• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

1.1 Latar Belakang

Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan aset berharga yang memerlukan perhatian khusus baik dari orangtua, tenaga kesehatan, maupun pemerintah terutama di Negara berkembang seperti Indonesia (Nurlaili, 2007). Di tingkat Association South East of Asian Nation (ASEAN) kematian bayi baru lahir di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut survei Demografi Kesehatan tahun 2003, angka kematian neonatus di Indonesia sebesar 35 per 100 kelahiran, tertinggi di banding Malaysia, Thailand, dan Philiphina (Biro Pusat Statistik, 2003).

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan bayi. Setiap tahun komplikasi persalinan menyebabkan kematian 1,5 juta kematian bayi berusia satu minggu dan 1,4 juta bayi baru lahir meninggal di dunia (Syafrudin, 2009). Menurut WHO (2002 dalam Syafrudin, 2009) Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi, masalah tersebut terutama pada masa neonatal yang mengakibatkan lebih dari 80% kematian bayi. Kejadian kematian bayi baru lahir sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi antara lain karena banyaknya persalinan di rumah, status gizi ibu selama kehamilan kurang baik, rendahnya pengetahuan keluarga dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus

2

dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir.

Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan/ kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir adalah cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak (Sarifuddin, 2002).

Pada periode pascapartum, bayi baru lahir mengalami perubahan biofisiologis dan perilaku yang komlpeks akibat transisi kehidupan ekstrauterin. Asuhan kebidanan bayi baru lahir didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan biofisiologis pertama setelah lahir, menampilkan suatu periode penyesuaian kritis bagi bayi baru lahir, pada sebagian besar lingkungan, bidan memberikan asuhan langsung kepada bayi segera setelah lahir. Oleh sebab itu, seorang ibu harus tahu tentang perawatan bayi baru lahir karena tidak selamanya bidan melakukan perawatan setelah bayi pulang ke rumah.

3

Melihat kenyataan di atas seharusnya bayi di Indonesia mendapatkan perhatian serius baik menyangkut perawatan maupun pengobatannya. Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah premature, berat badan baru lahir rendah/ Low Birth Weight (35%), asfiksia (33,6%). Penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsies, dan diare. (Depkes, 2003). Menurut Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama keidupan). Penyebab terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia dan infeksi.

Melihat angka kematian bayi yang masih tinggi berarti perlu adanya tindak lanjut dalam menangani hal tersebut. Salah satu akses untuk mengatasi masalah perawatan bayi baru lahir adalah melalui pelayanan-pelayanan kesehatan yang banyak dijangkau oleh masyarakat pengguna yang mengadakan program peningkatan perawatan yang aman dan tepat bagi bayi baru lahir (Stright, 2005).

Peran, tugas dan tanggungjawab orangtua dimulai sejak masa kehamilan dan semakin bertambah saat bayi dilahirkan yaitu merawat dan mengasuh bayi. Pada periode awal, orangtua mengenali hubungan mereka dengan bayinya, bahwa bayi merupakan pribadi yang belum matang, tidak berdaya dan memiliki sifat bergantung, sehingga perlu perlindungan, perawatan, dan sosialisasi yang ditandai dengan masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuhnya (Bobak, 2005).

4

Keluarga memiliki peran penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak (Abdullah, 2009). Ini berarti baik ibu maupun ayah memiliki peran yang sama dalam optimalisasi tumbuh kembang anak. Kuncoro (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan bersama / coparenting merupakan model pengasuhan yang ideal untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dalam pengasuhan bersama, kedua orangtua saling melengkapi dan menjadi model yang lengkap bagi anak- anak. Kerjasama dalam pengasuhan dipandang sebagai bentuk keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Ketika ayah dan ibu terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak, anak akan mempunyai figure orangtua yang seimbang.

Fenomena yang terjadi bahwa sebagian ayah sepakat bahwa tugas pengasuhan adalah tugas ayah dan ibu, namun ketika kebutuhan anak sudah tertangani oleh ibu, ayah merasa tidak terlalu perlu untuk membantu. Para ayah merasa kurang yakin akan kemampuannya dalam mengasuh anak, sehingga cenderung merasa tidak mampu jika harus terlibat banyak dalam pengasuhan anak. Oleh karena itu bagi para responden porsi terbesar dalam pengasuhan adalah milik ibu/ayah. Perasaan kurang mampu tersebut merupakan pertanda bahwa ayah kurang memiliki keyakinan diri/ efikasi diri dalam mengasuh anak. Sementara di sisi lain, efikasi diri ayah dalam pengasuhan, terutama anak usia dini, jelas sangat dibutuhkan dan memiliki arti yang sangat penting. Pentingnya peran dan efikasi diri ayah dalam pengasuhan tersebut diharapkan dapat menstimulasi dilakukannya intervensi untuk mengembangkan efikasi diri ayah dalam pengasuhan.

5

Perawatan yang diperlukan oleh bayi sangat membawa perubahan dalam kehidupan ibu dan ayah, serta anggota keluarga lain. Pada saat- saat yang tidak dapat ditemukan, bayi menuntut diberi minum, diganti popok dan menangis. Akan tetapi sulit membedakan, terutama dalam minggu-minggu pertama antara tangisan lapar, ketidaksukaan dan tangisan memanggil ibu. Dalam menghadapi masalah ini orangtua sering kali kurang mengetahui dan memahami tentang kebutuhan bayi, sehingga orangtua akan merasa bahwa tuntutan bayi terlalu berlebihan (Damanik, 2004).

Merawat bayi sehari-hari merupakan tugas yang harus dikuasai dan mampu dilakukan oleh setiap orangtua. Dukungan emosional dan bantuan dalam keterampilan merawat, sangat dibutuhkan oleh mereka. Perawatan bayi baru lahir yang terpenting didalamnya mencegah komplikasi akibat perawatan yang kurang baik. Faktor terpenting dalam perawatan setiap hari adalah memandikan bayi dengan tujuan membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa lemak tubuh serta keringat, merangsang peredaran darah dan memberi rasa segar dan nyaman (Bobak, 2005)

Observasi yang terus menerus dan seksama pada bayi baru lahir merupakan faktor penting untuk mencegah agar setiap permasalahan yang ringan tidak berkembang menjadi permasalah yang berat (Helen, 2007). Tujuan perawatan bayi baru lahir juga mengajarkan orangtua bagaimana merawat bayi mereka dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orangtua, sehingga orangtua percaya diri dan mantap melakukan perawatan (Patricia dkk, 2005).

6

Budaya mempengaruhi perilaku serta perkembangan bayi dan anak oleh pengaruh pada struktur keluarga, persepsi orangtua, pengawasan, dan praktik pengasuhan anak, variasi individu yang mengatur bayi dan anak selama proses perkembangan dan rangsangan yang diberikan pada bayi dan anak pada berbagai umur. Masalah ini meliputi batasan peran dan tanggungjawab anggota keluarga, mempunyai pengaruh yang dalam pada perkembangan sosial, kognitif, dan emosi bayi dan anak (Nelson, 2006).

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada masyarakat ada beberapa nilai kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multicultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi (Swasono, 2000).

Praktik-praktik perawatan bayi yang dilakukan oleh masyarakat dapat menyebabkan kematian bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meutia (2007) bahwa kasus-kasus penyakit dan kematian bayi akibat persepsi budaya yang tidak mendukung terjadinya kondisi yang masih banyak dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir di Klinik Mimi Medan.

Dokumen terkait