• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dalam era globalisasi dewasa ini memberikan banyak pengaruh bagi perkembangan dunia usaha. Berbagai penemuan inovatif dapat dengan mudah dan cepat diketahui diseluruh belahan dunia dengan adanya transparansi di bidang informasi. Dengan informasi tersebut dapat diketahui suatu karya ataupun penemuan inovatif untuk meningkatkan potensi, kemampuan yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu bidang usaha. Hal ini membawa implikasi adanya bentuk upaya penjiplakan, pembajakan dan sejenisnya dengan maksud akan memperoleh keuntungan secara mudah.

Mengacu pada hal tersebut diatas, diperlukan adanya perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual agar suatu karya yang kreatif dapat dihargai sehingga tercipta situasi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

Menurut Sri Rejeki Hartono, “hak milik intelektual pada hakikatnya merupakan hak dengan karakteristik khusus dan istimewa, karena hak tersebut diberikan oleh negara berdasarkan ketentuan undang-undang memberikan hak khusus tersebut kepada yang berhak, sesuai dengan prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi”1.

1

Pipin Syarifin, dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004, hal. 3-4.

“Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) didefinisikan sebagai suatu hak yang melindungi pemakaian ide dan informasi yang mempunyai nilai komersil atau nilai ekonomi”2.

A. Zein Umar Purba berpendapat sebagai berikut :

“ Bahwa tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya Hak atas Kekayaan Intelektual masih sangat rendah. Hal ini terbukti dengan tingginya jumlah pembajakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik terhadap hak cipta, merek serta paten. Sangat menyedihkan bahwa Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh suatu badan pemantau perdagangan barang Amerika Serikat di seluruh dunia yaitu “ USTR (United State Trade Representative), dinyatakan sebagai negara“priority watch list”, Negara yang masuk menjadi daftar pelanggar utama hak atas kekayaan intelektual”3.

Sejarah perkembangan hukum Hak Kekayaan Intelektual, dimulai setelah disetujuinya Putaran Uruguay (GATT) pada tanggal 15 Desember 1993, yang kemudian diratifikasi pendirian World Trade Organization (WTO) oleh 117 negara maka berlaku persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) tahun 1994 bagi para anggotanya termasuk Indonesia. Persetujuan pembentukan WTO diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang PengesahanAggreement Establishing the World Trade Organization(LNRI Tahun 1994 Nomor 57, TLNRI Nomor 3564).

2

Jus tisiari P Kusumah, Pengenalan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), Sejarah Dan Prakteknya di Indonesia, Makalah pada Worksop Hak Kekayaan Intelektual yang Diselenggarakan Oleh Border Enforcement of United State dan Direktorat Jenderal Bea Cukai Republik Indonesia di Jakarta, tanggal 16-18 Mei 2006, hal 2.

3 A. Zein Umar Purba, Indonesia Masuk Daftar Utama Pelanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual, Temu Wacana Merek,Jakarta : Direktorat Jenderal HAKI, 1999.

Pemerintah Indonesia kemudian meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang Hak atas Kekayaan Intelektual lainnya, yaitu4:

1. Paris Convention for the protection of industry property and Convention Establishing the World Intelectual Property Organization, dengan Keppres Nomor 15 tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979 tentang Pengesahan Paris Convention for the protection of industry property and Convention Establishing the World Intelectual Property Organization.

2. Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT, dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1997 tentang PengesahanPatent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT.

3. Trademark Law Treaty (TML) dengan Keppres Nomor 17 Tahun 1997 tentang PengesahanTrademark Law Treaty (TML).

4. Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic Worksdengan Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic Works.

5. WIPO copyrights Treaty (WTC) dengan Keppres Nomor 19 Tahun 1997 tentang PengesahanWIPO copyrights Treaty (WTC).

Merek sebagai salah satu bentuk hak atas kekayaan intelektual merupakan identitas dari suatu produk yang dihasilkan oleh produsen. Identitas tersebut juga bisa menandakan jaminan kualitas dan ciri khas suatu produk yang dihasilkan. Perlindungan pada konsumen dalam kerangka hukum merek adalah perlindungan kepada konsumen agar tidak terperdaya atau keliru dalam membeli barang atau jasa yang sebenarnya tidak dikendaki.5Bagi produsen merek dagang bukan hanya sebagai nama dagang dari suatu produk sehingga akan mudah dikenal dan diingat oleh konsumen, tetapi lebih dari itu merek juga merupakan citra atau reputasi dari produk barang atau jasa. Sedangkan bagi konsumen, selain merupakan tanda yang mudah

4 Hery Firmansyah,Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, 2011, hal. 6

5

Sudargo Gautama,Pembaharuan Hukum Merek Indonesia (Dalam Kerangka WTO, TRIPs),

dikenal oleh konsumen, merek merupakan jaminan bagi kualitas barang atau jasa apabila konsumen sudah terbiasa untuk menggunakan produk dengan merek tertentu.6 Di Indonesia, perkembangan Undang-Undang Merek dimulai sejak tahun 1961 yang menggantikan Reglement Industriele Eigendom Kolonien Stb. 1912 Nomor 545 jo. Stb. 1913 Nomor 214. Perkembangan berikutnya, tahun 1992 lahir Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara 1992 Nomor 81) yang berfungsi mencabut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 yang kemudian direvisi tahun 1997 dan 2001 dengan menyesuaikan TRIPs, yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dengan Undang-Undang ini terciptalah pengaturan merek dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat menggunakannya.7

Merek memberikan fungsi untuk membedakan suatu produk dengan produk lain dengan memberikan tanda, seperti yang didefinisikan pada Pasal 1 Undang-Undang Merek (Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001). Tanda tersebut harus memiliki daya pembeda dan digunakan dalam perdagangan barang atau jasa. Dalam prakteknya merek digunakan untuk membangun loyalitas konsumen. Disamping itu, merek memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa dalam kegiatan perdagangan dan penanaman modal.8

6

Rahimi Nahar, Arti dan Fungsi Merek dalam Lalu Lintas Perdagangan, Makalah, Ditjen HaKI, 2000, hal. 1.

7Hery Firmansyah, Op. Cit. hal. 36.

8

Cita Citrawinda Priapantja,Perlindungan Merek Terkenal Di indonesia,Biro Oktroi Rooseno, Bogor, 2000, hal. 1.

Pada umumnya segala tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang merek yang dimiliki oleh seseorang perlu diberikan oleh pemerintah kepada pemilik yang sah secara tepat. Bagi pemegang merek yang sesungguhnya jelas dapat mengurangi pemasukannya karena volume penjualan menurun atau bilamana barang yang diproduksi si pemalsu merek tidak memadai kualitasnya, sehingga pada akhirnya nama baik merek itu akan tercemar. Begitu juga konsumen akan kehilangan jaminan (kepercayaan akan reputasi) atas kualitas barang yang dibelinya.9

Merek dilindungi oleh hukum artinya mencegah dengan ancaman hukuman apabila ada pihak lain yang akan mengambil, mengganggu, atau merugikan harta kekayaan seseorang.10 Akan tetapi, banyak produsen yang tidak memahami dan mengetahui perihal adanya perlindungan hukum terhadap pelanggaran merek sehingga masih banyak ditemukan peniruan merek.

Contoh adanya pelanggaran terhadap hak atas kekayaan intelektual yang sangat memerlukan perlindungan hukum, khususnya mengenai merek adalah terhadap lambang Palang Merah Indonesia, banyak ditemukan berbagai penyalahgunaan yang dapat merugikan organisasi kemanusiaan Palang Merah Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung.

9O.C. Kaligis,Teori & Praktik Hukum Merek Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2008, hal. 19.

10Muhammad Abdul Kadir,Hukum Harta Kekayaan,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 11.

Sebagai organisasi kemanusiaan nasional yang diakui negara, Palang Merah Indonesia menggunakan lambang Palang Merah yang merupakan salah satu lambang yang sangat populer dan hampir dikenal di segala lapisan masyarakat. Pada masa damai, lambang Palang Merah dapat ditemukan pada kemasan berbagai macam produk, rumah atau bangunan, kendaraan kesehatan, rumah sakit, praktek dokter, apotik atau rumah obat, bahkan juga dijadikan gambar atau lambang pada stiker, kotak obat, mainan, aplikasi pada berbagai macam pakaian, kaos, topi, tas, dan sebagainya. Para pemilik dan pengelola usaha tersebut telah melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan jasa yang menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini tidak mengherankan karena sebagian besar masyarakat masih awam dalam hal tata-cara penggunaan lambang palang merah.

Penggunaan lambang palang merah di Indonesia dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Merek Nomor 15 tahun 2001 khususnya Pasal 6 ayat (3) huruf (b), yang berbunyi : “Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atas lembaga negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan dari pihak yang berwenang”.

Hal ini mengandung makna implisit bahwa Palang Merah Indonesia memiliki hak untuk menentukan siapa dan kapan lambang palang merah dapat digunakan dengan persetujuan pengurus Palang Merah Indonesia.

Kesepakatan internasional untuk menyepakati terciptanya lambang palang merah berawal pada Oktober 1863 adalah komite tetap internasional untuk pertolongan prajurit terluka, atas bantuan pemerintah Swiss, berhasil melangsungkan Konferensi Internasional pertama di Jenewa yang dihadiri oleh perwakilan dari 16 negara. Konferensi tersebut menyepakati satu konvensi yang terdiri atas sepuluh pasal, diantaranya adalah ditetapkannya tanda khusus bagi sukarelawan yang memberi pertolongan prajurit yag luka di medan pertempuran yaitu Palang Merah diatas dasar putih.

Ketentuan mengenai bentuk dan penggunaan lambang palang merah dan lambang bulan sabit merah ada dalam11:

1. Konvensi Jenewa I 1949, pasal 38-45. 2. Konvensi Jenewa II 1949, pasal 41-45. 3. Protokol Tambahan I, 1977.

4. Ketetapan Konferensi Internasional Palang Merah XX, 1965.

5. Hasil kerja Dewan Delegasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, 1991.

Ketentuan mengenai penggunaan lambang bagi perhimpunan nasional maupun bagi lembaga yang menjalin kerja sama dengan perhimpunan nasional, misalnya untuk penggalangan dana dan kegiatan sosial lainnya tercantum dalam “Aturan Penggunaan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah oleh Perhimpunan Nasional”. Peraturan ini diadopsi di Budapest pada Nopember 1991 dan mulai berlaku sejak 1992.12

11Seven Audi Sapta,Op. Cit., hal. 32 12Ibid.

Disamping lambang palang merah diatas dasar putih, ada beberapa lambang tambahan, yaitu :13

1. Lambang bulan sabit merah diatas dasar putih. (Pada gambar 1). Gambar 1) Lambang bulan sabit merah

2. Lambang singa dan matahari merah diatas dasar putih. (Pada gambar 2). Gambar 2) Lambang singa dan matahari merah

(1929-1980 kerajaan Persia)

3. Lambang kristal merah diatas dasar putih (pada tahun 2005 digunakan negara Israel). (Pada gambar 3)

Gambar 3) Lambang kristal merah

Lambang palang merah dan bulan sabit merah mempunyai dua fungsi, yaitu : 1. Sebagai tanda pelindung/Protective use.

Biasanya dipakai pada saat konflik bersenjata oleh sukarelawan dan Perhimpunan Nasional, ICRC (International Committee of the Red Cross), unit medis/sarana transportasi medis dari kesatuan medis tentara.14 Contoh : pada gambar 4) sebelah kiri adalah tim medis tentara yang menggunakan lambang Palang Merah pada lengannya agar tidak menjadi sasaran tembak musuh dan pada gambar 5) sebelah kanan adalah kapal yang mengangkut peralatan medis bagi korban perang menggunakan lambang Palang Merah agar terlindung dari sasaran tembak para pihak yang sedang konflik bersenjata.

Gambar 4)15Sebagai tanda pelindung Gambar 5)16Sebagai tanda pelindung

2. Sebagai tanda pengenal.

Memperlihatkan dimasa damai bahwa seseorang atau suatu obyek berkaitan dengan gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, apakah itu Perhimpunan Nasional, IFRC(International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies) atau ICRC (International Committee of the Red Cross), unit medis/sarana transportasi medis dari kesatuan medis tentara. 17 Contoh : pada gambar 6) adalah tim sukarelawan Palang Merah yang sedang bertugas menggunakan kartu tanda pengenal agar dapat dikenali dan bertugas dengan aman.

15Usiono,Materi Orientasi dan Penyegaran Pengurus PMI,hal. 16. 16Ibid.

Gambar 6)18Sebagai tanda pengenal

Secara Internasional, keberadaan Palang Merah Indonesia telah diakui oleh

ICRC (International Committee of the Red Cross) pada tanggal 15 Juni 1950 dan pada tanggal 16 Oktober 1950 diterima sebagai anggota Perhimpunan Nasional yang ke-68.19

Negara Republik Indonesia mengukuhkan kepesertaannya sebagai negara peserta dalam konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 berdasarkan Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958 tentang “Ikut Serta Negara Republik Indonesia Dalam Seluruh Konvensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949”.20 Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 25 Tahun 1950 mengenai pengesahan Anggaran Dasar dan pengakuan sebagai badan hukum “Perhimpunan Palang Merah Indonesia” dan menunjuk “Perhimpunan Palang Merah Indonesia” sebagai satu-satunya organisasi untuk menjalankan pekerjaan palang

18 Seven Audi Sapta, op. cit.,hal. 32 19Ibid,hal. 2

20UU Nomor 59 Tahun 1958 Tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia Dalam Seluruh Konvensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949.

merah di Republik Indonesia Serikat berdasarkan Conventie Geneva (1864, 1906, 1929 dan 1949).21

Sedangkan untuk “Tanda dan Kata-kata Palang Merah” diatur dengan Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 disebabkan pada saat itu telah sering terjadi penyalahgunaan tanda dan kata-kata palang merah oleh pihak-pihak yang tidak diberikan hak untuk mempergunakannya.22

Gambar 7) Lambang Palang Merah :23

a b k l c d j i f e h g Penjelasan: 1. Umum:

a. Tanda Palang Merah berwarna merah di atas dasar putih.

b. Ukuran panjang palang horisontal sama dengan panjang palang vertikal 2. Perbandingan ukuran:

21Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 25 Tahun 1950.

22Peraturan Penguasa Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-kata Palang Merah.

a. Ukuran jarak antara titik-titik:

A s/d B = B s/d C = C s/d D = D s/d E = E s/d F = F s/d G = G s/d H = H s/d I = I s/d J = J s/d K = K s/d L = Ls/d A

b. Apabila ditarik garis imajinasi dari titik-titik:

L s/d C; C s/d F; F s/d I; I s/d L, maka seakan-akan diperoleh 5 bujur sangkar yang sama.

Gambar 8) Lambang Palang Merah di Indonesia24

A B

Penjelasan: 1. Umum:

Tanda Palang Merah dengan Lingkaran Bunga harus selalu berwarna merah dan terletak di atas dasar warnaputih.

2. Perbandingan ukuran:

a. Perbandingan ukuran PalangMerah sama seperti pada ketentuan “Lambang Palang Merah”

b. Lingkaran Bunga dibuat dengan menggabungkan lima buah busur dari lingkaran bulat seperti membentukgambar bunga berkelopak lima

c. Perbandingan antara lebar bidang palang dengan kontur bunga (A : B) adalah 5 : 1.

Lambang Palang Merah merupakan lambang yang sangat familiar yang dikenal oleh masyarakat nasional dan internasional. Lambang ini sangat dikenal oleh masyarakat karena aktifitas kepalangmerahan baik di tingkat nasional dan internasional. Pada saat aktifitas tersebut para relawan memakai emblem lambang palang merah di lengan, kartu identitas relawan, baju relawan, markas palang merah, kendaraan, tenda-tenda dan sebagainya. Aktifitas ini sangat menyentuh masyarakat dan korban perang. Hal inilah yang menyebabkan begitu banyak masyarakat yang begitu mengenal lambang palang merah ini.

Menurut Juru Bicara PMI Kota Bandung Kristin Munandar, lambang dengan bentuk palang berwarna merah khusus digunakan oleh TNI dan PMI. "Tahun 2011 ditegaskan kembali karena banyak pelanggaran tentang lambang. Instansi kesehatan, produk obat dan rambu lalu lintas banyak menggunakan lambang palang merah. Seharusnya untuk instansi kesehatan dan lainnya di Indonesia menggunakan lambang palang berwarna hijau. Termasuk ambulance rumah sakit. Dari dinas kesehatan juga harusnya hijau palangnya25," Sedangkan menurut Arlina Permanasari menyatakan bahwa pada masa damai, lambang Palang Merah dapat ditemukan pada kemasan berbagai macam produk, rumah atau bangunan, kendaraan kesehatan, rumah sakit,

25http://bdguptodate.com/index.php?page=view&class=Berita&id=110919124851, Arie Nugraha,PMI : Banyak Instansi Langgar Penggunaan Lambang,diunduh pada tanngal 7 Nopember 2012.

praktek dokter, apotik atau rumah obat, bahkan juga dijadikan gambar atau lambang pada stiker, kotak obat, mainan, aplikasi pada berbagai macam pakaian, kaos, topi, tas, dan sebagainya26. Untuk mencegah semakin meluasnya penyalahgunaan lambang Palang Merah di Indonesia, saat ini pengurus PMI Pusat dan Daerah sedang giat-giatnya melakukan program dalam menyebarluaskan dan melakukan advokasi ke masyarakat mengenai prinsip dasar gerakan organisasi kemanusiaan Palang Merah di Indonesia, khususnya perihal lambang Palang Merah. Disamping itu pengurus PMI juga terus melakukan upaya pengesahan Rancangan Undang-Undang Lambang dalam rangka mendukung dan melindungi lambang kepalangmerahan.

Adanya penyalahgunaan lambang Palang Merah di Indonesia menimbulkan kerugian bagi kepentingan kegiatan organisasi kemanusiaan karena lambang Palang Merah banyak digunakan untuk tujuan komersial demi keuntungan sepihak penggunanya, sedangkan tujuan dari Palang Merah Indonesia adalah membantu meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku, bahasa, warna kulit, jenis kelamin golongan dan pandangan politik.27

Disamping hal tersebut diatas, kerugian yang sangat signifikan adalah menimbulkan kebingungan di lingkungan masyarakat akan keberadaan lambang

26Arlina Permanasari, Penelitian tentang Penyalagunaan Lambang Palang Merah pada Rumah Sakit-Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta, Juni 1995 dan Arlina Permanasari, Penelitian tentang Penyalahgunaan Lambang Palang Merah oleh Apotek dan Kalangan Industri di DKI Jakarta, Agustus 2006.

Palang Merah di Indonesia karena pemerintah belum menetapkan aturan yang tegas dan jelas sesuai dengan perkembangan hak atas kekayaan intelektual yang berlaku saat ini.Merek sebagai salah satu bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan identitas dari suatu produk yang dihasilkan oleh produsen. Identitas tersebut juga bisa menandakan jaminan kualitas dan ciri khas suatu produk yang dihasilkan.

Oleh karena hal tersebut diatas, pengurus PMI akan terus melakukan upaya pengesahan Rancangan Undang-Undang Lambang dalam rangka mendukung dan melindungi lambang kepalangmerahan.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Perlindungan Hukum Atas Lambang Palang Merah di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.”

Dokumen terkait