Lampiran 2
Lembar Persetujuan menjadi responden
Saya yang bernama Tazkiyatun Nisa Lubis adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian tentang “ Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru lahir di
Klinik Mimi Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh sarjana di Fakultas Keperawatan.
Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara/i dalam penelitian
ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Saudara/i
bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.
Partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Saudara/I
bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas
Saudara/i dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan
digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini.
Peneliti Responden
Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TENTANG
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK MIMI MEDAN A. Data Demografi
Petunjuk pengisian :
Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas
responden penelitian untuk pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan
orang tua/ibu/ ayah yang sebenarnya, dengan memberi tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.
1. Umur : 1). Dewasa awal (20 – 30 tahun)
: 2). Dewasa akhir (>30 tahun)
2. Suku Bangsa : 1). Jawa
: 2). Batak
: 3). Melayu
: 4). Aceh
: 5.) Minang
3. Pendidikan : 1). SD
: 2). SMP
: 3). SMA
4. Pekerjaan : 1). PNS
: 2). Karyawan Swasta
: 3). Wiraswasta
: 4). Ibu Rumah Tangga
5. Penghasilan per Bulan : 1). ˂ Rp 2000.000;
: 2). Rp 2000.000; s/d Rp 3000.000;
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju Contoh:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya senang bergaul dengan orang
yang punya semangat tinggi.
√
1. Tidak ada yang benar dan salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan persepsi anda. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar jika
sesuai dengan persepsi anda.
2. Teliti ulang setiap jawaban, agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.
NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Memandikan bayi 6 jam setelah dilahirkan
dapat dilakukan oleh ibu
2 Bayi dimandikan segera setelah lahir akan menyebabkan bayi kehilangan panas/tubuh/kedinginan (hipotermi)
3 Pemakaian bedak tabur di area alat kelamin bayi setelah bayi selesai dimandikan sebaiknya harus dihindari
4 Suhu air yang sesuai untuk memandikan bayi baru lahir yaitu dengan suhu yang normal 37 derajat C
5 Pemberian ASI saja tanpa bahan makanan lain/ susu formula sebaiknya dilakukan pada usia 0-6 bulan
6 Pemberian ASI pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan sesuai kemauan bayi (tidak terjadwal)
7 Pemberian ASI pada bayi akan mendukung pertumbuhan psikologis bayi
8 Kebutuhan tidur pada bayi baru lahir lebih kurang selama 16,5 jam/ hari.
9 Imunisasi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir (0-28 hari) adalah Hepatitis B- 1 dan Polio - 0
10 Penggantian popok dilakukan pada saat bayi mau Mandi
11 Area yang terpapar dengan popok kain harus dibersihkan dengan air hangat jika popok sudah terasa lembab
12 Penggunaan popok kain yang terlalu lama dapat menyebabkan iritasi dibagian bokong bayi
NO PERNYATAAN SS S TS STS 14 Pemberian baby oil di area kulit bayi dapat
dilakukan jika bayi mengalami iritasi diarea kulit baayi
15 Pemberian cream khusus untuk bayi dapat dilakukan jika bayi mengalami infeksi di area kulit bayi
16 perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi
17 Perawatan tali pusat sebaiknya dilakukan dengan cara menggunakan kassa steril
18 Tali pusat yang dibiarkan terbuka terlalu lama akan menyebabkan bayi menangis karena sakit
19 Pada saat memandikan bayi ibu akan membersihkan area kelamin bayi dengan menggunakan air sabun
20 Pada saat membersihkan telinga bayi ibu menggunakan kain bersih yang dibasahi dengan air hangat yang matang
21 Memotong kuku bayi dapat dilakukan ketika bayi sedang tertidur
22 Membersihkan mata bayi dapat dilakukan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat yang matang dari arah sudut mata dalam sampai area luar mata
23 Membersihkan kotoran di sudut mata bayi dapat dilakukan setiap bayi bangun tidur di pagi hari
24 Area mata bayi dibersihkan dengan menggunakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat
NO PERNYATAAN SS S TS STS 26 Area muka, dan tali pusat bayi harus
dibersihkan setiap kali bayi mau mandi
27 Jumlah buang air besar bayi baru lahir bervariasi mulai dari minggu pertama sampai minggu ke – 4
28 Bayi yang menyusui akan mengeluarkan BAB yang lebih lunak berwarna kuning emas
29 Setelah dilahirkan bayi baru lahir tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam
P10 110.00 142.000 .840 .911
P11 109.80 147.956 .658 .915
P12 109.80 149.289 .549 .916
P13 109.80 149.289 .549 .916
P14 110.00 148.222 .636 .915
P15 109.90 146.767 .740 .914
P16 109.80 146.622 .768 .914
P17 109.90 146.767 .740 .914
P18 109.70 147.789 .721 .914
P19 109.80 149.289 .549 .916
P20 109.80 149.289 .549 .916
P21 109.70 149.122 .605 .915
P22 109.90 148.100 .632 .915
P23 109.90 148.100 .632 .915
P24 109.80 146.622 .768 .914
P25 109.90 146.767 .740 .914
P26 109.90 146.767 .740 .914
P27 109.80 146.622 .768 .914
P28 109.70 146.456 .838 .913
P29 109.70 146.456 .838 .913
P30 109.70 146.456 .838 .913
No.R Data Demografi
5 20-30 thn melayu SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 6 >30 thn melayu SMP wiraswasta 2.000.000-3.000.000
7 20-30 thn aceh SD IRT <2.000.000
8 20-30 thn aceh D3 wiraswasta >3.000.000
9 >30 thn jawa D3 wiraswasta >3.000.000
10 20-30 thn minang SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000
11 20-30 thn aceh SMP IRT <2.000.000
12 20-30 thn melayu SMA IRT <2.000.000
13 20-30 thn jawa SMA IRT <2.000.000
14 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 15 >30 thn minang SMA wiraswasta >3.000.000
16 20-30 thn jawa SMA wiraswasta >3.000.000
17 20-30 thn jawa SMA wiraswasta <2.000.000
18 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 19 >30 thn minang SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 20 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 21 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 22 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 23 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000 24 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000
25 >30 thn jawa SMA PNS >3.000.000
26 20-30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000
27 20-30 thn batak SMA PNS >3.000.000
28 20-30 thn jawa S1 PNS 2.000.000-3.000.000
29 20-30 thn jawa S1 PNS >3.000.000
30 >30 thn jawa SD karyawan swasta 2.000.000-3.000.000
31 >30 thn jawa SMA PNS 2.000.000-3.000.000
32 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000
33 20-30 thn batak SMA IRT <2.000.000
34 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000
Frequencies
Statistics
No.Responden Usia Suku Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
N Valid 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
No.Responden
Frequency Percent Valid Percent
30 1 2.9 2.9 85.7
31 1 2.9 2.9 88.6
32 1 2.9 2.9 91.4
33 1 2.9 2.9 94.3
34 1 2.9 2.9 97.1
35 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20-30 tahun 23 65.7 65.7 65.7
>30 tahun 12 34.3 34.3 100.0
Total 35 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid jawa 11 31.4 31.4 31.4
batak 12 34.3 34.3 65.7
melayu 5 14.3 14.3 80.0
aceh 3 8.6 8.6 88.6
minang 4 11.4 11.4 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
HASIL UJI NORMALITAS DATA
Frequencies
Statistics
noresponden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 jumlah
Frequency Table
noresponden
Frequency Percent Valid Percent
p1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid S 23 65.7 65.7 65.7
SS 12 34.3 34.3 100.0
p6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
p11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid S 20 57.1 57.1 57.1
SS 15 42.9 42.9 100.0
p17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid S 19 54.3 54.3 54.3
SS 16 45.7 45.7 100.0
p23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid S 16 45.7 45.7 45.7
SS 19 54.3 54.3 100.0
p28
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Kuisioner Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan (n= 35) tabur di area kela-
min bayi setelah
kan bayi baru lahir yaitu dengan suhu pada usia 0-6 bulan.
6. Pemberian ASI pada 42,9 57,1 - - Bbl sebaiknya dila
7. Pemberian ASI pada 51,4 48.6 - - Diberikan pd bbl (0
-28 hari) adalah Kain yang terlalu
Lama dapat menye- babkan iritasi di bagian bokong bayi
13. Ruam akibat penggu- 62,9 37,1 - - naan popok kain pd
kulit bayi dpt di sembuhkan dengan menggunakan air saja
14. Pemberian baby oil di 54,3 45,7 - - Area kulit bayi dapat
15. Pemberian cream 54,3 45,7 - - Khusus untuk bayi dpt
Dilakukan jika bayi Mengalami infeksi Pada kulit bayi
16. Perawatan tali pusat 42,9 57,1 - - Dilkukan untuk men-
Cegah terjadinya Infeksi pd kulit bayi
17. Perawatan tali pusat 48,6 51,4 - - Bayi ibu akan member
sihkan area kelamin bayi dengan menggu- nakan air sabun
20. Pada saat membersihkan 48,6 51,4 - - Telinga bayi ibu meng-
Gunakan kain bersih Yang dibasahi dengan Air hangat yang matang
23. Membersihkan kotoran 37,1 62,9 - - Di sudut mata bayi dpt
Dilakukan setiap bayi Bangun tidur di pagi Hari
24. Area mata bayi diber- 37,1 62,9 - - sihkan dengan menggu-
nakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat
25. Membersihkan area 45,7 54,3 - - Mulut bayi mulai dari
Lidah, gusi dan langit- Langit dilakukan seba- nyak dua kali sehari dengan lembut menggu- nakan air yang bersih
26. Area muka, dan tali 54,3 45,7 - - Pusat bayi harus di
Bersihkan setiap kali
BAB yang lebih lunak Berwarna kuning emas
29. Setelah dilahirkan 48,6 51,4 - - Bayi baru lahir tdk
30. Pemberian kebutuhan 57,1 42,9 - - Nutrisi yang cukup
Lampiran 11 DANA PENELITIAN
1. Proposal
a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.200.000,00
b. Percetakan literatur dari internet Rp. 50.000,00
c. Fotokopi literatur dari buku Rp.120.000,00
d. Pengadaan dan penjilidan proposal Rp.170.000,00
2.Pengumpulan Data
a. Biaya penelitian Rp. 80.000,00
b. Biaya transportasi Rp. 100.000,00
c. Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,00
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan
a. Percetakan skripsi Rp. 70.000,00
b. Penjilidan dan pengadaan skripsi Rp. 100.000,00
c. CD Rp. 10.000,00
4. Biaya tak terduga Rp. 150.000,00
Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup
Nama : Tazkiyatun Nisa Lubis
Tempat/tanggal Lahir : Medan, 10 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Garu 1 Gang Kelapa No. 96AA
Riwayat Pendidikan : 1. 2000 – 2006 : SD Negeri 064955 Medan
2. 2006 – 2009 : MTsN 1 Model Medan Patumbak
3. 2009 – 2012 : MAN 1 Medan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A.H. (2005). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Andayani, B & Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah
Menuju Coperanting. Cetakan Pertama. Surabaya: Citra Media
Anwar, I. (2012). Dasar- Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (2005). Managemen penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asad, Suryani. (2002). Gizi Kesehatan Ibu & Anak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Medika
Baety AN. (2011) Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan Edisi 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Bamber JH, Dresner M (2003). Aortocaval Compression in Pregnancy:
The effectof changing the degree and direction of lateral titl on
maternal cardiac output.
Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Budiyanto, K.A. (2004). Dasar- Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press
Cunningham at al (2012). Obstetri Williams edisi 23. Jakarta: EGC
Dagun, Save. M. (1991). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah Dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Duvekot JJ, Cheriex EC, Pieters FA, et al (1993) Early pregnancy
changesin hemodynamics and volume homestasis
consecutive adjustments triggered by a primary fall in
systemic vascular tone. Am J Obstet Gynecol.
Easterling TR, Shmucker BC, Benedetti TJ (1998) The hemodynamic
effect of orthostastic stressduring Pregnancy. Obstet
Gynecol.
Friedman, M. M., Bowden, V. R. & Jones, E. G (2010). Buku Ajar
Keperawatn Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi 5
Jakarta: EGC.
Hidayat AAA. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:
Salemba Medika
Lia Amalia dan Mardiyah (2006) Makanan Tepat Untuk Bayi.
Jakarta: Kawan Pustaka.
Mayo. (2008). Mencegah Ruam Popok.
pada tanggal 20 Juli 2016
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga I Jogjakarta: Goysen
Publishing.
Mulyati, S. (1994). Era Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC.
Nadia Indivara, (2009), 200 Tips Ibu Smart Anak Sehat. Jakarta: EGC
Nolan, Mary. (2004). Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Lilian
Juwono.
Nursalam, S, Rekawati. U., Sri. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi &
Anak. Ed I. Jakarta: Salemba Medika.
Perinasia. (2003). Melindungi, Meningkatkan Dan Mendukung
Menyusui. Jakarta: Binarupa Aksara
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar
Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP.
Polit, D, F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and
assessing evidence for nursing practice (9 edition).
Philadelpia: Lippincott.
Putra. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah.
Yogyakarta: D- Medika.
Setiadi. (2008). Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soediaoetomo, D. A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Subiyanto, P. (2004). Pentingnya Peran Ayah Dalam Keluarga.
Jakarta: EGC.
Sugiyono, (2005). Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV,
Alfabet.
Strigh BR. (1998). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir
ed.3. Jakarta:EGC
Varney, (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Wawan, (2010) Pengertian Pekerjaan Oangtua.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian. Variabel independen adalah persepsi orangtua.
Dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana persepsi orangtua tentang
perawatan bayi baru lahir di Klinik Mimi Medan.
Konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.2 Kerangka Penelitian Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru
Lahir di Klinik Mimi Medan Persepsi Orangtua
Positif
30
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru
Lahir di klinik Mimi Medan.
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Persepsi Orangtua
Cara pandang ibu tentang perawatan bayi baru lahir
Kuesioner Terdiri dari 30 pernyataan, jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu
desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau
deskripsi tentang Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
di Mimi Medan.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Di Klinik Mimi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011). Populasi
penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi baru lahir sebanyak 118 orang
yang berkunjung selama dua bulan di klinik Mimi Medan.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian
dan dianggap mewakili populasi (Suyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 35 orang. Adapun jumlah tersebut didapatkan dari 30% dari jumlah
populasi. Nursalam (2003) menyatakan bahwa jika populasi >100, sampel dapat
diambil 25-30% dari jumlah populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah orangtua yang berarti ibu yang
berkunjung ke Klinik Mimi dan mempunyai bayi baru lahir berusia 0-28 hari,
32
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Mimi Medan. Alasan peneliti memilih
tempat ini karena tempatnya dapat dijangkau oleh peneliti dan sebelumnya belum
pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul yang sama
dengan peneliti serta jumlah ibu bersalin yang berkunjung di Klinik ini cukup
tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus – Oktober 2016
4.4 Pertimbangan Etik
Ada 3 prinsip etik dalam penelitian yaitu beneficence, respect for human
dignity, and justice (Polit and Beck, 2012). Beneficence yaitu peneliti mempunyai
kewajiban menghindari kerugian atau bahaya pada Orangtua dan memaksimalkan
keuntungan pada Orangtua. Peneliti berkewajiban untuk menghindari, mencegah
dan menghindari bahaya terhadap Orangtua, misalnya secara fisik yaitu lelah dan
sebagainya. Secara psikologis misalnya stress dan ketakutan. Secara sosial
misalnya kehilangan dukungan sosial. Secara ekonomi misalnya kehilangan gaji.
Tidak menempatkan responden dalam keadaan cedera. Disini peneliti
tidak memberikan tindakan yang berbahaya yang dapat membahayakan
responden. Selain itu kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan
namaresponden pada instrument penelitian dan peneliti hanya menggunakan data
ini untuk keperluan penelitian
Yang kedua yaitu respect for human dignity yaitu menghormati hak-hak
dan martabat orangtua serta memberikan informasi penuh kepada responden.
33
terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, manfaat, prosedur, waktu yang
dibutuhkan untuk penelitian.
Yang ketiga adalah justice yaitu keadilan. Peneliti memilih responden
berdasarkan syarat, alasan atau sesuai kriteria. Penerapan prinsip keadilan
diterapkan pada saat pemilihan sampel. Pemilihan sampel kelompok intervensi
berdasarkan alasan yang berhubungan dengan penelitian bukan berdasarkan
subjektivitas dari peneliti (Polit and Beck, 2012).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang
terdiri dari: Kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi orangtua tentang
perawatan bayi baru lahir.
Kuesioner data demografi berisi usia, suku, pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan. Responden memberikan jawaban dengan memberi tanda centang
pada pilihan yang sesuai dengan keadaan responden.
Kuesioner persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir. Kuesioner
persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir ini dibuat sendiri oleh peneliti
yang berlandaskan pada konsep-konsep persepsi orangtua tentang perawatan bayi
baru lahir. Kuesioner ini terdiri dari 30 pernyataan.
Penilaian kuesioner yaitu jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi
skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2 dan jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor
1, sehingga didapatkan skor terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah 120.
34
Rentang kelas Panjang kelas (P) =
Banyak Kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 120 dan banyak kelas 2 yaitu
positif dan negatif, maka didapatkan panjang kelas adalah 60 sehingga interval
dukungan keluarga yaitu 1-60 adalah negatif dan 61-120 adalah positif.
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas
4.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat
mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2008).
Uji validitas telah dilakukan dengan melakukan uji konten (isi) oleh 1
orang keperawatan maternitas yaitu Ibu Febrina Oktavinola Kaban, M. Keb.
Instrumen yang berisikan pernyataan terdiri dari 30 butir dapat digunakan dengan
dua kali perbaikan kalimat. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang oleh validator
dan dinyatakan sesuai dengan tinjauan pustaka.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data di
Klinik Mimi Medan kepada orangtua yang memiliki bayi baru lahir. Untuk uji
realibilitas diambil 10 orang pasien yang berada di Klinik Mahdarina Padang
Bulan pada responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Uji reliabilitas
kuesioner penelitian ini akan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Menurut
35
reliabilitasnya > 0,80. Hasil uji reliabilitas dari 30 pernyataan yang diberikan
kepada 10 orangtua yang baru memiliki bayi baru lahir adalah 0,918.
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengirimkan permohonan izin
tersebut ke Kelurahan Harjosari. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai
mengumpulkan data.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang
mengidentifikasikan persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir.
Sebelum menyebarkan kuesioner, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri
untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian
calon responden tersebut diminta untuk menandatangani surat persetujuan
menjadi responden. Bila responden bersedia mengikuti penelitian maka responden
dipersilahkan untuk menjawab kuesioner dan bila tidak bersedia, peneliti tidak
memaksa untuk menjadi responden.
Pengisian kuesioner, peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi
kuesioner dan diberi waktu 10 menit. Pengumpulan data ini dilakukan selama 10
hari, dimana setiap harinya peneliti memberikan kuesioner kepada 3-4 responden.
Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan, peneliti memeriksa
kembali kelengkapan jawaban responden dan mulai menganalisis data yang
36
4.8 Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk distribusi frekuensinya
dapat dilihat dari data demografi responden, persepsi orangtua tentang perawatan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik orangtua,
deskripsi persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir di klini Mimi
Medan. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase, penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Agustus - Oktober
kepada 35 pasien di Klinik Mimi.
5.1.1 Karakteristik Orangtua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orangtua dewasa awal
26-35 tahun sebanyak 23 orang (65,7%), suku Batak sebanyak 12 orang (34,3%),
berpendidikan terakhir SMA sebanyak 27 orang (77,1%), pekerjaan wiraswasta
sebanyak 14 orang (40%), dan berpenghasilan diatas UMR Rp
2.000.000-3.000.000 perbulan sebanyak 13 orang (37,1%). Distribusi frekuensi karakteristik
38
Tabel 5.2 Karakteritik Orangtua di Klinik Mimi Medan Tahun 2016 (n=35)
Karakteristik orangtua Frekuensi Persentase (%)
Deskripsi Karakteristik mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, suku
dan penghasilan. Hasil penelitian orangtua berumur dewasa awal (26 – 35 tahun)
yaitu sebanyak 23 orang (65,7%), sebagian besar Ibu di Klinik Mimi mempunyai
tingkat Pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang (77,1%), suku Batak sebanyak
12 orang (34,3%), pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 14 orang (40%),
39
5.1.2 Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Klinik Mimi
mempunyai persepsi yang positif tentang perawatan Bayi Baru Lahir yaitu
sebanyak 35 orang (100%). Distribusi frekuensi dan persentase Persepsi Orangtua
Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan dapat dilihat pada
tabel 5.3
Tabel 5.3 Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi
Medan Tahun 2016 (n=35)
Persepsi Frekuensi Persentase (%)
Positif 35 100
Tabel di atas menunjukkan persepsi orang tua tentang perawatan BBL di
Klinik Mimi mempersepsikan positif, yaitu sebanyak 35 orang (100%). Secara
40
5.2 Pembahasan
5.2.1 Persepsi Orangtua
Persepsi adalah cara pandang seseorang, pengamatan tentang objek,
peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2010). Persepsi seseorang tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor – faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang
memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu di Klinik Mimi
mempunyai persepsi yang positif yaitu sebanyak 35 orang (100%). Hasil
penelitian menunjukan bahwa Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru
Lahir di Klinik Medan adalah “positif”. Persepsi Ibu “positif” dalam memberikan
perawatan BBL mencakup pemberian nutrisi, BAB, BAK, istirahat, kebersihan
kulit, kebutuhan dan keamanan.
Menurut penelitian Orlando (2012), mengatakan bahwa pada usia bayi
baru lahir 3-7 hari pada anak pertama ibu sudah mampu melakukan perawatan
bayi baru lahir seperti menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering,
menjaga kebersihan bayi, memeriksa apakah ada tanda- tanda bahaya pada bayi,
memberikan ASI, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi sehingga
perawatan yang dilakukan oleh ibu terhadap BBL dapat mempengaruhi persepsi
yang positif.
41
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh
Bobak (2005) bahwa merawat bayi sehari- hari merupakan tugas yang harus
dikuasai dan mampu dilakukan oleh setiap orangtua. Dukungan emosional dan
bantuan dalam keterampilan merawat, sangat dibutuhkan oleh mereka. Perawatan
bayi baru lahir yang terpenting didalamnya mencegah komplikasi akibat
perawatan yang kurang baik. Faktor terpenting dalam perawatan setiap hari adalah
memandikan bayi dengan tujuan membersihkan kulit tubuuh bayi dari sisa lemak
tubuh serta keringat, merangsang perdarahan darah dan memberi rasa segar dan
nyaman.
Hasil penelitian ini menggambarkan persepsi orangtua yang baik akan
berdampak pada perawatan yang diperlukan oleh bayi. Persepsi yang baik dari
orangtua membawa perubahan dalam kehidupan ibu dan ayah, serta anggota
keluarga lain. Pada saat - saat yang tidak dapat ditemukan, bayi menuntut diberi
minum, diganti popok dan menangis. Akan tetapi sulit membedakan, terutama
dalam minggu - minggu pertama antara tangisan lapar, ketidaksukaan terhadap
sesuatu dan tangisan memanggil ibu. Dalam menghadapi masalah ini orangtua
seringkali kurang mengetahui dan memahami tentang kebutuhan bayi, sehingga
orangtua akan merasa bahwa tuntutan bayi terlalu berlebihan (Damanik, 2004).
Dari hasil penelitian, rata – rata umur ibu 20-30 tahun yaitu 65,7%, masih
termasuk dalam rentang usia produktif. Dari segi fisiologis, usia produktif tidak
berisiko pada kehamilan yang pada akhirnya akan berdampak pada kelangsungan
hidup neonatus sementara menurut penelitian Navaro (1970) dalam Hidayati
(2010) menyatakan bahwa kelompok umur produktif (15-60 tahun) merupakan
42
Diharapkan ibu pada umur produktif akan lebih memperhatikan cara- cara
merawat bayi baru lahir, lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
pemeriksaan bayi baru lahir dan permasalahan bayi baru lahir melalui buku KIA
maupun penyuluhan yang dilakukan dikelas ibu, posyandu atau pada saat ANC
hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Kesterton et al (2004) bahwa ibu
muda dan memiliki pendidikan yang lebih baik akan memiliki anggapan bahwa
kolostrum lebih baik untuk bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu pada usia
muda akan lebih terbuka menerima informasi yang diterimanya.
Diasumsikan bahwa ibu dengan usia reproduktif secara fisiologis lebih
rendah risiko neonatusnya meninggal dan dari sisi keterbukaan penerimaan
informasi,ibu dengan usia produktif juga lebih memanfaatkan pelayanan
kesehatan serta akan mudah menerima informasi yang diterimanya sehingga ibu
pada usia reproduktif diharapkan akan lebih menaruh perhatian pada pelayanan
kesehatan neonatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Diharapkan dengan
promosi kesehatan yang terus menerus pada kelompok ini akan membantu
menurunkan kasus kematian neonatus.
Responden dengan pendidikan yang rendah dimungkinkan memiliki
pengetahuan yang kurang dalam kesehatan noenatus. Peneitian Ronoatmojo
(1993) di Kecamatan Keruak. NTB, menemukan bahwa ibu yang tidak bersekolah
lebih memiliki peluang untuk memiliki neonatus yang meninggal jika
dibandingkan dengan ibu pada kelompok yang pernah SD atau lebih.
43
kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan
yang ada.
Berdasarkan penelitian Green bahwa pendidikan seseorang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan
hal – hal yang bersifat positif atau menguntungkan. Artinya, bahwa jika seseorang
memiliki pendidikan tinggi maka ia akan mudah menerima informasi yang akan
bermanfaat bagi diri dan keluarganya, dalam hal ini adalah kesehatan bayinya. Hal
ini juga dikemukakan Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi (dalam Herlyssa,
2011) bahwa pengetahuan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
rendah pula menerima informasi.
Responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 77,1% Dalam system
Pendidikan Indonesia, SMA adalah pendidikan yang wajib ditempuh oleh seluruh
warga Indonesia. Di Kecamatan Poncowarno, tamatan SMA merupakan jenjang
pendidikan yang diatas rata- rata kebanyakan warga, hal ini terlihat dari Profil
Puskesmas tahun 2011 bahwa rata- rata pendidikan penduduk Poncoworno adalah
tamat SD. Harapannya, ketika ibu bayi memiliki latar belakang pendidikan yang
cukup tinggi hal ini akan berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu tentang
perawatan neonatus.
Dari data pada tabel terlihat bahwa sebagian besar orangtua bekerja untuk
menambah perekonomian keluarga yaitu sebagai wiraswasta sebanyak 40%.
Sebuah studi India menunjukkan bahwa ibu dengan pekerjaan yang baik akan
berpengaruh terhadap perawatan neonatus yang baik hal ini berkaitan dengan
44
Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti selama melakukan kunjungan, ibu dengan pekerjaan dan pendidikan yang
baik tidak selalu merawat anaknya dengan baik, hal ini dikarenakan ketika ibu
bekerja pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain biasanya nenek atau
kerabat bayi. Seperti di desa Blater, dikarenakan ibu neonatus bekerja sebagai
perawat di luar negeri, maka ketika masa cutinya habis, neonatus akan
ditinggalkan bersama neneknya. Diharapkan orangtua yang tidak memiliki
pekerjaan akan lebih memperhatikan perawatan dan pelayanan neonatus sebab
lebih memiliki banyak waktu meski tidak memiliki pekerjaan tidak berarti tidak
memiliki kegiatan sama sekali.
Hasil penelitian pada pernyataan no 17 mengenai tali pusat bahwa
sebagian besar responden telah melakukan perawatan tali pusat dengan cara yang
dianjurkan oleh bidan, yaitu dengan hanya membungkus dengan menggunakan
kassa steril yang kering. Kasa kering yang digunakan untuk membnungkus adalah
kassa steril yang diberikan oleh bidan. Dukun di Kecamatan Poncowarno sudah
tidak ada lagi melakukan praktik perawatan tali pusat tradisional. Mereka sudah
menggunakan kassa steril yang biasanya bidan tinggalkan setelah menolong
persalinan. Ketika menolong persalinan, bidan akan meninggalkan 1 boks kassa
steril (berisi 12 buah) sehingga ketika bidan tidak melakukan kunjungan setiap
hari dukun dapat mengganti tali pusat dengan kassa tersebut.
Hasil penelitian pada pernyataan no. 1 mengenai Memandikan Bayi 6 jam
45
dikarenakan persalinan telah ditolong oleh bidan dan telah dilakukan di fasilitas
kesehatan. Hal lain yang mendukung adalah sudah meningkatnya pengetahuan
ibu. Seperti pernyataan salah satu responden.
Hal ini berbeda dengan penelitian Sreeramareddy et al (2006) di Nephal
Barat dimana 93,8% neonatus dimandikan segera setelah persalinan. Penelitian
yang dilakukan WHO di Nephal, Bangladesh dan India pada tahun 2000
menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi memandikan bayi dengan air
dingin segera setelah lahir adalah keyakinan bahwa persalinan adalah area yang
panas dan nifas adalah area dingin.
Di Kecamatan Poncowarno, pada jaman dahulu memandikan bayi
dilatarbelakangi anggapan bahwa bayi yang terlahir dengan air ketuban dan
verniks adalah sesuatu yang kotor sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.
Hilangnya tradisi ini menunjukkan bahwa penyampaian informasi oleh bidan
kepada dukun bayi dan keluarga berkaitan dengan pentingnya menjaga
kehangatan bayi tetap hangat sudah berjalan baik bahkan sudah berhasil.
Pada pernyataan no. 11 dan 12 mengenai ruam popok. Menurut Deslidel
Hj, (2011) diaper dermatitis merupakan penyakit yang sering menyerang pada
daerah pantat bayi dikarenakan kurangnya memperhatikan perawatan daerah
pantat bayi dan kurang menjaga kebersihan daerah pantat bayi. Jika tinndakan
pencegahan kurang kemungkinan besar bayinya akan mengalami diapers
dermatitis dan jika orangtua tindakn pencegahannya baik yang meliputi
meperhatikan hyginie, kelembapan kulit daerah bokong, waktu mengganti popok
atau diapers (popok sekali pakai) sangat diperhatikan, otomatis bayi akan
46
Opini tersebut didukung oleh teori Deslidel Hj, (2011) Ruam Popok
(Diapers Rash) adalah masalah yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah
popok tetap bersih dan kering sehingga ruam tidak berkembang. Ruam popok
adalah ruam yang ringan dan hanya beberapa bitnik merah atau yang berat berupa
luka yang berdarah, beberapa bayi terlihat selalu mendapatkan ruam sedangkan
yang lainnya tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain usia anak,
penggunaan popok sekali pakai (diapers). Bayi yang berumur 0-1 bulan
mobilisasinya kurang sehingga pantat kulit bayi kurang terkena sirkulasi udara
dari luar, maka ruam popok akan terjadi, sedangkan bayi yang sudah mulai bisa
miring, merangkak risiko terkena ruam popok lebih sedikit karena kulit pantat
bayi terkena udara dari luar. Kulit bayi lebih sensitif dibandingkan dengan kulit
orang dewasa sehingga alergi bisa terjadi.
Reaksi alergi bahan popok bisa menjadi penyebab ruam pada bayi, karena
ada merk tertentu yang memiliki kualitas bahan yang memiliki daya serap rendah,
sehingga penggunaan popok sering melebihi daya tamping, kualitas popok yang
juga dapat mengakibatkan ruam popok karena air seni bayi yang tidak terikat pada
serat popok akan diserap dan mengendap dikulit bayi dan menimbulkan ruam.
Kalua ruam sudah terjadi, sebaiknya dihindari dulu penggunaan popok sekali
pakai hingga kulit bayi benar- benar sudah sembuh (Mayo, 2008).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian Persepsi Ibu tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik
Mimi yaitu semua ibu memiliki persepsi positif yaitu sebanyak 35 orang (100%).
6. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan
beberapa saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai Persepsi
Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan.
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tambahan untuk
mahasiswa dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan
dalam bidang maternitas khususnya materi pembelajaran pada perawatan BBL.
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada pengembangan
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama dibidang maternitas
6.2.3 Penelitian Keperawatan
Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua tentang perawatan
bayi baru lahir.
6.2.4 Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burn and
52
hanya melibatkan ibu saja, untuk penelitian selanjutnya agar melibatkan pasangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
2.1.1 Definisi Persepsi
Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 2010). Persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu
atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya fikir, artinya persepsi berkaitan
dengan faktor-faktor eksternal yang direspon melalui panca indera, daya ingat,
dan daya jiwa (Marliani, 2009).
Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,
mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera
atau data (Sobur, 2003).
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses
dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang
menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang
dilihatnya sama. Menurut Stephen P. Robhins, terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: apabila seseorang melihat sesuatu dan
berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan
dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya seperti sikap, motif,
9
1. Sasaran dari persepsi
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun
peristiwa. Sifat-sifat ini biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang
yang melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu
yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain
yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung
mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan
memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.
2. Situasi
Persepsi harus dilihat secara konteksual yang berarti situasi dimana
persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.
Tidak terlalu beda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P.
Robhins, (1962) dalam Prasilika, (2007) menyatakan bahwa yang mempengaruhi
pembentukan persepsi seseorang adalah:
1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang
dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dll.
2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya
yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Friedman (1985) menyatakan pembentukan persepsi juga sangat
dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu
10
manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah- ubah sesuai
dengan stimulus yang diterima.
2.1.3 Proses Pembentukan Persepsi
Skema 2.1 Pembentukan Persepsi
Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari
berbagai sumber melalui panca indera yang dimilki, setelah itu diberikan respon
sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah
diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian
yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk
diproses pada tahapan lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan
berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima setelah data
diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima Rangsangan/
Sensasi
Seleksi Input Proses
Pengorganisasian
Lingkungan Persepsi Interpretasi
11
dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang
tersebut berhasil ditafsirkan.
Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hak lain yang dapat
disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.
(Rakhmat, 1998).
2.1.4 Jenis- Jenis Persepsi
Menurut Sunaryo, (2004) ada dua jenis persepsi, yaitu:
1. Eksternal perception, yiatu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang datang dari luar diri individu.
2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek
adalah dirinya sendiri.
2.1.5 Persepsi Terhadap Risiko Berbahaya
Banyak definisi yang berkembang mengenai risiko, tetapi seringkali risiko
dimaknai sebagai kemungkinan yang akan diterima sebagai dampak dari bahaya.
(Short, 1984).
Persepsi risiko merupakan suatu proses dimana individu
menginterpretasikan informasi mengenai risiko yang mereka peroleh. WHO,
12
Persepsi risiko dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
b. Personal
c. Konteks
d. Kualitas lingkungan kerja
Menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana
stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.
Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:
a. Adanya objek yang diamati
Objek menimbulkan stimulus yang mengenail alat indera atau
reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera
(reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf
penerima (senosori) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera atau reseptor
Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat
kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf
13
c. Adanya perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam suatu perespsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk
persepsi.
2.1.6 Pengukuran Persepsi
Mengukur persepsi hampir sama dengan meengukur sikap. Walaupun
materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat
diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam system angka. Dua
metoda pengukuran sikap terdiri dari metoda self- report dan pengukuran
involuntary behavior.
1. Self-report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan
dapat menjadi indicator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah
bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak
dapat mengetahui pendapat atau sikapnya.
2. Involuntary behavior dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran
sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy, 2010).
Jika merujuk dari pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir
sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi
untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang
14
2.2 Perencanaan Asuhan Bayi 2.2.1 Pemberian nutrisi
Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi oleh
bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat
gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On
Demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan
bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu
payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang
baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI ekslusif) sampai
bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia
2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI
(Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI.
Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat
besar terhadap terjadinnya prosses pembentukan emosi positif pada anak, dan
berbagai keuntungan bagi ibu.
Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan diteruskan olehh serabut
saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin. Dimana
hormone inilah yang memacu payudarra untuk menghasilkan ASI pada hari-hari
petama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka
15
optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI
700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi
ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc
pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua
usia anak (JNPK-KR, 2007)
Adapun reflex laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya:
1. Reflex mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kea rah sentuhan
dipipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap.
2. Reflex menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,
lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan
ASI.
3. Reflex menelan (swallowing), yaitu dimana ASI dimulut bayi otot didaerah
mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI
ke dalam lambung (JNPK-KR, 2007).
4. Keuntungan pemberian ASI diantaranya adanya keterikatan emosiaonal ibu
dan bayi sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang
kontraksi uterus (JNPK-KR, 2007).
Pada saat memulai pemberian ASI lakukan secara dini begitu bayi lahir,
tali pusat diikat dan dipotong segera telungkupkan bayi diatas perut ibu skin to
skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari putting susu ibunya,
dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi diatas
16
menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR,
2007).
Komposisi ASI, susu sapi dan susu
formula: komposisi/100 ml
ASI matur Susu formula
Kalori 75 67
Protein 1,2 1,5
Lactalbumin 80 60
Kasein (%) 20 40
Air (ml) 87,1 90
Lemak (gr) 4,5 3,6
Karbohidrat 7,1 69
2.2.2 BAB
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.
Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya meconium)
dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam.
Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi
1x setiap 3 atau 4 hari. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning
emas dan tidak menyebab iritasi pada kulit bayi. Tinjau dari bayi yang minum
susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki
bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja berkurang
17
diberikan makan) menjadi 1 atau 2 x sehari. Pada minggu kedua kehidupannya,
bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi
akan menyerupai tinja orang dewasa. Dalam 3 BAB, tinja masih dalam bentuk
meconium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x/ hari. Untuk
membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.
2.2.3 BAK
Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa
belum berbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Sejumlah kecil urin
terdapat di kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL munkin tidak mengeluarkan
urin selama 12- 24 jam. Berkemih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukan
masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15- 16
ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya.
2.2.4 Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.
Neonates sering tidur. Neonates sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam
sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan
selimut dan ruangan yang hangat pasttikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu
18
Pola tidur bayi usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 Am
2.2.5 Kebersihan kulit
1. Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
2. Mandi seluruh setiap hari tidak harus dilakukan.
3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2.2.6 Kebutuhan akan keamanan
1. Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.
2. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa
tersedak.
3. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.
2.2.7 Tanda-tanda bahaya
1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit.
2. Terlalu hangat (> 380C) atau terlalu dingin (> 360C).
3. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
4. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan.
19
6. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, penafasan sulit.
7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering
berwarna hijau tua, ada lender atau darah.
8. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang, menangis
terus menerus.
9. Penyuluhan pada orangtua BBL sebelum pulang
2.2.8 Penyuluhan yang diberikan kepada orangtua BBL sebelum pulang Penyuluhan yang dapat diberikan pada orangtua adalah sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan
Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru. Bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk
membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu
hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi
rapat-rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini
membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bayi
mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.
Tujuan menjaga kehangatan adalah untuk mengurangi kehilangan panas
tubuh dan membuat bayi merasa aman dan hangat diantaranya dengan cara
membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut
persegi. Pertama-tama lipat salah satu ujung selimut hingga ke tengah, letakkan
20
kaki bayi. Kemudian tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu persatu, serta
membuat bayi tidur lebih nyenyak.
b. Perawatan tali pusat
Tidak boleh dibubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan
membuka agar tetap kering. Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia
mendapatkan makanan dan udara melalui pembuluh-pembuluh darah yang
mengalir didalam tali pusat. Begitu lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali
pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI, 2004, Asuhan
Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak
terinfeksi maka harus selalu dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih.
Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3 minggu
baru terlepas. Setelah terlepas tali pusat ini akan meninggalkan bercak yang kasar,
yang memerlukan waktu beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu)
untuk mengering dan sembuh. Penyembuhan yang berlangsung lambat akan
menyebabkan bercak kasar ini bertambah tebal dengan jaringan yang disebut
jaringan granulasi yaitu jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya
untuk menggantikan jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih
akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.
Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga
kuman-kuman tidak dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada
luka ini, yang perlu dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering.
Usahakan jika bayi mengompol, urin yang membasahi popok tidak mengenai luka
ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk
21
atau dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa panas,
memerah atau tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini menunjukan tanda-tanda
infeksi dan konsultasikan dengan dotkter atau bidan. Menjelang kesembuhannya,
tali pusat akan berubah warna menjadi hitan bagian ini akan lepas dengan
sendirinya antara satu sampai empat minggu. Beberapa professional menyarankan
mengusapnya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi alcohol
steril, sedangkam yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja,
membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan mengambil alih
penyembuhannya.
Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut
a. Hindari pembungkusan tali pusat.
b. Jangan mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk tali pusat.
c. Lipat popok dibawah tali pusat.
d. Jika punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT)
dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
e. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan tali pusat
menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah.
f. Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk
bayi tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru
lahir secara lengkap.
c. Perawatan mata
22
mata bayi selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran di
sudut mata setiap bangun tidur terutama di pagi hari. Cara merawatnya adalah
degan menggunakan kapas bersih atau cuttonbuds yang sudah dicelupkan ke
dalam air bersih. Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar
mata.
d. Perawatan telinga
Telinga bayi memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah;
1. Jagalah agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada saat mandi.
2. Bersihkan daun telingan dengan menggunakan cotton buds.
3. Lakukan hal ini pada waktu mandi.
4. Perlu dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-narik atau
meraba-raba samping muka, kemunkinan adanya sakit pada telinga (infeksi telinga)
hal ini sering terjadi pada bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat
menghubungi tenaga medis lainnya. (Meser, 2007:286)/
e. Perawatan hidung
Bayi hanya bias bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat
oleh kotoran, ia akan megalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan
dari kotoran-kotoran dengan cara:
1. Gunakan cotton buds/ujung tanduk yang agak basah, sehingga kotoran
menjadi lunak.
2. Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau
23
f. Perawatan mulut
Perawatan mulut bayi tidak diperlukan perawatan khusus, yang perlu
dilakukan adalah dengan membersihkan gusi apabila mulut bayi terlihat kotor.
Caranya adalah paling tidak dua kali sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut
menggunakan kain yang bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).
g. Memandikan
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir.
Memandikan bayi pada beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi
hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004).
Pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30 – 10.10,
untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat karena suhu tubuh bayi
terpengaruh dan mudah berubah (Suryabudhi, 2000: 163).
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti
rekomendasi-rekomendasi berikut:
1. Tunggu sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum memandikan bayi.
Waktu tunggu menajdi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan
hipotermia.
2. Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah
stabil (temperature akasila antara 36,50C- 37,50C). jika temperature tubuh bayi
dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian
kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan
24
3. Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.
4. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada
hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi
dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
bayi setelah dimandikan.
5. Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.
6. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.
7. Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi
dengan baik (bayi baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik).
8. Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu
untuk menyusukan bayinya (Depkes RI, 2004 Asuhan Persalinan Normal)
Pemberian ASI.
h. Menyusui bayi
Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi
kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk
pertumbuhan psikologis bayi yang sehat.
1. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan:
A. Merangsang produksi air susu ibu (ASI).
B. Memperkuat reflex menghisap (reflex menghisap awal pada bayi, paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI
secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.
C. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
25
E. Merangsang kontraksi uterus.
2. Pedoman pada ibu saat menyusui:
A. Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.
B. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air,
madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas
(atas alasan-alasan medis).
C. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
D. Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun
malam selama bayi menginginkannya.
3. Posisi yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk bayi, sangan penting dalam menjamin keberhasilan
pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa
ibu telah meletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak
dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu
memerlukannya, terutama jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia
sangat muda.
4. Memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya
A. Beritahu pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka
bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu
ibu. Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke
perut ibu. Ibu harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan
26
B. Beritahu pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi
tampak siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah
apabila bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari
sesuatu.
C. Tunjukan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan
mulut bayi pada putting susu.
D. Beritahu pada ibu untuk:
a. Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya.
b. Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.
c. Mendekatkan bayi cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi
tepat dibaeah putting susu.
E. Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan caranya
menghisap:
a. Dagu menyentuh payudara ibu.
b. Mulut terbuka lebar.
c. Mulut bayi menutupi seluas munkin areola (tidak hanya puttingnya
saja).
d. Bibir bayi bagian bawah melengkung ke luar.
e. Bibir menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang
berhenti.