• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM UANG GIRAL SEBAGAI SALAH SATU

A. Latar Belakang Timbulnya Lembaga Kliring

Pembangunan ekonomi suatu negara di samping memerlukan program pembangunan yang terencana dan terarah untuk mencapai sasaran pembangunan, faktor lainnya adalah dibutuhkannya modal/dana pembangunan yang cukup besar. Peningkatan pembangunan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi perlu ditunjang dengan peningkatan dana pembangunan, untuk itu diperlukan mobilisasi dana dari masyarakat. Demikian pula negara Indonesia, hal ini dicirikan dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah di bidang moneter, keuangan, dan perbankan dari paket deregulasi perbankan tahun 1983, paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988, paket kebijaksanaan Januari 1990, dan paket deregulasi perbankan 29 Mei 1993.1

Serangkaian kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia tersebut bertujuan untuk menghimpun dana pembangunan, baik melalui lembaga keuangan maupun dalam bentuk kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI), sehingga mampu menciptakan pemerataan usaha bagi pelaku-pelaku pembangunan ekonomi baik pengusaha berskala kecil koperasi maupun pengusaha berskala menengah dan besar. Dengan demikian, terjadi keterkaitan kerja sama harmonis dan saling menunjang antar pelaku ekonomi riil dengan pelaku ekonomi financial dalam menunjang pembagunan ekonomi nasional.2

1

Faisal Afiff, dkk, Strategi dan Operasinal Bank, PT. Erresco, Bandung, 1996, hal. 1 2

Ibid, hal. 2

Dengan serangkaian kebijaksanaan deregulasi itu betapa besar dan pentingnya peranan bank selaku lembaga

keuangan dalam memobilisasi dana masyarakat serta menyalurkan dana dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi Indonesia.

Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksaan tersebut, dewasa ini banyak sekali bank-bank yang memberikan keyakinan serta pilihan bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank-bank tersebut. Dengan iming-iming bunga yang tinggi serta kemudahan-kemudahan yang ditawarkan itu, menimbulkan minat serta daya tarik bagi masyarakat untuk menanamkan sahamnya pada bank yang diminatinya, karena bank yang bersangkutan dianggap dapat memberikan jaminan keamanan uang yang disimpannya, juga memberikan kemudahan-kemudahan terhadap nasabahnya.

Perbankan adalah merupakan prasarana di bidang pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam rangka kegiatannya untuk mencapai usaha pembangunan, bank melakukan usaha pokok antara lain memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang serta memberikan jasa kredit. Untuk dapat melakukan usaha tersebut, maka bank telah menciptakan beberapa jenis sarana dalam bentuk surat-surat berharga dan ini dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran, adapun jenis-jenis itu dapat berupa : wesel, cek, promes, bilyet giro dan surat-surat lainnya yang dapat disebut sebagai alat tukar menukar atau alat pembayaran yang sah. Sarana bank seperti ini disebut uang giral.

Uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas pembayaran dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan penggunaan jasa-jasa perbankan oleh masyarakat maupun perkembangan kegiatan usaha. Uang giral yang merupakan sarana lalu

lintas pembayaran dan peredaran uang dapat terdiri atas surat perintah pembayaran dan surat perintah pemindahbukuan.

Dalam pembayaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Kemudian, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran atau setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.3

Disamping itu bank juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.4

Kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan olen Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Pembayaran giral adalah pemindahbukuan dari suatu rekening ke rekening lain pada kantor bank yang sama atau dari suatu bank ke bank lain. Biasanya pemindahbukuan dari suatu rekening bank ke rekening bank yang lain dilakukan melalui lembaga kliring dengan cara tukar-menukar surat-surat Salah satu jasa yang ditawarkan adalah jasa kliring, dan jasa kliring ini banyak dimanfaatkan oleh nasabah dan bahkan nasabah kliring ini makin bertambah dan makin meningkat setiap tahunnya.

3

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Keenam), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 23.

4

berharga, dalam hal ini bilyet giro. Nasabah memberikan perintah pemindahbukuan dengan bilyet giro. Dapat juga dengan cek silang (crossed

cheque). Bilyet giro yang diseragamkan memudahkan bank dalam melakukan

administrasinya.5

Dewasa ini banyak sekali terjadi praktek-praktek kejahatan perbankan melalui kliring, sehingga dapat merugikan berbagai pihak. Salah satu bentuk dari jenis kecurangan atau kejahatan yang sering terjadi dalam transaksi perbankan melalui kliring adalah penyalahgunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral. Kecurangan jenis ini bisa terjadi oleh pihak ekstern bank, bahkan dalam satu komplotan atau sindikat kejahatan yang juga bisa melibatkan orang dalam bank itu sendiri, antara lain:6

5

O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal. 71

1. Penyalahgunaan oleh penarik/pemegang

Berbagai cara dilakukan oleh para pelaku untuk membobol bank ini, antara lain dengan melakukan :

a. Pemalsuan identitas penarik

b. Membuat identitas fiktif, seperti KTP, Paspor dsb.

c. Melakukan penarikan namun tujuannya justru agar warkat yang diajukan tersebut supaya ditolak dan tentunya warkat yang ditolak tersebut dikembalikan padanya, setelah melalui proses di bank. Dari warkat yang dikembalikan tersebut dia akan memperoleh data contoh stempel bank ybs., tandatangan, paraf petugas bank. Data ini akan digunakannya sebagai contoh untuk alat pemalsuan dikemudian hari.

6

d. Dalam teknis melakukan kejahatannya dia menghapus, mengubah, menambah data pada alat-alat giral. Mengganti dengan angka, huruf, nomor dsb, dengan maksud mengecoh bank dalam upaya pembobolannya. e. Penarik ini kemudian menandatangani alat-alat giral yang belum diisi

lengkap

f. Pemegang mengkopi alat-alat giral seperti Cek/BG dsb. Untuk dijadikan contoh model tindak kecurangan dan kejahatannya.

2. Penyalahgunaan oleh bank penagih

Oknum bank penagih, yang menagihkan titipan kliring nasabah bisa melakukan kecurangan dengan penyalahgunaan sebagai berikut;

a. Dilakukan oleh oknum bank penagih terhadap cek yang diamanatkan nasabah untuk dikliringkan namun sengaja tidak dibubuhkan stempel KLIRING padahal Cek-nya adalah “cek pembawa”, sehingga cek yang seharusnya dikliringkan tersebut dapat diuangkan secara tunai.

b. Hasil kliring yang baik ternyata tidak dibukukan ke rekening penyetor sesuai dengan amanatnya, tapi dibukukannya ke rekening nasabah lainnya. c. Menghapus dan mengganti Stempel Kliring dari satu bank yang dituju ke

bank lainnya.

3. Penyalahgunaan oleh Bank Pembayar

a. Bank pembayar tidak segera membayar dengan alasan warkat cek atau BG diragukan kebenarannya. Hal ini bisa karena bank tsb illikuid atau ada persekongkolan dengan orang lain. Kadangkala ini dilakukan atas permintaan nasabahnya, kemudian dibuatlah alasan seperti resi buku cek yang belum kembali.

b. Bank tetap melakukan pembayaran, walaupun warkatnya tidak sesuai dengan syarat bank teknis yang seharusnya ditolaknya. Hal ini dilakukan dengan kerjasama pemegang rekening.

c. Bank melakukan pembayaran atas beban bukan rekening penarik, artinya petugas bank ybs membebankanya ke rekening nasabah lainnya.

d. Bank melakukan pembayaran tanpa melalui prosedur dan tidak memenuhi syarat pembayaran.

4. Penyalahgunaan oleh Penerima Pembayaran

a. Penerima Pembayaran adalah orang yang tidak berhak. Seorang nasabah yang seharusnya menerima pembayaran dari hasil penagihannya, misalnya Cek yang dikliringkan, ternyata hasilnya masuk kepada rekening orang lain. Hal ini bisa terjadi baik karena dilakukan oleh petugas bank atau bisa juga perintah yang ditujukan kepada banknya diubah oleh orang yang tidak berhak.

b. Penerima Pembayaran yang Dikuasakan Tidak Menyampaikan Pembayaran Kepada Yang Berhak. Seorang nasabah yang mengkuasakan untuk menagih sejumlah Cek/BG kepada karyawannya, bisa saja hasilnya tidak disetorkan ke rekening nasabahnya. Bisa diambil tunai maupun diubah penyetorannya ke rekeningnya atau rekening lainnya.

5. Penyalahgunaan dalam Lembaga Komunikasi

Lembaga komunikasi ini adalah pihak yang mengirimkan alat giral dari pihak bank yang memberi perintah kepada bank yang akan melakukan amanat tersebut. Dia bisa Clearingman Bank, petugas lain, petugas ekspedisi untuk penagihan inkaso dsb. Cara yang bisa dilakukannya adalah;

a. Sengaja mengubah, menambah/mengurangi data yg tercantum dalam alat giral tersebut.

b. Sengaja melambatkan, tidak menyampaikan ke alamat yang berhak. c. Membuang atau memusnahkan alat-alat giral yang harus disampaikan. d. Membocorkan data yang tercantum pada alat-alat giral kepada yang tidak

berhak dan merugikan perusahaan ybs. 6. Penyalahgunaan dengan Cek

Untuk melakukan penyalah-gunaan cek, pelaku harus memiliki blanko cek asli atau palsu dan harus mengetahui data nasabah seperti, tandatangan yang sesuai spesimen di bank, mengetahui saldo nasabahnya. Hal ini diperoleh dengan berbagai cara seperti; mencuri dari nasabah secara langsung, mengakali atau bekerja sama dengan pegawai perusahaan nasabah, mengambil langsung dari bank dengan memalsu bukti pengambilan cek atau bisa dengan memalsu formulir cek. Cara Pencairan Cek. Setelah pelaku memiliki cek yang akan dijadikan media obyek pembobolan salah satu rekening nasabah bank secara lengkap dia datang ke bank untuk melakukan transaksi, bisa tunai ataupun disetorkan di bank lain untuk dikliringkan.

a. Pengambilan Tunai. Dalam pencairan cek tunai, setelah memenuhi prosedur yang standar di teller, data legitimasi wajib tandatangani di balik cek. Penerima uang ini akan menggunakan identitas palsu untuk mempersulit penelusuran bank.

b. Penguangan melalui Kliring (Cek/BG). Upaya pembobolan dengan cara melalui kliring biasanya jumlahnya relatif besar. Untuk itu pelaku telah mempersiapkan rekening penampungan di beberapa bank lain yang dibuka

dengan identitas palsu. Bila kejahatan ini berlangsung lancar, penarikannya dilakukan tunai.

7. Penyalahgunaan dengan Nota Debet/Nota Kredit

Penyalah-gunaan dengan Nota Debet (Debit Advice) atau Nota Kredit (Credit Advice) sangat pasti berkaitan dengan pihak intern bank. Dalam hal ini pelaku harus mengetahui data nasabah sperti tandatangan sesuai spesimen di bank, mengetahui saldo nasabah, tandatangan pejabat bank yang berhak untuk melakukan otorisasi atas transaksi bank. Adapun cara penyalahgunaan dengan Nota Debet (D/A) atau Nota Kredit (C/A) ini adalah

a. Memindahkan dana atas beban suatu rekening nasabah ke rekening nasabah lain dengan Nota Debet/Kredit dalam satu bank, tanpa perintah dari nasabah.

b. Pemindahan dana nasabah tanpa amanatnya ini bisa juga di kliring-kan ke bank lain

c. Kemudian penarikannya di bank lain tersebut dilakukan melalui rekening yang memang telah dipersiapkan.

Untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring tersebut, maka pihak bank memberikan suatu tindakan pengamanan guna kelencaran pelaksanaan kliring. Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern peserta kliring, menghindarkan usaha menipulasi serta usaha-usaha lain dari orang yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank.

Berbagai masalah hukum yang timbul dan berkaitan dengan pelaksanaan kliring, telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi yang berjudul

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUS PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG KISARAN”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam skiripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Aspek Hukum Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Cabang Kisaran ?

2. Bagaimanakah Akibat Hukum Sarana Kliring di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran ?

3. Bagaimanakah Tindakan Pengamanan Yang Dilakukan Pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran dalam Pelaksanaan Kliring Untuk Menghindari Praktek-Praktek Kejahatan Melalui Kliring ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.

2. Untuk mengetahui akibat hukum sarana kliring di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.

3. Untuk mengetahui apa saja tindakan pengamanan yang dilakukan pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-pratek kejahatan melalui kliring.

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan hukum dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia perbankan dan khususnya yang berkaitan dengan kliring serta untuk mengetahui secara yuridis formal tentang pelaksanaan kliring dalam dunia perbankan terutama aspek hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan kliring.

2. Secara Praktis

Skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun sumbang saran bagi pihak yang terkait khususnya insan perbankan dalam rangka lebih menyempurnakan sistem perbankan Indonesia khususnya lembaga kliring sebagai salah satu cara penyerahan hak.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran dan yang utama adalah ketertarikan terhadap fenomena pelaksanaan kliring sebagai lembaga yang mengatur arus pembayaran uang giral yang dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya keaslian ini bukanlah hasil ciptaan atau jiplakan dari hasil karya orang lain. Kalaupun ternyata ada yang membuat, pembahasan dilakukan dengan sudut pandang/tinjauan yang berbeda. Skripsi ini disusun melalui referensi

buku-buku, media cetak serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan : “Bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubungan dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.”7

Bank adalah “lembaga moneter yang berhubungan dengan peredaran uang, sebagai pangkal utamanya yang bertolak dari pelaksanaan anggaran belanja dan pendapatan Negara yang membuku pintu keluar masuknya uang dari dan ke tangan masyarakat yang mempunyai pengaruh secara langsung pada nilai tukar uang.”8

Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dikemukakan oleh G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa bank adalah “suatu badan yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”9

Kliring berasal dari kata to clear artinya pelunasan utang piutang sesama bank anggota kliring yang dikoordinasikan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) di

7

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 8

8

Mustafa Siregar, Pengantar Beberapa Pengertian Hukum Perbankan, USU Press, Medan, 1991, hal. 1

9

dalam lembaga kliring. Kliring merupakan pelaksanaan Lalu Lintas Pembayaran Dalam Negeri dan Luar Negeri (LLPDNLN) yang dilakukan dalam suatu kota atau dalam satu lembaga kliring.10

Menurut Malayu S.P. Hasibuan, kliring adalah “proses perhitungan, pelunasan dan pertukaran warkat-warkat kliring antarbank anggota yang dikoordinasi Bank Indonesia.”11

Menurut The New Grolier Webster International Dictionary of the English

Language, “clearing is the act exchanging draft an each and settling the differences” (kliring adalah kegiatan tukar menukar warkat dari bank satu dengan

bank yang liannya dan menetapkan perbedaan-perbedaannya).12

Kliring adalah “penyelesaian pembukuan dan pembayaran antarbank dengan memindahkan saldo kepada pihak yang berhak.13 Sedangkan menurut Kamus ekonomi Uang dan Bank, kliring adalah tindakan tukar menukar cek dan perhitungan rekening bank di bawah pengawasan lembaga kliring.”14

Kliring adalah suatu kegiatan untuk menyelesaikan utang piutang antarbank dalam bentuk giral di mana penerima dan bank tertariknya berada dalam satu wilayah kerja lembaga penyelenggara kliring dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan.

15

10

Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 7 11

Ibid. 11

Ibid. 12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 446

13

Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 47

14

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transakasi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 231

Menurut kamus Perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980, kliring adalah “perhitungan utang piutang antara peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.”16

Uang giral adalah “uang yang diterbitkan oleh Bank Umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya (uang tabungan), seperti cek, bilyet giro, wesel bank, kartu kredit.”17

Dalam menyususun skripsi ini, digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif biasanya dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan maka disebut juga metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang berhubungan dengan kliring. Sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan untuk dapat menggambarkan tentang Pelaksanaan Kliring sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran, guna

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

1. Jenis Penelitian

15

Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 132 16

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

menjawab permasalahan yang ada dengan melakukan survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada.

2. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran dan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti. b. Data Sekunder

Data-data sekunder tersebut, meliputi:18

a) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:

b) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

c) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

d) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/ DIR tentang Pemberian Garansi Bank.

e). Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku rujukan tentang pelaksanaan kliring.

18

Amiruddin & Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 31

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus Bahasa Indonesia, kamus Perbankan maupun kamus Ekonomi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data dengan

cara terjun ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan, dan data yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara (interview). Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang independen.

4. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan

berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5 bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta

gambaran tentang definisi bank, jenis-jenis bank dan jasa-jasa perbankan, definisi uang giral dan fungsi uang giral serta bentuk-bentuk uang giral.

BAB III : Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta

gambaran latar belakang timbulnya lembaga kliring, fungsi dan macam-macam kliring, syarat-syarat peserta kliring dan tata cara kliring, sanksi dan jaminan kliring.

BAB IV : Bab ini merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri dari aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia yaitu

Dokumen terkait