• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUR PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA

PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KISARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pandangan hukum tentang pelaksanaan kliring, yaitu aspek-aspek hukum yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kliring dan juga akan diuraikan beberapa persoalan yang menyangkut perikatan dan perjanjian. Dengan adanya suatu perikatan/perjanjian melahirkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu bank dan nasabah, kemudian tanggungjawab hukum masing-masing pihak dalam menggunakan sarana kliring dan tanggungjawab setelah diadakannya kliring, akibat hukum yang timbul dari pelaksanaan kliring yang harus dipikul oleh pihak bank dan nasabah yang bersangkutan, serta tindakan-tindakan pengamanan dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring. Dapat disebutkan dalam pelaksanaan kliring, sanksi yang terberat yang akan dihadapi oleh nasabah adalah penutupan rekeningnya dan pencantuman nama nasabah dalam daftar hitam (black list) Bank Indonesia, sehingga nasabah tersebut tidak dapat membuka rekening di bank manapun yang menjadi peserta kliring. Sedangkan, akibat yang akan dihadapi pihak bank apabila menyalahgunakan kepercayaan nasabah adalah tidak akan ada lagi nasabah yang mau menyimpan dananya di bank bersangkutan dan pada akhirnya bank tersebut akan tutup.

A. Aspek Hukum Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran

Aspek hukum dari kliring dalam hal ini dimaksudkan segi-segi hukum yang berkaitan dengan kliring, dalam hal ini tentunya lebih ditekankan pada hukum perbankan dan hukum keperdataan secara luas.

1. Hak Dan Kewajiban Pihak Bank Dan Nasabah Dalam Penggunaan Sarana Kliring

Dari transaksi dan aktivitas kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dapat dilihat bahwa kewajiban Bank Rakyat Indonesia dalam penggunaan sarana kliring adalah :

a. Menerima subjek hukum untuk membuka rekening tabungan atau rekening giro sesuai persyaratan yan telah ditentukan.

b. Menata usahakan secara administrasi segala transaksi pada rekening, artinya apabila masuk bilyet giro dari nasabahnya, maka pihak Bank wajib menerima dan memindahbukukannya ke rekening nasabah tersebut.

Sedangkan hak dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dalam penggunaan sarana kliring adalah :

a. Memeriksa keadaan usaha calon nasabah yang akan menggunakan cek/bilyet giro dalam sarana kliring.

b. Memperoleh pembayaran warkat yang ditarik oleh nasabah apabila saldonya tidak cukup dan warkat tidak sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia.

b. Menerima uang jasa atas kerja yang telah dilakukannya atas sarana kliring. Pada sisi lain kewajiban nasabah adalah memenuhi persyaratan formil untuk pembukaan rekening giro maupun persyaratan materil (penyetoran dana ke

rekening giro nasabah yang bersangkutan). Sedangkan hak dari nasabah adalah dapat melakukan penarikan dananya yang tersedia, pada jam kas di buka dengan mematuhi ketentuan yang berlaku.

Hubungan hukum antara nasabah dengan bank merupakan suatu undang-undang yang mengikat keduanya sehingga sesuai dengan asas hukum bahwa perjanjian hanya mengikat pihak-pihak terkait, maka untuk itu pihak di luar harus menghormati perjanjian yang telah buat yakni perjanjian pembukaan rekening giro atau tabungan.

Dari hak dan kewajiban dapat pula disebutkan bahwa tanggung jawab Bank atas suatu kliring yang dilakukannya adalah sejauh dana nasabah yang bersangkutan mencukupi sesuai dengan cek/bilyet giro yang di keluarkannya. Jika dana tersebut tidak mencukupi maka tidak tertutup kemungkinan bahwa bank akan menetapkan sanksi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian apabila ditinjau dari sisi perjanjian, penggunaan sarana kliring dapat dikatakan merupakan perjanjian yang mengikuti perjanjian penyimpanan dan penitipan uang. Perjanjian penyimpanan dan penitipan uang ini merupakan perjanjian pokok dan dari sini dapat dilahirkan perjanjian baru yakni perjanjian untuk melakukan kliring antar bank. Dengan demikian ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perjanjian dan perikatan yang terdapat dalam KUHPerdata akan berlaku dengan sendirinya jika pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran tidak menentukan lain.

Perjanjian untuk menggunakan sarana kliring dengan sendirinya akan hapus apabila perjanjian pokoknya yaitu penyimpanan dan penitipan uang telah berakhir. Oleh karena itu, sangatlah wajar Bank akan menolak untuk melakukan

kliring jika dana nasabah tidak ada lagi atau tidak mencukupi untuk dipindahbukukan kepada rekening (tabungan) nasabah lain. Jika hal ini dilakukan juga oleh Bank Rakyat Indonesia, tentunya akan merugikan pihak Bank itu sendiri.

Selain itu, jika dilihat dari sistem hukum benda khususnya perihal penyerahan dan peralihan hak milik maka dapat disebutkan bahwa kliring termasuk penyerahan hak perpanjangan tangan, karena untuk membayar transaksi yang telah dilakukan para pihak menggunakan pihak ketiga yang iku campur dalam hal pembayaran. Walaupun pada awalnya terjadi pembayaran dan penyerahan secara langsung, tetapi untuk mendapatkan uang secara tunai harus menggunakan jasa pihak lain yaitu pihak bank.

Perjanjian awal yang terjadi antara nasabah dengan nasabah lainnya sebenarnya telah berakhir dengan dilakukannya pembayaran menggunakan cek/bilyet giro, tetapi cek/bilyet giro bukanlah pembayaran uang tunai melainkan dalam bentuk giral dan diperlukan suatu sarana kliring yang dapat digunakan untuk mencairkan uang giral tersebut menjadi uang tunai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar belakang timbulnya kliring adalah terjadinya transaksi/perikatan antar nasabah bank, yang kemudian diikuti dengan adanya sarana kliring.

2. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi Oleh Nasabah Untuk Dapat Menggunakan Sarana Kliring Pada BRI Cabang Kisaran

Untuk bisa melakukan dan menggunakan sarana kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran tentunya diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu, dalam hal ini dikualifikasikan kepada syarat materil dan formil.

Syarat materil untuk dapat mengunakan sarana kliring tentunya adalah nasabah harus memiliki dana dalam bentuk rekening giro atau deposito. Sebelum seorang nasabah memasukkan dan menyimpan dananya di Bank Rakyat Indonesia terlebih dahulu nasabah tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain :

a. Mengisi data yang lengkap mengenai tanda bukti diri, nomor pokok wajib pajak, akte pendirian/anggaran dasar bagi perusahaan yang berbentuk badan hukum.

b. Membuat pernyataan bahwa yang bersangkutan tidak kebertan rekeningnya ditutup dan namanya dicantumkan dalam daftar hitam (black list) oleh Bank Indonesia apabila terkena sanksi administrasi karena melakukan penarikan cek/bilyet giro kosong.

c. Membuat dan atau mengisi perjanjian pembukaan rekening.

Setelah nasabah membuka rekening di BRI Cabang Kisaran maka nasabah tersebut telah dapat menggunakan sarana kliring yang tersedia untuk memindahkan dananya kepada rekening koran nasabah bank lain yang masuk dalam lingkup anggota peserta kliring.

Adapun syarat formil yang harus dipenuhi jika menggunakan sarana kliring pada Bank Rakyat Indonesia adalah :

a. Nama bilyet giro dan nomor bilyet giro yang bersangkutan. b. Nama tertarik.

c. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik.

d. Nama dan nomor rekening pemegang. e. Nama bank penerima.

f. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalan huruf selengkap-lengkapnya.

g. Tempat dan tanggal penarikan.

h. Tanda tangan dan nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap/stempel sesuai dengan persyaratan pembukaan rekening.

i. Tanggal efektif dengan ketentuan harus dalam tenggang waktu penawaran. Demikian beberapa persyaratan materil dan formil yang harus dipenuhi oleh nababah agar bisa menggunakan sarana kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.

B. Akibat Hukum Sarana Kliring di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran

Akibat hukum yang dimaksud adalah akibat hukum yang mungkin timbul bila tidak dipenuhinya persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak Bank (khususnya persyaratan formil/administrasi) dalam menggunakan sarana kliring.

Dari pelanggaran administrasi perbankan atas kekeliruan nasabah dalam menggunakan sarana kliring maka sanksi yang sering digunakan adalah dengan

menutup rekening nasabah yang bersangkutan dan sekaligus memasukkan dan mencantumkan nama nasabah tersebut dalam daftar hitam (black list) yang tersedia di Bank Indonesia.

Disamping itu apabila terdapat kemungkinan bahwa nasabah menggunakan cek/bilyet giro untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan hukum, untuk itu pihak Bank Rakyat Indonesia hanya bertanggung jawab sebatas persoalan administrasi perbankan atas cek/bilyet giro yang dikeluarkannya, Bank rakyat Indonesia tidak bertanggungjawab untuk persoalan pidana dan perdatanya. Hal itu adalah tanggung jawab dari nasabah yang bersangkutan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.

C. Tindakan-Tindakan Pengamanan dalam Pelaksanaan Kliring untuk Menghindari Praktek-Praktek Kejahatan Melalui Kliring

Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern peserta kliring, menghindarkan usaha manipulasi serta usaha-usaha lain dari pihak yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank. Usaha pengamanan dalam kliring dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu antara lain :

1. Pengolahan Warkat-Warkat Kliring

Sebelum proses pertemuan kliring dimulai, setiap warkat kliring yang diterima sebagai setoran oleh petugas loket terlebih dahulu harus diberi cap kliring sebelum ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang (petugas kliring). Apabila telah diberi cap kliring, maka petugas kliring harus mengadakan pemeriksaan mengenai:

a. Apakah warkat-warkat kliring yang bersangkutan sesuai dengan perincian pada surat/slip setoran yang bersangkutan baik jumlah lembarnya maupun jumlah nominalnya.

b. Apakah warkat-warkat kliring yang bersangkutan semuanya sudah dibubuhi cap kliring sebagaimana mestinya oleh petugas loket.

Pembuatan daftar kliring dilakukan oleh petugas kliring. Setelah daftar kliring dicantumkan dalam rekapitulasi penyerahan kliring, daftar debit dan daftar kredit masing-masing dibuat rekapitulasinya tersendiri. Sebelum warkat-warkat dibawa oleh petugas kliring ke pertemuan kliring, petugas kliring harus mengadakan pemeriksaan kembali mengenai :

a. Apakah jumlah-jumlah nominal yang tercantum dalam daftar kliring sesuai dengan warkat-warkat kliring yang bersangkutan.

b. Apakah jumlah seluruh daftar kliring sesuai dengan jumlah mutasi/rekapitulasi penyerahan warkat kliring.

2. Pelaksanaan dalam Pertemuan Kliring

Kehadiran wakil peserta kliring disertai dengan warkat-warkat kliring yang akan dikliringkan tidak boleh terlambat dari waktu yang telah ditentukan, karena keterlambatan dapat mengganggu kelancaran pertemuan kliring dan akibat dari keterlambatan itu dapat dikenakan sanksi kliring. Untuk menjaga tata tertib dengan baik dan mengurangi kesempatan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya wakil peserta kliring dilarang menerima warkat-warkat untuk dikliringkan langsung dari nasabah di kantor penyelenggara kliring.

Perubahan daftar-daftar kliring dalam bentuk penambahan maupun pengurangan serta pembetulan angka-angka daftar kliring dan rekapitulasinya

harus dengan sepengetahuan pejabat yang berwenang yaitu petugas kliring, di samping persetujuan pejabat penyelenggara yang bersangkutan.

Kepada wakil peserta kliring hendaknya diwajibkan melaksanakan hal-hal sebagi berikut :

a. Penyerahan Warkat Kliring

Untuk setiap penyerahan daftar kliring beserta warkat yang bersangkutan, maka sebagai buktinya harus diperoleh tanda terimanya (resi) berupa tembusan daftar kliring yang telah ditanda tangani wakil bank yang menerimanya, tujuannya adalah agar nama wakil peserta kliring terdaftar dalam penyelenggara.

b. Penerimaan Warkat-Warkat Kliring

Untuk setiap penerimaan daftar kliring beserta warkat-warkat yang bersangkutan, wakil peserta kliring menandatangani sebuah tanda terima (resi) untuk bank yang menyerahkannya. Sebelum menadatangani sebuah tanda terima, wakil peserta kliring harus terlebih dahulu mengadakan pemeriksaan mengenai : 1). Apakah warkat-warkat kliring yang bersangkutan telah dibubuhi cap kliring

bank yang menyerahkan.

2). Apakah jumlah nominal yang tercantum dalam daftar kliring telah sesuai dengan warkat-warkat kliring yang bersangkutan.

3). Apakah warkat-warkat kliring tersebut telah benar-benar diperhitungkan kepada bank peserta, dengan kata lain tidak terdapat warkat bank lain yang terselip keliru diperhitungkan kepada bank peserta. Jika terdapat kekeliruan, maka wakil peserta kliring harus segera memberitahukan wakil-wakli bank yang bersangkutan.

4). Apakah jumlah total pada daftar kliring sesuai dengan jumlah total warkat-warkat yang bersangkutan.

3. Penelitian Warkat-Warkat Yang di bawa dari Bank Penyelenggara

Setelah petugas kembali dari bank penyelenggara (Bank Indonesia), baik untuk warkat debit maupun warkat kredit (termasuk warkat yang ditolak) maka yang pertama-tama harus diteliti adalah apakah jumlah warkat yang dibawanya sesuai dengan jumlah (nominal dan lembarnya) yang tercantum dalam rekapitulasi penerimaan dan neraca kliring yang dibuat oleh petugas kliring yang bersangkutan. Juga perlu diteliti apakah tidak terdapat perubahan-perubahan pada daftar rekapitulasi penyerahan warkat-warkat kliring. Penelitian yang sama hendaknya juga dilaksanakan terhadap warkat-warkat kliring retur.72

Dengan bilyet saldo kliring setiap bank peserta kliring dapat melakukan pengecekan apakah rekeningnya di Bank Indonesia didebit atau dikredit dengan jumlah yang sesuai dengan bilyet saldo kliring pada hari yang bersangkutan. Bilyet saldo kliring adalah dokumen/alat control yang penting sehingga apabila 4. Bilyet Saldo Kliring

Berdasarkan daftar rekapitulasi penyerahan dan daftar rekapitulasi penerimaan baik untuk warkat debit maupun warkat kredit (termasuk warkat yang ditolak) disusunlah sebuah neraca kliring dan dari neraca kliring ini akan diperoleh bilyet saldo kliring. Bilyet saldo yang dibawa kembali ke kantor peserta harus sudah disahkan oleh pimpinan lembaga kliring.

72

Kliring retur adalah kliring untuk menyelesaikan warkat-warkat kliring yang ditolak penerimaan atau pembayarannya karena tidak memenuhi syarat formil atau tidak tersedia dana yang cukup untuk pembayarannya.

terdapat kesalahan/ketidakcocokan pada bilyet saldo kliring, maka peserta diwajibkan segera memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara pada akhir hari itu juga, atau selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya sebelum kas dibuka agar terdapat kesempatan untuk mengambil langkah-langkah apabila ketidakcocokan yang terjadi itu disebabkan unsur manipulasi.

Di samping itu untuk menjaga keamanan kepada bank peserta diwajibkan setiap harinya melakukan pengecekan terhadap rekeningnya pada bank penyelenggara, apakah didebit atau dikredit dengan jumlah yang sesuai dengan bilyet saldo kliring. Jika setelah dilakukan pengecekan ternyata tidak sesuai agar segera menghubungi pejabat Bank Indonesia (penyelenggara Kliring).

5. Pengamanan Pelaksanaan Kliring

Usaha-usaha dari oknum yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindak kejahatan sering terjadi melalui pelaksanaan kliring dengan berbagai cara yang akan menimbulkan kerugian bagi pihak bank dan pihak nasabah, misalnya : dengan memalsukan nota kredit, menghilangkan warkat kliring, mengubah angka yang tertera dalam slip/surat setoran nasabah. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu diusahakan tindakan pengamanan pelaksanaan kliring.

Adapun usaha pengamanan yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dalam memperlancar pelaksanaan kliring antara lain:

a. Petugas kliring yang ditugaskan dalam mengikuti pelaksanaan kliring adalah benar-benar petugas yang telah memenuhi persyaratan dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya.

b. Kepada para petugas kliring bank perlu diingatkan agar tidak lupa mengenakan tanda pengenal kliring pada waktu memasuki dan selama berada di ruangan pertemuan kliring.

c. Mengkoordinasikan terlebih dahulu kepada bank yang menerbitkan nota kredit tentang adanya kebenaran transfer dengan mempercepat pembayaran.

d. Mencurigai jika ada nasabah yang berulang kali menanyakan kepada bank mengenai penyelesaian nota kredit yang dikliringkan nasabah.

Tidak hanya bank peserta kliring yang melakukan tindakan pengamanan, Bank Indonesia juga melakukan usaha pengamanan guna menghindari kejahatan melalui kliring diantaranya adalah :

a. Memberikan penjelasan dalam berbagai forum perbankan mengenai kejahatan melalui kliring.

b. Meningkatkan pengamanan dan pengecekan yang ketat oleh petugas satpam terhadap wakil peserta kliring, hanya peserta yang memakai tanda pengenal kliring yang diperkenankan masuk ke ruang kliring.

c. Meningkatkan monitoring jalannya kliring dan penelitian perhitungan kliring, terutama dalam pertemuan kliring pertama (kliring penyerahan) sehingga apabila ada usaha-usaha manipulasi segera dapat diketahui pada kliring pertama dan dapat segera diberitahukan kepada bank-bank yang bersangkutan. d. Berulangkali memberitahukan kepada petugas-petugas kliring agar apabila

ada nota kredit lebih dari Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) atau relatif besar di cek kebenarannya dengan bank yang menyerahkan nota kredit tersebut.

e. Mengamankan semua warkat-warkat kliring, termasuk sampah-sampah kertas kliring dari ruang kliring dan menyimpannya selama beberapa hari untuk menjaga kemungkinan adanya warkat-warkat yang tercecer atau sengaja dihilangkan dan sebagainya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari seluruh pemaparan tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Aspek hukum dari kliring dalam hal ini dimaksudkan segi-segi hukum yang berkaitan dengan kliring, dalam hal ini tentunya lebih ditekankan pada hukum perbankan dan hukum keperdataan secara luas. Dari transaksi dan aktivitas kliring pada bank dapat dilihat bahwa masing-masing pihak yaitu bank dan nasabah mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut timbul karena adanya suatu perikatan/perjanjian dan perikatan/perjanjian tersebut menjadi undang-undang yang mengikat bagi para pihak. Selain itu, sebelum seseorang ingin menggunakan sarana kliring harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan formil dan materil sebagaimana yang telah ditentukan oleh pihak.

2. Akibat hukum yang timbul dari penggunaan sarana kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran lebih ditekankan kepada penutupan rekering giro nasabah yang bersangkutan dan mencantumkan nama nasabah dalam daftar hitam yang tersedia di Bank Indonesia, tujuannya adalah agar nasabah tidak dapat membuka rekening giro di bank mana pun yang menjadi peserta kliring. Hal ini dilakukan apabila nasabah tidak memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan oleh Bank Rakyat Indonesia seperti dana nasabah yang bersangkutan tidak mencukupi untuk menggunakan sarana kliring dan apabila

terdapat kemungkinan bahwa nasabah menggunakan cek/bilyet giro untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan hukum, maka pihak Bank Rakyat Indonesia hanya bertanggung jawab sebatas persoalan administrasi perbankan atas cek/bilyet giro yang dikeluarkannya, Bank rakyat Indonesia tidak bertanggungjawab untuk persoalan pidana dan perdatanya. Hal itu adalah tanggungjawab dari nasabah yang bersangkutan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern peserta kliring, menghindarkan usaha manipulasi serta usaha-usaha lain dari pihak yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank. Usaha pengamanan dalam kliring dapat meliputi :

a. Pengamanan terhadap pengolahan warkat-warkat kliring yang akan dibawa ke pertemuan kliring dengan beberapa tahap yaitu pemberian cap kliring oleh petugas loket, kemudian petugas kliring melakukan pemeriksaan terhadap warkat kliring apakah perinciannya sudah sesuai dengan slip setoran yang bersangkutan baik jumlah lembarnya maupun nominalnya dan apakah sudah dibubuhi cap oleh petugas loket, setelah itu petugas kliring membuat daftar rekapitulasi penyerahan kliring, daftar debit dan daftar kredit.

b. Pengamanan dalam pelaksanaan pertemuan kliring. Kehadiran wakil peserta tidak boleh terlambat dari waktu yang telah ditentukan karena keterlambatan dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan kliring. Setiap ada perubahan yang terjadi dengan daftar-daftar kliring di dalam pertemuan

kliring harus dengan sepengetahuan pejabat bank yang berwenanng, di samping persetujuan pejabat penyelenggara yang bersangkutan. Dan kepada wakil peserta kliring hendaknya diwajibkan melaksanakan penyerahan warkat-warkat kliring dan penerimaan warkat kliring. Setelah petugas kembali dari bank penyelenggara (Bank Indonesia), petugas kliring harus memeriksa warkat-warkat yang dibawanya apakah sesuai jumlah nominal dan jumlah lembarannya yang tercantum dalam rekapitulasi penerimaan dan neraca kliring yang dibuatnya serta memeriksa rekapitulasi penyerahan dan warkat kliring retur. Berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring retur dibuat bilyet saldo kliring yang memuat hasil akhir kliring dari call money. Dengan bilyer saldo kliring setiap bank peserta kliring dapat melakukan pengecekan apakah rekeningnya di Bank Indonesia di debit atau di kredit dengan jumlah yang ssuai dengan saldo bilyet kliring pada hari yang besangkutan. Apabila terdapat kesalahan/ketidakcocokan pada bilyet saldo kliring maka peserta kliring harus segera memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara pada akhir kliring hari itu juga atau paling lambat pada hari kerja berikutnya sebelum kas dibuka agar ada kesempatan untuk menindaklanjutinya.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pengawasan terhadap warkat yang diserahkan maupun yang diterima serta melakukan pencocokan dengan dokumen kliring dan laporan yang diterima sehingga dapat diketahui dengan segera bila terjadi suatu penyimpangan atau terjadi usaha manipulasi dalam pelaksanaan kliring oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, maka diperlukan adanya suatu kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan kliring.

2. Untuk mencegah di tutupnya rekening nasabah yang ingin menggunakan sarana kliring oleh pihak bank, sebaiknya nasabah yang bersangkutan harus segera melakukan penyetoran dana ke rekeningnya sebelum petugas kliring melakukan pertemuan kliring selanjutnya.

3. Perlu disiapkannya sarana dan prasarana yang memadai seperti dengan menggunakan Sistem Otomasi Kliring yang dapat mendukung kelancaran dan keefektifan pelaksanaan kliring dan diperlukannya kepatuhan setiap petugas bank terhadap penggunaan komputer, terutama dalam hal penggunaan password dan users ID, agar selalu dapat terjaga kerahasiaannya dan tidak terjadi kebocoran kepada pihak yang tidak berhak.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afiff, Faisal, dkk, Strategi dan Operasinal Bank, PT. Erresco, Bandung, 1996 Amiruddin & Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Balai Pustaka, Jakarta, 2002

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Dokumen terkait