• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bunga potong krisan

White Fiji kualitas A yang mempunyai tingkat kerusakan 0 % (tidak ada). Pengukuran tingkat kerusakan mekanis hanya dilakukan setelah transportasi. Dua hal yang mempunyai pengaruh besar dalam tingkat kerusakan mekanis bunga adalah adanya getaran dan tekanan terhadap bunga pada saat transportasi berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya tumpukan yang ikut mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis bunga. Selain itu, kondisi jalan buruk yang mengakibatkan terjadinya goncangan – goncangan pada kendaraan. Goncangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya benturan antar bunga sehingga dapat mengakibatkan kerusakan.

Kerusakan – kerusakan yang timbul akibat transportasi pada bunga adalah luka memar karena tumbukan, disebabkan kerena jatuhnya produk, baik secara langsung maupun dalam kemasan ke permukaan keras. Luka ini mungkin saja tidak terlihat di permukaan komoditi, sehingga diperlukan pengontrolan yang sangat teliti untuk mendapatkan kualitas yang sangat baik. Yang kedua adalah luka memar karena getaran, terjadi karena packing yang tidak sesuai ataupun karena pengisian yang berlebihan. Yang terakhir adalah luka memar atau lecet karena getaran, yang diakibatkan karena kurangnya penanganan dalam packing yang menyebabkan mudahnya luka atau lecet pada bunga. Luka atau kerusakan akan semakin banyak bila permukaan kemasan kasar.

Berbagai kerusakan pada bunga juga diakibatkan karena perlakuan – perlakuan yang kurang teliti dan kurang hati – hati dari karyawan yang berlangsung selama proses pascapanen. Sebagai contoh adalah kegiatan bongkar muat bunga yang terjadi sebelum dan setelah transportasi. Tidak jarang, timbulnya rontok daun dan rontok mahkota terjadi pada kegiatan ini.

  24 Di dalam penelitian, kerusakan mekanis yang diamati pada bunga adalah patah batang, rontok daun dan rontok mahkota. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase kerusakan pada tiap – tiap perlakuan bunga setelah proses transportasi. Hasil persentase kerusakan bunga dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai persentase rata – rata tingkat kerusakan mekanis setelah transportasi. Perlakuan

Jenis kerusakan (%)

Total (%) Patah batang Rontok daun Rontok mahkota

A1B1 0 3.33 0 3.33 A1B2 1.11 7.78 1.11 9.99 A2B1 0 4.44 1.11 5.55 A2B2 1.11 5.56 0 6.67 A3B1 0 4.44 1.11 5.55 A3B2 1.11 11.1 2.22 14.44 A4B1 0 3.33 4.45 7.78 A4B2 0 6.67 3.33 10.00 Keterangan :

A1 = kemasan primer dengan kertas HVS B1 = 15 tumpukan A2 = kemasan primer dengan plastik HDPE B2 = 25 tumpukan A3 = kemasan primer dengan kertas koran

A4 = kemasan primer dengan kertas buram

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kerusakan mekanis bunga potong krisan yang tinggi terjadi pada kemasan primer kertas koran dengan rata – rata kerusakan sebesar 9.99%. Hal ini terjadi karena kertas koran mempunyai ketebalan yang tidak cukup kuat untuk menahan besarnya tekanan dan getaran yang terjadi selama proses transportasi berlangsung. Dari tabel juga dapat terlihat bahwa jenis kerusakan terbesar diakibatkan karena adanya rontok daun. Sedangkan kerusakan mekanis patah batang pada bunga mempunyai persentase kerusakan yang paling kecil.

  25 95 96 97 98 99 100

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 perlakuan B ung a ut uh ( % )

Sebelum transportasi Setelah transportasi

1. Patah batang

Patah batang ditandai dengan patahnya batang bunga. Dari hasil pengamatan setelah proses transportasi, didapatkan banyaknya bunga yang mengalami patah batang masing – masing 1 buah pada ulangan 1 dan ulangan 3. Pada ulangan 2 tidak terdapat bunga yang mengalami patah batang. Bunga dengan kualitas mutu A mempunyai batang yang kokoh dan kuat sehingga tidak mudah patah pada perlakuan pascapanen.

Gambar 8. Banyaknya bunga yang tidak mengalami patah batang selama proses transportasi.

Analisis sidik ragam pada tabel 3 menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan, ataupun interaksi kemasan dan perlakuan terhadap kerusakan mekanis patah batang pada bunga. Dari uji lanjut Duncan (lampiran 7) juga menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh tiap – tiap perlakuan terhadap kerusakan patah batang. Kerusakan mekanis patah batang pada bunga lebih disebabkan pada penempatan bunga pada kemasan, di atas, tengah ataupun bawah. Perlakuan yang paling optimum untuk mengurangi kerusakan patah batang pada

  26 bunga adalah kemasan HVS dengan 15 tumpukan sedangkan perlakuan paling buruk adalah kemasan koran dengan 25 tumpukan.

Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan patah batang pada bunga.

Sumber keragaman Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat

tengah F hitung F tabel

Kemasan 1.852 3 .617 .667 3.24 Tumpukan 1.852 1 1.852 2.000 4.49 Kemasan * tumpukan 1.852 3 .617 .667 3.24 Galat 14.815 16 .926 Total 20.370 23 α = 0.05 * = Berpengaruh nyata 2. Rontok daun

Rontok daun adalah cacat bunga yang paling sering dijumpai dalam industri bunga potong. Kerusakan ini ditandai dengan lepasnya daun dari tangkai / batang bunga. Hal ini diakibatkan karena sebagian daun tidak terlindungi secara langsung oleh kemasan primer. Sebagian produsen bunga terutama petani – petani bunga, tidak begitu memperdulikan kondisi daun pada bunga karena fokus mereka adalah melindungi mahkota bunga. Sebaliknya, kondisi dan kesegaran bunga merupakan hal yang sangat penting dalam industri bunga.

Dari hasil pengamatan yang disajikan pada gambar 9 dapat dilihat bahwa semua bunga mengalami rontok daun setelah proses transportasi berlangsung. Selain itu, juga terlihat bahwa bunga dengan perlakuan 25 tumpukan mempunyai persentase kerusakan lebih tinggi dibandingkan bunga dengan perlakuan 15 tumpukan dengan kemasan yang sama. Kerusakan terkecil terjadi pada perlakuan kemasan HVS dengan 15 tumpukan (96.67 % utuh) sedangkan kerusakan terbesar terjadi pada perlakuan kemasan koran dengan 25 tumpukan (88.89 % utuh).

  27 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 perlakuan bu nga ut uh ( % )

Sebelum transportasi Setelah transportasi

Gambar 9. Banyaknya bunga yang tidak mengalami rontok daun selama proses transportasi.

Analisis sidik ragam pada tabel 4 menunjukkan adanya pengaruh perlakuan tumpukan terhadap kerusakan rontok daun pada bunga. Dari uji lanjut Duncan (lampiran 8) diketahui bahwa kemasan kertas HVS dan buram 15 tumpukan berpengaruh nyata terhadap kemasan koran dengan 25 tumpukan. Kemasan HVS dan buram mempunyai kekakuan dan kekuatan untuk menahan getaran dan tekanan yang lebih besar dibandingkan kemasan HDPE dan koran. Dari kedelapan perlakuan yang diberikan, 4 perlakuan terbaik merupakan perlakuan dengan 15 tumpukan, sedangkan perlakuan dengan 25 tumpukan berada di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya persentase rontok daun berbanding lurus dengan banyaknya jumlah tumpukan selama proses transportasi berlangsung. Semakin banyak tumpukan, maka bunga yang mengalami kerusakan rontok daun akan semakin besar. Susunan vertikal dalam kemasan menyebabkan bunga krisan yang berada pada lapisan bawah banyak mengalami luka memar dan mengakibatkan kerontokan daun. Dari lampiran 18 terlihat bahwa banyaknya bunga yang mengalami rontok daun terjadi pada tumpukan bunga di bagian bawah.

  28 Evaporasi akan menyebabkan berkurangnya air dalam bunga potong. Kehilangan air hingga 10% atau lebih akan menyebabkan daun layu dan menurunnya mutu bunga. Evaporasi akan meningkat bila suhu lingkungan tinggi dan kelembapan udara di sekitar bunga relatif rendah (Soekartawi 1996). Proses transportasi yang dilakukan pada siang hari mengakibatkan pangkal bunga menjadi kering dan mempercepat terjadinya kerontokan daun.

Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan rontok daun pada bunga.

Sumber keragaman Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat

tengah F hitung F tabel

Kemasan 31.463 3 10.488 .781 3.24 Tumpukan 90.715 1 90.715 6.759* 4.49 Kemasan * tumpukan 24.059 3 8.020 .598 3.24 Galat 214.741 16 13.421 Total 360.978 23 α = 0.05 * = Berpengaruh nyata

  29 93 94 95 96 97 98 99 100 101

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 perlakuan B unga ut u h ( % )

Sebelum transportasi Setelah transportasi 3.Rontok mahkota

Rontok mahkota ditandai dengan terlepasnya mahkota bunga dari tempat semestinya. Kerontokan terjadi karena kurangnya air yang mengalir ke mahkota akibat tersumbatnya pembuluh tangkai sehingga tidak ada ketegaran pada bunga. Hanya saja, dalam kasus ini (transportasi) kerontokan bunga lebih disebabkan karena pengaruh kontak antar kemasan primer, maupun antar kemasan primer dengan sekunder. Selain itu, kondisi jalan yang buruk juga ikut menentukan banyaknya bunga yang mengalami kerontokan mahkota. Pengaruh goncangan yang besar akibat buruknya jalan mengakibatkan beberapa kemasan primer pada bunga terlepas / melorot sehingga kontak langsung antar mahkota tidak dapat terhindarkan.

Banyaknya bunga yang mengalami rontok mahkota tidak dipengaruhi oleh banyaknya tumpukan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan yang disajikan pada gambar 10. Dari gambar 10 terlihat bahwa pada kemasan HDPE, bunga dengan perlakuan 15 tumpukan mempunyai persentase kerusakan lebih tinggi dibandingkan bunga dengan perlakuan 25 tumpukan.

Gambar 10. Banyaknya bunga yang tidak mengalami rontok mahkota selama proses transportasi.

  30 Analisis sidik ragam pada tabel 5 menunjukkan adanya pengaruh perlakuan kemasan terhadap kerusakan rontok mahkota pada bunga. Dari uji lanjut Duncan (lampiran 9) diketahui bahwa kemasan buram 15 tumpukan berbeda nyata terhadap tujuh perlakuan lainnya.Perlakuan A1B1 (HVS, 15 tumpukan) dan A2B2 (HDPE, 25 tumpukan) mempunyai tingkat kerusakan 0 (100 % utuh). Sedangkan tingkat kerusakan tertinggi terjadi pada perlakuan buram dengan 15 tumpukan.

Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan rontok mahkota pada bunga.

Sumber keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat

tengah F hitung F tabel

Kemasan 56.967 3 18.989 4.557* 3.24 Tumpukan .463 1 .463 .111 4.49 Kemasan * tumpukan 5.093 3 1.698 .407 3.24 Galat 66.667 16 4.167 Total 129.189 23 α = 0.05 * = Berpengaruh nyata

Mahkota bunga bersentuhan langsung dengan kemasan primer. Untuk menghindari luka, memar ataupun kerontokan pada mahkota maka diperlukan kemasan yang mampu melindungi mahkota bunga secara optimum. Untuk itu diperlukan bahan kemasan dengan tahanan gesek yang tinggi. Ketahanan gesek menunjukkan seberapa kuat bahan kemasan digesek dengan beban tertentu sehingga rusak. Gaya gesek pada permukaan kasar lebih besar dibandingkan dengan gaya gesek pada permukaan licin. Plastik HDPE dan kertas HVS mempunyai ketahanan gesek yang besar dibandingkan kemasan koran dan buram. Kemasan yang licin pada HVS dan plastik HDPE membuat kemasan lebih tahan terhadap gesekan. Selain ketahanan gesek, plastik HDPE juga mempunyai kekuatan tarik yang paling baik dibandingkan kemasan lainnya.

Plastik dan kertas mempunyai daya serap air yang berbeda. Pada saat pengamatan setelah transportasi berlangsung, dapat terlihat bahwa kemasan kertas koran mengalami kerusakan (sobek) yang paling besar. Kerusakan tersebut diakibatkan karena koran mempunyai daya serap air yang tinggi. Proses evaporasi

  31 bunga selama transportasi mengakibatkan koran menjadi basah dan mudah mengalami kerusakan. Berbeda halnya dengan kemasan HDPE, kemasan ini mempunyai daya serap air yang rendah sehingga tingkat kerusakan dapat ditekan.

B. Pengukuran Parameter Fisik

Dokumen terkait