• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

STRUKTUR ORGANISASI BGPOM-

1.1. Latar Belakang

PT. PP. Lonsum Bagerpang POM memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sekitar 12.853,71 (Ha). Terdiri dari perkebunan bagerpang estate dengan luas 5.724,16 Ha, Sungai merah 1.854,46 Ha, dan Rambong sialang 5.275,12 Ha. Merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Palm Oil Milk POM dan Palm Kernel Oil PKO dengan kapasitas olah 50 Ton/jam dan sebesar 1200 ton/hari. Dalam memenuhi Tandan Buah Segar (TBS) tersebut perusahaan memiliki Supplier dari luar yang berjumlah 6 supplier lepas dimana keduanya hanya dapat memasok TBS sebanyak 60%-80% dari kapasitas olah pabrik tiap periode. Perusahaan perlu melakukan penilaian kinerja supplier lepas untuk memilih supplier yang terbaik untuk dijadikan sebagai supplier kontrak demi kelancaran proses produksi. Salah satu aspek fundamental dalam supply chain management adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja supply chain. Supplier merupakan salah satu faktor penting dalam supply chain.

Kinerja supplier perlu dimonitor secara kontinu. Penilaian/monitoring kinerja ini penting dilakukan sebagai bahan evaluasi yang nantinya bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja supplier atau sebagai bahan pertimbangan

untuk mencari supplier alternatif. Pada situasi dimana perusahaan memiliki lebih dari satu supplier untuk suatu item tertentu, hasil evaluasi juga bisa dijadikan dasar dalam memilih supplier yang akan mengalokasikan order di periode berikutnya. Dengan sistem yang seperti ini supplier akan terpacu untuk meningkatkan kinerja mereka (I Nyoman Pujawan, 2005).

Proses produksi minyak sangat dipengaruhi oleh ketersediaan Tandan Buah Segar (TBS). Bahan baku TBS yang digunakan PT. PP. Lonsum Bagerpang POM berasal dari perkebunan Sendiri dan perkebunan rakyat melalui supplier lepas. PT. PP. Lonsum Bagerpang POM memiliki kebun sendiri yang terdiri dari Bagerpang estate, Rambong sialang, dan Desa Sungai Merah Estate dari ketiga kebun teresebut memiliki pasokan bahan baku TBS yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Kapasitas Jumlah Pasokan TBS kebun PT.PP Lonsum Bagerpang POM Periode Jumlah Hari Kerja (Hari) Kapasitas Olah Pabrik (Ton) Pasokan TBS dari Perusahaan (Ton) Persentase Pasokan TBS Perusahaan (%) Mei 2015 25 33600 18.435.20 62.49 Juni 2015 26 31200 18.207.42 64.63 Juli 2015 26 32400 18.065.32 64.27 Agustus 2015 25 30000 18.119.26 61.65 September 2015 25 33600 16.908.71 63.76 Oktober 2015 25 30000 18.541.06 60.80 November 2015 23 27600 18.799.43 68.23 Desember 2015 25 36000 16.083.20 64.22 Januari 2016 25 30000 18.680.92 63.15 Februari 2016 23 27600 15.659.24 62.78

Tabel 1.1. Kapasitas Jumlah Pasokan TBS kebun PT.PP Lonsum Bagerpang POM (Lanjutan) Periode Jumlah Hari Kerja (Hari) Kapasitas Olah Pabrik (Ton) Pasokan TBS dari Perusahaan (Ton) Persentase Pasokan TBS Perusahaan (%) Maret 2016 25 32400 17.554.05 60.14 April 2016 22 30000 18.618.00 68.24

Sisanya diperoleh dari supplier lepas yaitu dengan membeli TBS dari perkebunan supplier lepas untuk memperlancar proses produksi Supplier lepas TBS pada PT. PP. Lonsum Bagerpang POM selama periode Mei 2015 hingga April 2016 berjumlah 6 supplier lepas yakni CV. Sinar Agung, CV. Naga Bulan, Makmur Jaya, Edi, CV. AA, P.Siahaan dan ke enam supplier tersebut masing- masing berada di lingkungan PT. PP. Lonsum Bagerpang POM. Masing-masing alamat keenam supplier lepas teresebut dapat dilihat pada pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Supplier Lepas PT.PP Lonsum Bagerpang POM

No Supplier Tambahan Alamat

Kemampuan Supply (Ton)

1.

CV. Sinar Agung Desa Limau Manis L.

Pakam 5.183

2.

CV. Naga Bulan Jl. Buntu Badimbar, Kec.

Bangun Purba 4.715

3.

Makmur Jaya Jl. Sei/Sungai Merah,

Tanjung Morawa 8.666

4.

Edi Jl. Aek Pancur Tanjung

Morawa 6.037

5.

CV. Ahmad Alfa Desa Bakaran Kayu

Kel. Pagar Jati 5.120

6.

P.Siahaan Jl. Suka Mulia Desa

Lubuk Pakam 4.203

Sumber: PT. PP. Lonsum Bagerpang POM

Oleh karena itu pihak PKS PT. PP. Lonsum Bagerpang POM turut serta mengontrol kebun supplier demi kelancaran bahan baku yang masuk. Masalah yang dihadapi oleh pabrik adalah sulitnya mendapatkan pasokan TBS dari supplier lepas dengan tepat jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hasil pengamatan awal menunjukkan adanya gap antara permintaan perusahaan dengan kenyataan. Gap tersebut berupa kekurangan pasokan bahan baku dari supplier lepas dimana persentase pasokan TBS dari supplier tetap dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Perusahaan saat ini menggunakan 6 supplier lepas yang memberikan TBS tetapi tidak dalam jumlah yang kontinu. Untuk itu perusahaan perlu melakukan pemilihan supplier dari supplier yang ada untuk dijadikan sebagai supplier kontrak. Supaya TBS yang dipasok tetap dalam jumlah yang kontinu. Hal ini dikarenakan tidak adanya keterikatan antara supplier lepas dengan perusahaan. Persentase kekurangan bahan baku TBS dapat dillihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.3. Kekurangan Kapasitas TBS di PT.PP Lonsum Bagerpang POM

Periode Total TBS Perusahaan dan Supllier Lepas (ton) Kekurangan TBS (Ton) Persentase Kekurangan TBS (%) Mei 2015 30.872.52 2.727.48 8.12 Juni 2015 24.891.76 6.308.24 18.22 Juli 2015 26.082.62 6.317.38 19.50 Agustus 2015 22.481.89 7.518.11 14.06 September 2015 28.232.35 5.367.65 15.98 Oktober 2015 26.647.33 3.352.67 11.18 November 2015 23.154.73 4.445.27 16.11 Desember 2015 28.773.52 7.226.48 20.07

Tabel 1.3. Kekurangan Kapasitas TBS di PT.PP Lonsum Bagerpang POM (Lanjutan) Periode Total TBS Perusahaan dan Supllier Lepas (ton) Kekurangan TBS (Ton) Persentase Kekurangan TBS (%) Januari 2016 26.244.92 3.755.08 12.52 Februari 2016 23.675.08 3.924.92 14.22 Maret 2016 29.607.85 2.792.15 8.62 April 2016 26.485.65 3.514.35 11.71

Sumber: Dokumen PT. PP. Lonsum Bagerpang, Tbk

Tabel 1.3. diatas menunjukkan bahwa jumlah pasokan TBS yang dipenuhi dari perusahaan dan supplier lepas masih dibawah kapasitas olah pabrik sehingga mengakibatkan proses produksi pabrik terganggu. Kebun PT. PP. Lonsum Bagerpang POM hanya dapat memasok TBS sebanyak 60%-80% dari kapasitas olah pabrik tiap periode. Perusahaan perlu melakukan penilaian kinerja supplier lepas untuk memilih supplier yang terbaik untuk dijadikan sebagai supplier kontrak demi kelancaran proses produksi. PT. PP. Lonsum Bagerpang POM memiliki prosedur untuk menetapkan supplier kontrak. Selama ini, pemilihan supplier yang akan dijadikan menjadi supplier kontrak masih bersifat kualitatif, dimana supplier kontrak yang akan dipilih mengirimkan TBS dalam kuantitas lebih banyak dan sesuai dengan standar kualitas perusahaan.

Pemilihan supplier ini harus dianalisis menggunakan penelitian ilmiah sehingga perusahaan mengetahui secara kuantitatif bagaimana kinerja supplier yang selama ini member pasokan TBS sehingga dapat memilih supplier terbaik yang memenuhi kriteria dari perusahaan untuk dijadikan sebagai supplier kontrak.

Setiap supplier memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga dibutuhkan pengukuran kinerja secara kuantitatif untuk memilih supplier mana yang cocok dijadikan menjadi supplier kontrak diantara keenam supplier lepas.

Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk melakukan perangkingan dari beberapa alternatif. Penelitian yang dilakukan oleh Halim Kazan dkk di Turkey (2015) dalam jurnal penelitian “Pemilihan Calon Nominasi Deputi dengan Metode AHP-Promethee” membahas 15 kriteria dasar yang digunakan untuk mempertimbangkan 27 nominasi calon yang diajukan partai politik. Kriteria dasar ini mempertimbangkan tingkat kepentingan yang berbeda dan ditentukan dengan melakukan penelitian mengenai pemilihan wakil negara dalam literatur. Setelah dilakukan analisis kuantitatif, diperoleh 10 calon Deputi yang memenuhi kriteria yang diperoleh dari perangkingan menggunakan metode AHP-PROMETHEE. Bobot kriteria perbandingan matriks ditentukan dengan menurut metode AHP. Nilai Consistency Ratio 4 calon Deputi teratas yakni partai A dengan CR= 0,12587, Partai B dengan CR= 0,33975, Partai C dengan CR= 0,27505, dan Partai D dengan CR= 0,73234.

Selain itu, metode AHP dan PROMETHEE juga telah diterapkan oleh Dzikri dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Usulan Prioritas Peringkat dalam Pemilihan Supplier Produk Yamato dengan Metode Promethee Studi Kasus PT. Chitose Mfg”. Penelitian ini dilakukan karena melihat kondisi dimana kurang baiknya kinerja supplier bahan baku maka perusahaan perlu melakukan evaluasi kembali untuk menentukan urutan prioritas dalam penentuan supplier.

Hasil dari kedua penelitian ini menjadi alasan bahwa permasalahan yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama. AHP akan digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari kriteria evaluasi. Setelah itu, PROMETHEE digunakan untuk menentukan alternatif supplier berdasarkan nilai net flow yang didapatkan. Dari proses evaluasi ini, akan didapatkan supplier tambahan yang layak yang mampu memenuhi keinginan pihak perusahaan

Dokumen terkait