• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK J Prof (Halaman 17-180)

Karya seni rupa merupakan buah cipta perupa yang penuh dengan nilai-nilai. Nilai-nilai terebut di antaranya adalah nilai seni, pedagogis, sosial-kemasyarakatan, religious, ekonomi, budaya dan humanis. Manusia sebagai perupa merupakan makhluk sosial yang hidup yang memerlukan pertolongan dan kerjasama dengan orang lain. Dengan pertolongan dan kerjasama dengan orang lain ini, perupa akan lebih bermakna dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya.

Perkembangan seni rupa dewasa ini sangat pesat, karena adanya pengaruh teknologi yang sangat canggih (internet). Dengan mengunduh tentang perkembangan seni rupa dari internet, maka si pengunduh dapat dengan segera mengetahui seluk-beluk perkembangan tersebut. Begitu juga kegiatan keseni-rupaan yang diselenggarakan oleh siapa saja dapat diunggah di internet, sehingga kegiatan pameran tersebut segera tersosialisasikan ke seluruh pelosok dunia.

Tidak ketinggalan pula bahwa para guru Seni Budaya (sub Seni Rupa) di sekolah menengah pertama, juga merupakan salah satu kelompok perupa dan pendidik yang menyandang sebagai guru berkompetensi pedagogik, professional, sosial dan kepribadian. Guru, mempunyai kewajiban moral untuk mendidik, membimbing, dan memotivasi peserta didik agar dapat berekspresi lewat seni rupa sesuai dengan tingkat kemampuan dan tipologi masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Herbert Read (1961) bahwa konsep pendidikan seni rupa adalah ”education trough art”. Pada hakekatnya adalah “pendidikan lewat seni”, adalah usaha yang positif ke arah perubahan perilaku peserta didik menjadi lebih baik, untuk mencapai cita-cita yang dilandasi oleh spirit religious “untuk ibadah”. Dengan demikian maka segala bentuk perilaku kita di usahakan sebagai ibadah untuk

2

mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, penuh rasa syukur, dan ikhlas. Kita selalu mengharap ridha Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala tindak laku kita yang baik sebagai amal jariyah dan mendapat ganjaran yang berlipat ganda dariNya, amin.

Secara konseptual dan faktual, Modul “Diklat Guru Pembelajar” ini ditulis untuk meningkatkan kompetensi guru Seni Budaya di sekolah menengah pertama, pada aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Salah satu bentuk dari aspek afektif adalah pameran seni rupa. Pameran Seni Rupa, penyelenggaraannya perlu dikaji secara saksama, langkah demi langkah, disamping itu juga diperlukan persiapan yang cermat, bekerjasama antara panitia, peserta pameran (perupa, dosen, guru, mahasiswa, peserta didik), kurator, kolektor, pejabat penyandang dana, dan penonton (apresian). Anggaran juga memegang peranan yang sangat penting, pepatah Jawa mengatakan “JER BASUKI MAWA BEA”. Jika kita ingin selamat, maka harus mengeluarkan biaya. Biaya dapat diagali dari: sponsor, pejabat penyandang dana, peserta pameran, dan person lain yang tidak mengikat. Besar kecilnya biaya tergantung pada event, dan sangat relatif sesuai dengan tingkatan pameran seni rupa tersebut. Kesemuanya ini bertujuan agar pameran seni rupa dapat berjalan dengan baik dan memuaskan semua fihak. Pameran seni rupa sangat berguna untuk meningkatkan apresiasi seni pejabat, guru, karyawan, peserta didik, dan masyarakat umum.

Dengan modul ini diharapkan terjadi jaringan publik seni rupa. Secara garis besar pembahasan tentang pameran seni rupa ditulis dengan pendekatan praktis dan akademis agar lebih mudah dipelajari dan dipahami oleh peserta diklat “Diklat Guru Pembelajar” Seni Budaya sekolah menengah pertama. Setelah selesai mengikuti Diklat Guru Pembelajar ini, para guru sekolah menegah pertama dapat mengamalkan ilmunya kepada peserta didik dan membimbing pameran karya seni rupa pada peserta didik guna meningkatkan apresiasi seni rupa.

Gambaran umum isi modul “Diklat Guru Pembelajar” ini meliputi: pengertian dan jenis pameran, ruang pameran, karya seni rupa, pelaksananaan pameran, kurasi dan kurator, siasat publik dan media massa, pembuatan porto folio perupa, dan berbagai strategi teknis yang lain. Modul ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang berkecimpung di dalam pameran seni rupa.

Secara yuridis formal modul “Diklat Guru Pembelajar” ini ditulis berdasarkan Permendiknas Nomor 16, Tahun 2007 tentang peta kompetensi guru seni budaya yaitu: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik, tari, teater) dan keterampilan, serta mampu menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Seni Budaya.

Apresiasi seni rupa dengan pendekatan semiotika dapat dilaksanakan oleh guru kepada peserta didik, atau kepada siapa saja. Secara teknis pendekatan semiotika ini dapat disampaikan dengan analisa semiotika Roland Barthes. Hal ini merupakan bentuk apresiasi karya seni rupa secara lisan dan tertulis.

B. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat:

1. menguraikan konsep pameran seni rupa dengan menggunakan kata-kata sendiri;

2. menyusun kebutuhan pameran seni rupa pada event tertentu sesuai dengan anggaran yang diperlukan;

3. melaksanakan pameran seni rupa sesuai dengan anggaran, selama tiga hari di tempat “Diklat Guru Pembelajar” berlangsung;

4. pengapresisi karya seni rupa secara lisan dan tertulis, dengan pendekatan analisa semiotika Roland Barthes.

4

C. Peta Kompetensi

Adaptasi dari Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, peta kompetensi guru seni budaya adalah sebagai berikut:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik, tari, teater) dan keterampilan;

2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Seni Budaya.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul “Diklat Guru Pembelajar” Seni Budaya ini adalah: Kegiatan pembelajaran 1: Terdiri dari tujuan, indikator pencapaian kompetensi, dan uraian materi yang meliputi: pengertian dan konsep pameran seni rupa, dan tipe pameran yang meliputi tipe estetik dan rekonstruksi. Sedangkan tipe pameran berdasarkan tujuan: fundraising (penggalian dana), apresiasi, dan festival/pesta. Panitia pameran seni rupa menjalankan tugas menyusun proposal, kebutuhan pameran, karya seni rupa, bukti pendaftaran peserta pameran seni rupa, pengumpulan karya, seleksi karya, display, dan pengepakan karya.

Penyusunan kebutuhan pameran seni rupa meliputi perabot pameran yang terdiri atas pustek, almari kaca, sketsel, dan kotak paking. Sedangkan assesoris pameran terdiri dari: pencahayaan, tanaman hias, poster, katalog, undangan, baliho, label, sound system, perlengkapan, dan kebutuhan lain seperti senar, lakban, meja kursi, buku tamu, buku kesan, taplak meja, dan konsumsi.

Pelaksanaan pameran karya seni rupa terdiri dari pembukaan pameran, pelaksanaan pameran, sarasehan dan penutupan pameran, umpan balik, dan pengembalian karya seni rupa.

Aktivitas pembelajaran dengan mempelajari modul dan diskusi konsep pameran karya seni rupa.

Latihan/kasus/tugas meliputi pembentukan panitia pameran seni rupa, proposal, perijinan, berkarya, pendaftaran dan penyerahan karya, penyiapan perangkat pameran, publikasi, pemajangan karya seni rupa, pelaksanaan pameran, pembukaan, sarasehan, penutupan, evaluasi dan laporan serta penyiapan konsumsi pada setiap kegiatan.

Rangkuman berisi ide pokok materi yang disajikan secara berurutan dan ringkas, yang bersifat menyimpulkan, komunikatif, dan memantapkan pemahaman.

Umpan balik pameran seni rupa bersumber pada buku tamu dan buku kesan, masukan dari apresiator, dianalisis, didiskusikan, dirumuskan, jika terdapat kasalahan, kekurangan atau hal–hal yang dirasa kurang baik perlu disikapi dengan arif dan bijaksana untuk perbaikan di masa mendatang. Tindak lanjut, umpan balik ini dimanfaatkan untuk langkah tindak lanjut dalam pembelajaran di sekolah dan perlu diadakan pameran di sekolah maupun di tingkat yang lebih luas lagi baik antar guru maupun bersama peserta didik.

Kegiatan pembelajaran 2: terdiri dari apresiasi karya seni rupa secara lisan dan tertulis. Apesiasi seni rupa merupakan salah satu kegiatan yang beraspek afektif, yang dilakukan secara lisan tertulis oleh apresian, yang mengandung nilai apresiatif, pedagogis, dan dokumentatif. Nilai-nilai tersebut akan dicapai oleh apresian setelah melalui praktik mengapresiasi karya seni rupa dengan membawa bekal: cermat, terbuka, kesejarahan, objektif, memahami berbagai kata kunci: prinsip dan unsur seni rupa, berbagai teknik berkarya seni rupa, danaliran seni rupa.

Tahapan apresiasi adalah: deskriptif, analisis secara ideoplastis dan fisikoplastis, interpretasi dan evaluasi, dan apakah karya seni rupa tersebut menunjukkan kebaruan (kreativitas), dan dapat menghargai karya seni rupa dengan kategori karya yang kurang baik, baik, dan sangat baik.

6

Fungsi apresiasi karya seni rupa secara tertulis maupun lisan adalah: 1. Melaltih dan meningkatkan penghargaan karya seni rupa.

2. Menumbuhkan rasa empati.

3. Sebagai umpan balik dalam pemebelajaran.

4. Menumbuhkan sikap arif dan bijaksana dalam menanggapi tulisan apresiatif orang lain.

5. Memperluas jaringan apresiasi seni rupa memalui berbagai media komunikasi.

Apresiasi karya seni rupa dengan pendekatan semiotika, secara teknis menggunakan analisis dari Roland Barthes.

E. Saran Cara Penggunaan Modul

1. Pelajari Modul Grade 10 Pameran karya seni rupa dengan seksama, secara kronologis, dan kerjakan soal-soal latihan hingga mencapai mastery learning = 80. Bobot 20 soal essai = 40, cara menghitung nilai soal essai, jumlah jawaban yang benar anda kalikan dua. Bobot pameran seni rupa bersama peserta Diklat Guru Pembelajar= 60 (dinilai oleh widyaiswara). Total nilai = 100. Jika anda belum mencapai nilai 80 (terdiri nilai soal essai dan pameran), maka ulangi sampai mencapainya. 2. Kerjakan langkah-langkah untuk melaksanakan pameran karya seni

rupa: menentukan konsep, kebutuhan pameran, dan proposal rencana pelaksanaan pameran karya seni rupa.

3. Laksanakan pameran karya seni rupa selama tiga hari selama diklat. 4. Lakukan diskusi sebagai evaluasi diri sesama peserta diklat, agar

mendapat nilai apresiatif yang memadai.

5. Tindak lanjut, setelah selesai diklat ini, lakukan pameran karya seni rupa pembelajar di sekolah masing-masing, untuk meningkatkan apresiasi seni di sekolah dan di lingkungannya.

KONSEP PAMERAN

SENI RUPA

A. Tujuan

Setelah mempelajari Modul ini, Anda diharapkan dapat:

1. menguraikan konsep pameran karya seni rupa dengan benar; 2. menyusun kebutuhan pameran karya seni rupa;

3. melaksanakan pameran karya seni rupa;

4. apresiasi karya seni rupa dengan pendekatan semiotika menggunakan analisis dari Roland Barthes.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. teruraikannya konsep pameran karya seni rupa, oleh peserta Diklat Guru Pembelajar;

2. Terpenuhinya kebutuhan pameran karya seni rupa oleh peserta Diklat Guru Pembelajar, yang disusun secara kronologis mulai dari persiapan, penataan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, evaluasi, dan umpan balik;

3. Terlaksananya pameran karya seni rupa selama tiga hari oleh peserta Diklat Guru Pembelajar;

4. Terlaksanakannya apresiasi karya seni rupa, oleh peserta Diklat Guru Pembelajar dengan pendekatan semiotika menggunakan analisis dari Roland Barthes.

C. Uraian Materi

1. Pengertian dan Konsep Pameran Seni Rupa

Sebagaimana dikemukakan oleh Mikke Susanto (2011:12) bahwa pameran merupakan alat sajian pertanggungjawaban bagi perupa (maupun kurator) setelah berkreasi atau untuk menunjukkan kerja

KEGIATAN

PEMBELAJARAN

8

(kreatif) seninya pada khalayak. Sedang bagi non perupa, pameran juga dianggap sebagai cara untuk menggali berbagai kemampuan dan kebutuhan yang ingin disampaikan pada orang lain. Sedangkan seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang menitik beratkan pada pengolahan rupa. Pengolahan rupa didasari pada fantasi, sensitifitas, kreativitas, dan ekspresi. Dengan demikian, seorang perupa menempa dirinya dengan belajar, baik secara ottodidak maupun akademik. Untuk memeperkaya kompetensi pribadinya maka berbagai pengamatan, penghayatan, perasaan, dan penciptaan dilalui dengan arif dan bijaksana. Pengaruh aliran dari perupa yang bertaraf nasional atau internasional kepada perupa Indonesia merupakan hal yang telah lazim. Namun seorang perupa dituntut mempunyai jati diri, dan corak pibadi agar publik dapat mengakui keberadaannya. Untuk menampilkan karya-karya perupa memerlukan langkah-langkah yang positif dan pasti, yang diawali dengan penyusunan konsep pameran. Konsep pameran karya seni rupa. Seperti dikemukakan oleh Mikke Susanto (2011: 227) merupakan pokok utama yang mendasari seluruh pemikiran tentang rencana pameran karya seni rupa. Konsep juga merupakan jembatan antara kreator dengan penikmat atau apresian, untuk mengetahui seluruh kegiatan pameran karya seni rupa tersebut. Pameran seni rupa merupakan alat sajian pertanggungjawaban perupa (maupun kurator) setelah selesai berkreasi dan berekspresi kepada khalayak. Konsep pameran karya seni rupa terpetakan sebagai berikut.

.

Konsep pameran karya seni rupa

Keterangan:

a. Kompetensi Guru SMP: kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.

b. Proposal, dana, dan ijin, diurus oleh panitia.

c. Kebutuhan pameran seni rupa: karya seni rupa, data perupa, kurator, katalog, sketsel, fustek, tali, label, buku tamu, buku kesan, baliho, publikasi, dokumentasi, tempat, kursi tamu undangan, tanaman hias, sambutan, undangan, sound system, acara pembukaan dan penutupan, meja dan kursi untuk buku tamu.

d. Pengumpulan karya, disertai dengan data karya dan data pribadi peserta pameran dilengkapi nomor HP, diserahkan di sekretariat pameran. Bila ada berbagai jenis karya dikelompokkan sesuai dengan jenisnya dan diberi nomor pendaftaran. Peserta pameran seni rupa diberi tAnda bukti pendaftaran, dan membayar uang sesuai dengan ketentuan.

KOMPETENSI GURU SMP, PANITIA PROPOSAL, DANA, IJIN SELEKSI, DISPLAY PENGUMPULAN KARYA KURATOR, KRITIK SENI PELAKSA-NAAN PAMERAN SENI RUPA APRESIAN UMPAN BALIK KOLEKTOR KEBUTUHAN PAMERAN PUBLIKASI PENGEMBALIAN KARYA

10

e. Seleksi karya seni rupa dapat dilaksanakan secara langsung dengan melihat karya dan menerapkan prinsip seni sebagai tolok ukur karya yang layak pameran. Seleksi karya oleh TIM seleksi yang dibentuk oleh panitia.

f. Kerja kurator membantu dalam: penyusunan katalog, penelitian koleksi, penulisan informasi pada katalog, memutuskan tambahan item koleksi yang akan dipamerkan, mempresentasikan dan berbicara tentang karya yang dipamerkan, mengawasi kerja panitia, pAndai dalam bidang seni rupa klasik, modern, kontemporer, maupun terkait ilmu pengetahuan tertentu (Mikke Susanto, 2004: 112). Kritik seni rupa sangat diperlukan yang biasa ditulis oleh kritikus untuk mendapat gambaran tentang eksistensi karya yang dipamerkan.

g. Pelaksanaan pameran sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan h. Publikasi, dapat melalui radio, TV, media massa, poster, baliho, dll.,

sebagai salah satu cara mensosialisasikan pameran karya seni rupa.

i. Dengan adanya publikasi maka kolektorpun akan mengetahui tentang pameran karya seni rupa tersebut dan akan melihat, atau mungkin akan mengkoleksi karya yang dianggapnya berbobot, bagus dan menarik.

j. Publikasi, sangat diperlukan untuk mengundang penikmat seni atau apresian sangat perlu yang merupakan sasaran utama dalam pameran karya seni rupa tersebut.

k. Setelah selesai pameran, hendaknya karya yang terjual segera dibereskan dengan pemiliknya dan karya yang lain dikembalikan ke perupa.

l. Umpan balik ke panitia (inklusif guru dan peserta didik), sangat diperlukan guna mendapatkan hal-hal yang sangat berharga tentang plus-minus pameran tersebut, agar di masa mendatang dapat menjalankan pameran yang lebih baik lagi.

Konsep ini bukan harga mati, namun dapat ditambah sesuai kebutuhan, misalnya perlu adanya para sponsor penyAndang dana dan berbagai fasilitas, perlu adanya kompensasi agar terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Pameran dapat diselenggarakan dalam berbagai even misalnya: lustrum sekolah, menyambut hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, promosi, lomba, syukuran dan lain-lain. Jika dalam rangka diklat para guru sekolah menengah pertama, maka segala sesuatunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Dengan demikian konsep pameran karya seni rupa ini akan menjadi fondasi dan pegangan utama dalam penyelenggaraan pameran karya seni rupa. Konsep ini setelah disetujui oleh berbagai fihak yang terkait, maka perlu disoalisasikan agar dapat diketahui secara terbuka.

2. Tipe pameran

Sebagaimana dikemukakan oleh Mikke Susanto (2011: 44) bahwa tipe pameran karya seni rupa bila ditinjau dari pendekatan karya, maka terdapat dua tipe yaitu:

a. Tipe estetik

Tipe estetik, merupakan pameran yang berkonsentrasi pada pAndangan bahwa objek (karya yang dipamerkan) mempunyai nilai instrinksik, dan tidak bermaksud untuk menyediakan informasi tentang latar belakang budaya objek, tetapi merepresentasikan kualitas estetik objek itu sendiri.

b. Tipe rekonstruktif

Tipe rekonstruktif merupakan suatu pendekatan yang menghadirkan objek (karya yang dipamerkan) sebagai sesuatu yang memiliki arti secara etnografi dan berusaha untuk menginformasikan budaya latarnya.

Tipe pameran berdasarkan tujuan:

a. Betujuan untuk menggalang dana (fundraising), baik untuk pribadi perupa maupun untuk kepentingan sosial, misalnya dari karya yang terjual, sebagian akan disumbangkan untuk korban bencana banjir, tanah longsor, gunung berapi meletus, dan lain sebagainya.

12

b. Apresiasi, untuk meningkatkan apresiasi seni publik, terhadap perubahan apa yang terjadi tentang seni rupa dewasa ini menyangkut kultur, tema, teknik, bahan, dan kuratorial. Jika ada keuntungan, maka hal ini dianggap sebagai akibat dan bukan sebagai tujuan utama. Pameran sejenis ini banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan, kelompok perupa, dan pemerintah yang Penyeleksiannya cenderung ketat.

c. Festival/pesta, tipe ini adalah untuk menggalang kebersamaan, misalnya Fstival Kesenian Yogyakarta, Bandung Art Event, Festival Kesenian Indonesia, Makasar Art Forum, Pekan Seni Mahasiswa Nasional, Sanggar Dewata Indonesia,dsb.

Karakter pameran dibedakan menjadi:

a. Menurut jumlah peserta, pameran tunggal dan bersama. Pameran tunggal dapat diadakan oleh perupa sendiri untuk mengenalkan corak lukisannya, atau diselenggarakan oleh lembaga tertentu, karena mengingat jasa-jasa perupa (mungkin sudah almarhum) yang sangat mengesankan dan berharga. Dalam hal ini perupa harus banyak berkomunikasi dengan pemilik galeri, kurator, manajer, atau peneliti untuk menentukan tema pameran yang akan digelar. Jika pameran bersama, biasa digagas oleh kelompok perupa tertentu dan sangat luas tema yang ditentukan, tanpa memAndang gaya atau kepribadian perupa.

b. Menurut jenis kelompok, pameran ini biasanya diadakan oleh kelompok seniman/perupa dengan alasan gender, suku, organisasi, sanggar, usia, dan agama.

c. Menurut waktu, misalnya annual, biennial, triennial, yangbiasanya diadakan secara rutin setahun sekali, dua tahun sekali atau tiga tahun sekali.

d. Menurut jenis karya, sangat spesifik pada bahan, alat, teknik, gaya, konsep, aliran, dan media. Misalnya pameran komik, sketsa, pameran lukisan cat air, pameran seni patung, pameran lukisan realisme, proyek seni konseptual, seni digigital art. Sedangkan pelaksanaannya dapat tunggal atau bersama.

e. Menurut ruang, terdapat ruang formal misalnya galeri, museum, art shop, rumah seni. Sedangkan ruang non formal merupakan tempat yang lebih bebas dipakai untuk pameran seni rupa, misalnya, mall, gedung bioskop, stasiun, lapangan, gunung, sawah, pantai, warung makan dll. Terdapat pula ruang nyata dan ilusif atau illusory space seperti di internet dan pameran lukisan pada website.

f. Menurut tempat, di dalam ruang atau di luar ruang. Pameran seni rupa di dalam ruang sudah cukup jelas, sedangkan pameran di luar ruang misalnya pameran di taman kota, jalan raya, lapangan, di danau, laut, dan pameran secara permanen misalnya neon box, patung, mural, seni lampu dll.

g. Menurut pelaku (perupa dan non perupa), pamern jika dilakukan oleh perupa sudah biasa, namun dilakukan oleh wartawan, pengusaha, arsitek, desainer, pejabat, bahkan “kelompok non pelukis”, termasuk hal yang luar biasa.

h. Menurut peta kepentingan, pameran bersifat profit (mencari keuntungan) dan non profit misalnya pameran tugas akhir mahasiswa, bersifat edukasi, pekan seni mahasiswa nasional (Peksiminas). Terdapat juga pameran bertujuan politik, yang biasanya diadakan oleh negara, parpol, keolompok seni rupa Islami, misalnya tahun 1992 pameran BINAL secara politis menandingi Biennial II Yogya. Pameran kebudayaan, misalnya KIAS (Kebudayaan Indonesia-Amerika) di Ammerika Serikat tahun 1990-1991.

i. Menurut peta sejarah, sering disebut retrospeksi dan koleksi. Pameran retrospeksi merupakan pameran kilas-balik, yang biasanya ditampilkan oleh perupa yang sudah hAndal dengan berbagai prestasinya, dan agak sulit melacak karyanya karena tersebar disegala penjuru dunia. Sedangkan pameran koleksi cenderung pameran lembaga, tetapi bisa juga pameran koleksi oleh kolektor.

14

j. Menurut geopgrafis, pameran yang terbatas pada faktor geografis, misalnya pameran perupa Minangkabau, perupa Aborigin, perupa Bali,dsb.

k. Menurut hasil penelitian, merupakan hasil olahan etnografi, kebudayaan, antropologi, misalnya pameran oleh Yayasan Seni Rupa Komunitas Tulungagung Jawa Timur oleh perupa Moelyono. l. Masih terdapat jenis pameran yang lain, misalnya pameran tetap,

pameran keliling, pameran insidental, dan pameran berkala.

3. Panitia

Panitia pameran karya seni rupa memegang peran sangat penting, karena merupakan kunci utama kesuksesan kegiatan tersebut, yang akan berhubungan dengan minimal dua hal utama yaitu karya seni rupa dan pengunjung atau disebut apresian. Adaptasi dari Suwarna dkk. (2013: 22-23) mengatakan bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pameran karya seni rupa ini perlu disusun panitia pameran yang meliputi:

a. Penanggungjawab:bertanggungjawab terhadap segala urusan administrasi dan operasional selama diklat khususnya penyelenggaraan pameran karya seni rupa oleh peserta diklat yaitu para guru seni budaya sekolah menengah pertama.

b. Penasihat: memberikan nasihat, atau saran tentang penyelenggaraan pameran karya seni rupa yang akan digelar. c. Ketua: bertanggungjawab secara organisatoris, prosedural,

humanis, kekeluargaan, terhadap seluruh kegiatan pameran karya seni rupa sejak awal sampai akhir.

d. Sekretaris: menyiapkan proposal berdasarkan rapat pleno panitia dan surat-menyurat.

e. Bendahara: bertugas dan bertanggungjawab atas lalulintas seluruh keuangan dalam penyelenggaraan pameran karya seni rupa.

f. Seksi-seksi:

1) Seksi humas: mempublikasikan melalui media massa (Koran, TV, radio, majalah), baliho, poster, dan termasuk mengundang peserta pameran.

2) Seksi karya: mengumpulkan karya, memberi nomor urut pendaftaran, memberikan tAnda bukti penyerahan, dan pengembalian karya. Mengurus pembagian hasil sesuai dengan ketentuan jika ada karya yang terjual. Menyiapkan katalog, disertai dengan sekapur sirih dari kurator atau pejabat yang mendukung dana atau yang punya kepentingan penyelenggaraan pameran, sambutan panitia, susunan panitia, dan label karya.

3) Seksi dokumentasi: mendokumentasikan melalui foto/video

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK J Prof (Halaman 17-180)

Dokumen terkait