• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Teknik Pengemasan untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Teknik Pengemasan untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG

KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

Oleh :

FUAD ARIESTYADI F14103063

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN

WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fuad Ariestyadi

F14103063

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN

WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fuad Ariestyadi

F14103063

Dilahirkan pada tanggal 8 April 1985 Di Magelang, Jawa Tengah Tanggal lulus :

Menyetujui, Bogor, Agustus 2007

Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(4)

RINGKASAN

Fuad Ariestyadi. F14103063. Pengembangan Teknik Pengemasan Untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr.

Bunga krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu komoditas florikultura yang cukup diandalkan di Indonesia. Saat ini produksi bunga krisan di Indonesia selalu mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah devisa yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, kenaikan produksi masih menyisakan peluang yang cukup besar untuk bergerak di industri bunga krisan, dikarenakan permintan bunga krisan di pasaran dunia cukup tinggi. Menghadapi persaingan dalam industri bunga krisan, kualitas bunga menjadi faktor penentu sehingga dibutuhkan teknik penanganan bunga krisan yang tepat agar mutu bunga segar dapat dipertahankan selama mungkin. Penanganan pascapanen yang kurang tepat pada bunga yang akan dipasarkan merupakan salah satu kendala dalam menjamin mutu bunga diterima baik domestik maupun ekspor. Seringkali, komoditas mengalami penurunan kualitas atau kerusakan fisik setelah tiba di tangan konsumen. Kerusakan fisik ini terjadi selama proses transportasi berlangsung. Perhatian utama dalam proses transportasi adalah adanya getaran dan tekanan. Kedua hal ini merupakan penyebab utama kerusakan fisik pada bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan perlakuan kemasan dan tumpukan yang tepat.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengembangkan teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe standar selama transportasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe standar selama transportasi, melalui beberapa tahapan sebagai berikut : Menentukan banyaknya bunga yang mengalami kerusakan mekanis selama proses transportasi, mempelajari pengaruh perlakuan jenis kemasan dan penyusunan bunga potong krisan selama transportasi serta menentukan jenis kemasan primer dan jumlah tumpukan bunga potong krisan yang paling baik.

Penelitian berlangsung dari bulan April sampai Mei 2007 di PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN) Cipanas, Jawa Barat dan perusahaan rekanan PT. AIBN yaitu Bunga 5 Benua (B5B) yang berlokasi di Jakarta. Bahan baku yang digunakan adalah bunga potong krisan White Fiji tipe standar grade A yang diperoleh dari PT. AIBN. Bunga yang digunakan mempunyai tingkat kerusakan 0 %. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, jangka sorong digital, bak air, mistar, gunting bunga dan alat tulis. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini hanyalah kemasan primer yaitu kertas HVS, plastic HDPE, kertas Koran dan kertas buram. Bunga yang telah dikemas dengan kemasan primer (pencontongan di lahan) selanjutnya dibungkus dengan kertas HVS dimana satu ikatan bunga berisi 10 potong bunga krisan.

(5)

bunga dan bobot bunga. Setelah proses transportasi berlangsung, dilakukan penghitungan kerusakan fisik dan pengukuran akhir parameter fisik bunga. Perubahan yang terjadi selama proses transportasi dianalisis menggunakan software SPSS dan Microsoft Excell.

Pada tingkat kerusakan bunga, menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan ataupun interaksi kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan patah batang, adanya pengaruh perlakuan tumpukan terhadap kerusakan rontok daun dan adanya pengaruh perlakuan kemasan terhadap kerusakan rontok mahkota. Tingginya tingkat kerusakan bunga diakibatkan karena tingginya kerusakan rontok daun yang mencapai rata – rata kerusakan sebesar 5.82 %. Pada penurunan parameter fisik, menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan ataupun interaksi kemasan dan tumpukan terhadap susut panjang tangkai dan susut diameter tangkai, adanya pengaruh perlakuan kemasan terhadap kenaikan diameter mahkota bunga dan adanya pengaruh perlakuan tumpukan terhadap susut bobot.

Dari hasil analisis SPSS, dapat disimpulkan bahwa kemasan HVS dengan 15 tumpukan merupakan perlakuan yang paling baik. Kertas HVS mempunyai tingkat kekuatan dan kekakuan yang paling baik diantara kemasan yang lainnya, sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk menahan tekanan dan getaran. Selain itu, visualisasi dari kemasan ini juga lebih menarik dibandingkan kemasan buram dan koran. Kekurangan dari kemasan ini adalah permukaan kemasan yang agak kasar dan juga harga yang lebih mahal dibandingkan kertas buram dan koran. Hal ini menjadi pertimbangan beberapa produsen bunga, terlebih para petani bunga yang tidak mempunyai modal besar.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Fuad Ariestyadi dilahirkan di kota Magelang propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 April 1985, merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, putra pasangan Fadjeri dan Hartati.

Memulai pendidikan di SDN Kedungsari 5 Magelang lulus tahun 1997, melanjutkan ke SLTPN 1 Magelang lulus tahun 2000. Melanjutkan di SMUN 1 Magelang lulus tahun 2003. Pendidikan dilanjutkan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.

Penulis sempat aktif di beberapa organisasi kampus, diantaranya : HIMATETA, KITA, dan IKM Magelang. Pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan praktek lapangan di PTPN VII Unit Usaha Rejosari, Lampung. Topik yang diambil “MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN DALAM PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN KELAPA SAWIT PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA REJOSARI” .

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr.

(7)

i KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada rosulullah SAW sebagai suri tauladan kita. Skripsi ini berjudul Pengembangan Teknik Pengemasan Untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Tatan Sutarna, selaku pembimbing lapangan atas bantuan dan bimbingannya selama penelitian di PT Alam Indah Bunga Nusantara. 5. Ibu Desiana Simamora, selaku pembimbing lapangan atas bantuan dan

kerjasamanya selama penelitian di Bunga 5 Benua, Jakarta.

6. Ibu, bapak, dan kakak - kakakku (Faozan Haryadi dan Arief Habibie Kurniawan) yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama ini. 7. Teman-teman satu kosan : Ali, Gia, Khafid, Drajat, Anas, Wawi, Danang

dan Hary atas segala bantuan yang telah diberikan.

8. Teman – teman satu daerah Magelang atas kebersamaan, kekompakan serta kerjasamanya.

(8)

ii Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna.

Bogor, Agustus 2007

(9)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Botani Tanaman Krisan ... 3

B. Budidaya Tanaman Krisan ... 5

C. Panen ... 5

D. Pemutuan Bunga Potong Krisan ... 6

E. Pengemasan ... 8

F. Bahan Kemasan ... 11

1. Plastik ... 11

2. Kertas ... 12

G. Transportasi ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat ... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

C. Metode Penelitian ... 15

D. Kerusakan Mekanis Bunga ... 18

1. Patah Batang ... 18

2. Rontok Daun ... 18

(10)

iv

E. Pengamatan Parameter Fisik ... 20

1. Panjang Tangkai ... 20

2. Pengukuran Diameter Tangkai ... 20

3. Pengukuran Diameter Mahkota Bunga ... 21

4. Susut Bobot ... 21

F. Uji Organoleptik ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Tingkat Kerusakan Mekanis ... 23

1. Patah Batang ... 25

2. Rontok Daun ... 26

3. Rontok Mahkota ... 30

B. Pengukuran Parameter Fisik ... 31

1. Susut Panjang Tangkai ... 31

2.SusutDiameter tangkai ... 33

3. Kenaikan Diameter Mahkota Bunga ... 34

4. Susut Bobot ... 36

C. Uji Organoleptik ... 38

1. Kesegaran dan Bentuk Mahkota ... 39

2. Kesegaran Batang dan Daun ... 40

3. Kesukaan ... 41

D. Analisis Biaya ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG

KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

Oleh :

FUAD ARIESTYADI F14103063

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN

WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fuad Ariestyadi

F14103063

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN

WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Fuad Ariestyadi

F14103063

Dilahirkan pada tanggal 8 April 1985 Di Magelang, Jawa Tengah Tanggal lulus :

Menyetujui, Bogor, Agustus 2007

Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(14)

RINGKASAN

Fuad Ariestyadi. F14103063. Pengembangan Teknik Pengemasan Untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr.

Bunga krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu komoditas florikultura yang cukup diandalkan di Indonesia. Saat ini produksi bunga krisan di Indonesia selalu mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah devisa yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, kenaikan produksi masih menyisakan peluang yang cukup besar untuk bergerak di industri bunga krisan, dikarenakan permintan bunga krisan di pasaran dunia cukup tinggi. Menghadapi persaingan dalam industri bunga krisan, kualitas bunga menjadi faktor penentu sehingga dibutuhkan teknik penanganan bunga krisan yang tepat agar mutu bunga segar dapat dipertahankan selama mungkin. Penanganan pascapanen yang kurang tepat pada bunga yang akan dipasarkan merupakan salah satu kendala dalam menjamin mutu bunga diterima baik domestik maupun ekspor. Seringkali, komoditas mengalami penurunan kualitas atau kerusakan fisik setelah tiba di tangan konsumen. Kerusakan fisik ini terjadi selama proses transportasi berlangsung. Perhatian utama dalam proses transportasi adalah adanya getaran dan tekanan. Kedua hal ini merupakan penyebab utama kerusakan fisik pada bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan perlakuan kemasan dan tumpukan yang tepat.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengembangkan teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe standar selama transportasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe standar selama transportasi, melalui beberapa tahapan sebagai berikut : Menentukan banyaknya bunga yang mengalami kerusakan mekanis selama proses transportasi, mempelajari pengaruh perlakuan jenis kemasan dan penyusunan bunga potong krisan selama transportasi serta menentukan jenis kemasan primer dan jumlah tumpukan bunga potong krisan yang paling baik.

Penelitian berlangsung dari bulan April sampai Mei 2007 di PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN) Cipanas, Jawa Barat dan perusahaan rekanan PT. AIBN yaitu Bunga 5 Benua (B5B) yang berlokasi di Jakarta. Bahan baku yang digunakan adalah bunga potong krisan White Fiji tipe standar grade A yang diperoleh dari PT. AIBN. Bunga yang digunakan mempunyai tingkat kerusakan 0 %. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, jangka sorong digital, bak air, mistar, gunting bunga dan alat tulis. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini hanyalah kemasan primer yaitu kertas HVS, plastic HDPE, kertas Koran dan kertas buram. Bunga yang telah dikemas dengan kemasan primer (pencontongan di lahan) selanjutnya dibungkus dengan kertas HVS dimana satu ikatan bunga berisi 10 potong bunga krisan.

(15)

bunga dan bobot bunga. Setelah proses transportasi berlangsung, dilakukan penghitungan kerusakan fisik dan pengukuran akhir parameter fisik bunga. Perubahan yang terjadi selama proses transportasi dianalisis menggunakan software SPSS dan Microsoft Excell.

Pada tingkat kerusakan bunga, menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan ataupun interaksi kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan patah batang, adanya pengaruh perlakuan tumpukan terhadap kerusakan rontok daun dan adanya pengaruh perlakuan kemasan terhadap kerusakan rontok mahkota. Tingginya tingkat kerusakan bunga diakibatkan karena tingginya kerusakan rontok daun yang mencapai rata – rata kerusakan sebesar 5.82 %. Pada penurunan parameter fisik, menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan ataupun interaksi kemasan dan tumpukan terhadap susut panjang tangkai dan susut diameter tangkai, adanya pengaruh perlakuan kemasan terhadap kenaikan diameter mahkota bunga dan adanya pengaruh perlakuan tumpukan terhadap susut bobot.

Dari hasil analisis SPSS, dapat disimpulkan bahwa kemasan HVS dengan 15 tumpukan merupakan perlakuan yang paling baik. Kertas HVS mempunyai tingkat kekuatan dan kekakuan yang paling baik diantara kemasan yang lainnya, sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk menahan tekanan dan getaran. Selain itu, visualisasi dari kemasan ini juga lebih menarik dibandingkan kemasan buram dan koran. Kekurangan dari kemasan ini adalah permukaan kemasan yang agak kasar dan juga harga yang lebih mahal dibandingkan kertas buram dan koran. Hal ini menjadi pertimbangan beberapa produsen bunga, terlebih para petani bunga yang tidak mempunyai modal besar.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Fuad Ariestyadi dilahirkan di kota Magelang propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 April 1985, merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, putra pasangan Fadjeri dan Hartati.

Memulai pendidikan di SDN Kedungsari 5 Magelang lulus tahun 1997, melanjutkan ke SLTPN 1 Magelang lulus tahun 2000. Melanjutkan di SMUN 1 Magelang lulus tahun 2003. Pendidikan dilanjutkan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.

Penulis sempat aktif di beberapa organisasi kampus, diantaranya : HIMATETA, KITA, dan IKM Magelang. Pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan praktek lapangan di PTPN VII Unit Usaha Rejosari, Lampung. Topik yang diambil “MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN DALAM PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN KELAPA SAWIT PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA REJOSARI” .

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr.

(17)

i KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada rosulullah SAW sebagai suri tauladan kita. Skripsi ini berjudul Pengembangan Teknik Pengemasan Untuk Mempertahankan Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar Selama Transportasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Tatan Sutarna, selaku pembimbing lapangan atas bantuan dan bimbingannya selama penelitian di PT Alam Indah Bunga Nusantara. 5. Ibu Desiana Simamora, selaku pembimbing lapangan atas bantuan dan

kerjasamanya selama penelitian di Bunga 5 Benua, Jakarta.

6. Ibu, bapak, dan kakak - kakakku (Faozan Haryadi dan Arief Habibie Kurniawan) yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama ini. 7. Teman-teman satu kosan : Ali, Gia, Khafid, Drajat, Anas, Wawi, Danang

dan Hary atas segala bantuan yang telah diberikan.

8. Teman – teman satu daerah Magelang atas kebersamaan, kekompakan serta kerjasamanya.

(18)

ii Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna.

Bogor, Agustus 2007

(19)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Botani Tanaman Krisan ... 3

B. Budidaya Tanaman Krisan ... 5

C. Panen ... 5

D. Pemutuan Bunga Potong Krisan ... 6

E. Pengemasan ... 8

F. Bahan Kemasan ... 11

1. Plastik ... 11

2. Kertas ... 12

G. Transportasi ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat ... 14

B. Bahan dan Alat ... 14

C. Metode Penelitian ... 15

D. Kerusakan Mekanis Bunga ... 18

1. Patah Batang ... 18

2. Rontok Daun ... 18

(20)

iv

E. Pengamatan Parameter Fisik ... 20

1. Panjang Tangkai ... 20

2. Pengukuran Diameter Tangkai ... 20

3. Pengukuran Diameter Mahkota Bunga ... 21

4. Susut Bobot ... 21

F. Uji Organoleptik ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Tingkat Kerusakan Mekanis ... 23

1. Patah Batang ... 25

2. Rontok Daun ... 26

3. Rontok Mahkota ... 30

B. Pengukuran Parameter Fisik ... 31

1. Susut Panjang Tangkai ... 31

2.SusutDiameter tangkai ... 33

3. Kenaikan Diameter Mahkota Bunga ... 34

4. Susut Bobot ... 36

C. Uji Organoleptik ... 38

1. Kesegaran dan Bentuk Mahkota ... 39

2. Kesegaran Batang dan Daun ... 40

3. Kesukaan ... 41

D. Analisis Biaya ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(21)

v DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pengelompokan bunga Krisan menurut SNI ... 7 Tabel 2 Nilai persentase rata – rata tingat kerusakan mekanis setelah

transportasi ... 24 Tabel 3. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan

patah batang pada bunga ... 26 Tabel 4. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan

rontok daun pada bunga ... 28 Tabel 5. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan

rontok mahkota pada bunga ... 30 Tabel 6. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap susut panjang

tangkai pada bunga ... 31 Tabel 7. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap susut diameter

tangkai pada bunga ... 34 Tabel 8. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kenaikan

diameter mahkota pada bunga ... 36 Tabel 9. Pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap susut

bobot pada bunga ... 38 Tabel 10. Nilai uji organoleptik terhadap bunga krisan pada tiap

(22)

vi DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bunga potong krisan White Fiji tipe standar ... 4 Gambar 2. Pola penyusunan bunga dalam pick up ... 10 Gambar 3. Bentuk dan bahan kemasan primer ... 14 Gambar 4. Penumpukan bunga dalam pick up ... 16 Gambar 5. Kegiatan penumpukan bunga dalam mobil pick up ... 16 Gambar 6. Skema kegiatan penelitian ... 17 Gambar 7. Kondisi bunga sebelum dilakukan wrapping/pembungkusan 19 Gambar 8. Banyaknya bunga yang tidak mengalami patah batang

selama proses transportasi ... 25 Gambar 9. Banyaknya bunga yang tidak mengalami rontok daun

selama proses transportasi ... 27 Gambar 10. Banyaknya bunga yang tidak mengalami rontok mahkota

selama proses transportasi ... 29 Gambar 11. Perubahan panjang tangkai sebelum

dan setelah transportasi ... 32 Gambar 12. Perubahan diameter tangkai sebelum

dan setelah transportasi ... 33 Gambar 13. Perubahan kenaikan diameter mahkota bunga sebelum

dan setelah transportasi ... 35 Gambar 14. Perubahan bobot sebelum dan setelah transportasi ... 37 Gambar 15. Tingkat kesukaan konsumen terhadap kesegaran dan bentuk

mahkota sebelum dan setelah transportasi ... 39 Gambar 16. Tingkat kesukaan konsumen terhadap kesegaran batang

dan daun sebelum dan setelah transportasi ... 41 Gambar 17. Tingkat kesukaan konsumen terhadap bunga sebelum

(23)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Nilai persentase kerusakan bunga pada tiap perlakuan

selama proses transportasi ... 47 Lampiran 2. Berbagai macam kerusakan pada bunga selama proses

transportasi berlangsung ... 48 Lampiran 3. Hasil pengamatan panjang tangkai selama

proses transportasi ... 49 Lampiran 4. Hasil pengamatan diameter tangkai selama

proses transportasi ... 51 Lampiran 5. Hasil pengamatan diameter mahkota bunga selama

proses transportasi ... 53 Lampiran 6. Hasil pengamatan bobot bunga selama

proses transportasi ... 55 Lampiran 7. Hasil analisis uji Duncan kerusakan mekanis patah batang

pada bunga ... 57 Lampiran 8. Hasil analisis uji Duncan kerusakan mekanis rontok daun

pada bunga ... 58 Lampiran 9. Hasil analisis uji Duncan kerusakan mekanis rontok mahkota pada bunga ... 59 Lampiran 10. Persentase susut panjang tangkai selama transportasi ... 60 Lampiran 11. Hasil analisis uji Duncan susut panjang tangkai ... 60 Lampiran 12. Persentase susut diameter tangkai ... 61 Lampiran 13. Hasil analisis uji Duncan susut diameter tangkai ... 61 Lampiran 14. Persentase kenaikan diameter mahkota selama transportasi 62 Lampiran 15. Hasil analisis uji Duncan kenaikan diameter mahkota ... 62 Lampiran 16. Persentase susut bobot bunga selama transportasi ... 63 Lampiran 17. Hasil analisis uji Duncan susut bobot bunga ... 63 Lampiran 18. Banyaknya kerusakan bunga selama proses transportasi

berlangsung ... 64 Lampiran 19. Analisis biaya transportasi dan kemasan pada

(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki beraneka

ragam produk hortikultura, baik buah-buahan ataupun tanaman hias. Dewasa ini

tanaman hias telah berhasil menjadi salah satu kebutuhan yang penting, hal ini

berkaitan erat dengan keindahan dari tanaman hias itu sendiri.

Salah satu tanaman hias yang banyak disukai adalah jenis bunga, khususnya

bunga potong. Hal ini dapat dilihat dari volume permintaan yang terus bertambah tiap

tahunnya. Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat pendapat para

petani bunga di Jakarta yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai

nilai komersial di Indonesia antara lain : anggrek, krisan (seruni), mawar, anyelir,

anthurium, gladiol, gerbera, amaryllis, sedap malam, aster dan melati.

Pada perdagangan internasional tanaman hias, krisan merupakan komoditas

bunga potong andalan yang penting. Pada tahun 2003, perdagangan komoditas krisan

di Indonesia mengalami surplus sekitar US$ 1 juta. Ekspor komoditas krisan ke

negara – negara tujuan seperti Hongkong, Jepang, Singapura dan Malaysia pun

mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, dan proyeksi ekspor

tahun 2007 diperkirakan mencapai sekitar US$ 15 juta (BPS, 2005). Sekalipun

demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan permintaan

kebutuhan dunia. Negara – negara penghasil utama krisan seperti Jepang dan Belanda

hanya mensuplai kurang dari 60% dan kontribusi negara penghasil krisan di Asia

Tenggara seperti Indonesia hanya sekitar 10% dari total permintaan dunia. Dengan

demikian peluang bisnis bunga krisan masih sangat menjanjikan. Peningkatan ekspor

bunga krisan dengan mutu yang memadai ke pasaran internasional masih sangat

terbuka lebar.

Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang sangat mempengaruhi harga jual

bunga potong krisan. Banyak kasus menunjukkan bahwa bunga potong krisan yang

dihasilkan oleh petani tradisional di Indonesia bermutu rendah. Hal ini berdampak

(25)

  2 Akibatnya, usahatani krisan menjadi tidak ekonomis dan tidak menguntungkan,

sehingga banyak petani krisan mengalihkan usahanya pada bidang lain.

Mutu bunga krisan bergantung pada penampilan dan kesegarannya. Bunga

krisan dengan mutu prima tentu mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan

dengan bunga krisan berkualitas rendah. Untuk mempertahankan mutu sehingga tetap

prima perlu dilakukan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai

kepada konsumen. Salah satu perlakuan yang cukup penting adalah pengemasan

selama transportasi. Untuk menghindarai kerusakan maka perlu dilakukan

pengemasan terhadap bunga krisan. Sebelum dikirim ke konsumen, kuncup bunga

krisan ditutup dengan kemasan primer yang terdiri dari berbagai bahan. Sedangkan

untuk pengiriman jarak jauh yang memiliki resiko kerusakan lebih besar, bunga

krisan dengan kemasan primer harus dimasukkan kedalam kotak kardus. Untuk

mengetahui mutu bunga krisan yang baik, terdapat beberapa parameter yang

digunakan untuk proses pemutuan, antara lain : warna bunga, diameter tangkai,

diameter kuntum bunga setengah mekar dan tingkat kemekaran

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengembangkan teknik

pengemasan primer untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan White Fiji tipe

standar selama transportasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

pengaruh teknik pengemasan untuk mempertahankan mutu bunga potong krisan

White Fiji tipe standar selama transportasi, melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan banyaknya bunga yang mengalami kerusakan mekanis selama proses

transportasi

2. Mempelajari pengaruh perlakuan jenis kemasan dan penyusunan bunga potong

krisan selama transportasi

3. Menentukan jenis kemasan primer dan jumlah tumpukan bunga potong krisan

(26)

  3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A Botani Tanaman Krisan

Krisan atau dikenal juga dengan sebutan bunga seruni, merupakan tanaman

hias yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan potensial untuk

dikembangkan secara komersial. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Timur

tepatnya daratan Cina. Belum ditemukan data atau informasi yang pasti tentang kapan

tanaman krisan masuk ke wilayah Indonesia. Namun beberapa literatur menunjukkan

sekitar tahun 1800 krisan mulai ditanam di Indonesia dan sejak tahun 1940, krisan

mulai dibudidayakan secara komersial sebagai tanaman hias. Beberapa daerah sentra

produksi tanaman hias krisan di antaranya adalah Cipanas (Cianjur), Sukabumi,

Lembang (Bandung), Bandungan (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), dan Brastagi

(Sumatera Utara). Pada saat ini krisan telah dibudidayakan di daerah – daerah lain,

seperti NTB, Sulawesi Utara, dan Sumatera Selatan.

Salah satu keunggulan bunga krisan dibandingkan bunga potong lainnya adalah

tanaman krisan dapat diatur pembungaan dan masa panennya menurut kebutuhan

pasar. Keanekaragaman varietasnya, baik dari segi bentuk maupun warna menjadikan

bunga krisan begitu populer di kalangan pengebun, florist, hingga ke konsumen

bunga.

Klasifikasi bunga krisan adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledonae

Ordo : Asterales

Famili : Asterales

Genus : Dendranthema

(27)

  4 Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida yang berasal dari

Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas :

a. Krisan lokal (krisan kuno)

Berasal dari luar negeri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indonesia maka

dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral

dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contohnya

Chrysanthemum maximum berbunga kuning, banyak ditanam di Lembang dan

berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

b. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)

Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini

adalah Chrysanthemum indicum hybr. Dark Flamingo, Chrysanthemum indicum

hybr. Dolaroid, Chrysanthemum indicum hybr. Indianapolis (berbunga kuning)

Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah)

dan Pink Pingpong (berbunga pink).

c. Krisan produk Indonesia

Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan

Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

(28)

  5 B. Budidaya Tanaman Krisan

Di Indonesia tanaman krisan tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim

penghujan ataupun musim kemarau. Tanaman krisan merupakan tanaman yang

membutuhkan banyak air untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi tidak

tahan terhadap terpaan air hujan sehingga pembudidayaan krisan lebih banyak

dilakukan di dalam bangunan tertutup (Greenhouse). Ketinggian tempat yang ideal

untuk tanaman ini antara 700 – 1200 dpl sedangkan suhu udara terbaik untuk daerah

tropis seperti Indonesia berkisar antara 20-26°C. Tanaman krisan membutuhkan

kelembaban yang tinggi yaitu berkisar antara 90-95% untuk awal pembentukan akar

dan bibit, sedang pada tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi

dengan sirkulasi udara yang memadai. Pada tahap pembungaan, dibutuhkan cahaya

yang lebih lama sehingga memerlukan bantuan cahaya dari lampu pada malam hari.

Krisan dibudidayakan pada tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, gembur

dan drainasenya baik serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman

tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.

C. Panen

Penentuan stadium panen adalah ketika bunga setengah mekar atau 3-4 hari

sebelum mekar penuh. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah

tanam. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan

saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga

krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril

sediameter 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari

permukaan tanah. Perkiraan batang bunga krisan yang ditanam dengan jarak 10 x 10

(29)

  6 D. Pemutuan Bunga Krisan Potong

Pemutuan dalam pascapanen bunga potong krisan sangat penting karena

berpengaruh besar terhadap harga, kualitas, dan penilaian konsumen. Oleh sebab itu

diperlukan ketelitian dan perhatian yang lebih dalam pelaksanaannya. Selain itu

diperlukan juga fasilitas – fasilitas penunjang yang tepat.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) pengelompokan bunga Krisan

dibagi menjadi empat kelompok mutu, yaitu AA, A, B, dan C (SNI 01-4478-1998).

Pengelompokan ini berdasarkan atas panjang tangkai minimum, diameter tangkai

bunga, diameter bunga setengah mekar, jumlah kuntum bunga setengah mekar

pertangkai pada tipe ”spray”, kesegaran bunga, benda asing / kotoran, keadaan

tangkai bunga, daun pada 2/3 bagian tangkai dan penanganan pascapanen minimum.

(30)

  7 Tabel 1. Pengelompokan bunga krisan menurut Standar Nasional Indonesia.

No. Jenis Uji Satuan Kelas Mutu

AA A B C

1 Panjang tangkai

minimum 2 Diameter tangkai

bunga 4 Jumlah kuntum bunga

½ mekar pertangkai

8 Keseragaman kultivar Seragam Seragam Seragam Seragam 9 Daun pada 2/3 Bagian

(31)

  8 E. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi dan memperpanjang

umur produk yang dikemas. Pengemasan dideskripsikan sebagai ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk melindungi suatu produk atau komoditas selama pengangkutan

dari tempat produksi ke konsumen akhir atau dari tahapan produksi satu ke tahapan

produksi yang lain atau selama pemasaran, sehingga produk atau komoditas berada

dalam kondisi baik dengan harga semurah mungkin.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi dasar pengemasan

adalah membangun ”jembatan” yang layak untuk mengizinkan pengangkutan produk

dari produsen sampai ke konsumen akhir dengan selamat dan aman. Fungsi

pengemasan yaitu :

Fungsi pengemasan menurut susunan lapisan pengemasan:

1.Pengemasan Primer, langsung mewadahi atau membungkus produk yang

dikemas

2.Pengemasan Sekunder, berfungsi untuk melindungi kelompok kemasan lainnya

3.Pengemasan Tersier, berfungsi untuk melindungi produk selama pengangkutan

yang lebih dikenal sebagai kemasan distribusi.

Fungsi pengemasan menurut sifat mutu performa :

1.Perlindungan terhadap produk

2.Pemasaran dan penjualan

3.Informasai tentang produk yang dikemas

4.Transportasi dan distribusi

Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi, produk – produk

hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi serta

gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh ke atas

permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan

menggunakan bantalan di dalam kemasan dan menyatukan serta melakukan

pengisian produk ke dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi

karena pengisian kemasan berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban

(32)

  9 Pengemasan dapat mengurangi kehilangan lembab (pengurangan berat) dan

dengan demikian mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan

penghalang lengas uap air (Hardenberg, 1971 dalam Pantastico, 1975). Hal ini

merupakan keuntungan utama dari pengemasan yang dapat pula memperpanjang

umur ketahanan komoditi yang bersangkutan. Kehilangan air yang disusul dengan

laju atau kisutnya komoditas, jelas merupakan sebab hilangnya kesegaran.

Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah - wadah

yang dirancang dengan baik untuk melindungi barang dari kememaran, getaran, dan

berat wadah - wadah lain yang ditumpuk diatasnya. Kemasan yang ideal meliputi

pengisian yang padat namun rata bila wadahnya ditutup, dan dalam tumpukan wadah

mempunyai kekuatan yang cukup untuk melindungi isinya dalam berbagai keadaan

penanganan. Tiap wadah untuk pengiriman harus dirancang untuk memenuhi

persyaratan khusus bagi komoditas yang bersangkutan. Dalam pengemasan, perlu

diperhatikan pula arah penyusunan bunga dalam kemasan. Bunga harus disusun

dengan bagian yang mempunyai kekerasan terbesar searah dengan arah getaran yang

dominan selama pengangkutan.

Pengemasan bunga pada PT. AIBN dapat dibagi menjadi 3 tahap. Tahap

pertama yaitu pengemasan primer (pencontongan), untuk bunga tipe standar

bertujuan untuk melindungi bagian petal bunga akibat gesekan dan meningkatkan

ketahanan tangkai bunga terhadap penanganan yang dilakukan pada pascapanen

seperti sortasi dan pengelompokkan serta distribusi. Ada beberapa macam jenis bahan

kemasan primer yang dapat digunakan, seperti plastik, berbagai macam kertas dan

net bunga dari jaring plastik. Tahap kedua yaitu pembungkusan (wrapping), bertujuan

agar bunga menjadi tidak mudah bergerak sehingga kemungkinan tangkai bunga

patah selama distribusi dapat dikurangi. Tahap ketiga adalah pengepakan yang

bertujuan untuk mengurangi gerak bunga selama distribusi dan memudahkan

penanganan selama distribusi. Pengepakan ini hanya dilakukan untuk pesanan –

(33)

  10 Salah satu hal pokok yang membuat penanganan pascapanen bunga tidak

optimal adalah variabel pembentukan harga. Dalam hal pengemasan, produsen –

produsen bunga lebih senang menggunakan kemasan primer dari bahan buram,

ataupun koran. Dari segi biaya, penggunaan bahan ini merupakan pilihan yang paling

tepat. Hanya saja, belum dapat memastikan apakah kualitas dari bahan ini

mempunyai hasil yang sama dengan bahan – bahan lain yang mempunyai harga lebih

tinggi seperti HVS dan HDPE.

Batang bunga

a. b

Gambar 2. Pola penyusunan bunga dalam pick up

Keterangan : a. Tampak depan b. Tampak samping

Pengemasan bunga potong, selain sebagai alat yang berfungsi untuk

mempertahankan kualitas produk dan menunjang kelancaran transportasi, juga

berfungsi sebagai alat pemasaran yang cukup efektif. Menghadapi persaingan dalam

industri bunga, kualitas bunga menjadi faktor penentu, sehingga diperlukan teknik

penanganan bunga krisan yang tepat. Dengan demikian bunga tetap dalam kondisi

prima sampai di tangan konsumen.

Dalam industri bunga, proses distribusi mempunyai peranan yang cukup

penting. Proses ini meliputi aktivitas pengemasan, penanganan penggudangan, dan

pengangkutan. Selama pendistribusian, kemasan dan produk mengahadapi sejumlah

resiko kerusakan antara lain resiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban

udara), resiko karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan, dan tekanan), serta

resiko lainnya seperti infiltrasi mikroorganisme, pencurian dan kontaminasi

(Pantastico,1975). Mahkota bunga

(34)

  11 F. Bahan kemasan

1. Plastik

Plastik merupakan salah satu bahan kemasan yang terbuat dari minyak dan

gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan – bahan

sintetis sehingga dapat diperoleh sifat – sifat plastik yang diinginkan dengan cara

kopolimerisasai, laminasi dan ekstrusi (Syarief, 1988).

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,

yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa

monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut

dikelompokkan bersama – sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami

maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang

lebih keras dan tegar.

Beberapa jenis kemasan plastik yang paling dikenal adalah polietilen,

polipropilen, poliester, nilon dan vinil film. Polietilen merupakan film yang lunak,

transparan dan fleksibel mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang

baik. Pembuatan etilen, semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun sekarang

dapat dibuat tanpa tekanan tinggi dengan reaksi sebagai berikut :

n (CH2 = CH2) (-CH2-CH2-CH2)n

Etilen Polimerisasi Polietilen

Berdasarkan densitasnya, maka plastik polietilen dibedakan menjadi :

a. Polietilen densitas rendah (LDPE = Low Density Polyethylene)

LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim

dan murah. Kekakuan dan kekuatan tarik LDPE paling rendah dibandingkan jenis

plastik polietilen yang lain (Modulus Young = 20000 – 30000 psi dan kuat tarik

1200 – 2000 psi ). Titik lelehnya berkisar antara 105 – 115 °C. Mempunyai

densitas 0.910 – 0.925 g/cm3.

b. Polietilen densitas medium (MDPE = Medium Density Polyethylen)

Lebih kaku dari LDPE dan mempunyai titik leleh lebih tinggi dari LDPE yaitu

(35)

  12 c. Polietilen densitas tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)

Dihasilkan dengan cara polimerisasi pada suhu dan tekanan rendah (10 atm dan

50 – 70 °C). HDPE lebih kaku dibandingkan LDPE dan MDPE, tahan terhadap

suhu tinggi. Mempunyai densitas 0.941 – 0.965 g/cm3.

d. Linear- Low - Density Polyethylen (LLDPE)

Kopolimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana, sehingga

mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak) yang teratur.

LLDPE lebih kuat dari LDPE dan sifat heat sealing – nya juga lebih baik.

2. Kertas

Kertas merupakan bahan yang dihasilkan dari kompresi serat yang berasal

dari pulp. Ada beberapa macam kertas yang sengaja dibuat sesuai dengan sifat dan

karateristik yang diinginkan. Berbagai macam kertas ini dibuat menggunakan

komposisi bahan baku dan bahan – bahan tambahan yang berbeda – beda. Kertas

dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis. Selain itu,

banyak kegunaan lain dari penggunaan kertas, salah satunya adalah sebagai bahan

kemasan. Tidak semua kertas dapat digunakan sebagai kemasan. Untuk menggunakan

kertas sebagai kemasan harus diperhatikan sifat – sifat fisik kertas itu sendiri. Sifat –

sifat tersebut diantaranya adalah ketahanan tarik, kekuatan tarik, ketahanan gesek,

ketahanan sobek, daya regang, daya serap air dan beberapa sifat fisik lainnya

(Hambali, 1990).

Di perusahaan – perusahaan besar di Indonesia, bahan kemasan primer untuk

bunga potong krisan umumnya menggunakan kertas HVS. Salah satunya adalah PT.

Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN). Kemasan primer ini digunakan karena

mempunyai kekuatan dan tampilan yang cukup baik. Hanya saja tidak semua

produsen bunga potong krisan menggunakan kertas HVS sebagai kemasan primernya.

Kebanyakan petani bunga, masih menggunakan kertas koran atau buram sebagai

(36)

  13 G. Transportasi

Teknik transportasi merupakan penerapan dari sains dan matematika dimana

sifat – sifat zat dan sumber – sumber energi alami dipakai untuk mengangkut

penumpang dan barang dengan cara yang berguna bagi manusia. Pengangkutan juga

diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.

Pekerjaan pengangkutan ini dilakukan pada saat membawa bunga dari lahan ke

gudang penampungan dan dari lokasi penampungan menuju ke konsumen. Di bawah

kondisi tropika terjadi kerugian – kerugian yang besar pada beberapa titik dalam

urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar,

kelambatan – kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, penggunaan wadah – wadah

untuk pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang

memadai (Pantastico, 1975).

Pengangkutan melalui jalan darat adalah yang paling utama di negara –

negara berkembang di daerah tropika. Pelaksanaannya memungkinkan adanya

keluwesan yang besar, sesuai untuk pengangkutan jarak dekat. Pengangkutan jarak

dekat sangat bergantung pada kondisi jalan, pelayanan pengangkutan yang ada, dan

organisasi perusahaan – perusahaan pengangkutan. Jalan – jalan kecil mungkin tidak

dapat dalam bulan – bulan dengan banyak hujan, dan jembatan – jembatan mungkin

menjadi kurang aman. Dengan jalan – jalan semacam itu selalu ada kemungkinan

terjadinya kemacetan. Akibatnya terjadi kelambatan dalam pemasaran dan komoditi

akan menjadi rusak (Holsten, 1969 dalam Pantastico, 1975).

Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan

berpenampilan bagus maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat.

Faktor yang perlu diperhatikan yaitu bahan kemasan, suhu udara selama

pengangkutan dan susunan kemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan.

Sarana pengangkutan biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur

(37)

  14 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di PT. Alam Indah Bunga Nusantara Jl. Raya Mariwati

km 5.5 Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas, Jawa Barat dan PT Bunga 5 Benua

Jakarta. Penelitian berlangsung dari bulan April sampai Mei 2007.

B. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga krisan potong

White Fiji tipe standar yang diperoleh dari PT. Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN)

Desa Kawung Luwuk Sukaresmi Cipanas. Cara pemilihan sampel dengan

menggunakan purposive random sampling, yaitu pemilihan sampel bunga krisan

secara acak. Bahan lain yang digunakan adalah beberapa jenis kemasan yaitu

kemasan dengan kertas HVS, plastik HDPE, kertas koran dan kertas buram

Gambar 3. Bentuk dan bahan kemasan primer yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital

dengan ketelitian 0.01 gr untuk mengukur bobot, jangka sorong digital dengan

ketelitian 0.01mm, bak air, mistar dengan ketelitian 1 mm, gunting bunga dan alat

(38)

  15 C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah :

1. Bunga krisan dipanen pada derajat kemekaran komersial dengan kemekaran

50 – 75 %, lalu tangkai bunga dipotong agar mempunyai panjang yang relatif

sama. Bunga yang dipanen merupakan bunga potong dengan grade A.

2. Sebelum dilakukan pemanenan, dilakukan juga pengemasan primer terhadap

bunga potong. Pengemasan ini dilakukan dengan cara menutup bagian

mahkota bunga (dari leher sampai mahkota bunga) sehingga membentuk

contong. Kemasan yang digunakan adalah kertas HVS, plastik HDPE, kertas

koran dan kertas buram.

3. Setelah bunga diangkut ke ruang pascapanen, kemudian dilakukan

pengamatan, pengukuran dan sortasi terhadap diameter tangkai, diameter

tangkai, diameter mahkota bunga, bobot bunga, serta uji organoleptik.

4. Selanjutnya tiap 10 potong bunga dibungkus / dikemas dengan kertas HVS

yang telah ada pada perusahaan AIBN.

5. Selanjutnya bunga yang telah dibungkus / dikemas dengan kertas HVS

disusun dalam bak pick up tertutup dengan tinggi tumpukan yang berbeda (15

tumpukan dan 25 tumpukan). Gambar penumpukan bunga dalam mobil pick

up dapat dilihat pada gambar 4.

6. Pengangkutan dilakukan dari PT. AIBN (Cipanas) ke perusahaan rekanan

Bunga 5 Benua (Jakarta) dan ditempuh selama kurang lebih 3 jam perjalanan.

7. Setelah tiba di tempat tujuan dilakukan pengamatan terhadap panjang tangkai,

diameter tangkai, diameter mahkota bunga, bobot bunga, tingkat kerusakan

bunga. yang meliputi rontok mahkota, rontok daun dan patah batang serta uji

organoleptik.

8. Penelitian dilakukan dengan 3 kali ulangan transportasi.

Adapun langkah kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini secara skematis seperti

(39)

  16 Gambar 4. Penumpukan bunga dalam mobil pick up

(40)

  17

Pengumpulan bunga krisan potong, sortasi dan grading

Pengukuran awal, meliputi : pengukuran panjang tangkai, diameter tangkai, diameter mahkota bunga, bobot

bunga, dan uji organoleptik

Bunga dimasukkan dalam pick up dalam dua keadaan tumpukan yang berbeda masing – masing 15 tumpukan dan 25 tumpukan. Bunga diletakkan pada 3 tempat yang berbeda yaitu bawah, tengah dan atas dengan sistem curah (bulky)

Rute transportasi yaitu Cipanas – Jakarta dengan waktu tempuh sekitar 3 jam

Tiba di tujuan dilakukan pengamatan terhadap diameter tangkai bunga, panjang tangkai, diameter mahkota bunga,

bobot bunga, tingkat kerusakan dan uji organoleptik. Pemanenan di lahan pada derajat

kemekaran komersial.

Pengemasan primer di lahan, dilakukan 2 hari sebelum pemanenan. Bahan yang dipakai sebagai kemasan adalah kertas HVS, plastik HDPE, koran dan buram

Dilakukan pembungkusan (wrapping) dengan cara mengikat tiap 10 bunga dengan

menggunakan kemasan HVS Penentuan bunga kualitas / grade A

Data hasil pengamatan dan pengukuran diolah menggunakan SPSS dan Excell

Menentukan hasil perlakuan kemasan dan tumpukan yang terbaik

(41)

  18 D. Kerusakan Mekanis Bunga

Pengamatan tingkat kerusakan mekanis bunga dilakukan setelah proses

transportasi berlangsung. Setelah sampai di tujuan, kemasan primer pada bunga

segera dilepas, selanjutnya dihitung kerusakan pada tiap – tiap perlakuan.

1.Patah batang

Patah batang adalah terjadinya patahan pada tangkai, pengamatan ini diamati

secara visual selama proses transportasi. Patah batang disebabkan karena adanya

tekanan dan getaran yang besar pada saat terjadinya proses transportasi. Berdasarkan

syarat mutu bunga krisan potong terhadap keadaan tangkai bunga, maka tangkai

bunga yang masuk mutu A adalah tangkai yang kuat dan lurus. Oleh karena itu setiap

bagian tangkai yang telah patah dikategorikan sebagai tangkai yang tidak lurus

sehingga dapat dikatakan sebagai bunga cacat.

100%

Rontok daun diakibatkan karena adanya dorongan dan tekanan yang menimpa

bunga selama transportasi. Kesegaran dan kondisi daun juga mempengaruhi mutu

bunga itu sendiri. Penanganan pascapanen yang baik harus dilakukan sehingga

kondisi daun akan sama, baik sebelum transportasi ataupun setelah transportasi.

Rontok daun adalah cacat bunga yang paling sering dijumpai dalam industri bunga

potong. Hal ini diakibatkan karena sebagian daun tidak terlindungi secara langsung

oleh kemasan, baik primer maupun sekunder

Rontok daun diamati selama proses transportasi. Persamaan yang digunakan

(42)

  19 3. Rontok mahkota

Rontok mahkota diamati secara visual selama proses transportasi. Kerontokan

ditandai dengan mulai menggulungnya mahkota kearah luar dan dikatakan rontok

apabila mahkota benar-benar jatuh kebawah karena sama sekali sudah tidak ada

ketegaran mahkota. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan rontok mahkota

adalah :

% 100 sampel

total

mahkota rontok

mengalami yang

bunga total (%)

mahkota

Rontok = x

(43)

  20 E. Pengamatan Parameter Fisik

Pengamatan dan pengujian mutu bunga potong krisan setelah transportasi

meliputi panjang tangkai, diameter tangkai, diameter mahkota bunga, dan bobot

bunga. Pengamatan dan pengujian dilakukan pada keadaan awal sebelum dilakukan

transportasi, dan setelah bunga sampai ke tempat tujuan.

1. Panjang Tangkai

Diameter tangkai bunga diukur dengan menggunakan mistar secara tegak lurus

dari ujung bunga sampai ke ujung tangkai. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali

dan diambil rata-ratanya. Perhitungan penyusutan diameter tangkai adalah sebagai

berikut :

Pengukuran diameter dilakukan terhadap bunga krisan sebelum dan setelah

transportasi. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan atau

penyusutan yang terjadi karena proses metabolisme bunga selama proses transportasi.

Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong digital, dilakukan pada dua titik

yang berbeda yaitu bagian bawah dan bagian atas tangkai bunga. Perhitungan

penyusutan diameter tangkai bunga adalah :

(44)

  21 3. Pengukuran diameter mahkota bunga

Pengukuran diameter dilakukan terhadap bunga krisan potong selama proses

transportasi. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan diameter

bunga pada proses metabolisme bunga selama proses transportasi. Perlakuan

pascapanen yang baik, dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya

kenaikan diameter mahkota yang terlalu besar. Pengukuran dilakukan menggunakan

jangka sorong digital, dilakukan pengukuran pada dua titik yang berbeda kemudian

dirata-ratakan. Perhitungan kenaikan diameter bunga adalah

% kenaikan diameter bunga = x100%

Do Do Dt

Dimana : Do = diameter awal bunga (mm)

Dt = diameter akhir bunga (mm)

4. Bobot bunga

Berat bunga ditimbang dengan timbangan analitik. Penimbangan dilakukan

pada tiap tangkai bunga. Pengukuran susut bobot dilakukan berdasarkan presentase

penurunan bobot bahan sebelum pengangkutan sampai dengan setelah pengangkutan.

Persamaan yang digunakan untuk mengukur susut bobot adalah :

% susut bobot = x100%

Wo Wt Wo

Dimana : Wo = bobot awal bunga (gram)

(45)

  22 F. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan terhadap kesegaran dan bentuk mahkota, kesegaran

batang dan daun serta kesukaan. Pengujian dilakukan sebelum dan setelah

transportasi. Pengujian dilakukan dengan mengambil panelis sebanyak 9 orang untuk

mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap parameter yang akan dianalisa.

Panelis yang digunakan adalah panelis yang sudah berkompeten di bidangnya,

terutama dalam penilaian fisik bunga krisan. Penilaian berdasarkan kriteria suka dan

tidak suka. Skala nilai yang digunakan adalah :

1 = sangat tidak suka

2 = tidak suka

3 = biasa

4 = suka

(46)

  23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kerusakan Mekanis

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bunga potong krisan

White Fiji kualitas A yang mempunyai tingkat kerusakan 0 % (tidak ada).

Pengukuran tingkat kerusakan mekanis hanya dilakukan setelah transportasi. Dua hal

yang mempunyai pengaruh besar dalam tingkat kerusakan mekanis bunga adalah

adanya getaran dan tekanan terhadap bunga pada saat transportasi berlangsung. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya tumpukan yang

ikut mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis bunga. Selain itu, kondisi jalan buruk

yang mengakibatkan terjadinya goncangan – goncangan pada kendaraan. Goncangan

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya benturan antar bunga sehingga dapat

mengakibatkan kerusakan.

Kerusakan – kerusakan yang timbul akibat transportasi pada bunga adalah

luka memar karena tumbukan, disebabkan kerena jatuhnya produk, baik secara

langsung maupun dalam kemasan ke permukaan keras. Luka ini mungkin saja tidak

terlihat di permukaan komoditi, sehingga diperlukan pengontrolan yang sangat teliti

untuk mendapatkan kualitas yang sangat baik. Yang kedua adalah luka memar karena

getaran, terjadi karena packing yang tidak sesuai ataupun karena pengisian yang

berlebihan. Yang terakhir adalah luka memar atau lecet karena getaran, yang

diakibatkan karena kurangnya penanganan dalam packing yang menyebabkan

mudahnya luka atau lecet pada bunga. Luka atau kerusakan akan semakin banyak bila

permukaan kemasan kasar.

Berbagai kerusakan pada bunga juga diakibatkan karena perlakuan –

perlakuan yang kurang teliti dan kurang hati – hati dari karyawan yang berlangsung

selama proses pascapanen. Sebagai contoh adalah kegiatan bongkar muat bunga yang

terjadi sebelum dan setelah transportasi. Tidak jarang, timbulnya rontok daun dan

(47)

  24 Di dalam penelitian, kerusakan mekanis yang diamati pada bunga adalah patah

batang, rontok daun dan rontok mahkota. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan

menghitung persentase kerusakan pada tiap – tiap perlakuan bunga setelah proses

transportasi. Hasil persentase kerusakan bunga dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai persentase rata – rata tingkat kerusakan mekanis setelah transportasi.

Perlakuan

Jenis kerusakan (%)

Total (%) Patah batang Rontok daun Rontok mahkota

A1B1 0 3.33 0 3.33 A3 = kemasan primer dengan kertas koran

A4 = kemasan primer dengan kertas buram

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kerusakan mekanis bunga

potong krisan yang tinggi terjadi pada kemasan primer kertas koran dengan rata – rata

kerusakan sebesar 9.99%. Hal ini terjadi karena kertas koran mempunyai ketebalan

yang tidak cukup kuat untuk menahan besarnya tekanan dan getaran yang terjadi

selama proses transportasi berlangsung. Dari tabel juga dapat terlihat bahwa jenis

kerusakan terbesar diakibatkan karena adanya rontok daun. Sedangkan kerusakan

mekanis patah batang pada bunga mempunyai persentase kerusakan yang paling

(48)

  25

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 perlakuan

Patah batang ditandai dengan patahnya batang bunga. Dari hasil pengamatan

setelah proses transportasi, didapatkan banyaknya bunga yang mengalami patah

batang masing – masing 1 buah pada ulangan 1 dan ulangan 3. Pada ulangan 2 tidak

terdapat bunga yang mengalami patah batang. Bunga dengan kualitas mutu A

mempunyai batang yang kokoh dan kuat sehingga tidak mudah patah pada perlakuan

pascapanen.

Gambar 8. Banyaknya bunga yang tidak mengalami patah batang selama proses transportasi.

Analisis sidik ragam pada tabel 3 menunjukkan tidak adanya pengaruh

perlakuan kemasan, tumpukan, ataupun interaksi kemasan dan perlakuan terhadap

kerusakan mekanis patah batang pada bunga. Dari uji lanjut Duncan (lampiran 7)

juga menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh tiap – tiap perlakuan terhadap

kerusakan patah batang. Kerusakan mekanis patah batang pada bunga lebih

disebabkan pada penempatan bunga pada kemasan, di atas, tengah ataupun bawah.

(49)

  26 bunga adalah kemasan HVS dengan 15 tumpukan sedangkan perlakuan paling buruk

adalah kemasan koran dengan 25 tumpukan.

Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan patah batang pada bunga.

Sumber keragaman Jumlah kuadrat

Rontok daun adalah cacat bunga yang paling sering dijumpai dalam industri

bunga potong. Kerusakan ini ditandai dengan lepasnya daun dari tangkai / batang

bunga. Hal ini diakibatkan karena sebagian daun tidak terlindungi secara langsung

oleh kemasan primer. Sebagian produsen bunga terutama petani – petani bunga, tidak

begitu memperdulikan kondisi daun pada bunga karena fokus mereka adalah

melindungi mahkota bunga. Sebaliknya, kondisi dan kesegaran bunga merupakan hal

yang sangat penting dalam industri bunga.

Dari hasil pengamatan yang disajikan pada gambar 9 dapat dilihat bahwa

semua bunga mengalami rontok daun setelah proses transportasi berlangsung. Selain

itu, juga terlihat bahwa bunga dengan perlakuan 25 tumpukan mempunyai persentase

kerusakan lebih tinggi dibandingkan bunga dengan perlakuan 15 tumpukan dengan

kemasan yang sama. Kerusakan terkecil terjadi pada perlakuan kemasan HVS dengan

15 tumpukan (96.67 % utuh) sedangkan kerusakan terbesar terjadi pada perlakuan

(50)

  27

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 perlakuan

Gambar 9. Banyaknya bunga yang tidak mengalami rontok daun selama proses transportasi.

Analisis sidik ragam pada tabel 4 menunjukkan adanya pengaruh perlakuan

tumpukan terhadap kerusakan rontok daun pada bunga. Dari uji lanjut Duncan

(lampiran 8) diketahui bahwa kemasan kertas HVS dan buram 15 tumpukan

berpengaruh nyata terhadap kemasan koran dengan 25 tumpukan. Kemasan HVS dan

buram mempunyai kekakuan dan kekuatan untuk menahan getaran dan tekanan yang

lebih besar dibandingkan kemasan HDPE dan koran. Dari kedelapan perlakuan yang

diberikan, 4 perlakuan terbaik merupakan perlakuan dengan 15 tumpukan, sedangkan

perlakuan dengan 25 tumpukan berada di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa

tingginya persentase rontok daun berbanding lurus dengan banyaknya jumlah

tumpukan selama proses transportasi berlangsung. Semakin banyak tumpukan, maka

bunga yang mengalami kerusakan rontok daun akan semakin besar. Susunan vertikal

dalam kemasan menyebabkan bunga krisan yang berada pada lapisan bawah banyak

mengalami luka memar dan mengakibatkan kerontokan daun. Dari lampiran 18

terlihat bahwa banyaknya bunga yang mengalami rontok daun terjadi pada tumpukan

(51)

  28 Evaporasi akan menyebabkan berkurangnya air dalam bunga potong.

Kehilangan air hingga 10% atau lebih akan menyebabkan daun layu dan menurunnya

mutu bunga. Evaporasi akan meningkat bila suhu lingkungan tinggi dan kelembapan

udara di sekitar bunga relatif rendah (Soekartawi 1996). Proses transportasi yang

dilakukan pada siang hari mengakibatkan pangkal bunga menjadi kering dan

mempercepat terjadinya kerontokan daun.

Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan rontok daun pada bunga.

Sumber keragaman Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat

tengah F hitung F tabel

Kemasan 31.463 3 10.488 .781 3.24

Tumpukan 90.715 1 90.715 6.759* 4.49

Kemasan * tumpukan 24.059 3 8.020 .598 3.24

Galat 214.741 16 13.421

Total 360.978 23

α = 0.05

(52)

  29

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25

perlakuan

Rontok mahkota ditandai dengan terlepasnya mahkota bunga dari tempat

semestinya. Kerontokan terjadi karena kurangnya air yang mengalir ke mahkota

akibat tersumbatnya pembuluh tangkai sehingga tidak ada ketegaran pada bunga.

Hanya saja, dalam kasus ini (transportasi) kerontokan bunga lebih disebabkan karena

pengaruh kontak antar kemasan primer, maupun antar kemasan primer dengan

sekunder. Selain itu, kondisi jalan yang buruk juga ikut menentukan banyaknya

bunga yang mengalami kerontokan mahkota. Pengaruh goncangan yang besar akibat

buruknya jalan mengakibatkan beberapa kemasan primer pada bunga terlepas /

melorot sehingga kontak langsung antar mahkota tidak dapat terhindarkan.

Banyaknya bunga yang mengalami rontok mahkota tidak dipengaruhi oleh

banyaknya tumpukan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan yang disajikan

pada gambar 10. Dari gambar 10 terlihat bahwa pada kemasan HDPE, bunga dengan

perlakuan 15 tumpukan mempunyai persentase kerusakan lebih tinggi dibandingkan

bunga dengan perlakuan 25 tumpukan.

(53)

  30 Analisis sidik ragam pada tabel 5 menunjukkan adanya pengaruh perlakuan

kemasan terhadap kerusakan rontok mahkota pada bunga. Dari uji lanjut Duncan

(lampiran 9) diketahui bahwa kemasan buram 15 tumpukan berbeda nyata terhadap

tujuh perlakuan lainnya.Perlakuan A1B1 (HVS, 15 tumpukan) dan A2B2 (HDPE, 25

tumpukan) mempunyai tingkat kerusakan 0 (100 % utuh). Sedangkan tingkat

kerusakan tertinggi terjadi pada perlakuan buram dengan 15 tumpukan.

Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap kerusakan rontok mahkota pada bunga.

Sumber keragaman

Mahkota bunga bersentuhan langsung dengan kemasan primer. Untuk

menghindari luka, memar ataupun kerontokan pada mahkota maka diperlukan

kemasan yang mampu melindungi mahkota bunga secara optimum. Untuk itu

diperlukan bahan kemasan dengan tahanan gesek yang tinggi. Ketahanan gesek

menunjukkan seberapa kuat bahan kemasan digesek dengan beban tertentu sehingga

rusak. Gaya gesek pada permukaan kasar lebih besar dibandingkan dengan gaya

gesek pada permukaan licin. Plastik HDPE dan kertas HVS mempunyai ketahanan

gesek yang besar dibandingkan kemasan koran dan buram. Kemasan yang licin pada

HVS dan plastik HDPE membuat kemasan lebih tahan terhadap gesekan. Selain

ketahanan gesek, plastik HDPE juga mempunyai kekuatan tarik yang paling baik

dibandingkan kemasan lainnya.

Plastik dan kertas mempunyai daya serap air yang berbeda. Pada saat

pengamatan setelah transportasi berlangsung, dapat terlihat bahwa kemasan kertas

koran mengalami kerusakan (sobek) yang paling besar. Kerusakan tersebut

(54)

  31 bunga selama transportasi mengakibatkan koran menjadi basah dan mudah

mengalami kerusakan. Berbeda halnya dengan kemasan HDPE, kemasan ini

mempunyai daya serap air yang rendah sehingga tingkat kerusakan dapat ditekan.

B. Pengukuran Parameter Fisik

1. Susut panjang tangkai

Perhitungan susut panjang tangkai dilakukan setelah transportasi. Panjang

tangkai bunga diukur mulai dari ujung tangkai sampai ke ujung mahkota bunga.

Panjang tangkai sangat berpengaruh dalam industri bunga karena hal ini berkaitan

langsung dengan permintaan konsumen yang selalu mempunyai standar tertentu

dalam membeli bunga.

Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam pengaruh kemasan dan tumpukan terhadap susut

panjang tangkai pada bunga.

Sumber keragaman

Pada lampiran 10 dapat terlihat bahwa kemasan yang mengalami susut

panjang tertinggi adalah kemasan kertas buram dengan 15 tumpukan (A4B1).

Sedangkan susut panjang tangkai terkecil adalah kemasan kertas buram dengan 25

tumpukan (A4B2). Hal ini dapat terjadi karena kertas buram mempunyai tingkat

kekuatan dan kekakuan yang rendah sehingga tidak dapat melindungi mahkota bunga

secara sempurna. Akibatnya, mahkota bunga akan mekar setelah kemasannya dibuka.

Kemekaran mahkota bunga ini akan membuat panjang tangkai berkurang karena

panjang mahkota akan berkurang. Rata – rata susut panjang tangkai pada tiap

(55)

  32

HVS+15 HVS+25 HDPE+15 HDPE+25 KORAN+15 KORAN+25 BURAM+15 BURAM+25 Perlakuan

Hasil analisis sidik ragam terhadap susut panjang tangkai pada tabel 6

menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan kemasan, tumpukan maupun interaksi

kemasan dan tumpukan terhadap susut panjang tangkai. Hal ini terjadi karena

terjadinya susut panjang tangkai lebih dipengaruhi oleh penyimpanan bunga yang

berhubungan dengan meningkatnya proses metabolisme dan katabolisme bunga. Dari

uji lanjut Duncan (lampiran 11) terlihat bahwa ke -8 perlakuan tidak berbeda nyata.

Gambar

Tabel 1. Pengelompokan bunga Krisan menurut SNI  ..............................
Gambar 1. Bunga potong krisan White Fiji tipe standar
Tabel 1. Pengelompokan bunga krisan menurut Standar Nasional Indonesia.
Gambar 2. Pola penyusunan bunga dalam pick up
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari pengaruh pencelupan ke dalam air 10 0 C yang dilakukan sebelum pengemasan, pengaruh perbedaan cara

Kegiatan agribisnis florikultura merupakan kegiatan ekspor non migas yang cukup menjanjikan. Penggunaan bunga segar di masyarakat Indonesia pada saat ini semakin meningkat, hal

Untuk parameter susut bobot, dengan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa bunga yang mendapatkan perlakuan A4B1 (kemasan kertas buram, konsentrasi KMnO4 10%) tidak berbeda

Pengaruh 1-MCP Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Lama Kesegaran Bunga K risan ‘White Fiji’. Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan B, C, D, dan E

Lembar kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan untuk penelitian “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan (Studi Kasus: Sondi Raya Chrysanth

Dengan begini menunjukan bahwa konsumen dari kedua florist lebih berminat pada bunga potong krisan tipe spray, konsumen dari kedua floris memberikan alasan yang

Penggunaan blower diduga dapat mengurangi uap panas yang dihasilkan cabai rawit selama simulasi transportasi dan penggunaan pengemasan kardus dapat melindungi bahan