

B. Musik

1. Pengertian Musik

Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan, juga musik merupakan nada atau suara

22

41

yang tersusun sedemikian rupa hingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan.23

Penulis menyimpulkan bahwa musik adalah seni mengkombinasikan irama dan nada, baik vokal (suara manusia), maupun (suara alat), di dalamnya termasuk melodi (rangkaian nada) dan harmoni (paduan suara) untuk mengungkapkan perasaan.

Musik sebagai salah satu karya seni yang dapat dipahami sebagai alat komunikasi, karena pada dasarnya musik adalah bahasa emosi. Seperti bahasa musik bertujuan untuk mengkomunikasikan makna. Seperti bahasa pula, musik mempunyai tata bahasa, bentuk kalimat dan retorika. Namun musik juga mempunyai perbedaan dengan bahasa. Jika kata-kata sifatnya konkret, maka nada bersifat cair dan tidak dapat diraba. Kata memberikan ide-ide pasti, sedangkan musik sulit dipahami oleh pikiran manusia. Karena sulit dipahami itulah, menyebabkan terjadi penerjemahan pesan dalam musik yaitu melalui lirik atau teks lagu.

Musik merupakan produk hati nurani manusia, menjadi bagian dari kehidupan manusia yang penuh dengan ide dan kemungkinan. Jadi sepertinya kehidupan sebagian besar dari manusia memang tidak bisa dipisahkan dari musik, terlebih lagi bagi anak muda atau paling tidak mereka yang berjiwa muda, dan juga usia tebilang tua ikut menikmati.

23

Depdikbud RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Perum Blai Pustaka,1998), h.602

42

Seni musik dan lagu sudah sejak zaman klasik sampai zaman modern mempunyai peranan menyampaikan dakwah dan pesan-pesan moral seperti dalam syai-syair, fuqoha, ahli sastra, melatu jawa dan sebagainya.

Dokumen terkait