• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Beberapa analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil analisis dokumen yang berupa klasifikasi ungkapan eufemisme dan disfemisme yang ditemukan dari Talk Show Mata Najwa (MN). Ditemukan pula bentuk, tipe, referensi, fungsi dan makna serta alasan penutur menggunakan ungkapan eufemisme dan disfemisme pada Talk ShowMata Najwa (MN). Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teori sosiolinguistik. Analisis data merupakan tahap yang terpenting dalam sebuah penelitian. Tahapan ini dilakukan dalam rangka menemukan jawaban-jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah.

Ungkapan eufemisme adalah kata-kata yang digunakan untuk memperhalus kenyataan atau apapun yang kita ungkapkan pada pembaca (penutur) atau pendengar (mitra tutur), (Scott, 1998:5). Dalam Allan dan Burridge (1991:26), mengungkapkan bahwa ungkapan disfemisme digunakan untuk membicarakan lawan, untuk menunjukkan ketidaksukaan, serta digunakan sebagai ungkapan penghinaan, meremehkan, atau merendahkan lawan. Berikut ini merupakan hasil analisis dokumen yang menunjukkan klasifikasi secara keseluruhan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4. Klasifikasi Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Dalam Empat Episode Talk Show Mata Najwa (MN) Bulan Februari 2015

No Jenis Ungkapan Episode Talk

Show No Data Jumlah Data Persentase 1 Eufemisme a. KOKMT 1,4,8,9,10,12,14,17,18,19,20,24,26 13 46% b. AMS 35,36,37,39,42,45,47,48,49,53,54 11 c. KPJ 56,64,65,69,70,71,73,74,75,76,81, 82,84 13 d. DKJP 89,91,92,93,96,97,98,99,101,102, 103,107,111,112,114,115 16

Jumlah Data Eufemisme 53

2 Disfemisme a. KOKMT 2,3,5,6,7,11,13,15,16,21,22,23,25, 27,28,29,30,31,32 19 54% b. AMS 33,34,38,40,41,43,44,46,50,51,52 11 c. KPJ 55,57,58,59,60,61,62,63,66,67,68 ,72,77,78,79,80,83,85,86 19 d. DKJP 87,88,90,94,95,100,104,105,106, 108,109,110,113 13

Jumlah Data Disfemisme 62

(2)

Tabel di atas merupakan hasil analisis dari keseluruhan tayanganTalk Show Mata Najwa (MN) selama bulan Februari 2015, yaitu edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT), edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” (AMS), edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ), edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP). Tayangan tersebut sudah ditranskripsi, diklasifikasi data dan bukan data, serta diklasifikasi ungkapan eufemisme dan ungkapan disfemisme dalam setiap tayangan tersebut.

Pada table 5Talk Show Mata Najwa (MN), edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” dalam proses pengumpulan data menemukan ungkapan eufemisme sebanyak 13 data. Pada edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” ditemukan 11 data ungkapan eufemisme, kemudian pada edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” ditemukan 13 data dan pada edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” menemukan 16 data ungkapan eufemisme. Dari keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) dapat menemukan 53 data ungkapan eufemisme dengan persentase 46%.

Dalam proses pengumpulan data juga menemukan penggunaan ungkapan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN), edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” sebanyak 19 data. Pada edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” ditemukan sebanyak 11 data, dan pada edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” ungkapan disfemisme yang ditemukan sebanyak 19 data, pada edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” ditemukan sebanyak 13 data ungkapan disfemisme. Dari keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) dapat menemukan 62 data ungkapan disfemisme dengan persentase 54%.Dapat dilihat hasil analisis keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) menunjukkan bahwa penggunaan ungkapan disfemisme lebih mendominasi walaupun selisihnya tidak begitu banyak.Ungkapan disfemisme dengan persentase sebesar 54% sedangkan penggunaan ungkapan eufemisme sebesar 46%.

(3)

1. Bentuk dan Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN)

1.1 Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN)

Bentuk satuan gramatikal yang digunakan dalam ungkapan eufemisme dan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN) terdiri atas ; kata (kata dasar dan kata berimbuhan), frasa (frasa denotatif dan frasa konotatif), sertaklausa. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT)ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 23 ungkapan, dalam bentuk frasa menemukan 8 ungkapan, kemudian dalam bentuk klausa hanya ditemukan 1 ungkapan eufemisme saja. Rincian data dipaparkan dalam tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT)

No Jenis Ungkapan Bentuk Ungkapan No Data Jumlah Data Persentase 1 Eufemisme a. Kata 4,9,10,14,18,19,24 7 22% b. Frasa 1,12,17,20,26, 5 16% c. Klausa 8 1 3% 2 Disfemisme a. Kata 2,3,5,7,11,13,15,16,21, 23,25,27,28,29,31,32 16 50% b. Frasa 6,22,30 3 9% Jumlah 32 100%

Tabel 4.1 di atas menemukan 32 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 22%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 16%, Euf-klausa hanya sejumlah 1 ungkapan dengan persentase 3%. Kemudian Dis-kata sejumlah 16 ungkapan dengan persentase 50%, Dis-frasa hanya sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 9%. Bentuk-bentuk ungkapan eufemisme dandisfemisme yang paling dominan adalah Dis-kata karena persentasenya lebih tinggi dari pada bentuk ungkapan lain, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, dan Euf-Klausa.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” (AMS) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan

(4)

disfemisme, yaitu: kata sebanyak 19 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 3 ungkapan. Rincian data dipaparkan dalam tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Aksi Mentari Susi" (AMS)

No Jenis Ungkapan Bentuk Ungkapan No Data Jumlah Data Persentase 1 Eufemisme a. Kata 35,36,37,39,42,47,49,53, 54 9 41% b. Frasa 45,48 2 9% 2 Disfemisme a. Kata 33,34,38,40,41,43,44,46, 50,52 10 45% b. Frasa 51 1 5% Jumlah 22 100%

Tabel 4.2 di atas menemukan 22 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 9 ungkapan dengan persentase 41%, Euf-frasa hanya ditemukan 2ungkapan dengan persentase 9%. Kemudian Dis-kata sejumlah 10 ungkapan dengan persentase45%, Dis-frasa hanya hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 5%. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” (AMS) tidak ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan bentuk klausa sehingga bentuk Dis-kata yang paling dominan dengan persentase45%, selanjutnya Euf-kata dengan presestase 41%.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 19 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 9 ungkapan, dalam bentuk klausa sejumlah 3 ungkapan.Rincian data dipaparkan dalam tabel 4.3 di bawah ini.

(5)

commit to user

Tabel 4.3 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ)

No Jenis Ungkapan Bentuk Ungkapan No Data Jumlah Data Persentase 1 Eufemisme a. Kata 56,64,70,81,82,84 6 19% b. Frasa 69,71,73,74,76 5 16% c. Klausa 65,75 2 6% 2 Disfemisme a. Kata 55,57,58,59,60,62,63, 72,77,78,80,83,85 13 42% b. Frasa 66,67,79,86 4 13% c. Klausa 68 1 3% Jumlah 31 100%

Tabel 4.3 di atas menemukan 31 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 6 ungkapan dengan persentase 19%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 16%, Euf-klausa hanya sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 6%. Kemudian Dis-kata sejumlah 13 ungkapan dengan persentase 42%, Dis-frasa sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 13%, Dis-klausa hanya 1 ungkapan dengan persentase 3%.Bentuk-bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan adalah Dis-kata dengan persentase lebih tinggi dari pada yang lainnya, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, diikuti Dis-frasa, Euf-klausa, dis-klausa.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 21 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 5 ungkapan, dalam bentuk klausa hanya ditemukan 1 ungkapan eufemisme. Rincian data dipaparkan dalam tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP)

No Jenis Ungkapan Bentuk Ungkapan No Data Jumlah Data Persentase 1 Eufemisme a. Kata 99,102,103,107,111,112, 114,115 8 30% b. Frasa 89,92,93,98,101 5 19% c. Klausa 97 1 4% 2 Disfemisme a. Kata 87,88,90,94,95,100,104, 105,106,108,109,110,113 13 48%

(6)

Tabel 4.4 di atas menemukan 27ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 8 ungkapan dengan persentase 30%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 19%, Euf-klausa hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 4%. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP) ditemukan penggunaan disfemisme yang berbentuk kata saja sejumlah 13 ungkapan dengan persentase 48%dan Dis-kata tersebut menjadi bentuk disfemisme yang paling dominan dengan persentase lebih tinggi dari pada yang lainnya, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, dan Euf-klausa.

a. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Kata

Kata adalah satuan gramatikalterkecil yang bebas dan memiliki makna. Kata dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan maupun kata majemuk. Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dalam bentuk satuan gramatikal kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) terdapat 80jumlah ungkapan yang terkumpul.

a) Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Kata

Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 30 ungkapan. Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(1) Konteks Tuturan:

Tuturan ini terjadi ketika percakapan antara pembawa acara dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS).

Bentuk Tuturan:

Riza : Jika kita menggunakan indikator maka bisa terlihat adanya penurunan dari 106 di bulan Oktober menjadi 105 di bulan November kemudian turun kembali menjadi 102 di bulan Desember dan membaik di bulan Januari menjadi 105 sekarang.

(7)

Tuturan yang dituturkan oleh Riza terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah penurunan. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan eufemisme yang berupa satuan gramatikal kata berimbuhan, yakni dari kata dasar turun yang mendapat konfiks pe–/–an. Kata penurunan termasuk dalam ungkapan eufemisme karena lebih halus dan lebih sopan dari pada kata kemrosotan. Jika digunakan dalam konteks percakapan dengan seseorang yang lebih tua atau lebih tinggi posisi atau jabatannya maka penggunaan kata penurunan dirasa lebih tepat dari pada kata kemrosotan.

Bentuk lain yang merupakan satuan gramatikal kata dapat dilihat sebagai berikut.

(2) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi ketika pembawa acara membacara prolog atau pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dengan narasumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS). Bentuk Tuturan:

Najwa : Indonesia yang di kelilingi perairan malah jadi surga bagi pencuri ikan. Menteri Susi jelas puya banyak pekerjaan, sudah cukupkah Ia membuat gebrakan ?

(035/MN-AMS/Euf-Kata/11-2-2015)

Tuturan pada data (2) terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah pencuri. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan eufemisme yang berupa satuan gramatikal kata berimbuhan, yakni dari kata dasar curi yang mendapat konfiks pen– . Kata pencuri termasuk dalam ungkapan eufemisme karena lebih sopan dan dirasa lebih tepat jika digunakan untuk berkomunikasi dengan orang laindari pada kata maling.

(8)

b) Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Kata

Pada penelitian ini data yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme dalam bentuk kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 52 ungkapan. Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(3) Konteks Tuturan:

Tuturan ini terjadi pada percakapan antara pembawa acara dan nara sumberdalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT).

Bentuk Tuturan:

Najwa : eem… sudah banyak yang diliput media tapi saya ingin langsung dengar dari mas Hendra, persisnya kenapa waktu itu mas Hendra mau diminta menjadi direktur utama sebuah PT yang belakangan akhirnya terjerat kasus korupsi ?

(002/MN-KOKMT/Dis-Kata/4-2-2015)

Tuturan yang dituturkan oleh Najwa Shihab pada data (002) terdapat penggunaan ungkapan disfemismedalam bentuk satuan gramatikal kata, tampak pada kata korupsi.Kata korupsitermasuk dalam jenis kata dasar atau morfem bebas.Kata tersebut digunakan untuk menggantikan ungkapan penggelapan uang Negara karena dirasa lebih kasar dan merupakan penanda adanya ungkapan disfemisme yang maknanya untuk menunjukkan atau mempertajam kemarahan seseorang terhadap sesuatu.

Bentuk lain yang termasuk dalam satuan gramatikal kata telihat pula pada data berikut.

(4) Konteks Tuturan:

Percakapan ini terjadi antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

(9)

Bentuk Tuturan:

Desmon : iya maksud saya gitu pak, kita memproses kalau dasarnya adalah pemberhentian yang nongol.

(058/MN-KPJ/Dis-Kata/18-2-2015)

Adapun istilah nongol pada tuturan tersebut, digunakan untuk menggantikan istilah muncul.Istilah nongol merupakan penanda adanya ungkapan disfemisme berupa satuan gramatikal kata yang termasuk dalam jenis kata dasar.Kata nongol bermakna menggambarkan keadaan emosional seseorang dengan bahasa yang lebih kasar sehingga lebih mempertajam maksud penutur.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa kata pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.5 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 4,9,10,14,18,19,24 7 2 AMS 35,36,37,39,42,47,49,53, 54 9 3 KPJ 56,64,70,81,82,84 6 4 DKJP 99,102,103,107,111,112, 114,115 8 Jumlah 30

Tabel 4.5 tampak bahwa data penggunaan eufemisme berupa kata baik menggunakan kata dasar maupun berupa kata berimbuhan, total berjumlah 30 kata.Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaanungkapan eufemisme yang berupa kata dari empat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 7 kata, episode dengan judul “AMS” berjumlah 9 kata, selanjutnya episode berjudul “KPJ” berjumlah 6 kata, dan episode “DKJP” sejumlah 8 kata dan totalnya berjumlah 30 kata.

(10)

Tabel 4.6 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk

Show No Data Disfemisme

Jumlah Data 1 KOKMT 2,3,5,7,11,13,15,16,21, 23,25,27,28,29,31,32 16 2 AMS 33,34,38,40,41,43,44,46, 50,52 10 3 KPJ 55,57,58,59,60,62,63,72, 77,78,80,83,85 13 4 DKJP 87,88,90,94,95,100,104, 105,106,108,109,110,113 13 Jumlah 52

Tabel di atas tampak data penggunaan disfemisme berupa kata baik menggunakan kata dasar maupun berupa kata berimbuhan, total berjumlah 52 kata.Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan disfemisme yang berupa kata dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN)sebagai berikut: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 16 kata, episode dengan judul “AMS” berjumlah 10 kata, selanjutnya episode berjudul “KPJ” berjumlah 13 kata, dan episode “DKJP” sejumlah 13 kata dan totalnya ungkapan disfemisme dalam bentuk kata berjumlah 52 kata.

b. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Frasa

Frasa adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memiliki satu kepala atau inti.Frasa tidak memiliki makna predikatif dan tidak bermakna proposisi, hanya merupakan istilah.Frasa dapat berupa frasa denotatif yakni frasa yang maknanya didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa (makna apa adanya), dan frasa konotatif yakni frasa yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (frasa yang maknanya berbeda dengan makna kata yang sebenarnya).

a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Frasa

Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 17

(11)

(5) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi saat percakapan antara pembawa acara dan narasumber padaTalk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ)).

Bentuk Tuturan:

Nur Syahbani : Itu anak pinaknya belum selesai, misalnya kasus century itu kekhawatiran yang besar sekali gitu.

(069/MN-KPJ/Euf-Frasa/4-2-2015)

Pada narasi yang dibacakan oleh Najwa terdapat penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa yang berupa frasa anak pinaknya. Frasa tersebut termasuk dalam jenis frasa denotatif karena makna yang dihasilkan pada frasa anak pinak sama atau makna apa adanya dengan kata yang digantikan. Frasa anak pinaknya digunakan untuk menggantikan istilah antek (anak buah), namun untuk menghindari kata – kata yang dapat menyinggung perasaan orang yang bersangkutan ataupun orang lain yang mendengar karena maka dipilih istilah yang lebih halus dan lebih sopan.

Bentuk lain yang merupakan satuan gramatikal frasa dapat dilihat sebagai berikut.

(6) Konteks Tuturan:

Percakapan terjadi antara pembawa acara dan narasumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

Bentuk Tuturan:

Fadjroel : pak Bambang Wijayanto kan juga sebelumnya mengatakan “saya mau mengundurkan diri”, karena memang sesuai dengan UU No. 30 tahun 2002.

(071/MN-KPJ/Euf-Frasa/18-2-2015) Pada tuturan di atas dapat ditemukan frasa mengundurkan diri yang merupakan penanda adanya penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa. Frasa mengundurkan diri merupakan jenis frasa denotatif karena makna pada setiap katanya sama dengan makna yang ditimbulkan pada penggabunganya. Frasa mengundurkan diri digunakan untuk menggantikan istilah resign dalam bahasa Inggris yang juga

(12)

berarti berhenti dari jabatan/posisi tertentu. Frasatersebut dinilai lebih halus dan santun untuk menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain.

b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Frasa

Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) yang ditemukan lebih sedikit dari pada penggunaan eufemisme yaitu sebanyak 9 ungkapan.Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(7) Konteks Tuturan:

Percakapan terjadi antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

Bentuk Tuturan:

Desmon : Anda… Prasetyo bermasalah, Haiti bermasalah dengan rekening gendut anda harus jujur ini.

(067/MN-KPJ/Dis-Frasa/18-2-2015)

Penggunaan ungkapan disfemisme bentuk frasa terlihat jelas pada tuturan tersebut dengan adanya penanda frasa rekening gendut. Frasa tersebut dapat diartikan sama dengan rekening yang tidak wajar. Frasa rekening gendut dirasa lebih mewakili keadaan untuk mengungkapkan kemarahan dan kejengkelan terhadap seseorang atau sesuatu.Frasa rekening gendut termasuk pula tipe disfemisme ekspresi figuratif, yaitu tipe disfemisme dengan melambangkan atau mengibaratkan benda mati yang diibaratkan seperti makhluk hidup.Tampak pada kata rekening yang merupakan benda mati yang diibaratkan bisa mengalami pertumbuhan (gendut) seperti layaknya makhluk hidup.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme bentuk frasa terlihat pula pada data berikut ini.

(13)

(8) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi ketika pembawa acara membacara epilog yang merupakan kesimpulan dari pembahasan selama acara Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT).

Bentuk Tuturan:

Najwa : Sebagai tumbal mereka tersisa jadi catatan kaki, betapa gawatnya ketika hukum sudah kehilangan nyali.

(030/MN-AMS/Dis-Frasa/4-2-2015)

Pada tuturan yang dituturkan oleh Najwa terdapat penggunaan ungkapan disfemisme bentuk frasa dengan adanya penanda frasa catatan kaki. Frasa tersebut dapat diartikan sama dengan sesuatu yang selalu terbawah karena sejatinya catatan kaki terletak dibagian bawah suatu artikel atau buku. Frasa catatan kaki termasuk pula tipe disfemisme ekspresi figuratif, yaitu tipe disfemisme dengan mengibaratkan keadaan atau posisi seseorang yang selalu di bawah, tidak pernah dianggap dan menyamakannya dengan istilah catatan kaki yang memang terletak di bagian bawah artikel atau buku.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa frasa pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.7 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Frasa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 1,12,17,20,26, 5 2 AMS 45,48 2 3 KPJ 69,71,73,74,76 5 4 DKJP 89,92,93,98,101 5 Jumlah 17

Tabel 4.7 tampak data penggunaan eufemisme berupa frasa, total berjumlah 17 frasa.Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rinciannya penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa dari empat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 5 frasa, episode dengan judul “AMS” berjumlah 2 frasa, selanjutnya episode berjudul “KPJ” berjumlah

(14)

5frasa, dan episode “DKJP” sejumlah 5 frasa, dan keseluruhan data yang ditemukan sebanyak 17 frasa.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Frasa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk

Show No Data Disfemisme

Jumlah Data 1 KOKMT 6,15,22,30 4 2 AMS 51 1 3 KPJ 66,67,79,86 4 4 DKJP - 0 Jumlah 9

Tabel 4.8 menunjukkan data penggunaan disfemisme berupa frasa ditemukan sejumlah 9 frasa.Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan disfemisme berupa frasa dari keempat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 4 frasa, episode dengan judul “AMS” hanya 1 frasa, selanjutnya episode berjudul “KPJ” berjumlah 4 frasa, dan totalnya berjumlah 9 frasa.

c. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi sebuah kalimat.Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dalam bentuk klausa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) terdapat 4jumlah ungkapan yang terkumpul.

a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Klausa

Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk klausa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) hanya ditemukan pada tiga tayangan episode sejumlah 3 ungkapan.Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(15)

Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT).

Bentuk Tuturan:

Najwa : Sri Mulyati karyawan karaoke ini tiba-tiba diglandang ke kantor polisi atas tuduhan mempekerjakan anak di bawah umur, setelah dipenjara 13 bulan tuduhan itu tak terbukti.

(008/MN-KOKMT/Euf-Klausa/4-2-2015) Pada tuturan di atas terdapat penggunaan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa anak di bawah umur. Klausa anak di bawah umur untuk menggatikan istilah bocah. Penggunaan klausa tersebut digunakan untuk memperhalus makna dengan memperpanjang ungkapan dan bersifat tidak langsung yang disebut dengan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi. Penggunaan anak di bawah umur untuk menghindari kata-kata yang menyinggung lawan bicara atau orang lain yang mendengar.

Bentuk lain yang penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme bentuk klausa dapat dilihat sebagai berikut.

(10) Konteks Tuturan:

Percakapan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber yang hadir pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

Bentuk Tuturan:

Mahfud : Kemudian pak Indriyanto Senoaji juga saya kira dia seorang guru besar yang tidak pernah punya masalah sebagai pengacara, tidak punya catatan yang oleh publik dinilai orangnya tidak benar saya kira bagus.

(075/MN-KPJ/Euf-Klausa/18-2-2015)

Pada tuturan (10) ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa orangnya tidak benar. Penggunaan istilah tersebut digunakan untuk menggantikan istilah bermasalah yang dirasakan kurang sopan.

(16)

sehingga untuk menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang tersebut atau pun orang lain yang mendengar perlu digunakan istilah yang lebih halus atau santun.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan eufemisme dan disfemisme bentuk klausa terlihat pula pada data berikut ini.

(11) Konteks Tuturan:

Percakapan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber yang hadir pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP).

Bentuk Tuturan:

Ervani : Iya karna kami dari keluarga tidak mampu jadi kami juga apa, tidak bisa mencari kuasa hukum gitu. Jadi kami tidak tahu kalau ternyata dengan ancaman hukuman di atas lima tahun itu harusnya ada kuasa hukum yang mendampingi.

(097/MN-DKJP/Euf-Klausa/25-2-2015)

Pada tuturan di atas terdapat penggunaan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa keluarga tidak mampu.Klausa keluarga tidak mampu digunakan untuk menggantikan istilah miskin.Penggunaan klausa tersebut digunakan untuk memperhalus makna dengan memperpanjang ungkapan dan bersifat tidak langsung yang disebut dengan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi.Penggunaan keluarga tidak mampu untuk menghargai atau menghormati lawan bicara dengan menggunakan istilah yang dirasa lebih halus dan santun.

b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Klausa

Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemismedalam bentuk klausa hanya ditemukan pada tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” sejumlah 1 ungkapan.Analisis datanya dapat dilihat pada paparan berikut.

(17)

Bentuk tuturan:

Maqdir : Sebab saya kira persoalan ini tidak hanya persoalan pengankatan Pak Budi Gunawan saja sebagai Kapolri tetapi ini akan menjadi tradisi buruk ke depan, kalau istilahnya teman-teman yang “pagi kedelai sore tempe”, saya kira ini yang harus kita lihat kita cermati secara baik.

(068/MN-KPJ/Dis-Klausa/18-2-2015)

Tuturan yang dituturkan oleh Maqdir dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan disfemisme yang ditandai dengan istilah pagi kedelai sore tempe. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan disfemisme berupa klausa. Klausa pagi kedelai sore tempe digunakan untuk menggantikan istilah plin -plan (tidak konsisten). Penutur memilih untuk menggunaakan istilah pagi kedelai sore tempe karena dirasakan lebih tepat untuk memberikan penggambaran yang negatif kepada sesuatu.

Berikut tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa klausa pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Klausa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 8 1 2 AMS - 0 3 KPJ 75 1 4 DKJP 97 1 Jumlah 3

Tabel 4.9 menunjukkan data penggunaan eufemisme berupa klausa menemukan 4 klausa.Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan eufemisme berupa klausa hanya ditemukan dari tiga episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 1 klausa, pada episode berjudul “KPJ” berjumlah 1 klausa, selanjutnya episode “DKJP” ditemukan 1 klausa.

(18)

Tabel 4.10 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Klausa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk

Show No Data Disfemisme

Jumlah Data 1 KOKMT - 0 2 AMS - 0 3 KPJ 68 1 4 DKJP - 0 Jumlah 1

Tabel 4.10 di atas menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme berupa klausa yang hanya ditemukan 1 ungkapan sajan pada episode tayangTalk Show MN berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

1.2 Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN)

Secara umum ungkapan eufemisme adalah bentuk alternatif (pilihan) yang dirasa lebih halus atau santun untuk mengganti ungkapan yang kurang berkenan untuk diucapkan.Menurut Allan dan Burridge (1991:11) eufemisme adalah penggunaan istilah untuk mengganti ekspresi yang kurang pantas untuk menghindari kemungkinan kehilangan muka, baik orang yang diajak bicara maupun yang mendengar.Kebalikan dari ungkapan eufemisme yakni ungkapan disfemisme.

Ungkapan disfemisme adalah penggunaan istilah tabu atau lebih kasar dengan maksud untuk memperkuat efek penghinaan yang ditujukan kepada pihak tertentu. Seperti ungkapan menghina, merendahkan, memojokkan orang lain atau dapat dikatakan pula bahwa disfemisme muncul sebagai akibat dari rasa marah, tidak suka, tidak puas, kecewa yang dialami penutur. Selain itu, Abdul Chaer menambahkan disfemisme bisa sengaja dilakukan untuk mencapai efek pembicaraan menjadi tegas (2007:315).Terdapat beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang sering digunakan dalam bahasa Talk Show yang bertemakan politik. Dalam penelitian ini menggunakan pandangan Allan dan Burridge untuk menentukan tipe-tipe yang terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN). Menurut pandangan Allan dan Burridge ada 16 tipe ungkapan eufemisme dan difemisme, namun dalam penelitian ini ditemukan 14 tipe

(19)

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT) ditemukan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan rincian tipe ungkapan eufemisme sejumlah 5 tipe sedangkan tipe ungkapan disfemismesejumlah 7 tipe. Rincian data dipaparkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT)

No Tipe Eufemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Ekspresi Figuratif 17,20,26 3 23%

2 Sirkumlokusi 8,12 2 15%

3 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

4,9,10,18,19,24

6 46%

4 Penggunaan istilah teknis/ jargon

14

1 8%

5 Borrowing/ pinjaman 1 1 8%

Jumlah 13 100%

Tabel 4.11 di atas menemukan 13 ungkapan yang menggunakan 5 tipe ungkapan eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 23%, tipe sirkumlokusi sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 15%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 6 ungkapan dengan persentase 46%, selanjutnya tipe penggunaan jargon/istilah teknis juga hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe pinjaman (borrowing) hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%.

Tabel 4.12 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT)

No Tipe Disfemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Ekspresi Figuratif 21,30 2 11%

2 Pemodelan Kembali 6 1 5%

3 Sirkumlokusi 3 1 5%

4 Kliping 2,11,28 3 16%

5 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

5,7,16,23,25,27,29,31

8 42%

6 Makna di luar pernyataan 22 1 5%

7 Kolokial/ istilah umum 13,15,32 3 16%

(20)

Tabel di atas menemukan 19 ungkapan yang menggunakan 7 tipe ungkapandisfemisme. Tipe–tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 11%, tipe pemodelan kembali hanya ditemukan 1 ungkapan dengan presentase 5%, tipe sirkumlokusi juga hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kliping sejumlah 3 ungkapan dengan 16%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 8 ungkapan dengan persentase 42%, selanjutnya tipe makna di luar pernyataan hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kolokial atau istilah umum sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 16%.

Dari keseluruhan tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang terdapat pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT)tipe yang paling dominan adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain selanjutnya tipe ekspresi figuratif, tipe kliping, tipe sirkumlokusi, tipe kolokial/penggunaan istilah umum dengan, dan empat tipe yang lainnya dengan rata-rata penggunaan yang sama.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul “Aksi Menteri Susi” (AMS) ditemukan 22 ungkapan eufemisme dan disfemisme yang menggunakan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 6 tipe dengan rincian tipe ungkapan eufemisme sejumlah 3 tipe sedangkan tipe ungkapan disfemisme sejumlah 4 tipe. Rincian data dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.13 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Aksi Menteri Susi" (AMS)

No Tipe Eufemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Sirkumlokusi 45,48 2 18%

2 Satu kata menggantikansatu kata yang lain 35,36,39,42,47,53,54 7 64%

3 Penggunaan istilah teknis/jargon 37,49 2 18%

Jumlah 11 100%

(21)

substution) sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 64%, dan tipe penggunaan jargon/istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 18%.

Tabel 4.14 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Aksi Menteri Susi" (AMS)

No Tipe Disfemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Ekspresi Figuratif 46 1 9%

2 Kliping 50 1 9%

3 Satu kata menggantikansatu kata yang lain 33,38,40,41,43,51,52 7 64%

4 Kolokial/ istilah umum 34,44 2 18%

Jumlah 11 100%

Tabel 4.14 menemukan 11 ungkapan yang menggunakan beberapa tipedisfemisme. Tipe-tipe tersebut antaralain: tipe ekspresi figuratif hanya 1 ungkapan dengan presentase 9%, tipe kliping juga hanya menemukan 1 ungkapan dengan presentase 9%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 64%, dan tipe penggunaan jargon / istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 18%.

Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan dari keseluruhan data padaTalk Show MN episode “Aksi Menteri Susi” (AMS) adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe penggunaan jargon/istilah teknis, dan tipe kolokial/penggunaan istilah umum dengan besar persentase yang sama, kemudian yang lainnya tipe ekspresi figuratif dan tipe kliping.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ) ditemukan 32 ungkapan dengan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 11 tipe. Rincian data penggunaan ungkapan eufemisme sejumlah 7 tipe dan penggunaan ungkapan disfemisme sejumlah 8 tipe.Klasifikasi datanya dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

(22)

Tabel 4.15 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ)

No Tipe Eufemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Ekspresi Figuratif 73 1 8%

2 Flinpansi 74 1 8%

3 Sirkumlokusi 69,75,76 3 23%

4 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

70,81,82,84

4 31%

5 Kata umum ke khusus 65 1 8%

6 Penggunaan istilah teknis/ jargon

56

1 8%

7 Borrowing (istilah pinjaman) 64,71 2 15%

Jumlah 13 100%

Tabel di atas menemukan 13 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe flipansi hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe sirkumlokusi sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 23%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 4ungkapan dengan persentase 31%, selanjutnya tipe kata umum menjadi kata khusus hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe penggunaan jargon/istilah hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) sejumlah 2ungkapan dengan persentase 15%.

Tabel 4.16 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ)

No Tipe Disfemisme No Data Jumlah

Data Presentase 1 Ekspresi Figuratif 66,67,79,86 4 21% 2 Remodeling (pemodelan kembali) 68 1 5% 3 Singkatan 61 1 5%

4 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

58,59,60,78,80,

5 26%

5 Hiperbola 55,57,62,63,77 5 26%

6 Penggunaan istilah teknis/ jargon

72

1 5%

7 Kolokial/ istilah umum 83 1 5%

8 Borrowing (istilah pinjaman) 85 1 5%

(23)

Tabel di atas ditemukan 19 ungkapan yang menggunakan beberapa tipedisfemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 21%, tipe remodeling hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe singkatan hanya 1 ungkapan dengan presentase 5%, selanjutnya tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 26%, tipe hiperbola ditemukan sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 26%, tipe penggunaan jargon/istilah hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kolokial hanya 1 ungkapan dengan presentase 5%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%.

Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang digunakan dalam Talk Show MN episode ini lebih merata karena dari 16 tipe yang ada terdapat 11 tipe ungkapan yang digunakan. Walaupun ada beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang dominan dalam Talk Show MN episode “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ) yaitu : tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) denganpersentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Tipe ekspresi figuratif dan tipe hiperbola yang mendapatkan besar persentasesama, selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing), kemudian tipe flipansi, tipe pemodelan kembali (remodeling), tipe singkatan, tipe kata umum menjadi kata khusus, tipe kolokial / penggunaan istilah umum.

Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP) ditemukan 29 ungkapan dengan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 9 tipe. Rincian penggunaan ungkapan eufemisme sejumlah 7 tipe dan penggunaan ungkapan disfemisme sejumlah 6 tipe.Data dapat dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

(24)

Tabel 4.17 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP)

No Tipe Eufemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Sirkumlokusi 89,92,93,97,98 5 31%

2 Kliping 114 1 6%

3 Akronim 91 1 6%

4 Singkatan 96 1 6%

5 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

102,107,111,115

4 25%

6 Penggunaan istilah teknis/ jargon

99,103

2 13%

7 Borrowing (istilah pinjaman) 101,112 2 13%

Jumlah 16 100%

Tabel di atas menemukan 16 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe sirkumlokusi sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 31%, tipe kliping hanya 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe akronim hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe singkatan juga hanya 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 25%, selanjutnya tipe penggunaan jargon/istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 13%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 13%.

Tabel 4.18 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP)

No Tipe Disfemisme No Data Jumlah

Data Presentase

1 Sirkumlokusi 104 1 8%

2 Kliping 106,113 2 15%

3 Satu kata menggantikan satu kata yang lain

87,90,95,100,105,

109 6 46%

4 Hiperbola 88,108 2 15%

5 Penggunaan istilah teknis/ jargon

94

1 8%

6 Kolokial/ istilah umum 110 1 8%

Jumlah 13 100%

Tabel 4.18 ditemukan 13 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe ungkapan disfemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe sirkumlokusi hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe kliping sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 15%, tipe satu kata

(25)

persentase 46%, selanjutnya tipe penggunaan majas hiperbola sejumlah 2 ungkapan dengan presentase 15%, tipe penggunaan jargon/istilah teknis hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe kolokial atau penggunaan istilah umum hanya 1 ungkapan dengan presentase 8%.

Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan dalam Talk Show MN episode “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP) adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe kliping, tipe penggunaan jargon/istilah teknis, dan tipe penggunaan pinjaman (borrowing), kemudian tipe akronim, tipe penggunaan singkatan, tipe kolokial/penggunaan istilah umum mempunyai besar persentase yang sama.

a. Penggunaan Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (figurative exspressions)

Ekspresi Figuratif (figurative exspressions) adalah penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme yang bersifat perlambangan, ibarat atau kiasan.Misalnya dengan penggunaan majas metafora, ironi, simile personifikasi dan yang lainnya. Data pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terdapat 5 ungkapan dan penggunaan ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terdapat 6 ungkapan.

a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Ekspressions)

Penggunaan ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif adalah menghaluskan kata atau menyamarkan makna dengan mengibaratkan, melambangkan sesuatu dapat pula menggunakan beberapa majas.Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme ditemukan 5 ungkapan.Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(26)

(13) Konteks Tuturan:

Percakapan terjadi antara pembawa acara dengan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT).

Bentuk tuturan:

Najwa : Kisah orang kecil yang dikerdilkan di mata hukum masih terus terjadi di Negara ini.

(020/MN-KOKMT/Euf-Eks.Figuratif/4-2-2015)

Tuturan yang dituturkan oleh Najwa dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah orang kecil. Frasa orang kecil termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), yaitu tipe eufemisme yang menghaluskan kata dengan melambangkan, mengibaratkan, atau penggunaan majas metafora.Istilah orang kecil merupakan penggunaan majas metafora karena dalam konteks percakapan di atas bukan dengan arti yang sebenarnya orang-orangnya yang berbadan kecil tetapi diartikan sebagai orang yang miskin.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terlihat pula pada data berikut ini.

(14) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog pada akhir acara sebagai kesimpulan dari pembahasan selama acara Talk Show Mata Najwa (MN) episode “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT). Bentuk Tuturan:

Najwa : Dalam bisu dipenjara begitu saja, seketika tulang punggung keluarga patah.

(026/MN-KOKMT/Euf-Eks.Figuratif/4-2-2015)

Pada tuturan (14) terlihat adanya penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah tulang punggung.Frasa tulang punggungtermasuk dalam

(27)

kata atau menyamarkan makna yang sebenarnya dengan melambangkan, mengibaratkan, atau penggunaan majas metafora.Istilah tulang pungggung merupakan penggunaan majas metafora karena dalam konteks percakapan di atas bukan dengan arti yang sebenarnya tulang-tulang yang berada di punggung tetapi diartikan sebagai pencari naskah dalam suatu keluarga, menjadi orang yang diandalkan untuk memenuhi semua kebutuhan dalam suatu keluarga.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.19 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Exspressions) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 17,20,26 3 2 AMS - 0 3 KPJ 73,79 2 4 DKJP - 0 Jumlah 5

Tabel 4.19 di atas menemukan 5 ungkapan eufemisme yang menggunakan tipe ekspresi figuratif (figurative expressions). Penggunaan ungkapan eufemisme tersebut hanya ditemukan pada dua episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN), antara lain: pada episode tayang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT) sejumlah 3 ungkapan, dan pada episode tayang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ) sejumlah 2 ungkapan.

b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Ekspressions)

Penggunaan ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif adalah merendahkan, menghina atau menunjukkan rasa tidak suka kepada sesuatu dengan mengibaratkan, melambangkan sesuatu yang lainnya, dapat pula menggunakan beberapa majas.Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme ditemukan 6 ungkapan.Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(28)

(15) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada percakapan antara pembawa acara dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS).

Bentuk tuturan:

Najwa : Haha… eem, tadi anda sebutkan DPR ?Beberapa menteri yang dulu-dulu salah satu momok dalam tanda kutip itu ketika harus bekerja dengan mitra kerja DPR, anda merasa disusahkan tidak dengan DPR ?

(046/MN-AMS/Dis-Eks.Figuratif/11-2-2015)

Pada tuturan (15) terdapat penggunaan ungkapan disfemisme berupa kata dasar yang ditandai dengan kata momok.Istilah momok termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), yaitu tipe disfemisme yang menggunakan istilah perlambangan atau mengibaratkan. Istilah momok sering digunakan untuk menyebutkan hantu yang menakutkan atau ditakuti, namun penyebutan kata momok dalam konteks tuturan di atas bukan arti hantu yang sebenarnya hanya digunakan untuk melambangkan istilah lain dari sesuatu yang ditakuti atau ketakutan.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terlihat pula pada data berikut ini.

(16) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada percakapan antara pembawa dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

Bentuk tuturan:

Fadjroel : Bahkan ini yang sangat menyesalkan di titik ini, bahkan menurut saya sikap pak Jokowi sudah benar, artinya beliau tidak ingin melantik pejabat politiknya yang cacat hukum.

(29)

Pada tuturan di atas terlihat jelas penggunaan ungkapan disfemisme berupa frasa denotatif yang ditandai dengan frasa cacat hukum.Frasa cacat hukum termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), menghina, merendahkan seseorang dengan melambangkan atau mengibaratkan.Kata cacat pada frasa tersebut berarti kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik dalam hal ketaatannya terhadap hukum yang berlaku, atau bisa pula diartikan dengan kata bermasalah. Frasa cacat hukum dalam tuturan di atas digunakan untuk lebih mempertajam penghinaan kepada seseorang.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.20 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Exspressions) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Disfemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 21,30 2 2 AMS 46 1 3 KPJ 66,67,86 3 4 DKPJ - 0 Jumlah 6

Tabel 4.20 tampak bahwa data penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) sejumlah 6 ungkapan.Tipe – tipe ungkapan disfemisme yang digunakan antara lain: pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 2 ungkapan, pada episode berjudul “AMS” hanya ditemukan 1 ungkapan, pada episode berjudul “KPJ” sejumlah 3 ungkapan.

b. Penggunaan Ungkapan Eufemisme dengan Tipe Flipansi (Flippancy)

Flipansi (flippancy) yaitu menghaluskan suatu kata tetapi makna kata yang dihasilkan di luar pernyataan dari kata yang dihaluskan.Pada tipe flipansi (flippancy) ini hanya ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme saja dan tidak ditemukan penggunaan ungkapan disfemisme.Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe flipansi (flippancy) terdapat pada episode Talk Show Mata Najwa (MN)

(30)

berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).Analisis datanya dapat dilihat pada paparan berikut.

(17) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada percakapan antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ). Bentuk tuturan:

Mahmud : Ruqi itu sudah punya catatan yang sangat bagus membangun dasar – dasar KPK dan tidak pernah pandang bulu juga sangat teliti dan bersih sampai akhir, kemudian Johan Budi dikenal orangnya dingin tapi berani, tegas gitu dan kita mencatatnya juga bersih secara umum.

(074/MN-KPJ/Euf-Flipansi/18-2-2015)

Pada tuturan (17) terdapat penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa konotatif yang ditandai dengan frasa orangnya dingin.Istilah orangnya dingintermasuk dalam ungkapan eufemisme tipe flipansi (flippancy), yaitu tipe eufemisme yang menghaluskan suatu kata tetapi makna kata yang dihasilkan di luar pernyataan dari kata yang dihaluskan. Istilah orangnya dingindirasakan lebih halus dan lebih santun dari pada frasa tidak banyak bicara, jika konteksnya untuk membicarakan seseorang agar tidak menyinggung orang yang dibicarakan maupun orang lain. Namun penghalusan yang dihasilkan dari frasa orangnya dingin berbeda atau di luar makna dari pernyataan yang dihaluskan yaitu frasa tidak banyak bicara.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe flipansi (flippancy) pada episode Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

(31)

Tabel 4.21 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Tipe Flipansi (Flippancy) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT - 0 2 AMS - 0 3 KPJ 74 1 4 DKJP - 0 Jumlah 1

Tabel 4.21 tampak bahwa data penggunaan eufemisme dengan tipe flipansi (flippancy), hanya ditemukan pada episode tayang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ) sejumlah 1 ungkapan.

c. Penggunaan Ungkapan Disfemisme Tipe Pemodelan Kembali (Remodeling)

Pemodelan kembali (remodeling) adalah penggunaan ungkapan disfemisme dengan memodelkan kembali ungkapan yang sudah terkenal menjadi ungkapan baru, misalnya menggunakan kata, idiom, atau peribahasa.Pada tipe pemodelan kembali (remodeling) hanya ditemukan pada penggunaandisfemisme saja tidak terdapat penggunaan ungkapan eufemisme pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN). Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe remodeling ditemukan 2 ungkapan yaitu pada episode berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT) dan pada episode berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ). Analisis datanya dapat dilihat pada paparan berikut.

(18) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada percakapan antara pembawa acara dan narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT).

Bentuk tuturan:

Najwa : Pemirsa kisah menjadi kambing hitam berikutnya datang dari Semarang, Jawa Tengah.

(32)

Pada tuturan (18) terdapat penggunaan ungkapan disfemisme berupa frasa konotatif yang ditandai dengan frasa kambing hitam.Istilah kambing hitamtermasuk dalam ungkapan disfemisme tipe pemodelan kembali (remodeling), yaitu tipe disfemismedengan memodelkan kembali ungkapan atau kata yang sudah terkenal atau sudah umum digunakan yaitu kata korban, kemudian digunakan frasa konotatif kambing hitam.Frasa tersebut digunakan untuk menunjukkan penggambaran negatif pada kata korban, karena dalam konteks tuturan di atas kata korban bukan sekedar arti yang sebenarnya sebagai korban yang tidak disengaja tetapi korban yang disengaja atau memang dijadikan korban yang digunakan untuk melindungi kepentingan orang lain.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe pemodelan kembali (remodeling) terlihat pula pada data berikut ini.

(19) Konteks Tuturan:

Percakapan terjadi antara pembawa acara dengan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ). Bentuk tuturan:

Maqdir : Sebab saya kira persoalan ini tidak hanya persoalan pengankatan Pak Budi Gunawan saja sebagai Kapolri tetapi ini akan menjadi tradisi buruk ke depan, kalau istilahnya teman-teman yang “pagi kedelai sore tempe”, saya kira ini yang harus kita lihat kita cermati secara baik.

(068/MN-KPJ/Dis-Klausa/18-2-2015)

Tuturan yang dituturkan oleh Maqdir dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan disfemisme yang ditandai dengan istilah pagi kedelai sore tempe. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan disfemisme berupa klausa. Klausa pagi kedelai sore tempe digunakan untuk menggantikan istilah plin-plan (tidak konsisten), klausa tersebut dirasakan lebih tepat untuk memberikan penggambaran yang negatif kepada sesuatu. Klausa pagi kedelai sore tempe termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe remodeling atau memodelkan ungkapan yang sudah terkenal atau sudah biasa digunakan yaitu istilah plin-plan kemudian digunakan

(33)

kembali dalam wujud ungkapan lain yang baru menggunakan peribahasa pagi kedelai sore tempe.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe pemodelan kembali (remodeling) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.22 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Tipe Pemodelan Kembali (Remodeling) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Disfemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 6 1 2 AMS - 0 3 KPJ 68 1 4 DKJP - 0 Jumlah 2

Tabel 4.22 tampak bahwa penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe pemodelan kembali (remodeling) hanya ditemukan 2 ungkapan saja. Dari hasil rekap keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN) 2 ungkapan tersebut ditemukan pada episode tayang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT) dan pada episode tayang dengan judul “Kapolri Pilihan Jokowi” (KPJ).

d. Penggunaan Ungkapan Eufemisme Tipe Sirkumlokusi (Circumlocutions)

Sirkumlokusi (circumlocutions) yaitu penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan menggunakan beberapa kata yang lebih panjang dan bersifat tidak langsung.Pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) hanya ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions)saja dan tidak ditemukan penggunaan ungkapan disfemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions). data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions) sejumlah 12 ungkapan. Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

(34)

(20) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog sebagai kesimpulan dari percakapan pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS).

Bentuk tuturan:

Najwa : Indonesia sulit menegakkan kedaulatan di lautan, kapal-kapal asing merajalela, kapal patroli kita tiarap tak berdaya.

(048/MN-AMS/Euf-Sirkumlokusi/11-2-2015)

Pada tuturan yang dituturkan oleh pembawa acara terdapat penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa denotative tiarap tak berdaya. Frasa tersebutsebagai penanda adanya penggunaan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions) karena dalam penghalusan maknanya dengan memperpanjang ungkapannya. Frasa tiarap tak berdaya menggunakan beberapa kata yang lebih panjang dari pada kata yang digantikan. Frasa tersebut dapat menggantikan atau dapat diartikan sama dengan kata tunduk, frasa tiarap tak berdaya juga dirasakan lebih santun jika konteks tuturannya membicarakan seseorang, sehingga dapat menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain atau orang yang mendengar.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions) terlihat pula pada data berikut ini.

(21) Konteks Tuturan:

Tuturan initerjadi pada percakapan antara pembawa acara dan nara sumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS).

Bentuk tuturan:

Najwa : Ibu Susi apa pembeda utama sekarang, sosok Susi sebagai pengusaha dengan sekarang sosok Susi sebagai pengambil kebijakan ?

(35)

Pada tuturan (21) ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi dengan adanya penanda frasa denotatif pengambil kebijakan. Frasa pengambil kebijakan digunakan untuk menggantikan kata penguasa, karena frasa tersebut dirasa lebih santun dan lebih menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara dari pada kata penguasa yang terkesan arogan, sewenang-wenang sehingga menimbulkan pemikiran yang negatif.

(22) Konteks Tuturan:

Percakapan yang terjadi antara pembawa acara dan nara sumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP). Bentuk tuturan:

Arsyad : Nah ini yang menurut pribadi saya sangat ganjil karena kader Halid hanya merasa malu dan tidak menyebabkan luka secara fisik atau luka secara mental atau ada penghinaan yang secara dahsyatnya yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya.

(089/MN-DKJP/Euf-Sirkumlokusi/25-2-2015)

Tuturan yang dituturkan oleh Arsyad dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan frasa luka secara mental. Frasa tersebut termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi (circumlocutions), yaitu tipe eufemisme yang menghaluskan kata dengan menggunakan beberapa kata yang lebih panjang dan bersifat tidak langsung. Frasa luka secara mental menggunakan beberapa kata yang lebih panjang dari pada kata yang digantikan, frasa tersebut dapat diartikan sama dengan kata gila/stress. Namun dalam konteks percakapan di atas sedang membicarakan seseorang sehingga untuk menghindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang yang bersangkutan ataupun orang lain yang mendengar perlu menggunakan ungkapan eufemisme berupa frasa luka secara mental.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe sirkumlokusi (circumlokutions) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

(36)

Tabel 4.23 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Tipe Sirkumlokusi (Circumlocutions) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT 8,12 2 2 AMS 45,48 2 3 KPJ 69,75,76 3 4 DKJP 89,92,93,97,98 5 Jumlah 12

Tabel di atas tampak bahwa data penggunaan eufemisme dengan tipe sirkumlokusi (circumlokutions), total berjumlah 12 ungkapan. Data tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rinciannya penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe sirkumlokusi (circumlokutions) dari empat episode Talk Show sebagai berikut; pada episode berjudul “KOKMT” berjumlah 2 ungkapan, selanjutnya pada episode berjudul “AMS” hanya ditemukan 2 ungkapan, pada episode berjudul “KPJ” berjumlah 3 ungkapan, dan pada episode tayang berjudul “DKJP” berjumlah 5 ungkapan.

e. Penggunaan Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Tipe Kliping (Clipping)

Kliping (Clipping) yaitu penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan pemotongan, membuat menjadi lebih pendek atau lebih singkat. Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme tipe Kliping (Clipping) pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) terdapat 8 jumlah ungkapan yang terkumpul.

a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme Tipe Kliping (Clipping)

Penggunaan ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping)adalah menghaluskan atau menyamarkan makna suatu kata dengan membuat menjadi lebih pendek atau lebih singkat. Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping) dapat dipaparkan sebagai berikut.

(37)

(23) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog di akhir percakapan sebagai kesimpulan pembahasan dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP).

Bentuk tuturan:

Najwa : Kritik dan fitnah gampang dipukul rata oleh mereka yang tak mau mendengar suara berbeda. Dari aktivis hingga ibu rumah tangga, dari pegawai biasa hingga pewarta.

(0114/MN-DKJP/Euf-Kliping/25-2-2015)

Pada tuturan tersebut di atas terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan kata pewarta.Kata pewarta termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping) karena kata tersebut dirasa lebih santun dan lebih singkat untuk menggantikan istilah para pencari berita. Dalam tuturan di atas apa yang dibicarakan menyangkut profesi atau pekerjaan seseorang sehingga perlu menggunakan ungkapan eufemisme untuk menghindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang yang bersangkutan atau orang lain yang mendengarkan.

Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping) pada episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN).

Tabel 4.24 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Tipe Kliping (Clipping) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)

No Episode Talk Show No Data Eufemisme Jumlah

Data 1 KOKMT - 0 2 AMS - 0 3 KPJ - 0 4 DKJP 114 1 Jumlah 1

Tabel 4.24 menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping) hanya ditemukan pada episode tayang berjudul “Dari Kata Jadi Penjara” (DKJP) sejumlah 1 ungkapan.

(38)

b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme Tipe Kliping (Clipping)

Penggunaan ungkapan disfemisme tipe kliping (clipping), cara menunjukkan rasa tidak suka, menghina atau merendahkan sesuatu dengan membuat kata/istilah tersebut menjadi lebih pendek atau lebih singkat. Data yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe kliping (clipping) dapat dipaparkan sebagai berikut.

(24) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog di akhir percakapan sebagai kesimpulan pembahasan dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal” (KOKMT). Bentuk tuturan:

Najwa : Apa karna hidup orang kecil patut menderita, dan orang miskin pantas terhina ?

(028/MN-KOKMT/Dis-Kliping/4-2-2015)

Pada tuturan (24) terdapat penggunaan ungkapan disfemisme yang ditandai dengan kata miskin.Kata miskintermasuk dalam ungkapan disfemisme tipe kliping (clipping), yaitu penggunaan ungkapandisfemismedengan membuat menjadi lebih pendek atau singkat dari istilah yang digantikannya.Dalam konteks tuturan di atas bahwa penutur ingin mengungkapkan rasa kekecewaan dan kemarahannya terhadap sesuatu sehingga memilih menggunakan kata miskin pada tuturan tersebut untuk menghasilkan konotasi yang lebih kasar atau kurang sopan, dan kata miskin dirasa lebih singkat dari istilah kurang mampu.

Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe kliping (clipping)terlihat pula pada data berikut ini.

(25) Konteks Tuturan:

Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog di akhir percakapan sebagai kesimpulan pembahasan dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul “Aksi Menteri Susi” (AMS).

Gambar

Tabel 4. Klasifikasi Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Dalam Empat Episode Talk Show Mata Najwa (MN) Bulan Februari 2015
Tabel 4.5 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)
Tabel 4.6 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)
Tabel 4.8 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Frasa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian mendapati terdapat lima latihan yang diperlukan oleh sukarelawan bencana banjir iaitu latihan rawatan asas kecemasan, latihan psikologi, latihan fizikal,

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari

Kedua; salah satu guru disekolahan tersebut memang memiliki keinginan untuk meningkatkan semangat belajar siswa untuk menciptakan ide dan kreatifitas, khususnya di

Untuk penjadwalan paket pesanan bulan September menggunakan metode Tabu Search, terlihat bahwa hasil yang diberikan untuk ke-15 macam kombinasi penjadwalan cukup bervariasi. Hal

gendered GA yang memiliki dua tipe stuktur kromsom yang berbeda dengan kinerja 2 metode GA standar yang hanya memiliki satu tipe struktur kromosom pada permasalahan penjadwalan

Terimakasih juga untuk Asmuransyah yang juga selalu memberikan semangat, doa, dan motivasi yang di berikan.. Terimakasih atas semua dukungan serta doanya

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Distribusi

Tabel 4 menunjukkan jumlah bibit terjepit pada bagian mesin dipping tertinggi yaitu pada bagian putaran tambler dengan presentase 28,57%. Tambler merupakan bagian mesin