• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Pengembangan Nuklir Iran

BAB II PROLIFERASI NUKLIR IRAN

II.1. Latar Belakang Pengembangan Nuklir Iran

Para pemimpin Iran telah berupaya untuk mengejar teknologi energi nuklir sejak tahun 1950-an, yang didorong oleh diadakannya perjanjian kerjasama nuklir di bawah program Atom for Peace tahun 1957.49 Upaya pertama Iran dalam memiliki program nuklir terjadi di pemeritahan Syah Reza Pahlevi, dan negara pertama yang membantu Iran dalam mengembangkan program nuklirnya adalah Amerika Serikat.50

Secara umum, evolusi program nuklir Iran dapat diidentifikasi melalui tiga tahap. Pertama, tahap ketergantungan Iran pada Barat ketika Iran masih menjadi

49 Greg Bruno,

Iran's Nuclear Program, Council on Foreign Relations, (2010).

50 Gawdat Bahgat, “Iranian Nuclear Proliferation: The Trans-Atlantic Division, Seton Hall Journal of Diplomacy and International Relation, (2004), 143.

sekutu Barat pada masa pemerintahan Syah Pahlevi. Pada tahap awal membangun program nuklirnya, Iran bergantung pada Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

Kedua, tahap ketika Iran berbalik arah dari negara-negara Barat. Pasca Revolusi Islam Iran tahun 1979, program nuklir Iran sempat terhenti dan negara-negara Barat menghentikan bantuannya terhadap program nuklir Iran hingga akhirnya Iran memutuskan untuk bekerja sama dengan Rusia, Pakistan dan Cina.

Ketiga, tahap dimana Iran sudah lebih mapan dan mandiri untuk menjalankan program nuklirnya tanpa bergantung dengan negara lain.

Tabel 2.1

Tahapan Program Nuklir Iran51

Tahap Pertama Tahun 1957-1979: Ketergantungan Iran terhadap Barat Tahap Kedua Tahun 1981-1998: Berpaling dari Bantuan

Barat

Tahap Ketiga Sejak tahun 1999: Kemandirian Iran

Pembelian reaktor riset dan HEU dari AS

Aktivitas nuklir dilanjutkan kembali setelah Revolusi Islam Iran

Iran memulai kontruksi reaktor air berat di Arak

Peminjaman uang ke Perancis untuk pembelian saham di pabrik pengayaan

Membeli uranium yang diperkaya dari Argentina

Iran menyelesaikan proyek Uranium Conversion Facility di Isfahan

Perjanjian dengan Jerman Barat untuk pembelian 6 reaktor

Perjanjian dengan Rusia untuk menyelesaikan pembangkit listrik di Bushehr

Iran membangun fasilitas pengayaan di Natanz dan Fordow

Dimulainya konstruksi pembangkit listrik di Bushehr

Perjanjian dengan Cina, dan kemudian melepaskan diri dari tekanan di bawah AS

Iran memperkaya uranium hingga tingkat 19,75%

Perjanjian dengan Perancis untuk pembelian 2 reaktor, dan merencanakan 6 reaktor lainnya

Rusia menyelesaikan konstruksi pembangkit listrik di Bushehr

51

27

AS menawarkan untuk fasilitas pengolahan dan pembangkit listrik

Rencanan Iran untuk

membangun pembangkit listrik (tenaga nuklir) secara mandiri

Upaya untuk mengamankan uranium di Iran dan di luar negeri

Pada tahun 1953, Amerika Serikat memainkan peran penting dalam kudeta menggulingkan Mohammed Mossadeq, yang kemudian membawa Syah Pahlevi berkuasa di Iran.52 Saat itu, Amerika Serikat yakin bahwa Iran di bawah kepemimpinan Mohammed Mossadeq akan jatuh ke tangan komunis, sehingga Presiden Eisenhower mendorong pasukan pro Amerika untuk menggulingkan Mohammed Mossadeq.

Sebagai efek dari Perang Dingin, bahkan sejak sebelum Syah berkuasa, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Truman sudah merangkulnya sebagai mitra penting dalam aliansi informal anti-Soviet di Timur Tengah.53 Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya berebut pengaruh, namun juga ladang minyak di Iran. Amerika Serikat sendiri pernah memberikan ancaman nuklir terselubung untuk Uni Soviet.54

Bantuan Amerika Serikat terhadap program nuklir Iran merupakan salah satu bentuk aliansi AS-Iran untuk membantu menyeimbangkan pengaruh Uni Soviet di kawasan Timur Tengah. Amerika Serikat membantu program nuklir Iran untuk menopang aliansi militer dengan Iran dan mempengaruhi kebijakan Iran pada harga minyak. Eksportir nuklir (negara-negara Barat) berharap bahwa

52The Robert S. Strauss Center.

Early US-Iran Relation,

https://strausscenter.org/hormuz/u-s-iran-relations.html diakses pada 17 Maret 2015. 53

Doughlas Little, Frenemies: Iran and America Since 1900, Vol. 4, Issue 8, (Mei 2011). 54

mereka pun dapat menuai keuntungan politik dan ekonomi dari bantuan nuklir yang diberikannya.55

Di bawah pemerintahan Syah Pahlevi, Iran merupakan sekutu Amerika Serikat dan negara Barat lainnya, serta sangat bergantung pada bantuan dan persenjataan Amerika Serikat. Pada saat itu, Amerika Serikat melihat Iran bukan sebagai ancaman sehingga Amerika Serikat bersedia membantu program nuklir Iran dengan menandatangani perjanjian kerjasama nuklir di bawah program Atom for Peace tahun 1957 pada masa pemerintahan Presiden Dwight Eisenhower, dan kemudian memberikan lima megawatt-thermal Tehran Research Reactor.56

Pada akhir tahun 1960-an, Atomic Center of Tehran University dan sebuah reaktor riset didirikan. Bahan bakar yang telah diperkaya dipasok oleh sebuah perusahaan Amerika bernama AMF.57 Pemerintah Syah kemudian mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 20 reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik.58

Sampai pada tahun 1979, Amerika Serikat tidak sendirian dalam memberikan bantuan, negara lain seperti Perancis dan Jerman juga berkontribusi dalam program nuklir Iran. Pada tahun 1974, Iran dan Perancis menandatangani perjanjian kerjasama 10 tahun untuk pembangunan lima reaktor nuklir dan total biaya dari perjanjian ini sekitar US$ 4 miliar.59 Kemudian, pada tahun 1976 Iran

55

Matthew Fuhrmann, America's Role in Helping Iran Develop its Nuclear Program, (2012), 2.

56 Fuhrmann,

America's Role,5.

57 International Atomic Energy Agency,

Communication dated 12 September 2005 from the Permanent Mission of the Islamic Republic of Iran to the Agency, 4. Tersedia di www.iaea.org. 58 International Institute for Strategic Studies (IISS), Iran’s Nuclear, Chemical, and

Biological Capabilities: A Net Assessment, (2011). 59

Uluslararasi Politika Akademisi, Nuclear Program of The Islamic Republic of Iran: A Comparison on Khomeini and Ahmadinejad Terms, (2012),

http://politikaakademisi.org/nuclear-29

membeli 10% saham di sebuah pabrik pengayaan uranium yang bernama Tricastin di Paris dan 15% saham di tambang uranium RTZ di Rossing, Namibia.60

Syah Pahlevi mendorong keras pengembangan dalam negeri terkait pengolahan penuh bahan bakar nuklir, khususnya kemampuan untuk memproses ulang bahan bakar bekas.61 Oleh karena itu, sebagai bagian dari rencana untuk memodernisasi Iran, Syah bertekad untuk memulai dan memperluas program nuklir dengan ambisius.62

Di samping perjanjian dengan negara-negara Barat, Iran membeli kue kuning (yellow cake) dari Afrika Selatan dan membiayai sebuah pabrik pengayaan disana. Pada tahun 1974, Atomic Energy Organization of Iran (AEOI) didirikan dan insinyur nuklir Iran dikirim ke luar negeri untuk melakukan pelatihan.63

Meskipun ada pernyataan bahwa program nuklir Iran di bawah Syah hanya untuk tujuan damai, beberapa sumber menyatakan bahwa Syah bermaksud untuk membangun senjata nuklir.64 Terlepas dari spekulasi tentang niat Syah dalam

program-of-the-islamic-republic-of-iran-a-comparison-on-khomeini-and-ahmadinejad-terms/ diakses pada 2 Maret 2015.

60 Oliver Meier,

Iran and Foreign Enrichment: A Troubled Model, The Arms Control

Association, (February 2006), 56.

61 Bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan proses transformasi inti berantai (www.batan.go.id); Proses pengolahan ulang bahan bakar bekas bertujuan untuk mengambil sisa bahan bakar fisi yang belum terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk selama proses pembakaran bahan bakar nuklir (www.batan.go.id); Abbas Milani, The Shah’s Atomic

Dreams, Foreign Policy 29 Desember 2010, http://foreignpolicy.com/2010/12/29/the-shahs-atomic-dreams/ diakses pada 20 Februari 2015.

62

Meier, Iran and Foreign Enrichment, 47. 63

Kue kuning atau yellowcake adalah sebutan untuk semacam bubuk uranium konsentrat yang diperoleh dari proses penghancuran bijih uranium secara mekanik, dan kemudian uranium dipisahkan dari mineral lainnya melalui proses kimia menggunakan asam sulfat. Hasil akhir dari

proses ini berupa konsentrat uranium oksida (U3O8) yang sering disebut kue kuning atau “Yellow Cake”. (United States Nuclear Regulatory Commission, Yellowcake, http://www.nrc.gov/reading-rm/basic-ref/glossary/yellowcake.html); Muhammad Sahimi, Iran’s Nuclear Program, Payvand, Iran News, (2003).

64

program nuklir, ketika AEOI dibentuk pada tahun 1974, Syah menyerukan untuk membuat seluruh kawasan Timur Tengah sebagai zona kawasan bebas senjata nuklir. Seruan ini menjadi tema yang mendasari kebijakan nuklir Iran di bawah rezim Islam.65

Namun, Revolusi Islam Iran tahun 1979 merupakan titik balik dalam program nuklir Iran. Program nuklir Iran sempat terhenti tak lama setelah Revolusi 1979. Banyak ilmuwan nuklir Iran meninggalkan negara tersebut setelah jatuhnya rezim Syah Pahlevi. Selain itu, pemimpin tertinggi Iran (Supreme Leader) pada saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, percaya bahwa senjata nuklir bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.66

Setelah kematian Khomeini pada tahun 1989, pemimpin tertinggi Iran yang baru, Ayatollah Ali Khamenei, memperluas kegiatan nuklir Iran.67 Pada pertengahan tahun 1980an, pemimpin Iran memutuskan untuk memulai kembali program nuklirnya. Tidak seperti pendahulunya, Ayatollah Ali Khamenei mempunyai pandangan yang lebih baik tentang energi nuklir dan teknologi militer, sehingga ia bertujuan untuk membangun kembali Program Teheran.68

Namun, Iran tidak dapat menggandeng kembali negara-negara Barat untuk membantu program nuklirnya. Hal ini disebabkan adanya tekanan dari Amerika Serikat. Pasca Revolusi Islam Iran, hubungan Iran dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, memburuk. Negara-negara Barat pun kemudian

65 Bahgat,

Iranian Nuclear Proliferation, 309. 66 Bahgat,

Iranian Nuclear Proliferation, 311. 67 Milani, The Shah’s Atomic Dreams.

68

31

membekukan perjanjian dengan Iran, serta menarik dukungan mereka untuk program nuklir Iran.

Siemens/Kraftwerk Union menghentikan pekerjaannya di Bushehr juga karena tekanan Amerika Serikat. Amerika Serikat sendiri memutuskan untuk menghentikan pasokan uranium weapon-grade69 yang digunakan sebagai bahan bakar untuk Tehran Research Reactor (TRR). Perancis juga mengubah sikapnya terhadap energi nuklir Iran.70 Sebagian besar perusahaan Barat menghentikan kerjasama dengan Iran terutama karena upaya politik oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Ronald Regan, untuk memaksakan embargo internasional tentang kerja sama nuklir dengan Iran.71

Hingga akhirnya Iran berkeinginan untuk bekerja sama dengan Rusia, Pakistan dan Cina yang kemudian menandatangani perjanjian-perjanjian.72 Iran menandatangani perjanjian kerjasama nuklir jangka panjang dengan Pakistan dan Cina masing-masing pada tahun 1987 dan 1990.73 Iran juga menandatangani perjanjian dengan Rusia pada tahun 1992.

Menarik untuk melihat hubungan Iran dengan Rusia. Sebelumnya Iran dan Rusia memiliki sejarah konflik yang panjang. Namun, kini Rusia menyambut Iran dengan membantu program nuklir Iran. Iran dan Rusia sama-sama menganggap

69

Uranium weapon-grade adalah uranium dengan pengayaan diatas 90%. Fisi uranium di senjata nuklir primer biasanya berisi 85% atau lebih 235U sehingga uranium weapon-grade dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. (www.batan.go.id)

70

Nuclear Energy, History: Post-Revolution Endeavors, http://nuclearenergy.ir/history/ diakses pada 5 Maret 2015.

71 The International Institute for Strategic Studies (IISS), IISS Dossier: Iran’s Strategic

Weapons Programmes-a net assessment, Routledge Taylor and Francis Group, (New York, 2005),

12.

72 Nicoleta Lasan, European Union’s Approach Towards The Iranian Nuclear Crisis: An

Interest-Driven Strategy Combined With The “Appropriate” Means, (Hungary: Central European University, 2007), 7.

73

Amerika Serikat sebagai saingan yang signifikan dan ancaman bagi keamanan jangka panjang mereka. Maka, Rusia memutuskan untuk terlibat dalam strategi menyeimbangkan (balancing strategy).74 Rusia telah membantu pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr senilai US$ 800 juta dan membantu para ilmuan Iran untuk memperoleh pengetahuan nuklir.75

Pasca Revolusi Islam Iran, Rusia melihat bahwa mustahil untuk membawa pengaruh komunisme di Iran, terutama karena adanya faktor relijius yang kuat di dalam masyarakat Iran. Rusia melihat resiko yang besar untuk melemahkan pemerintah Iran, di samping ada bahaya potensial jika Amerika Serikat menginvasi Iran.76

Namun, Rusia merasa bahwa Iran dapat mengancam keamanan dan kepentingannya dengan mempengaruhi masyarakat Muslim di kawasan Asia Tengah dan Kausasus. Akhirnya, Rusia memutuskan untuk membawa Iran ke arah kerjasama dan berharap bahwa hal tersebut akan menyebabkan Iran bergantung pada Rusia dalam jangka panjang, yaitu dengan membantu program nuklir Iran.77

Sementara Iran dan Cina sama-sama merasa bahwa mereka adalah dua peradaban besar yang telah menjadi korban imperialisme Barat.78 Sebelum tahun 1997, Cina telah menjadi mitra penting Iran dalam membantu Iran mengembangkan kemampuan nuklirnya. Kerjasama Iran dengan Cina dimulai pada tahun 1987 dan berlanjut selama sekitar 10 tahun. Kerjasama ini membantu

74 Ariel Cohen,

The Russian Handicap to U.S. Iran Policy, Jerusalem Issue Briefs, (2009), 35.

75

Global Security. Bushehr –Background,

http://www.globalsecurity.org/wmd/world/iran/bushehr-intro.htm diakses pada 12 Maret 2015. 76 Mahdi Ahouie, Iran’s relationship with China, India and Russia, (2015).

77

Cohen, The Russian Handica, 30. 78

33

kapabilitas pertambangan uranium Iran dengan menyediakan para pakar dan rancangan fasilitas pembangkit uranium hexaflourida.79

Banyak bagian dari program Iran, termasuk desain fasilitas uranium hexaflourida dan fasilitas reaktor air berat di Arak yang digunakan untuk memproduksi plutonium, dapat ditelusuri melalui adanya kerjasama dengan Cina dan Rusia pada tahun 1990an.80

Aliansi informal dari antara Iran dengan Rusia dan Cina hadir sebagai reaksi terhadap unilateralisme dan upaya aspirasi hegemoni global Amerika Serikat. Cina dan Rusia yang sama-sama memiliki hak veto dalam Dewan Keamanan PBB, memiliki konsistensi untuk menghambat upaya PBB dalam menghentikan program nuklir Iran.81

Kekhawatiran internasional atas kegiatan nuklir Iran semakin intensif pada tahun 2002 ketika kelompok oposisi Iran yang berbasis di Irak, National Council of Resistance in Iran (NCRI), mengungkap adanya dua fasilitas nuklir yang dirahasiakan, fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan pabrik produksi air berat di Arak. Hingga akhirnya di bawah tekanan dunia internasional, Iran kemudian menandatangani protokol tambahan, yang memberikan izin inspeksi kepada IAEA untuk memverifikasi bahwa Iran tidak membangun senjata nuklir.82

79 Eli Lake, Iran’s nuclear program helped by China, Russia, The Washington Times, 5 Juli 2011, http://www.washingtontimes.com/news/2011/jul/5/irans-nuclear-program-helped-by-china-russia/?page=all diakses pada 13 Maret 2015.

80 Lake, Iran’s nuclear program helped by China, Russia. 81

Cohen, The Russian Handicap, 37. 82

Gambar 2.2

Lokasi Penting Fasilitas Nuklir Iran83

Dokumen terkait