• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Penggunaan Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN)

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 112-117)

tentang sesuatu sejumlah 16 data dengan persentase 25%; (2) makna menunjukkan kekecewaan/kemarahan sejumlah 31 data dengan persentase 49%;(3) makna menunjukkan rasa tidak suka sejumlah 15 data dengan persentase 24%; dan (4) makna mempertajam penghinaan hanya 1 data dengan persentase 2%.

4. Latar Belakang Penggunaan Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN)

Ditinjau dari latar belakang program acaraTalk Show Mata Najwa (MN) yang membahas tentang politik dan isu–isu terbaru dalam pemerintahan. Cara mengemas Talk Show yang sangat menarik dan juga kekhasan yang dimiliki oleh pembawa acara dalam menggali informasi–informasi yang akurat dari para nara sumber, dari hal yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak dapat diperoleh pada program acara yang lain di Talk Show Mata Najwa semua hal menjadi terungkap, terbuka ke khalayak.

Ciri khas dari pembawa acara Talk Show Mata Najwa dalam menggali informasi dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang berbobot, sanggahan–sanggahan yang disertai dengan bukti yang relevan sering kali membuat nara sumber tidak dapat mengelak atau menutupi kesalahan dan juga kebenaran yang telah terjadi serta kebiasaan dari para nara sumber yang selalu berusaha untuk menutupi informasi, kebenaran ataupun kebohongan yang dapat merugikan dirinya atau orang lain dengan berbagai alasan. Dari latar belakang itulah kemudian sering muncul penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme untuk mewakili apa yang ingin mereka sampaikan serta memperoleh informasi yang mereka inginkan.

Beberapa latar belakang penggunaan ungkapan eufemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN) antar lain; (a) untuk menghindari kata-kata atau hal-hal yang tabu (sensitif); (b) untuk menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menimbulkan

konflik (menyinggung perasaan orang lain); (d) untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar.

Adapun beberapa latar belakang penggunaan ungkapan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN) yaitu; (a) untuk merendahkan atau mengungkapkan penghinaan; (b) untuk menunjukkan rasa tidak suka, juga ketidaksetujuan terhadap seseorang atau sesuatu; (c) untuk memperkuat atau mempertajam penghinaan; (d) untuk memberikan penggambaran yang negatif tentang lawan politik, baik pandangan, sikap, maupun prestasinya; (e) untuk mengungkapkan kemarahandan kejengkelan; (f) untuk mengumpatatau menunjukkan kekuasaan.

B. Pembahasan

Hasil penelitian penggunaan eufemisme dan disfemisme Talk Show Mata Najwa dalam empat edisi tayang pada penelitian ini menghasilkan tiga bentuk satuan gramatikal ungkapan eufemisme dan disfemisme. Bentuk satuan gramatikal eufemisme dalam Talk Show MN adalah (a) bentuk satuan gramatikal kata, baik berupa kata dasar misalnya kompensasi, residivis, sejahtera, maupun berupa kata berimbuhan misalnya dizalimi, pencuri, penurunan, meninggal. (b) bentuk satuan gramatikal frasa, baik frasa denotatif misalnya keluar paksa, pengambil kebijakan, anak pinaknya, maupun frasa konotatif misalnya orangnya dingin, meja hijau. (c) bentuk satuan gramatikal klausa misalnya anak di bawah umur, penggunaan uang yang tidak jelas, orangnya yang tidak benar. Bentuk satuan gramatikal disfemisme dalam Talk Show MN adalah (a) bentuk satuan gramatikal kata baik kata dasar, misalnya korupsi, jahat, bodong, pecundang maupun bentuk kata berimbuhan misalnya melecehkan, mengkhianati, menjebloskan. (b) bentuk satuan gramatikal frasa baik frasa denotatif, misalnya ganti rugi, tak sudi, cacat hukum, maupun frasa konotatif misalnya kambing hitam, rekening gendut, buang badan. (c) bentuk satuan gramatikal klausa, misalnya pagi kedelai sore tempe.

Hasil penelitian mengenai tipe–tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Allan & Burridge (1991:14).Pada penelitian ini ditemukan beberapa tipe eufemisme yaitu (1) tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) misalnya meja hijau, orang kecil, tulang punggung. (2) tipe Flipansi (Flippancy) misalnya orangnya dingin. (3) tipe sirkumlokusi (circumlocutions)

(clipping) misalnya pewarta. (5) tipe akronim (acronym) misalnya rutan (rumah tahanan). (6) tipe singkatan (abbreviations) misalnya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). (7) tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) misalnya dizalimi, keluhan, bersentuhan, menekan. (8) tipe kata umum menjadi kata khusus (synecdoche totem pro parte) misalnya penggunaan uang yang tidak jelas. (9) tipe penggunaan jargon / istilah teknis, misalnya isu, oposisi, bernasib malang, eksepsi. (10) tipe penggunaan istilah pinjaman dari bahasa lain (borrowing) misalnya office boy, cost. Tipe ungkapan disfemisme yaitu (1) tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) misalnya dikerdilkan, momok, buang badan. (2) tipe pemodelan kembali (remodeling) misalnya kambing hitam, pagi kedelai sore tempe. (3) tipe kliping (clipping) misalnya upah, miskin, dibenci, fitnah. (4) tipe singkatan (abbreviations) misalnya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). (5) tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) misalnya bodong, raibnya, ditumbalkan. (6) tipe hiperbola (hyperbole) misalnya sengketa, pertarungan, kecaman. (7) tipe makna di luar pernyataan (understatement) misalnya kenyataan pahit. (8) tipe penggunaan jargon/istilah teknis, misalnya koruptor, lebay. (9) tipe penggunaan istilah umum/kolokial (colloquial) misalnya majikan, pecundang, nyali, maling. (10) tipe penggunaan istilah pinjaman dari bahasa lain (borrowing) misalnya dirampungkan.

Pernyataan mengenai referensi eufemisme dan disfemisme yang dikemukakan Wijana & Rohmadi (2008:97) juga menjadi acuan dalam penelitian ini.Beberapa referensi ungkapan eufemisme yang dihasilkan antara lain; (a) benda, misalnya kompensasi, meja hijau, anak pinak, rutan, (b) profesi, misalnya pengambil kebijakan, petugas keamanan, pewarta. (c) aktivitas, misalnya menginap, menihilkan, dimutasi. (e) peristiwa, misalnya penurunan, meninggal, terkoyak. (d) sifat/keadaan, misalnya sejahtera, cost, orangnya tidak benar, luka secara mental. Referensi ungkapan disfemisme antara lain; (a) benda/binatang, misalnya upah, rekening gendut,kambing hitam. (b) bagian tubuh, misalnya bodong, catatan kaki. (c) profesi, misalnya koruptor, maling. (d) penyakit, misalnya bisu. (e) aktivitas, misalnya dipenjara, dicemooh, menjebloskan. (f) peristiwa, misalnya kecaman, pertikaian, sengketa, mati. (f) sifat/keadaan, misalnya celakanya, ternodai, sial.

bahasa sebagai alat komunikasi. Pada keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan beberapa fungsi eufemisme yaitu; (1) fungsi ekspresif, misalnya orang kecil, tiarap tak berdaya, keluh kesah, keluarga tidak mampu; (2) fungsi direktif, misalnya keluar paksa; (3) fungsi fatis, misalnya meninggal, pengambil kebijakan, luka secara mental; dan (4) fungsi metalinguistik, misalnya tertuduh, terkoyak, mengumpat. Fungsi disfemisme pada keempat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN) antara lain; (1) fungsi ekspresif, misalnya sesat, miskin, lempar, nongol; (2) fungsi fatis, misalnya lumpuh; dan (3) fungsi metalinguistik, misalnya terhina, pantas, PHK.

Adapun makna ungkapan eufemisme yang ditemukan pada keempat episode tayang Talk Show MN, antara lain; (1) menghindari kata–kata yang menyinggung perasaan orang lain, (2) menghindari perasaan tidak nyaman lawan bicara/yang mendengar, (3) menunjukkan rasa hormat lawan bicara/yang bersangkutan. Kemudian makna ungkapan disfemisme yang ditemukan pada keempat episode tayang Talk Show MN, antara lain ;(1) memberikan gambaran negatif tentang sesuatu, (2) menunjukkan kekecewaan/kemarahan, (3) menunjukkan rasa tidak suka, dan (4) mempertajam penghinaan.

Berdasarkan temuan di atas disimpulkan bahwa terdapat beberapa latar belakang penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme pada talk show MN. Berikut alasan penutur menggunakan ungkapan eufemisme antar lain; (a) untuk menghindari kata-kata atau hal-hal yang tabu (sensitif); (b) untuk menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menimbulkan konflik (menyinggung perasaan orang lain); (c) untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar. Kemudian latar belakang penutur menggunakan ungkapan disfemisme yaitu; (a) untuk merendahkan atau mengungkapkan penghinaan;(b) untuk menunjukkan rasa tidak suka, juga ketidaksetujuan terhadap seseorang atau sesuatu; (c) untuk memperkuat atau mempertajam penghinaan;(d) untuk memberikan penggambaran yang negatif tentang lawan politik, baikpandangan, sikap, maupun prestasinya; (e) untuk mengungkapkan kemarahandan kejengkelan; (f) untuk mengumpatatau menunjukkan kekuasaan.

Selain, teori yang telah dikemukan di atas, penelitian ini juga dihadapkan pada penelitian-penelitian sejenis dan yang dilakukan sebelumnya.Tesis Purba (2002) yang berjudul Eufemisme dalam Bahasa Simalungun membahas bentuk dan fungsi

mencari bentuk dan fungsi eufemisme.Ada dua belas bentuk eufemisme dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anita Purba antara lain; ekspresi figuratif, metafora, sirkumlokusi, kliping, pelepasan satu kata untuk menggantikan kata yang lain, umum ke khusus, hiberbola, pernyataan yang tidak lengkap, kolokial, remodeling, dan sebagian untuk semua. Fungsi eufemisme dalam bahasa Simalungun berhubungan dengan sapaan atau penamaan yang menghindari tabu. Menurutnya, bahasa simalungun mempunyai pola dan struktur yang lebih kompleks dari pada pola bahasa lain.Penelitian Purba dan penelitian Talk Show Mata Najwa ini mempunyai sumber data yang sama yaitu bahasa lisan. Yang membedakan adalah fungsi eufemisme pada Talk Show Mata Najwa didasarkan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.Penelitian ini juga tidak terbatas hanya pada ungkapan eufemisme tetapi juga bentuk dan fungsi ungkapan disfemisme.

Tesis Sunarso (1998) menyimpulkan referensi eufemisme bersangkutan dengan tubuh manusia, baik yang berhubungan dengan tubuh, sifat, maupun perbuatannya.Sebab-sebab timbulnya eufemisme menurut Sunarso antara lain yaitu karena rasa takut yang dialami oleh penutur akan bahaya yang akan timbul, keinginan untuk menutupi atau menyembunyikan sesuatu atau keadaan buruk, dan keinginan untuk menghormati lawan bicara atau mitra tutur. Penggunaan bentukeufemistis juga mencerminkan sikap penutur terhadap peristiwa, keadaan, atau realitas yang dihadapi. Sikap yang dimaksud antara lain berupa sikap keagamaan, seperti eufemisme tentang kematian dan sikap ilmiah, seperti penggunaan istilah yang berasal dari bahasa asing.Penelitian Sunarso hanya meneliti tentang referensi eufemisme saja sedangkan pada penelitian Talk Show Mata Najwa ini juga meneliti tentang bentuk, tipe, fungsi, serta makna ungkapan eufemisme dan disfemisme.

Penelitian Wijana (2004) membahas bentuk dan referensi makian dalam bahasa Indonesia. Menurutnya bentuk makian dalam bahasa Indonesia ada tiga, yaitu kata, frase, dan klausa. Sedangkan referensi makian dalam bahasa Indonesia ada delapan, yaitu keadaan, binatang, makhluk halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas dan profesi.Penelitian Wijana dan penelitian Talk Show Mata Najwa ini mempunyai persamaan dalam menyimpulkan bentuk dan referensi makian (disfemisme) yang membedakan adalah sumber data yang dipakai dalam penelitian wijana tidak terjadi interaksi secara langsung antara penutur dan mitra tutur.

Realisasi penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dalam tesis Purba (2002), tesis Sunarso (1998), dan penelitian Wijana (2004), sangat berguna bagi peneliti sebagai dasar untuk menemukan data–data penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dari beberapa teori. Pada talk showMata Najwaini merupakan sebuah talk show yang menyajikan pengetahuan secara luas dengan menggali informasi–informasi yang aktual dengan disertai nara sumber yang bersangkutan langsung dengan tema, isu, permasalahan yang akan diperbincangkan dalam talk show tersebut. Penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme sangat diperlukan dalam sebuah percakapan atau tuturan agar para penutur merasa nyaman dalam berkomuikasi, menyampaikan informasi, menggali informasi, atau pun dalam menyampaikan perasaan/emosi yang mungkin tidak dapat disampaikan secara langsung. Penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme ini menjadikan talk show sangat efektif dan atraktif karena pemirsa atau pun penikmat beserta penutur dan mitra tutur dalam talk show Mata Najwa dapat memperoleh informasi yang aktual dan akurat.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 112-117)

Dokumen terkait