• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Analisis Struktural Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

4. Latar atau Setting

Latar atau setting adalah informasi yang berkaitan tentang tempat, waktu, suasana terjadinya peristiwa dalam cerita, termasuk pula latar sosial. Menurut Abrams bahwa latar atau setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar tempat, latar menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah „kapan‟

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227).

Berdasar pada uraian di atas maka penjabaran unsur-unsur latar/ setting secara terinci adalah sebagai berikut.

a. Latar Tempat

1) Toko dan salon Sri Mulya

Toko dan salon Sri Mulya sering menjadi latar peristiwa. Di tempat ini sering terjadi pertemuan antara Tegar, Subekti dan Sri Mulya sendiri sebagai pemiliknya. Seperti terlihat dalam pembuktian kutipan berikut.

“ Lor masjid let rong surup, mapan ing kulon dalan, ana salon kecantikan lan toko jamu, adu arep karo pekarangane jembar pager bata darbeke Darmaya. Iku tokone Bu Sri Mulya, garwane Darmaya sing angka loro. Nalika Tegar

tekan kono, isih ana bocah wadon loro padha didandani busana kejawen.” ( PS/ 1. Hal 20).

Terjemahan:

“Utara masjid terpaut dua gang, terletak di barat jalan, ada salon kecantikan dan

toko jamu, berhadapan dengan halaman luas berpagar bata bata milik Darmaya. Itu toko Bu Sri Mulya, istri Darmaya yang kedua. Ketika Tegar sampai sana,

masih ada dua anak perempuan sedang didandani busana kejawen.”

2) Di kursi beranda rumah Kyai Saleh/ Tegar

Di beranda rumah ini terjadi peristiwa ketika Kyai Saleh memberitahu Tegar tentang rencana pendirian peternakan babi milik Darmaya. Terlihat dari kutipan berikut.

“ Kyai Saleh legog-legog ing kursine, ngadhep meja marmer yasane nalika

isih jaka udakara sewidak taun kepungkur... Mbarengi ilange esem iku, ana bocah nom-noman njedhul saka masjid, lumaku ketebang-ketebang nyaketi

lungguhe Kyai Saleh.” ( PS/ 1. Hal 19).

Terjemahan:

“ Kyai Saleh termangu-mangu di kursi, menghadap meja marmer miliknya

ketika masih perjaka kira-kira enam puluh tahun yang lalu. Bersamaan dengan hilangnya senyum itu, ada anak muda muncul dari masjid, berjalan mendekati tempat duduk Kyai Saleh.”

commit to user

66

3) Rumah Darmaya

Di rumah Darmaya terjadi peristiwa pertemuan Tegar dan Darmaya dalam membicarakan wacana pendirian peternakan babi. Di tempat ini membuat konflik yang ada semakin panas. Darmaya kokoh dengan rencananya. Terlihat dari kutipan berikut.

“ Esuk jam sanga Tegar sida sowan Pak Darmaya.” ( PS/ 2. Hal 19).

Terjemahan:

“ Pagi jam sembilan Tegar sungguh-sungguh menghadap Pak Darmaya.”

4) Kamar tidur Darmaya

Di tempat ini terjadi peristiwa pertengkaran antara Darmaya dengan Sri Mulya. Sri Mulya mengeluhkan keadaan tokonya yang semakin terancam akibat peternakan milik Darmaya. Tetapi Darmaya tidak dapat menahan emosi dan terjadilah pertengkaran yang menjadi. Terlihat dalam kutipan berikut.

“ Cukup!” sentake Darmaya saya seru. Tangane nggebrag kasur sing

diklekari.” ( PS/ 5. Hal 43).

Terjemahan:

“ Cukup!” gertakan Darmaya semakin keras. Tangannya menggebrak kasur yang dibaringinya.”

5) Halaman masjid

Di halaman masjid ini menjadi latar tempat terjadinya peristiwa perdebatan antara Darmaya melawan warga seperti Pranata, Bakri, Samin serta kyai Saleh. Penolakan kiriman material untuk pembanguna dari Darmaya oleh warga membuat pertengkaran hebat. Latar tersebut terbukti dengan kutipan sebagai berikut.

“ Jam sanga kliwat, ana mobil gundhul Daihatsu nggereng mlebu plataran

masjid.” ( PS/ 6. Hal 42).

Terjemahan:

“ Pukul sembilan lebih, ada mobil pick up Daihatsu masuk halaman masjid.”

6) Kebun jamu milik Tegar di desa Kebon Dalem

Terjadi peristiwa pertemuan antara Tegar dan Subekti, membicarakan tentang masa depan hubngan mereka dan tidak menemui titik terang. Di tempat ini juga terjadi pertemuan antara Tegar dan Sri Mulya, membicarakan tentang perpisahan Sri Mulya dengan Darmaya dan meminta tolong pada Tegar untuk mencarikan tempat tinggal baru untuk dijadikan toko dan salon baru. Pembuktiannya adalah sebagai berikut.

“ Ing wetan dhukuh Sentul klebu wewengkon desa Kebon Dalem, kebon jamune Tegar gumelar ngalor-ngidul sauruting kali cilik kang mili

commit to user

68

Terjemahan:

“ Di timur dukuh Sentul termasuk wilayah desa Kebon Dalem, kebun jamu

milik Tegar terbentang ke utara-selatan searah sungai kecil yang mengalir deras.”

7) Rumah Kyai Saleh

Di tempat ini terjadi peristiwa pertemuan antara warga yang dipimpin oleh Tegar. Pertemuan dimaksudkan untuk membahas penanggulangan pengangguran di kampung. Terlihat seperti dalam kutipan berikut.

“ Kaya kang wis dijanji dening Tegar, ing dina malem Jum’at wong-wong

padha nglumpuk ing daleme Kyai13 Saleh. Ana wong rong puluh kang teka ing

kono kalebu Parjan tetela melu teka, ndadekake cingake sawatara wong kang

teka.” ( PS/ 8. Hal 19).

Terjemahan:

“ Seperti yang sudah dijanjikan oleh Tegar, di malam Jum‟at orang-orang

berkumpul di rumah Kyai Saleh. Ada dua puluh orang yang datang di sana ternyata Parjan juga ikut datang, membuat terkejut sebagian orang yang

datang.”

13

8) Masjid

Masjid menjadi tempat bertemunya para warga ketika sedang melaksanakan ibadah. Begitu pula Sri Mulya menjadi sering ke masjid semenjak berpisah dengan Darmaya. Latar masjid tergambar dari kutipan berikut.

“ Swara adzan ing masjid sore iku ngundang umat nglumpuk ing masjid.” (

PS/ 12.hal 19).

Terjemahan:

“ Suara adzan di masjid sore itu mengundang umat berkumpul di masjid.”

9) Gubuk kebun jamu Tegar.

Tegar menempati gubuk di perkebunan jamunya. Tegar banyak menghabiskan waktu di tempat itu, sehingga banyak peristiwa yang bersangkutan dengan Tegar terjadi. Misalnya ketika para pemuda seperti Bakri dan Pranata mengnjungi Tegar dan membicarakan hal-hal yang penting pula ataupun hanya sekedar mampir. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.

“ Tetela bocah-bocah ora enggal bali ngetan, malah pada nglumpuk ing

gubug kebon jamu. Pada wedang-wedangan jahe wangi racikane Sri Mulya.”

( PS/ 13. Hal 19).

Terjemahan:

“ Ternyata anak-anak tidak segera pulang ke timur, tetapi berkumpul di gubuk

commit to user

70

10)Kamar Salon Dhenok milik Sri Mulya.

Semenjak berpisah dengan Darmaya, Sri Mulya tinggal di Prambanan dan cukup dekat dengan perkebunan Tegar. Sri Mulya membuka salon sebagai usahanya. Salah satu peristiwa penting yang terjadi adalah saat Tegar menyatakan keinginannya untuk meminang Sri Mulya dan akhirnya Sri Mulya menerima Tegar. Tegar pun juga bersedia menerima Sri Mulya tanpa memandang status dan dengan tulus menyayanginya. Penggunaan latar itu terlihat dari kutipan berikut.

“ Lan ing jero kamar salon Dhenok, Sri Mulya isih kenceng ngrangkul

bangkekan. Nanging tangise wis ora sesenggrukan, mung kala-kala

kamisesegen.” ( PS/ 17. Hal 46).

Terjemahan:

“ Dan di dalam ruang salon Dhenok, Sri Mulya masih kencang memeluk

pinggang. Tapi tangisnya sudah tidak terisak, hanya sesekali sesenggukan”.

b. Latar Waktu

1) Malam hari pukul tujuh lebih.

Latar waktu disampaikan oleh pengarang untuk menunjukkan suatu peristiwa atau kegiatan. Dalam masyarakat ketika malam hari sekitar pukul tujuh masih merupakan batas wajar untuk bertamu ke tempat orang. Hal ini dilakukan Tegar dalam cerita ketika bertamu ke salon Sri Mulya untuk bersilaturahmi dengan Sri Mulya dan Subekti. Penggambarannya terlihat sebagai berikut.

“ Bocah loro banjur digawa becak sing nunggu ing pinggir dalan. Sajake iku langganan kang pungkasan ing dina iku. Dhasar pancen wis jam pitu kliwat. Adate wis tutup. Iki mau akeh bocah teka ing salon kono awit ana manten ing kampung kidul kana. Sri Mulya nyaketi dhayohe sing biyen tilas kekasihe iku

ing ruwangan tengah.” ( PS/ 1. Hal 20).

Terjemahan:

“ Dua anak lalu dibawa becak yang menunggu di pinggir jalan. Sepertinya itu

pelanggan yang terakhir di hari itu. Memang dasarnya sudah jam tujuh lebih. Biasanya sudah tutup. Ini tadi banyak anak yang datang ke sana karena ada pengantin di kampung selatan sana. Sri Mulya menemui tamunya yang dulu

bekas kekasihnya itu di ruang tengah.”

2) Pagi hari pukul sembilan.

Latar waktu ini digambarkan jela oleh pengarang dalam cerita. Menceritakan peristiwa ketika Tegar menemui Darmaya untuk membicarakan mengenai pendirian peternakan babi. Hal ini terlihat dari kutipan berikut.

“ Esuk jam sanga Tegar sida sowan Pak Darmaya.” ( PS/ 2. Hal 19).

Terjemahan:

“ Pagi jam sembilan Tegar sungguh-sungguh menemui Pak Darmaya.”

3) Sore hari.

Latar waktu ini digambarkan oleh pengarang secara abstrak, memberitahukan kebiasaan penduduk beribadah di masjid. Pembuktiannya dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“ Kaya sore iku. Metu salat asar saka masjid lumaku gleyah-gleyah marani

commit to user

72

Terjemahan:

“ Seperti sore itu. Keluar sholat ashar dari masjid berjalan mendatangi rumah

Sukir.”

4) Pagi hari

Latar pagi hari ditampilkan lagi oleh pengarang. Latar disampaikan secara abstrak, tidak langsung waktunya tetapi melalui ciri-ciri yang umumnya hanya di pagi hari. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.

“ Tetes-tetesing bun esuk kang pating pletik ing ngliring godhong, ketaman

soroting srengenge kang nedheng rumambat kuwunging langit sisih wetan,

temah katon pating kretep kaya inten sayuta sumebar warata.” ( PS/ 7. Hal

19).

Terjemahan:

“ Tetes-tetes embun pagi yang jatuh di ujung daun, bercampur sorot matahari

yang sedang merambat ke tengah langit sebelah timur, sehingga terlihat

berkilau seperti sejuta intan tersebar merata.”

5) Siang hari

Latar siang hari juga ditampilkan dalam cerita oleh pengarang. Waktu siang hari yang ditunjukkan tidak jelas kapan tepatnya. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut.

“ Awan iku Sri Mulya nggawa ati sumeleh. Sedyane luwih mantep, kepengin

mandhiri.” ( PS/ 7. Hl 47).

Terjemahan:

“ Siang itu Sri Mulya membawa hati yang lega. Keinginannya lebih mantap.

Ingin mandiri.”

6) Malam Jum‟at ( Kamis malam)

Latar waktu ini disampaikan jelas dengan menyebut harinya tetapi tidak disebutkan secara mengenai jamnya. Seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini.

“ Kaya kang wis dijanji dening Tegar, ing dina malem Jum’at wong-wong

padha nglumpuk ing daleme Kyai Saleh.” ( PS/ 8. Hal 19).

Terjemahan:

“ Seperti yang sudah dijanjikan Tegar, di hari malam Jum‟at orang-orang

berkumpul di rumah Kyai Saleh.”

7) Malam hari

Latar malam hari kembali ditampilkan oleh pengarang. Hal ini disampaikan secara abstrak dan tidak jelas jamnya, hanya melalui keterangan tentang kegiatan yang umumnya dilakukan malam hari. Seperti terlihat dalam kutipan berikut.

“ Bakda isyak, nalika Sri Mulya lumebu pomahane Darmaya, kahanane

commit to user

74

Terjemahan:

“ Usai waktu isya‟, ketika Sri Mulya memasuki rumah Darmaya, keadaannya

terlihat sepi sunyi seperti kuburan.”

c. Latar Sosial

Latar sosial mempunyai kaitan erat jika dihubungkan dengan keadaan para tokoh. Melalui latar sosial dapat digambarkan keadaan atau kondisi suatu masyarakat dan kedudukan masing-masing tokoh dalam kehidupan masyarakatnya. Latar sosial juga mempengaruhi tokoh dengan permasalahannya serta cara penyelesaiannya.

Dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang , pengarang pada mulanya menggambarkan lingkungan masyarakat desa yang tentram, damai dan agamis. Semua warganya rukun, saling menghargai, saling membantu, semua berjalan serasi, selaras dan seimbang. Lingkungan sosial yang digambarkan tentunya mempengaruhi posisi para tokohnya. Misalnya tokoh Tegar yang berasal dari keluarga religius dan rumah dekat dengan masjid serta didukung oleh status keluarganya di masyarakat, membuat sosok Tegar mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari tokoh lainnya. Tegar juga mempunyai wawasan yang lebih baik dibanding tokoh lainnya. Latar berupa pedesaan yang digunakan oleh pengarang menunjukkan bahwa penduduknya adalah warga yang kebanyakan petani peternakan. Kemudian muncul konflik-konflik yang menyangkut kepentingan masyarakatnya, membuat warga mulai tercerai berai, membentuk kelompok atau golongan. Keadaan ini menyebabkan kekisruhan yang panjang dan bahkan bisa menyangkut kepada masalah-masalah tokoh secara personal, tentang

perasaan misalnya. Setelah melalui berbagai jalan, konflik bisa diatasi dan akan berusaha mengembalikan keadaan yang kondusif seperti awal mulanya.

Munculnya latar sosial dalam cerita terlihat dalam kutipan-kutipan berikut.

“ Kampung Kauman kang wiwit biyen kondhang guyub rukun saeka kapti

manunggal ing kardi, saiki wiwit rengka kaguyubane.” ( PS/ 5. Hal 43).

Terjemahan:

“ Kampung Kauman yang mulai dari dulu terkenal rukun, seiya sekata, sekarang

mulai retak kerukunannya.”

“ Ora lidok, ing dina-dina candhake kampung Kauman kebegan swara pating

kruwek, swarane bebek ing kandhang.” ( PS/ 8. Hal 20).

Terjemahan:

“ Tidak heran, di hari-hari selanjutnya kampung Kauman penuh suara berisik, suara

bebek di kandang.”

“ Sisih kidul, ing pungkuring desa-desa katon pating prencu banjaran gunung

kapur lumarik ngetan-ngulon kaya beteng alam kang kukuh santosa. Pating sredit wit-witan kang mapan ing gigire, njalari beteng alam iku katon pating cringih.

commit to user

76

Terjemahan:

“ Sebelah selatan, di belakang desa-desa terlihat tonjolan barisan gunung kapur

berjajar dari timur ke barat seperti benteng alam yang kokoh sentosa. Nampak julangan pepohonan yang terletak di lerengnya, membuat benteng alam itu terlihat tonjolan yang lancip. Awan-awan putih tipis menghiasi langit di belakang gunung

itu.”

5. Amanat

Amanat merupakan pesan atau gagasan utama yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya kepada pembaca/ masyarakat. Amanat diharapkan dapat membawa manfaat untuk kehidupan khalayak umum.

Cerita Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws ini pun juga seperti itu. Cerita mengandung makna atau pesan yang ingin disampaikan pengarang yaitu Suryadi Ws kepada para pembaca/ masyarakat. Amanat yang terdapat dalam cerita ini adalah tuntutan sikap yang dewasa dan terbuka, saling menghormati dan tidak mudah terbakar emosi. Sikap yang demikian kiranya akan dapat meminimalisir perpecahan dalam masyarakat, terlebih ketika dalam masyarakat sedan terjadi gejolak. Kehidupan dalam masyarakat desa yang terbilang fanatik dapat menyebabkan sikap rentan konflik di dalamnya. Penggambaran masyarakat religius yang berhadapan dengan berbagai konflik intern penganutnya.

Diceritakan Tegar merupakan pemuda yang agamis dan pandai. Ia besar di lingkungan yang beragama dan berpendidikan. Tetapi dalam kisah cintanya dengan

Subekti, ia berada dalam dilema dan pada akhirnya cintanya tidak bisa bersatu. Hal tersebut disebabkan oleh ulah Darmaya, yaitu ayah Subekti yang mendirikan peternakan babi yang tidak sejalan dengan ajaran agama yang ia dapat. Ulah Darmaya tidak hanya membuat kebahagiaan anaknya pupus tetapi juga memicu pertentangan warga dan menyebabkan terpecahnya persatuan. Dalam keadaan seperti ini maka dibutuhkan sikap terbuka dan saling menghormati sehingga semua bisa terselesaikan dengan jelas dan tidak merugikan pihak manapun.

Dokumen terkait