• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan menjadi responden

Saya yang bernama Tazkiyatun Nisa Lubis adalah mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian tentang “ Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru lahir di

Klinik Mimi Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh sarjana di Fakultas Keperawatan.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara/i dalam penelitian

ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Saudara/i

bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Saudara/I

bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas

Saudara/i dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan

digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini.

Peneliti Responden

(3)

Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TENTANG

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK MIMI MEDAN A. Data Demografi

Petunjuk pengisian :

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas

responden penelitian untuk pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan

orang tua/ibu/ ayah yang sebenarnya, dengan memberi tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.

1. Umur : 1). Dewasa awal (20 – 30 tahun)

: 2). Dewasa akhir (>30 tahun)

2. Suku Bangsa : 1). Jawa

: 2). Batak

: 3). Melayu

: 4). Aceh

: 5.) Minang

3. Pendidikan : 1). SD

: 2). SMP

: 3). SMA

(4)

4. Pekerjaan : 1). PNS

: 2). Karyawan Swasta

: 3). Wiraswasta

: 4). Ibu Rumah Tangga

5. Penghasilan per Bulan : 1). ˂ Rp 2000.000;

: 2). Rp 2000.000; s/d Rp 3000.000;

(5)

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju Contoh:

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya senang bergaul dengan orang

yang punya semangat tinggi.

1. Tidak ada yang benar dan salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai

dengan persepsi anda. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar jika

sesuai dengan persepsi anda.

2. Teliti ulang setiap jawaban, agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.

(6)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Memandikan bayi 6 jam setelah dilahirkan

dapat dilakukan oleh ibu

2 Bayi dimandikan segera setelah lahir akan menyebabkan bayi kehilangan panas/tubuh/kedinginan (hipotermi)

3 Pemakaian bedak tabur di area alat kelamin bayi setelah bayi selesai dimandikan sebaiknya harus dihindari

4 Suhu air yang sesuai untuk memandikan bayi baru lahir yaitu dengan suhu yang normal 37 derajat C

5 Pemberian ASI saja tanpa bahan makanan lain/ susu formula sebaiknya dilakukan pada usia 0-6 bulan

6 Pemberian ASI pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan sesuai kemauan bayi (tidak terjadwal)

7 Pemberian ASI pada bayi akan mendukung pertumbuhan psikologis bayi

8 Kebutuhan tidur pada bayi baru lahir lebih kurang selama 16,5 jam/ hari.

9 Imunisasi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir (0-28 hari) adalah Hepatitis B- 1 dan Polio - 0

10 Penggantian popok dilakukan pada saat bayi mau Mandi

11 Area yang terpapar dengan popok kain harus dibersihkan dengan air hangat jika popok sudah terasa lembab

12 Penggunaan popok kain yang terlalu lama dapat menyebabkan iritasi dibagian bokong bayi

(7)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 14 Pemberian baby oil di area kulit bayi dapat

dilakukan jika bayi mengalami iritasi diarea kulit baayi

15 Pemberian cream khusus untuk bayi dapat dilakukan jika bayi mengalami infeksi di area kulit bayi

16 perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi

17 Perawatan tali pusat sebaiknya dilakukan dengan cara menggunakan kassa steril

18 Tali pusat yang dibiarkan terbuka terlalu lama akan menyebabkan bayi menangis karena sakit

19 Pada saat memandikan bayi ibu akan membersihkan area kelamin bayi dengan menggunakan air sabun

20 Pada saat membersihkan telinga bayi ibu menggunakan kain bersih yang dibasahi dengan air hangat yang matang

21 Memotong kuku bayi dapat dilakukan ketika bayi sedang tertidur

22 Membersihkan mata bayi dapat dilakukan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat yang matang dari arah sudut mata dalam sampai area luar mata

23 Membersihkan kotoran di sudut mata bayi dapat dilakukan setiap bayi bangun tidur di pagi hari

24 Area mata bayi dibersihkan dengan menggunakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat

(8)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 26 Area muka, dan tali pusat bayi harus

dibersihkan setiap kali bayi mau mandi

27 Jumlah buang air besar bayi baru lahir bervariasi mulai dari minggu pertama sampai minggu ke – 4

28 Bayi yang menyusui akan mengeluarkan BAB yang lebih lunak berwarna kuning emas

29 Setelah dilahirkan bayi baru lahir tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam

(9)
(10)

P10 110.00 142.000 .840 .911

P11 109.80 147.956 .658 .915

P12 109.80 149.289 .549 .916

P13 109.80 149.289 .549 .916

P14 110.00 148.222 .636 .915

P15 109.90 146.767 .740 .914

P16 109.80 146.622 .768 .914

P17 109.90 146.767 .740 .914

P18 109.70 147.789 .721 .914

P19 109.80 149.289 .549 .916

P20 109.80 149.289 .549 .916

P21 109.70 149.122 .605 .915

P22 109.90 148.100 .632 .915

P23 109.90 148.100 .632 .915

P24 109.80 146.622 .768 .914

P25 109.90 146.767 .740 .914

P26 109.90 146.767 .740 .914

P27 109.80 146.622 .768 .914

P28 109.70 146.456 .838 .913

P29 109.70 146.456 .838 .913

P30 109.70 146.456 .838 .913

(11)

No.R Data Demografi

5 20-30 thn melayu SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 6 >30 thn melayu SMP wiraswasta 2.000.000-3.000.000

7 20-30 thn aceh SD IRT <2.000.000

8 20-30 thn aceh D3 wiraswasta >3.000.000

9 >30 thn jawa D3 wiraswasta >3.000.000

10 20-30 thn minang SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000

11 20-30 thn aceh SMP IRT <2.000.000

12 20-30 thn melayu SMA IRT <2.000.000

13 20-30 thn jawa SMA IRT <2.000.000

14 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 15 >30 thn minang SMA wiraswasta >3.000.000

16 20-30 thn jawa SMA wiraswasta >3.000.000

17 20-30 thn jawa SMA wiraswasta <2.000.000

18 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 19 >30 thn minang SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 20 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 21 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 22 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 23 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000 24 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000

25 >30 thn jawa SMA PNS >3.000.000

26 20-30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000

27 20-30 thn batak SMA PNS >3.000.000

28 20-30 thn jawa S1 PNS 2.000.000-3.000.000

29 20-30 thn jawa S1 PNS >3.000.000

30 >30 thn jawa SD karyawan swasta 2.000.000-3.000.000

31 >30 thn jawa SMA PNS 2.000.000-3.000.000

32 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000

33 20-30 thn batak SMA IRT <2.000.000

34 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000

(12)
(13)

Frequencies

Statistics

No.Responden Usia Suku Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

N Valid 35 35 35 35 35 35

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

No.Responden

Frequency Percent Valid Percent

(14)

30 1 2.9 2.9 85.7

31 1 2.9 2.9 88.6

32 1 2.9 2.9 91.4

33 1 2.9 2.9 94.3

34 1 2.9 2.9 97.1

35 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 tahun 23 65.7 65.7 65.7

>30 tahun 12 34.3 34.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jawa 11 31.4 31.4 31.4

batak 12 34.3 34.3 65.7

melayu 5 14.3 14.3 80.0

aceh 3 8.6 8.6 88.6

minang 4 11.4 11.4 100.0

(15)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(16)

HASIL UJI NORMALITAS DATA

Frequencies

Statistics

noresponden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 jumlah

(17)

Frequency Table

noresponden

Frequency Percent Valid Percent

(18)

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 23 65.7 65.7 65.7

SS 12 34.3 34.3 100.0

(19)

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(20)

p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0

(21)

p17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

(22)

p23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0

(23)

p28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(24)

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Kuisioner Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan (n= 35) tabur di area kela-

min bayi setelah

kan bayi baru lahir yaitu dengan suhu pada usia 0-6 bulan.

6. Pemberian ASI pada 42,9 57,1 - - Bbl sebaiknya dila

(25)

7. Pemberian ASI pada 51,4 48.6 - - Diberikan pd bbl (0

-28 hari) adalah Kain yang terlalu

Lama dapat menye- babkan iritasi di bagian bokong bayi

13. Ruam akibat penggu- 62,9 37,1 - - naan popok kain pd

kulit bayi dpt di sembuhkan dengan menggunakan air saja

14. Pemberian baby oil di 54,3 45,7 - - Area kulit bayi dapat

(26)

15. Pemberian cream 54,3 45,7 - - Khusus untuk bayi dpt

Dilakukan jika bayi Mengalami infeksi Pada kulit bayi

16. Perawatan tali pusat 42,9 57,1 - - Dilkukan untuk men-

Cegah terjadinya Infeksi pd kulit bayi

17. Perawatan tali pusat 48,6 51,4 - - Bayi ibu akan member

sihkan area kelamin bayi dengan menggu- nakan air sabun

20. Pada saat membersihkan 48,6 51,4 - - Telinga bayi ibu meng-

Gunakan kain bersih Yang dibasahi dengan Air hangat yang matang

(27)

23. Membersihkan kotoran 37,1 62,9 - - Di sudut mata bayi dpt

Dilakukan setiap bayi Bangun tidur di pagi Hari

24. Area mata bayi diber- 37,1 62,9 - - sihkan dengan menggu-

nakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat

25. Membersihkan area 45,7 54,3 - - Mulut bayi mulai dari

Lidah, gusi dan langit- Langit dilakukan seba- nyak dua kali sehari dengan lembut menggu- nakan air yang bersih

26. Area muka, dan tali 54,3 45,7 - - Pusat bayi harus di

Bersihkan setiap kali

BAB yang lebih lunak Berwarna kuning emas

29. Setelah dilahirkan 48,6 51,4 - - Bayi baru lahir tdk

(28)

30. Pemberian kebutuhan 57,1 42,9 - - Nutrisi yang cukup

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Lampiran 11 DANA PENELITIAN

1. Proposal

a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.200.000,00

b. Percetakan literatur dari internet Rp. 50.000,00

c. Fotokopi literatur dari buku Rp.120.000,00

d. Pengadaan dan penjilidan proposal Rp.170.000,00

2.Pengumpulan Data

a. Biaya penelitian Rp. 80.000,00

b. Biaya transportasi Rp. 100.000,00

c. Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,00

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

a. Percetakan skripsi Rp. 70.000,00

b. Penjilidan dan pengadaan skripsi Rp. 100.000,00

c. CD Rp. 10.000,00

4. Biaya tak terduga Rp. 150.000,00

(37)

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Tazkiyatun Nisa Lubis

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 10 Desember 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Garu 1 Gang Kelapa No. 96AA

Riwayat Pendidikan : 1. 2000 – 2006 : SD Negeri 064955 Medan

2. 2006 – 2009 : MTsN 1 Model Medan Patumbak

3. 2009 – 2012 : MAN 1 Medan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.H. (2005). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Andayani, B & Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah

Menuju Coperanting. Cetakan Pertama. Surabaya: Citra Media

Anwar, I. (2012). Dasar- Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2005). Managemen penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asad, Suryani. (2002). Gizi Kesehatan Ibu & Anak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba

Medika

Baety AN. (2011) Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan Edisi 1.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Bamber JH, Dresner M (2003). Aortocaval Compression in Pregnancy:

The effectof changing the degree and direction of lateral titl on

maternal cardiac output.

Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Budiyanto, K.A. (2004). Dasar- Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press

Cunningham at al (2012). Obstetri Williams edisi 23. Jakarta: EGC

Dagun, Save. M. (1991). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah Dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

(39)

Duvekot JJ, Cheriex EC, Pieters FA, et al (1993) Early pregnancy

changesin hemodynamics and volume homestasis

consecutive adjustments triggered by a primary fall in

systemic vascular tone. Am J Obstet Gynecol.

Easterling TR, Shmucker BC, Benedetti TJ (1998) The hemodynamic

effect of orthostastic stressduring Pregnancy. Obstet

Gynecol.

Friedman, M. M., Bowden, V. R. & Jones, E. G (2010). Buku Ajar

Keperawatn Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi 5

Jakarta: EGC.

Hidayat AAA. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:

Salemba Medika

Lia Amalia dan Mardiyah (2006) Makanan Tepat Untuk Bayi.

Jakarta: Kawan Pustaka.

Mayo. (2008). Mencegah Ruam Popok.

pada tanggal 20 Juli 2016

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga I Jogjakarta: Goysen

Publishing.

Mulyati, S. (1994). Era Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC.

Nadia Indivara, (2009), 200 Tips Ibu Smart Anak Sehat. Jakarta: EGC

(40)

Nolan, Mary. (2004). Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Lilian

Juwono.

Nursalam, S, Rekawati. U., Sri. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi &

Anak. Ed I. Jakarta: Salemba Medika.

Perinasia. (2003). Melindungi, Meningkatkan Dan Mendukung

Menyusui. Jakarta: Binarupa Aksara

Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar

Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP.

Polit, D, F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and

assessing evidence for nursing practice (9 edition).

Philadelpia: Lippincott.

Putra. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah.

Yogyakarta: D- Medika.

Setiadi. (2008). Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Soediaoetomo, D. A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Subiyanto, P. (2004). Pentingnya Peran Ayah Dalam Keluarga.

Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2005). Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV,

Alfabet.

(41)

Strigh BR. (1998). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir

ed.3. Jakarta:EGC

Varney, (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Wawan, (2010) Pengertian Pekerjaan Oangtua.

(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian. Variabel independen adalah persepsi orangtua.

Dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana persepsi orangtua tentang

perawatan bayi baru lahir di Klinik Mimi Medan.

Konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.2 Kerangka Penelitian Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru

Lahir di Klinik Mimi Medan Persepsi Orangtua

Positif

(43)

30

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru

Lahir di klinik Mimi Medan.

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Persepsi Orangtua

Cara pandang ibu tentang perawatan bayi baru lahir

Kuesioner Terdiri dari 30 pernyataan, jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu

desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau

deskripsi tentang Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

di Mimi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Di Klinik Mimi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011). Populasi

penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi baru lahir sebanyak 118 orang

yang berkunjung selama dua bulan di klinik Mimi Medan.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian

dan dianggap mewakili populasi (Suyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 35 orang. Adapun jumlah tersebut didapatkan dari 30% dari jumlah

populasi. Nursalam (2003) menyatakan bahwa jika populasi >100, sampel dapat

diambil 25-30% dari jumlah populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah orangtua yang berarti ibu yang

berkunjung ke Klinik Mimi dan mempunyai bayi baru lahir berusia 0-28 hari,

(45)

32

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Mimi Medan. Alasan peneliti memilih

tempat ini karena tempatnya dapat dijangkau oleh peneliti dan sebelumnya belum

pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul yang sama

dengan peneliti serta jumlah ibu bersalin yang berkunjung di Klinik ini cukup

tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus – Oktober 2016

4.4 Pertimbangan Etik

Ada 3 prinsip etik dalam penelitian yaitu beneficence, respect for human

dignity, and justice (Polit and Beck, 2012). Beneficence yaitu peneliti mempunyai

kewajiban menghindari kerugian atau bahaya pada Orangtua dan memaksimalkan

keuntungan pada Orangtua. Peneliti berkewajiban untuk menghindari, mencegah

dan menghindari bahaya terhadap Orangtua, misalnya secara fisik yaitu lelah dan

sebagainya. Secara psikologis misalnya stress dan ketakutan. Secara sosial

misalnya kehilangan dukungan sosial. Secara ekonomi misalnya kehilangan gaji.

Tidak menempatkan responden dalam keadaan cedera. Disini peneliti

tidak memberikan tindakan yang berbahaya yang dapat membahayakan

responden. Selain itu kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan

namaresponden pada instrument penelitian dan peneliti hanya menggunakan data

ini untuk keperluan penelitian

Yang kedua yaitu respect for human dignity yaitu menghormati hak-hak

dan martabat orangtua serta memberikan informasi penuh kepada responden.

(46)

33

terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, manfaat, prosedur, waktu yang

dibutuhkan untuk penelitian.

Yang ketiga adalah justice yaitu keadilan. Peneliti memilih responden

berdasarkan syarat, alasan atau sesuai kriteria. Penerapan prinsip keadilan

diterapkan pada saat pemilihan sampel. Pemilihan sampel kelompok intervensi

berdasarkan alasan yang berhubungan dengan penelitian bukan berdasarkan

subjektivitas dari peneliti (Polit and Beck, 2012).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang

terdiri dari: Kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi orangtua tentang

perawatan bayi baru lahir.

Kuesioner data demografi berisi usia, suku, pendidikan, pekerjaan, dan

penghasilan. Responden memberikan jawaban dengan memberi tanda centang

pada pilihan yang sesuai dengan keadaan responden.

Kuesioner persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir. Kuesioner

persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir ini dibuat sendiri oleh peneliti

yang berlandaskan pada konsep-konsep persepsi orangtua tentang perawatan bayi

baru lahir. Kuesioner ini terdiri dari 30 pernyataan.

Penilaian kuesioner yaitu jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi

skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2 dan jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor

1, sehingga didapatkan skor terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah 120.

(47)

34

Rentang kelas Panjang kelas (P) =

Banyak Kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 120 dan banyak kelas 2 yaitu

positif dan negatif, maka didapatkan panjang kelas adalah 60 sehingga interval

dukungan keluarga yaitu 1-60 adalah negatif dan 61-120 adalah positif.

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas

4.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrument dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat

mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2008).

Uji validitas telah dilakukan dengan melakukan uji konten (isi) oleh 1

orang keperawatan maternitas yaitu Ibu Febrina Oktavinola Kaban, M. Keb.

Instrumen yang berisikan pernyataan terdiri dari 30 butir dapat digunakan dengan

dua kali perbaikan kalimat. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang oleh validator

dan dinyatakan sesuai dengan tinjauan pustaka.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data di

Klinik Mimi Medan kepada orangtua yang memiliki bayi baru lahir. Untuk uji

realibilitas diambil 10 orang pasien yang berada di Klinik Mahdarina Padang

Bulan pada responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Uji reliabilitas

kuesioner penelitian ini akan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Menurut

(48)

35

reliabilitasnya > 0,80. Hasil uji reliabilitas dari 30 pernyataan yang diberikan

kepada 10 orangtua yang baru memiliki bayi baru lahir adalah 0,918.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengirimkan permohonan izin

tersebut ke Kelurahan Harjosari. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai

mengumpulkan data.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang

mengidentifikasikan persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir.

Sebelum menyebarkan kuesioner, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri

untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian

calon responden tersebut diminta untuk menandatangani surat persetujuan

menjadi responden. Bila responden bersedia mengikuti penelitian maka responden

dipersilahkan untuk menjawab kuesioner dan bila tidak bersedia, peneliti tidak

memaksa untuk menjadi responden.

Pengisian kuesioner, peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi

kuesioner dan diberi waktu 10 menit. Pengumpulan data ini dilakukan selama 10

hari, dimana setiap harinya peneliti memberikan kuesioner kepada 3-4 responden.

Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan, peneliti memeriksa

kembali kelengkapan jawaban responden dan mulai menganalisis data yang

(49)

36

4.8 Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk distribusi frekuensinya

dapat dilihat dari data demografi responden, persepsi orangtua tentang perawatan

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik orangtua,

deskripsi persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir di klini Mimi

Medan. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan persentase, penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Agustus - Oktober

kepada 35 pasien di Klinik Mimi.

5.1.1 Karakteristik Orangtua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orangtua dewasa awal

26-35 tahun sebanyak 23 orang (65,7%), suku Batak sebanyak 12 orang (34,3%),

berpendidikan terakhir SMA sebanyak 27 orang (77,1%), pekerjaan wiraswasta

sebanyak 14 orang (40%), dan berpenghasilan diatas UMR Rp

2.000.000-3.000.000 perbulan sebanyak 13 orang (37,1%). Distribusi frekuensi karakteristik

(51)

38

Tabel 5.2 Karakteritik Orangtua di Klinik Mimi Medan Tahun 2016 (n=35)

Karakteristik orangtua Frekuensi Persentase (%)

Deskripsi Karakteristik mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, suku

dan penghasilan. Hasil penelitian orangtua berumur dewasa awal (26 – 35 tahun)

yaitu sebanyak 23 orang (65,7%), sebagian besar Ibu di Klinik Mimi mempunyai

tingkat Pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang (77,1%), suku Batak sebanyak

12 orang (34,3%), pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 14 orang (40%),

(52)

39

5.1.2 Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Klinik Mimi

mempunyai persepsi yang positif tentang perawatan Bayi Baru Lahir yaitu

sebanyak 35 orang (100%). Distribusi frekuensi dan persentase Persepsi Orangtua

Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan dapat dilihat pada

tabel 5.3

Tabel 5.3 Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi

Medan Tahun 2016 (n=35)

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Positif 35 100

Tabel di atas menunjukkan persepsi orang tua tentang perawatan BBL di

Klinik Mimi mempersepsikan positif, yaitu sebanyak 35 orang (100%). Secara

(53)

40

5.2 Pembahasan

5.2.1 Persepsi Orangtua

Persepsi adalah cara pandang seseorang, pengamatan tentang objek,

peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2010). Persepsi seseorang tidak

timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor – faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang

memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu di Klinik Mimi

mempunyai persepsi yang positif yaitu sebanyak 35 orang (100%). Hasil

penelitian menunjukan bahwa Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru

Lahir di Klinik Medan adalah “positif”. Persepsi Ibu “positif” dalam memberikan

perawatan BBL mencakup pemberian nutrisi, BAB, BAK, istirahat, kebersihan

kulit, kebutuhan dan keamanan.

Menurut penelitian Orlando (2012), mengatakan bahwa pada usia bayi

baru lahir 3-7 hari pada anak pertama ibu sudah mampu melakukan perawatan

bayi baru lahir seperti menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering,

menjaga kebersihan bayi, memeriksa apakah ada tanda- tanda bahaya pada bayi,

memberikan ASI, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi sehingga

perawatan yang dilakukan oleh ibu terhadap BBL dapat mempengaruhi persepsi

yang positif.

(54)

41

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh

Bobak (2005) bahwa merawat bayi sehari- hari merupakan tugas yang harus

dikuasai dan mampu dilakukan oleh setiap orangtua. Dukungan emosional dan

bantuan dalam keterampilan merawat, sangat dibutuhkan oleh mereka. Perawatan

bayi baru lahir yang terpenting didalamnya mencegah komplikasi akibat

perawatan yang kurang baik. Faktor terpenting dalam perawatan setiap hari adalah

memandikan bayi dengan tujuan membersihkan kulit tubuuh bayi dari sisa lemak

tubuh serta keringat, merangsang perdarahan darah dan memberi rasa segar dan

nyaman.

Hasil penelitian ini menggambarkan persepsi orangtua yang baik akan

berdampak pada perawatan yang diperlukan oleh bayi. Persepsi yang baik dari

orangtua membawa perubahan dalam kehidupan ibu dan ayah, serta anggota

keluarga lain. Pada saat - saat yang tidak dapat ditemukan, bayi menuntut diberi

minum, diganti popok dan menangis. Akan tetapi sulit membedakan, terutama

dalam minggu - minggu pertama antara tangisan lapar, ketidaksukaan terhadap

sesuatu dan tangisan memanggil ibu. Dalam menghadapi masalah ini orangtua

seringkali kurang mengetahui dan memahami tentang kebutuhan bayi, sehingga

orangtua akan merasa bahwa tuntutan bayi terlalu berlebihan (Damanik, 2004).

Dari hasil penelitian, rata – rata umur ibu 20-30 tahun yaitu 65,7%, masih

termasuk dalam rentang usia produktif. Dari segi fisiologis, usia produktif tidak

berisiko pada kehamilan yang pada akhirnya akan berdampak pada kelangsungan

hidup neonatus sementara menurut penelitian Navaro (1970) dalam Hidayati

(2010) menyatakan bahwa kelompok umur produktif (15-60 tahun) merupakan

(55)

42

Diharapkan ibu pada umur produktif akan lebih memperhatikan cara- cara

merawat bayi baru lahir, lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai

pemeriksaan bayi baru lahir dan permasalahan bayi baru lahir melalui buku KIA

maupun penyuluhan yang dilakukan dikelas ibu, posyandu atau pada saat ANC

hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Kesterton et al (2004) bahwa ibu

muda dan memiliki pendidikan yang lebih baik akan memiliki anggapan bahwa

kolostrum lebih baik untuk bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu pada usia

muda akan lebih terbuka menerima informasi yang diterimanya.

Diasumsikan bahwa ibu dengan usia reproduktif secara fisiologis lebih

rendah risiko neonatusnya meninggal dan dari sisi keterbukaan penerimaan

informasi,ibu dengan usia produktif juga lebih memanfaatkan pelayanan

kesehatan serta akan mudah menerima informasi yang diterimanya sehingga ibu

pada usia reproduktif diharapkan akan lebih menaruh perhatian pada pelayanan

kesehatan neonatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Diharapkan dengan

promosi kesehatan yang terus menerus pada kelompok ini akan membantu

menurunkan kasus kematian neonatus.

Responden dengan pendidikan yang rendah dimungkinkan memiliki

pengetahuan yang kurang dalam kesehatan noenatus. Peneitian Ronoatmojo

(1993) di Kecamatan Keruak. NTB, menemukan bahwa ibu yang tidak bersekolah

lebih memiliki peluang untuk memiliki neonatus yang meninggal jika

dibandingkan dengan ibu pada kelompok yang pernah SD atau lebih.

(56)

43

kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan

yang ada.

Berdasarkan penelitian Green bahwa pendidikan seseorang secara tidak

langsung berpengaruh terhadap daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan

hal – hal yang bersifat positif atau menguntungkan. Artinya, bahwa jika seseorang

memiliki pendidikan tinggi maka ia akan mudah menerima informasi yang akan

bermanfaat bagi diri dan keluarganya, dalam hal ini adalah kesehatan bayinya. Hal

ini juga dikemukakan Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi (dalam Herlyssa,

2011) bahwa pengetahuan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

rendah pula menerima informasi.

Responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 77,1% Dalam system

Pendidikan Indonesia, SMA adalah pendidikan yang wajib ditempuh oleh seluruh

warga Indonesia. Di Kecamatan Poncowarno, tamatan SMA merupakan jenjang

pendidikan yang diatas rata- rata kebanyakan warga, hal ini terlihat dari Profil

Puskesmas tahun 2011 bahwa rata- rata pendidikan penduduk Poncoworno adalah

tamat SD. Harapannya, ketika ibu bayi memiliki latar belakang pendidikan yang

cukup tinggi hal ini akan berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu tentang

perawatan neonatus.

Dari data pada tabel terlihat bahwa sebagian besar orangtua bekerja untuk

menambah perekonomian keluarga yaitu sebagai wiraswasta sebanyak 40%.

Sebuah studi India menunjukkan bahwa ibu dengan pekerjaan yang baik akan

berpengaruh terhadap perawatan neonatus yang baik hal ini berkaitan dengan

(57)

44

Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Berdasarkan hasil pengamatan

peneliti selama melakukan kunjungan, ibu dengan pekerjaan dan pendidikan yang

baik tidak selalu merawat anaknya dengan baik, hal ini dikarenakan ketika ibu

bekerja pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain biasanya nenek atau

kerabat bayi. Seperti di desa Blater, dikarenakan ibu neonatus bekerja sebagai

perawat di luar negeri, maka ketika masa cutinya habis, neonatus akan

ditinggalkan bersama neneknya. Diharapkan orangtua yang tidak memiliki

pekerjaan akan lebih memperhatikan perawatan dan pelayanan neonatus sebab

lebih memiliki banyak waktu meski tidak memiliki pekerjaan tidak berarti tidak

memiliki kegiatan sama sekali.

Hasil penelitian pada pernyataan no 17 mengenai tali pusat bahwa

sebagian besar responden telah melakukan perawatan tali pusat dengan cara yang

dianjurkan oleh bidan, yaitu dengan hanya membungkus dengan menggunakan

kassa steril yang kering. Kasa kering yang digunakan untuk membnungkus adalah

kassa steril yang diberikan oleh bidan. Dukun di Kecamatan Poncowarno sudah

tidak ada lagi melakukan praktik perawatan tali pusat tradisional. Mereka sudah

menggunakan kassa steril yang biasanya bidan tinggalkan setelah menolong

persalinan. Ketika menolong persalinan, bidan akan meninggalkan 1 boks kassa

steril (berisi 12 buah) sehingga ketika bidan tidak melakukan kunjungan setiap

hari dukun dapat mengganti tali pusat dengan kassa tersebut.

Hasil penelitian pada pernyataan no. 1 mengenai Memandikan Bayi 6 jam

(58)

45

dikarenakan persalinan telah ditolong oleh bidan dan telah dilakukan di fasilitas

kesehatan. Hal lain yang mendukung adalah sudah meningkatnya pengetahuan

ibu. Seperti pernyataan salah satu responden.

Hal ini berbeda dengan penelitian Sreeramareddy et al (2006) di Nephal

Barat dimana 93,8% neonatus dimandikan segera setelah persalinan. Penelitian

yang dilakukan WHO di Nephal, Bangladesh dan India pada tahun 2000

menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi memandikan bayi dengan air

dingin segera setelah lahir adalah keyakinan bahwa persalinan adalah area yang

panas dan nifas adalah area dingin.

Di Kecamatan Poncowarno, pada jaman dahulu memandikan bayi

dilatarbelakangi anggapan bahwa bayi yang terlahir dengan air ketuban dan

verniks adalah sesuatu yang kotor sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Hilangnya tradisi ini menunjukkan bahwa penyampaian informasi oleh bidan

kepada dukun bayi dan keluarga berkaitan dengan pentingnya menjaga

kehangatan bayi tetap hangat sudah berjalan baik bahkan sudah berhasil.

Pada pernyataan no. 11 dan 12 mengenai ruam popok. Menurut Deslidel

Hj, (2011) diaper dermatitis merupakan penyakit yang sering menyerang pada

daerah pantat bayi dikarenakan kurangnya memperhatikan perawatan daerah

pantat bayi dan kurang menjaga kebersihan daerah pantat bayi. Jika tinndakan

pencegahan kurang kemungkinan besar bayinya akan mengalami diapers

dermatitis dan jika orangtua tindakn pencegahannya baik yang meliputi

meperhatikan hyginie, kelembapan kulit daerah bokong, waktu mengganti popok

atau diapers (popok sekali pakai) sangat diperhatikan, otomatis bayi akan

(59)

46

Opini tersebut didukung oleh teori Deslidel Hj, (2011) Ruam Popok

(Diapers Rash) adalah masalah yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah

popok tetap bersih dan kering sehingga ruam tidak berkembang. Ruam popok

adalah ruam yang ringan dan hanya beberapa bitnik merah atau yang berat berupa

luka yang berdarah, beberapa bayi terlihat selalu mendapatkan ruam sedangkan

yang lainnya tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain usia anak,

penggunaan popok sekali pakai (diapers). Bayi yang berumur 0-1 bulan

mobilisasinya kurang sehingga pantat kulit bayi kurang terkena sirkulasi udara

dari luar, maka ruam popok akan terjadi, sedangkan bayi yang sudah mulai bisa

miring, merangkak risiko terkena ruam popok lebih sedikit karena kulit pantat

bayi terkena udara dari luar. Kulit bayi lebih sensitif dibandingkan dengan kulit

orang dewasa sehingga alergi bisa terjadi.

Reaksi alergi bahan popok bisa menjadi penyebab ruam pada bayi, karena

ada merk tertentu yang memiliki kualitas bahan yang memiliki daya serap rendah,

sehingga penggunaan popok sering melebihi daya tamping, kualitas popok yang

juga dapat mengakibatkan ruam popok karena air seni bayi yang tidak terikat pada

serat popok akan diserap dan mengendap dikulit bayi dan menimbulkan ruam.

Kalua ruam sudah terjadi, sebaiknya dihindari dulu penggunaan popok sekali

pakai hingga kulit bayi benar- benar sudah sembuh (Mayo, 2008).

(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian Persepsi Ibu tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik

Mimi yaitu semua ibu memiliki persepsi positif yaitu sebanyak 35 orang (100%).

6. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan

beberapa saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai Persepsi

Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan.

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tambahan untuk

mahasiswa dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan

dalam bidang maternitas khususnya materi pembelajaran pada perawatan BBL.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada pengembangan

penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama dibidang maternitas

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua tentang perawatan

bayi baru lahir.

6.2.4 Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burn and

(61)

52

hanya melibatkan ibu saja, untuk penelitian selanjutnya agar melibatkan pasangan

(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rakhmat, 2010). Persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu

atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya fikir, artinya persepsi berkaitan

dengan faktor-faktor eksternal yang direspon melalui panca indera, daya ingat,

dan daya jiwa (Marliani, 2009).

Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,

mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera

atau data (Sobur, 2003).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses

dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang

menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang

dilihatnya sama. Menurut Stephen P. Robhins, terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: apabila seseorang melihat sesuatu dan

berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan

dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya seperti sikap, motif,

(63)

9

1. Sasaran dari persepsi

Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun

peristiwa. Sifat-sifat ini biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang

yang melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu

yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain

yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung

mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan

memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

2. Situasi

Persepsi harus dilihat secara konteksual yang berarti situasi dimana

persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan

faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.

Tidak terlalu beda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P.

Robhins, (1962) dalam Prasilika, (2007) menyatakan bahwa yang mempengaruhi

pembentukan persepsi seseorang adalah:

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang

dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dll.

2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya

yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Friedman (1985) menyatakan pembentukan persepsi juga sangat

dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu

(64)

10

manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah- ubah sesuai

dengan stimulus yang diterima.

2.1.3 Proses Pembentukan Persepsi

Skema 2.1 Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari

berbagai sumber melalui panca indera yang dimilki, setelah itu diberikan respon

sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah

diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian

yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk

diproses pada tahapan lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan

berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima setelah data

diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima Rangsangan/

Sensasi

Seleksi Input Proses

Pengorganisasian

Lingkungan Persepsi Interpretasi

(65)

11

dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang

tersebut berhasil ditafsirkan.

Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hak lain yang dapat

disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau

bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.

(Rakhmat, 1998).

2.1.4 Jenis- Jenis Persepsi

Menurut Sunaryo, (2004) ada dua jenis persepsi, yaitu:

1. Eksternal perception, yiatu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan

yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek

adalah dirinya sendiri.

2.1.5 Persepsi Terhadap Risiko Berbahaya

Banyak definisi yang berkembang mengenai risiko, tetapi seringkali risiko

dimaknai sebagai kemungkinan yang akan diterima sebagai dampak dari bahaya.

(Short, 1984).

Persepsi risiko merupakan suatu proses dimana individu

menginterpretasikan informasi mengenai risiko yang mereka peroleh. WHO,

(66)

12

Persepsi risiko dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan

b. Personal

c. Konteks

d. Kualitas lingkungan kerja

Menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana

stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.

Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

a. Adanya objek yang diamati

Objek menimbulkan stimulus yang mengenail alat indera atau

reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera

(reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf

penerima (senosori) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus.

Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat

kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf

(67)

13

c. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam suatu perespsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk

persepsi.

2.1.6 Pengukuran Persepsi

Mengukur persepsi hampir sama dengan meengukur sikap. Walaupun

materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat

diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam system angka. Dua

metoda pengukuran sikap terdiri dari metoda self- report dan pengukuran

involuntary behavior.

1. Self-report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan

dapat menjadi indicator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah

bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak

dapat mengetahui pendapat atau sikapnya.

2. Involuntary behavior dilakukan jika memang diinginkan atau dapat

dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran

sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy, 2010).

Jika merujuk dari pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir

sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi

untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang

(68)

14

2.2 Perencanaan Asuhan Bayi 2.2.1 Pemberian nutrisi

Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi oleh

bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat

gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On

Demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan

bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu

payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang

baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI ekslusif) sampai

bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia

2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI

(Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI.

Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga

hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat

besar terhadap terjadinnya prosses pembentukan emosi positif pada anak, dan

berbagai keuntungan bagi ibu.

Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan diteruskan olehh serabut

saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin. Dimana

hormone inilah yang memacu payudarra untuk menghasilkan ASI pada hari-hari

petama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka

(69)

15

optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI

700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi

ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc

pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua

usia anak (JNPK-KR, 2007)

Adapun reflex laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya:

1. Reflex mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kea rah sentuhan

dipipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap.

2. Reflex menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,

lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan

ASI.

3. Reflex menelan (swallowing), yaitu dimana ASI dimulut bayi otot didaerah

mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI

ke dalam lambung (JNPK-KR, 2007).

4. Keuntungan pemberian ASI diantaranya adanya keterikatan emosiaonal ibu

dan bayi sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang

kontraksi uterus (JNPK-KR, 2007).

Pada saat memulai pemberian ASI lakukan secara dini begitu bayi lahir,

tali pusat diikat dan dipotong segera telungkupkan bayi diatas perut ibu skin to

skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari putting susu ibunya,

dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi diatas

(70)

16

menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR,

2007).

Komposisi ASI, susu sapi dan susu

formula: komposisi/100 ml

ASI matur Susu formula

Kalori 75 67

Protein 1,2 1,5

Lactalbumin 80 60

Kasein (%) 20 40

Air (ml) 87,1 90

Lemak (gr) 4,5 3,6

Karbohidrat 7,1 69

2.2.2 BAB

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama

dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.

Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya meconium)

dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam.

Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi

1x setiap 3 atau 4 hari. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning

emas dan tidak menyebab iritasi pada kulit bayi. Tinjau dari bayi yang minum

susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki

bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja berkurang

(71)

17

diberikan makan) menjadi 1 atau 2 x sehari. Pada minggu kedua kehidupannya,

bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi

akan menyerupai tinja orang dewasa. Dalam 3 BAB, tinja masih dalam bentuk

meconium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x/ hari. Untuk

membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.

2.2.3 BAK

Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa

belum berbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Sejumlah kecil urin

terdapat di kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL munkin tidak mengeluarkan

urin selama 12- 24 jam. Berkemih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukan

masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15- 16

ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah

BAK harus diganti popoknya.

2.2.4 Istirahat

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.

Neonates sering tidur. Neonates sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam

sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan

selimut dan ruangan yang hangat pasttikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu

(72)

18

Pola tidur bayi usia Lama tidur

1 minggu 16,5 jam

1 tahun 14 jam

2 tahun 13 jam

5 tahun 11 jam

9 tahun 10 Am

2.2.5 Kebersihan kulit

1. Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.

2. Mandi seluruh setiap hari tidak harus dilakukan.

3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

2.2.6 Kebutuhan akan keamanan

1. Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

2. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa

tersedak.

3. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.

2.2.7 Tanda-tanda bahaya

1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit.

2. Terlalu hangat (> 380C) atau terlalu dingin (> 360C).

3. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.

4. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan.

(73)

19

6. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau

busuk, keluar cairan, penafasan sulit.

7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering

berwarna hijau tua, ada lender atau darah.

8. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang, menangis

terus menerus.

9. Penyuluhan pada orangtua BBL sebelum pulang

2.2.8 Penyuluhan yang diberikan kepada orangtua BBL sebelum pulang Penyuluhan yang dapat diberikan pada orangtua adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kehangatan

Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru. Bayi belum mampu

mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk

membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu

hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi

rapat-rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini

membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bayi

mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.

Tujuan menjaga kehangatan adalah untuk mengurangi kehilangan panas

tubuh dan membuat bayi merasa aman dan hangat diantaranya dengan cara

membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut

persegi. Pertama-tama lipat salah satu ujung selimut hingga ke tengah, letakkan

(74)

20

kaki bayi. Kemudian tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu persatu, serta

membuat bayi tidur lebih nyenyak.

b. Perawatan tali pusat

Tidak boleh dibubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan

membuka agar tetap kering. Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia

mendapatkan makanan dan udara melalui pembuluh-pembuluh darah yang

mengalir didalam tali pusat. Begitu lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali

pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI, 2004, Asuhan

Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak

terinfeksi maka harus selalu dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih.

Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3 minggu

baru terlepas. Setelah terlepas tali pusat ini akan meninggalkan bercak yang kasar,

yang memerlukan waktu beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu)

untuk mengering dan sembuh. Penyembuhan yang berlangsung lambat akan

menyebabkan bercak kasar ini bertambah tebal dengan jaringan yang disebut

jaringan granulasi yaitu jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya

untuk menggantikan jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih

akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.

Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga

kuman-kuman tidak dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada

luka ini, yang perlu dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering.

Usahakan jika bayi mengompol, urin yang membasahi popok tidak mengenai luka

ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk

(75)

21

atau dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa panas,

memerah atau tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini menunjukan tanda-tanda

infeksi dan konsultasikan dengan dotkter atau bidan. Menjelang kesembuhannya,

tali pusat akan berubah warna menjadi hitan bagian ini akan lepas dengan

sendirinya antara satu sampai empat minggu. Beberapa professional menyarankan

mengusapnya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi alcohol

steril, sedangkam yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja,

membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan mengambil alih

penyembuhannya.

Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut

a. Hindari pembungkusan tali pusat.

b. Jangan mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk tali pusat.

c. Lipat popok dibawah tali pusat.

d. Jika punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT)

dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.

e. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan tali pusat

menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah.

f. Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk

bayi tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru

lahir secara lengkap.

c. Perawatan mata

(76)

22

mata bayi selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran di

sudut mata setiap bangun tidur terutama di pagi hari. Cara merawatnya adalah

degan menggunakan kapas bersih atau cuttonbuds yang sudah dicelupkan ke

dalam air bersih. Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar

mata.

d. Perawatan telinga

Telinga bayi memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah;

1. Jagalah agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada saat mandi.

2. Bersihkan daun telingan dengan menggunakan cotton buds.

3. Lakukan hal ini pada waktu mandi.

4. Perlu dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-narik atau

meraba-raba samping muka, kemunkinan adanya sakit pada telinga (infeksi telinga)

hal ini sering terjadi pada bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat

menghubungi tenaga medis lainnya. (Meser, 2007:286)/

e. Perawatan hidung

Bayi hanya bias bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat

oleh kotoran, ia akan megalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan

dari kotoran-kotoran dengan cara:

1. Gunakan cotton buds/ujung tanduk yang agak basah, sehingga kotoran

menjadi lunak.

2. Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau

(77)

23

f. Perawatan mulut

Perawatan mulut bayi tidak diperlukan perawatan khusus, yang perlu

dilakukan adalah dengan membersihkan gusi apabila mulut bayi terlihat kotor.

Caranya adalah paling tidak dua kali sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut

menggunakan kain yang bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).

g. Memandikan

Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir.

Memandikan bayi pada beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi

hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004).

Pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30 – 10.10,

untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat karena suhu tubuh bayi

terpengaruh dan mudah berubah (Suryabudhi, 2000: 163).

Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti

rekomendasi-rekomendasi berikut:

1. Tunggu sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum memandikan bayi.

Waktu tunggu menajdi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan

hipotermia.

2. Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah

stabil (temperature akasila antara 36,50C- 37,50C). jika temperature tubuh bayi

dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian

kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan

(78)

24

3. Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.

4. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada

hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi

dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti

bayi setelah dimandikan.

5. Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.

6. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

7. Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau

selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi

dengan baik (bayi baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik).

8. Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu

untuk menyusukan bayinya (Depkes RI, 2004 Asuhan Persalinan Normal)

Pemberian ASI.

h. Menyusui bayi

Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk

pertumbuhan psikologis bayi yang sehat.

1. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan:

A. Merangsang produksi air susu ibu (ASI).

B. Memperkuat reflex menghisap (reflex menghisap awal pada bayi, paling

kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI

secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.

C. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.

(79)

25

E. Merangsang kontraksi uterus.

2. Pedoman pada ibu saat menyusui:

A. Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.

B. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air,

madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas

(atas alasan-alasan medis).

C. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.

D. Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun

malam selama bayi menginginkannya.

3. Posisi yang tepat untuk menyusui

Posisi yang tepat untuk bayi, sangan penting dalam menjamin keberhasilan

pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa

ibu telah meletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak

dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu

memerlukannya, terutama jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia

sangat muda.

4. Memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya

A. Beritahu pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka

bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu

ibu. Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke

perut ibu. Ibu harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan

(80)

26

B. Beritahu pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi

tampak siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah

apabila bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari

sesuatu.

C. Tunjukan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan

mulut bayi pada putting susu.

D. Beritahu pada ibu untuk:

a. Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya.

b. Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.

c. Mendekatkan bayi cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi

tepat dibaeah putting susu.

E. Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan caranya

menghisap:

a. Dagu menyentuh payudara ibu.

b. Mulut terbuka lebar.

c. Mulut bayi menutupi seluas munkin areola (tidak hanya puttingnya

saja).

d. Bibir bayi bagian bawah melengkung ke luar.

e. Bibir menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang

berhenti.

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru
Tabel 5.2 Karakteritik Orangtua di Klinik Mimi Medan Tahun 2016 (n=35)
Tabel 5.3 Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Klinik Bersalin Niar Kecamatan Medan Patumbak tahun

Berikan ASI / PASI 3 jam ssdh lahir, bila bayi kecil / bayi besar / ibu DM beri minum 2 jam ssdh lahir, banyaknya sesuai kebutuhan per hari ( lihat tabel ) dikurangi jumlah infus

Saat melakukan penanganan bayi baru lahir pastikan melakukan tindakan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan penanganan pada bayi baru

Diketahuinya karakteristik responden (ibu nifas primipara) tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RSU Rajawali Citra Banguntapan Bantul, Yogyakarta..

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir di RSUD Wonosari

Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah mayoritas berpengetahuan Cukup sebanyak 15 responden (50%), berdasarkan umur mayoritas

partum tentang perawatan bayi baru lahir di RSI Yarsi Bukittingi adalah belum optimalnya edukasi yang diberikan pada Ibu dimasa Childbearing khususnya

Pada Langkah awal, peneliti melakukan pengkajian kebutuhan ibu hamil dan suami tentang rancangan pembelajaran couple prenatal class perawatan bayi baru lahir dengan menggunakan