• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki beraneka ragam produk hortikultura, baik buah-buahan ataupun tanaman hias. Dewasa ini tanaman hias telah berhasil menjadi salah satu kebutuhan yang penting, hal ini berkaitan erat dengan keindahan dari tanaman hias itu sendiri.

Salah satu tanaman hias yang banyak disukai adalah jenis bunga, khususnya bunga potong. Hal ini dapat dilihat dari volume permintaan yang terus bertambah tiap tahunnya. Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat pendapat para petani bunga di Jakarta yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai komersial di Indonesia antara lain : anggrek, krisan (seruni), mawar, anyelir, anthurium, gladiol, gerbera, amaryllis, sedap malam, aster dan melati.

Pada perdagangan internasional tanaman hias, krisan merupakan komoditas bunga potong andalan yang penting. Pada tahun 2003, perdagangan komoditas krisan di Indonesia mengalami surplus sekitar US$ 1 juta. Ekspor komoditas krisan ke negara – negara tujuan seperti Hongkong, Jepang, Singapura dan Malaysia pun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, dan proyeksi ekspor tahun 2007 diperkirakan mencapai sekitar US$ 15 juta (BPS, 2005). Sekalipun demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan permintaan kebutuhan dunia. Negara – negara penghasil utama krisan seperti Jepang dan Belanda hanya mensuplai kurang dari 60% dan kontribusi negara penghasil krisan di Asia Tenggara seperti Indonesia hanya sekitar 10% dari total permintaan dunia. Dengan demikian peluang bisnis bunga krisan masih sangat menjanjikan. Peningkatan ekspor bunga krisan dengan mutu yang memadai ke pasaran internasional masih sangat terbuka lebar.

Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang sangat mempengaruhi harga jual bunga potong krisan. Banyak kasus menunjukkan bahwa bunga potong krisan yang dihasilkan oleh petani tradisional di Indonesia bermutu rendah. Hal ini berdampak terhadap harga jual bunga yang rendah dan tidak dapat menutup biaya produksi.

  2 Akibatnya, usahatani krisan menjadi tidak ekonomis dan tidak menguntungkan, sehingga banyak petani krisan mengalihkan usahanya pada bidang lain.

Mutu bunga krisan bergantung pada penampilan dan kesegarannya. Bunga krisan dengan mutu prima tentu mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga krisan berkualitas rendah. Untuk mempertahankan mutu sehingga tetap prima perlu dilakukan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai kepada konsumen. Salah satu perlakuan yang cukup penting adalah pengemasan selama transportasi. Untuk menghindarai kerusakan maka perlu dilakukan pengemasan terhadap bunga krisan. Sebelum dikirim ke konsumen, kuncup bunga krisan ditutup dengan kemasan primer yang terdiri dari berbagai bahan. Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh yang memiliki resiko kerusakan lebih besar, bunga krisan dengan kemasan primer harus dimasukkan kedalam kotak kardus. Untuk mengetahui mutu bunga krisan yang baik, terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk proses pemutuan, antara lain : warna bunga, diameter tangkai, diameter kuntum bunga setengah mekar dan tingkat kemekaran

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengembangkan teknik pengemasan primer untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe standar selama transportasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan

White Fiji tipe standar selama transportasi, melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Menentukan banyaknya bunga yang mengalami kerusakan mekanis selama proses

transportasi

2. Mempelajari pengaruh perlakuan jenis kemasan dan penyusunan bunga potong krisan selama transportasi

3. Menentukan jenis kemasan primer dan jumlah tumpukan bunga potong krisan yang paling baik.

  3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A Botani Tanaman Krisan

Krisan atau dikenal juga dengan sebutan bunga seruni, merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan secara komersial. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Timur tepatnya daratan Cina. Belum ditemukan data atau informasi yang pasti tentang kapan tanaman krisan masuk ke wilayah Indonesia. Namun beberapa literatur menunjukkan sekitar tahun 1800 krisan mulai ditanam di Indonesia dan sejak tahun 1940, krisan mulai dibudidayakan secara komersial sebagai tanaman hias. Beberapa daerah sentra produksi tanaman hias krisan di antaranya adalah Cipanas (Cianjur), Sukabumi, Lembang (Bandung), Bandungan (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), dan Brastagi (Sumatera Utara). Pada saat ini krisan telah dibudidayakan di daerah – daerah lain, seperti NTB, Sulawesi Utara, dan Sumatera Selatan.

Salah satu keunggulan bunga krisan dibandingkan bunga potong lainnya adalah tanaman krisan dapat diatur pembungaan dan masa panennya menurut kebutuhan pasar. Keanekaragaman varietasnya, baik dari segi bentuk maupun warna menjadikan bunga krisan begitu populer di kalangan pengebun, florist, hingga ke konsumen bunga.

Klasifikasi bunga krisan adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotiledonae Ordo : Asterales Famili : Asterales Genus : Dendranthema

  4 Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida yang berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas : a. Krisan lokal (krisan kuno)

Berasal dari luar negeri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indonesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contohnya

Chrysanthemum maximum berbunga kuning, banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

b. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)

Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah Chrysanthemum indicum hybr. Dark Flamingo, Chrysanthemum indicum

hybr. Dolaroid, Chrysanthemum indicum hybr. Indianapolis (berbunga kuning)

Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).

c. Krisan produk Indonesia

Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

  5 B. Budidaya Tanaman Krisan

Di Indonesia tanaman krisan tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim penghujan ataupun musim kemarau. Tanaman krisan merupakan tanaman yang membutuhkan banyak air untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan sehingga pembudidayaan krisan lebih banyak dilakukan di dalam bangunan tertutup (Greenhouse). Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman ini antara 700 – 1200 dpl sedangkan suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia berkisar antara 20-26°C. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi yaitu berkisar antara 90-95% untuk awal pembentukan akar dan bibit, sedang pada tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Pada tahap pembungaan, dibutuhkan cahaya yang lebih lama sehingga memerlukan bantuan cahaya dari lampu pada malam hari.

Krisan dibudidayakan pada tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.

C. Panen

Penentuan stadium panen adalah ketika bunga setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sediameter 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Perkiraan batang bunga krisan yang ditanam dengan jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha sebesar 800.000 tanaman.

  6 D. Pemutuan Bunga Krisan Potong

Pemutuan dalam pascapanen bunga potong krisan sangat penting karena berpengaruh besar terhadap harga, kualitas, dan penilaian konsumen. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian dan perhatian yang lebih dalam pelaksanaannya. Selain itu diperlukan juga fasilitas – fasilitas penunjang yang tepat.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) pengelompokan bunga Krisan dibagi menjadi empat kelompok mutu, yaitu AA, A, B, dan C (SNI 01-4478-1998). Pengelompokan ini berdasarkan atas panjang tangkai minimum, diameter tangkai bunga, diameter bunga setengah mekar, jumlah kuntum bunga setengah mekar pertangkai pada tipe ”spray”, kesegaran bunga, benda asing / kotoran, keadaan tangkai bunga, daun pada 2/3 bagian tangkai dan penanganan pascapanen minimum. Pengelompokannya bunga krisan dapat dilihat pada tabel 1.

  7 Tabel 1. Pengelompokan bunga krisan menurut Standar Nasional Indonesia.

No. Jenis Uji Satuan Kelas Mutu

AA A B C 1 Panjang tangkai minimum -tipe standard -tipe ”spray” *aster *kancing *santini cm cm cm cm cm 76 76 76 76 60 70 70 70 70 55 61 61 61 61 50 Asalan Asalan Asalan Asalan Asalan 2 Diameter tangkai bunga

-tipe standard, aster dan kancing -tipe santini mm mm >5 >4 4.1-5 3.5-4 3-4 3-3.5 Asalan Asalan 3 Diameter bunga setengah mekar -tipe standard -tipe ”spray” *aster *kancing *santini mm mm mm mm mm >80 >80 >40 >35 >30 71-80 71-80 >40 >35 >30 60-70 60-70 >40 >35 >30 Asalan Asalan Asalan Asalan Asalan 4 Jumlah kuntum bunga

½ mekar pertangkai

-tipe spray kuntum >6 >6 >6 Asalan

5 Kesegaran bunga segar segar segar Asalan

6 Benda asing / kotoran max

% 3 5 10 >10

7 Keadaan tangkai bunga Kuat, lurus, tidak pecah Kuat, lurus, tidak pecah Kuat, lurus, tidak pecah Asalan

8 Keseragaman kultivar Seragam Seragam Seragam Seragam 9 Daun pada 2/3 Bagian

Tangkai Bunga Lengkap dan seragam Lengkap dan seragam Lengkap dan seragam Asalan 10 Penanganan pascapanen Mutlak perlu

perlu perlu Asalan Sumber : Badan Standardisasi Nasional BSN

  8 E. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi dan memperpanjang umur produk yang dikemas. Pengemasan dideskripsikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melindungi suatu produk atau komoditas selama pengangkutan dari tempat produksi ke konsumen akhir atau dari tahapan produksi satu ke tahapan produksi yang lain atau selama pemasaran, sehingga produk atau komoditas berada dalam kondisi baik dengan harga semurah mungkin.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi dasar pengemasan adalah membangun ”jembatan” yang layak untuk mengizinkan pengangkutan produk dari produsen sampai ke konsumen akhir dengan selamat dan aman. Fungsi pengemasan yaitu :

Fungsi pengemasan menurut susunan lapisan pengemasan:

1.Pengemasan Primer, langsung mewadahi atau membungkus produk yang dikemas

2.Pengemasan Sekunder, berfungsi untuk melindungi kelompok kemasan lainnya 3.Pengemasan Tersier, berfungsi untuk melindungi produk selama pengangkutan

yang lebih dikenal sebagai kemasan distribusi. Fungsi pengemasan menurut sifat mutu performa :

1.Perlindungan terhadap produk 2.Pemasaran dan penjualan

3.Informasai tentang produk yang dikemas 4.Transportasi dan distribusi

Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi, produk – produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi serta gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh ke atas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dan menyatukan serta melakukan pengisian produk ke dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar.

  9 Pengemasan dapat mengurangi kehilangan lembab (pengurangan berat) dan dengan demikian mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan penghalang lengas uap air (Hardenberg, 1971 dalam Pantastico, 1975). Hal ini merupakan keuntungan utama dari pengemasan yang dapat pula memperpanjang umur ketahanan komoditi yang bersangkutan. Kehilangan air yang disusul dengan laju atau kisutnya komoditas, jelas merupakan sebab hilangnya kesegaran.

Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah - wadah yang dirancang dengan baik untuk melindungi barang dari kememaran, getaran, dan berat wadah - wadah lain yang ditumpuk diatasnya. Kemasan yang ideal meliputi pengisian yang padat namun rata bila wadahnya ditutup, dan dalam tumpukan wadah mempunyai kekuatan yang cukup untuk melindungi isinya dalam berbagai keadaan penanganan. Tiap wadah untuk pengiriman harus dirancang untuk memenuhi persyaratan khusus bagi komoditas yang bersangkutan. Dalam pengemasan, perlu diperhatikan pula arah penyusunan bunga dalam kemasan. Bunga harus disusun dengan bagian yang mempunyai kekerasan terbesar searah dengan arah getaran yang dominan selama pengangkutan.

Pengemasan bunga pada PT. AIBN dapat dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu pengemasan primer (pencontongan), untuk bunga tipe standar bertujuan untuk melindungi bagian petal bunga akibat gesekan dan meningkatkan ketahanan tangkai bunga terhadap penanganan yang dilakukan pada pascapanen seperti sortasi dan pengelompokkan serta distribusi. Ada beberapa macam jenis bahan kemasan primer yang dapat digunakan, seperti plastik, berbagai macam kertas dan net bunga dari jaring plastik. Tahap kedua yaitu pembungkusan (wrapping), bertujuan agar bunga menjadi tidak mudah bergerak sehingga kemungkinan tangkai bunga patah selama distribusi dapat dikurangi. Tahap ketiga adalah pengepakan yang bertujuan untuk mengurangi gerak bunga selama distribusi dan memudahkan penanganan selama distribusi. Pengepakan ini hanya dilakukan untuk pesanan – pesanan yang mempunyai jarak relatif jauh.

  10 Salah satu hal pokok yang membuat penanganan pascapanen bunga tidak optimal adalah variabel pembentukan harga. Dalam hal pengemasan, produsen – produsen bunga lebih senang menggunakan kemasan primer dari bahan buram, ataupun koran. Dari segi biaya, penggunaan bahan ini merupakan pilihan yang paling tepat. Hanya saja, belum dapat memastikan apakah kualitas dari bahan ini mempunyai hasil yang sama dengan bahan – bahan lain yang mempunyai harga lebih tinggi seperti HVS dan HDPE.

Batang bunga

a. b

Gambar 2. Pola penyusunan bunga dalam pick up Keterangan : a. Tampak depan

b. Tampak samping

Pengemasan bunga potong, selain sebagai alat yang berfungsi untuk mempertahankan kualitas produk dan menunjang kelancaran transportasi, juga berfungsi sebagai alat pemasaran yang cukup efektif. Menghadapi persaingan dalam industri bunga, kualitas bunga menjadi faktor penentu, sehingga diperlukan teknik penanganan bunga krisan yang tepat. Dengan demikian bunga tetap dalam kondisi prima sampai di tangan konsumen.

Dalam industri bunga, proses distribusi mempunyai peranan yang cukup penting. Proses ini meliputi aktivitas pengemasan, penanganan penggudangan, dan pengangkutan. Selama pendistribusian, kemasan dan produk mengahadapi sejumlah resiko kerusakan antara lain resiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban udara), resiko karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan, dan tekanan), serta resiko lainnya seperti infiltrasi mikroorganisme, pencurian dan kontaminasi (Pantastico,1975).

Mahkota bunga

Kemasan sekunder

  11 F. Bahan kemasan

1. Plastik

Plastik merupakan salah satu bahan kemasan yang terbuat dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan – bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat – sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasai, laminasi dan ekstrusi (Syarief, 1988).

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama – sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.

Beberapa jenis kemasan plastik yang paling dikenal adalah polietilen, polipropilen, poliester, nilon dan vinil film. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Pembuatan etilen, semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun sekarang dapat dibuat tanpa tekanan tinggi dengan reaksi sebagai berikut :

n (CH2 = CH2) (-CH2-CH2-CH2)n Etilen Polimerisasi Polietilen Berdasarkan densitasnya, maka plastik polietilen dibedakan menjadi : a. Polietilen densitas rendah (LDPE = Low Density Polyethylene)

LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan murah. Kekakuan dan kekuatan tarik LDPE paling rendah dibandingkan jenis plastik polietilen yang lain (Modulus Young = 20000 – 30000 psi dan kuat tarik 1200 – 2000 psi ). Titik lelehnya berkisar antara 105 – 115 °C. Mempunyai densitas 0.910 – 0.925 g/cm3.

b. Polietilen densitas medium (MDPE = Medium Density Polyethylen)

Lebih kaku dari LDPE dan mempunyai titik leleh lebih tinggi dari LDPE yaitu antara 115 – 125 °C. Mempunyai densitas 0.926 – 0.940 g/cm3.

  12 c. Polietilen densitas tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)

Dihasilkan dengan cara polimerisasi pada suhu dan tekanan rendah (10 atm dan 50 – 70 °C). HDPE lebih kaku dibandingkan LDPE dan MDPE, tahan terhadap suhu tinggi. Mempunyai densitas 0.941 – 0.965 g/cm3.

d. Linear- Low - Density Polyethylen (LLDPE)

Kopolimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana, sehingga mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak) yang teratur. LLDPE lebih kuat dari LDPE dan sifat heat sealing – nya juga lebih baik.

2. Kertas

Kertas merupakan bahan yang dihasilkan dari kompresi serat yang berasal dari pulp. Ada beberapa macam kertas yang sengaja dibuat sesuai dengan sifat dan karateristik yang diinginkan. Berbagai macam kertas ini dibuat menggunakan komposisi bahan baku dan bahan – bahan tambahan yang berbeda – beda. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis. Selain itu, banyak kegunaan lain dari penggunaan kertas, salah satunya adalah sebagai bahan kemasan. Tidak semua kertas dapat digunakan sebagai kemasan. Untuk menggunakan kertas sebagai kemasan harus diperhatikan sifat – sifat fisik kertas itu sendiri. Sifat – sifat tersebut diantaranya adalah ketahanan tarik, kekuatan tarik, ketahanan gesek, ketahanan sobek, daya regang, daya serap air dan beberapa sifat fisik lainnya (Hambali, 1990).

Di perusahaan – perusahaan besar di Indonesia, bahan kemasan primer untuk bunga potong krisan umumnya menggunakan kertas HVS. Salah satunya adalah PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN). Kemasan primer ini digunakan karena mempunyai kekuatan dan tampilan yang cukup baik. Hanya saja tidak semua produsen bunga potong krisan menggunakan kertas HVS sebagai kemasan primernya. Kebanyakan petani bunga, masih menggunakan kertas koran atau buram sebagai bahan kemasan. Hal ini dilakukan untuk menghemat pengeluaran.

  13 G. Transportasi

Teknik transportasi merupakan penerapan dari sains dan matematika dimana sifat – sifat zat dan sumber – sumber energi alami dipakai untuk mengangkut penumpang dan barang dengan cara yang berguna bagi manusia. Pengangkutan juga diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Pekerjaan pengangkutan ini dilakukan pada saat membawa bunga dari lahan ke gudang penampungan dan dari lokasi penampungan menuju ke konsumen. Di bawah kondisi tropika terjadi kerugian – kerugian yang besar pada beberapa titik dalam urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan – kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, penggunaan wadah – wadah untuk pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai (Pantastico, 1975).

Pengangkutan melalui jalan darat adalah yang paling utama di negara – negara berkembang di daerah tropika. Pelaksanaannya memungkinkan adanya keluwesan yang besar, sesuai untuk pengangkutan jarak dekat. Pengangkutan jarak dekat sangat bergantung pada kondisi jalan, pelayanan pengangkutan yang ada, dan organisasi perusahaan – perusahaan pengangkutan. Jalan – jalan kecil mungkin tidak dapat dalam bulan – bulan dengan banyak hujan, dan jembatan – jembatan mungkin menjadi kurang aman. Dengan jalan – jalan semacam itu selalu ada kemungkinan terjadinya kemacetan. Akibatnya terjadi kelambatan dalam pemasaran dan komoditi akan menjadi rusak (Holsten, 1969 dalam Pantastico, 1975).

Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan berpenampilan bagus maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat. Faktor yang perlu diperhatikan yaitu bahan kemasan, suhu udara selama pengangkutan dan susunan kemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana pengangkutan biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur suhu udara.

  14 III. METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait