• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEM PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG KARYA SURYADI WS (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROBLEM PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG KARYA SURYADI WS (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG

SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG

KARYA SURYADI WS

( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

LILIS KARMIATI

C0107030

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

commit to user iv

Nama : Lilis Karmiati

Nim : C 0107030

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG

KARYA SURYADI Ws adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 09 Mei 2011

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user v

MOTTO

Menjaga lisan adalah hal yang sangat sulit namun akan sangat bermanfaat.

Guru berharga dalam kehidupan adalah pengalaman.

(6)

commit to user vi

Ayah dan Ibu,

Pak Sarwoko dan Ibu Sugiyem sebagai orang tua angkat,

(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya

Suryadi Ws ( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra). Segala usaha dan kerja keras yang

dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

penyusunan skripsi.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberi izin dan dorongan kepada penulis.

3. Dra. Sundari, M.Hum, sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Christiana D.W. M.Hum, sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, arahan,

dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini

5. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum, sebagai Pembimbing Akademis atas motivasi dan

bimbingan pada masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal

(8)

commit to user viii

yang menjadi bahan kajian dalam penulisan skripsi ini, dan juga telah membantu

dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas

pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam

menyusun skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku yang selalu baik, mengerti, menjadi tempat berbagi baik suka

dan duka serta memberi dukungan yang membuatku bertahan dalam segala

keadaan.

12. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007. Terima kasih atas

kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin. Semoga kita semua berhasil dan

sukses dalam berbagai bentuk kehidupan serta tercapai segala apa yang

dicita-citakan dan diimpikan selama ini. Semua pihak yang telah memberikan dorongan

dan bantuan dalam bentuk apapun, semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan

karunia-Nya atas segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan

kepada penulis.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 09 Mei 2011

(9)
(10)

commit to user x

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Bentuk Penelitian ... 26

B. Sumber Data dan Data ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data... 28

1. Teknik Analisis Struktur ... 28

B. Analisis Struktural Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ... 42

(11)

commit to user xi

b. Sri Mulya ... 54

c. Darmaya ... 59

4. Latar atau Setting... 64

a. Latar Tempat ... 64

b. Latar Waktu ... 70

c. Latar Sosial... 74

5. Amanat ... 76

6. Keterkaitan Antarunsur Struktural ... 77

C. Analisis Sosiologi Sastra berupa Problem-problem Sosial serta Sikap Budaya Pengarang dalam Menanggapi Problem-probem Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws ... 79

1. Problem Sosial bidang Agama ... 79

2. Problem Sosial bidang Ekonomi ... 92

3. Problem Sosial tentang Cinta ... 106

D. Fungsi Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws Bagi Masyarakat ... 124

BAB V PENUTUP... 134

A. Simpulan ... 134

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(12)

commit to user xii

Cerbung : Cerita bersambung

RRI : Radio Republik Indonesia

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPG : Sekolah Pendidikan Guru

SR : Sekolah Rakyat

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

TVRI : Televisi Republik Indonesia

UGM : Universitas Gadjah Mada

(13)

commit to user xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sinopsis Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

Karya Suryadi Ws.

Lampiran 2 : Surat Ijin Wawancara.

(14)

commit to user xiv

Lilis Karmiati. C 0107030. Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing

Kendhang lan Sing Ngandhang ? (2) Bagaimana problem-problem sosial berupa

agama, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ? (3) Bagaimana fungsi sosial cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing

Ngandhang. (2) Mendeskripsikan problem-problem sosial berupa agama, ekonomi dan

percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung

Sing Kendhang lan Sing Ngandhang. (3) Mendeskripsikan fungsi sosial cerbung Sing

Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat.

Manfaat penelitian ini adalah (1) Manfaat teoretis yaitu dapat menambah wawasan teori sastra terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra. (2) Manfaat praktis yaitu dapat dijadikan masukan bagi masyarakat utamanya pembaca terkait dengan aspek agama, ekonomi dan cinta. Pembahasan aspek agama agar dapat memperkuat keimanan, aspek ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian agar dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sastra. Sumber data primer berupa naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang,

(15)

commit to user xv

Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan: (1) Ditinjau dari segi struktural, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menunjukkan adanya hubungan saling kait mengkait antar unsur dan membentuk satu kesatuan yang utuh meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat yang memberi makna utuh dan lengkap. Tema mempunyai kaitan dengan unsur amanat, unsur alur mempunyai kaitan dengan unsur penokohan dan unsur penokohan terkait dengan unsur latar/ setting. (2). Dari segi sosiologi sastra, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai karya cipta pengarang menggambarkan

peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang dihasilkan oleh pengarang berdasar

pandangan, tafsiran, penilaian serta realitas atau kenyataan sosial yang ada

dalam masyarakat. Potret kehidupan tersebut berada dalam imajinasi

pengarang, baik yang sedang terjadi maupun yang telah terjadi. Hasil dari

imajinasi itu bisa dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karya sastra merupakan hasil dialog dan kontemplasi serta reaksi pengarang

terhadap lingkungan sekitarnya. Lewat karya sastra manusia dapat belajar

tentang hakikat hidup dan kehidupan. Pengarang melihat dinamika dalam

masyarakat kemudian menjadikannya sebuah inspirasi dan segala problemnya

merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa

lepas dari problem-problem sosial. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang

keindahan semata tetapi juga persoalan-persoalan hidup manusia, sehingga

menjadikan suatu karya lebih bermakna.

Karya sastra Jawa tidak hanya terdiri dari karya sastra lisan tetapi ada

pula karya tulis. Sastra lisan merupakan bentuk sastra yang penyebarannya

(17)

commit to user

2

adalah folklor. Folklor sendiri terdiri dari dongeng lisan, legenda dan mitos.

Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan tulisan sehingga

berbentuk teks yang dikemas dalam lembaran-lembaran, episode, bab maupun

buku. Sastra tulis contohnya meliputi novel, cerkak/cerita cekak (cerpen/ cerita

pendek), geguritan/ puisi, cerita lakon/ drama dan cerbung. Cerbung

merupakan rangkaian cerita yang terbagi dalam edisi-edisi/ episode. Cerbung

biasanya dimuat dalam surat kabar atau majalah. Sampai saat ini majalah

berbahasa Jawa yang masih aktif adalah Panjebar Semangat, Jayabaya dan

Joko Lodhang. Cerbung sebagai salah satu jenis karya sastra tulis hasil budaya

manusia dan banyak menampilkan hal-hal yang menyangkut kehidupan

manusia. Adapula cerbung yang telah dikumpulkan atau dibukukan, sehingga

para pembaca tidak harus mengikuti secara episode tetapi bisa langsung utuh

ceritanya.

Cerita Sing Kendhang lan Sing Ngandhang juga merupakan salah satu

contoh cerbung. Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang adalah karya

dari Suryadi Ws, salah satu sastrawan Jawa. Cerbung ini dimuat dalam

majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat. Cerbung terdiri dari 17 episode,

terhitung dari edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 – 25 April 2009. Jika

membaca sekilas judulnya, kemungkinan orang/ pembaca akan merasa

penasaran. Hal ini disebabkan dari judulnya belum serta merta dapat ditangkap

maksudnya. Kendhang artinya terlempar, sedangkan Ngandhang artinya

(18)

kandang’. Apa yang terlempar dan apa yang masuk kandang belum jelas, hal

ini akan membuat pembaca merasa penasaran dan ingin membaca cerita

utuhnya dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws

menampilkan cerita yang menggambarkan masalah-masalah sosial yang

dialami oleh para tokohnya. Masalah-masalah yang dibebankan kepada para

tokoh merupakan masalah yang sering terjadi dalam masyarakat.

Masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan masyarakat biasa disebut dengan

problem sosial. Problem sosial merupakan warna tersendiri dalam kehidupan

manusia. Hal tersebut bisa terjadi akibat berbagai faktor misalnya saja

ketidaksesuaian antara perilaku dengan norma. Problem sosial sendiri bisa

terjadi di berbagai sendi dalam masyarakat. Sendi-sendi yang sering terlihat

dilanda suatu ketidakharmonisan misalnya adalah bidang perekonomian,

percintaan dan agama.

Kehidupan bermasyarakat juga tidak bisa lepas dari adanya unsur

agama yang selalu beriringan. Agama mempunyai pengaruh sebagai motivasi

dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan

yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai

unsur kesucian serta ketaatan. Hadirnya agama akan menuntun penganutnya

menuju jalan yang benar dan sesuai norma. Agama sendiri juga berpengaruh

besar terhadap pembentukan moral seseorang. Pada umumnya semakin kuat

(19)

commit to user

4

dikarenakan agama mempunyai nilai-nilai bagi kehidupan manusia baik secara

personal maupun dalam kehidupan sosial. Orang yang beragama akan terikat

pada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut

ajaran agama yang dianutnya. Permasalahan boleh dan tidak inilah yang

terlihat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws

ini. Tentu saja masalah ini menjadi bagian dari konflik sosial dalam bidang

agama atau religi.

Konflik yang berakar agama dihadapi oleh Tegar dan Darmaya.

Adapun pandangan keduanya, bisa menyebabkan masyarakat terpecah

menjadi dua kubu. Darmaya sendiri adalah calon mertua dari Tegar. Darmaya

akan mendirikan peternakan babi, tetapi Tegar tidak menyetujuinya. Tegar

merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat Islam. Bagi Tegar peternakan

babi yang didirikan Darmaya bertentangan dengan hukum atau ajaran yang

pernah ia diterima dalam menjalankan agamanya. Dalam agama Islam, babi

merupakan hal yang dilarang atau diharamkan. Tidak hanya air liur yang

menyebabkab najis tetapi dagingnya pula sangat dilarang untuk dimakan.

Tidak dihalalkan umat Islam memakan daging babi. Hal ini tertulis dengan

jelas di beberapa ayat dalam kitab umat Islam yaitu Al Qur’an, salah satunya

dalam Surat Al-Maidah ayat 3 yang dengan tegas mengharamkan babi (

Sulaiman Rasjid, 2007: 18). Dengan demikian bagi Tegar menyetujui

peternakan babi milik Darmaya sama saja membiarkan hal-hal yang sangat

(20)

agamis. Perjuangan Tegar tidak hanya berusaha menyadarkan pemikiran

seorang Darmaya tetapi ditambah dengan anak buah Darmaya yang setia.

Sedangkan anak buah Darmaya adalah warga yang sekampung dengan Tegar

dan dianggap sebagai saudara sendiri. Untuk itu Tegar berusaha

menyelesaikan permasalahan dengan sebijaksana mungkin agar masalah tidak

semakin keruh.

Dalam cerita juga menceritakan tentang problem sosial yang berkaitan

dengan pengangguran atau lapangan pekerjaan. Kepercayaan atau agama

seseorang tentunya akan membawa penganutnya ke jalan yang benar. Bekerja

adalah salah satu bentuk ibadah. Tetapi sayangnya tidak semua orang

beruntung dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Fenomena

pengangguran dalam masyarakat merupakan rahasia umum yang selalu

menjadi perbincangan dan tentunya banyak terjadi di masyarakat. Banyak

orang, baik yang masih sendiri maupun yang sudah berkeluarga berusaha

mempertahankan hidup dengan berbagai jalan. Tanpa berpikir panjang segala

pekerjaan diterima, terkadang bisa terjerumus dalam lubang hitam. Banyak

warga kampung yang masih menganggur, baik yang masih bujang maupun

yang sudah berumah tangga. Terjadi pertentangan pula berkaitan dengan hal

ini. Pekerjaan memang sangat dibutuhkan oleh warga kampung tetapi

sayangnya objek pekerjaan berupa babi menjadikan perbedaan karena latar

(21)

commit to user

6

Hal terpenting adalah bekerja, tidak masalah jika harus mengurus babi

milik Darmaya asal mendapat penghasilan terutama bagi yang sudah berumah

tangga. Peternakan babi milik Darmaya memang bisa menyerap tenaga kerja

dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Para pekerja bisa sedikit

memperbaiki kehidupan ekonominya setelah bekerja di peternakan. Warga

yang biasanya tidak pasti kerjanya dan penghasilannya maka bisa bekerja dan

merasakan menerima gaji setiap bulan. Ada warga yang dahulu berpakaian

lusuh menjadi lain cara berpakaiannya, bajunya berganti-ganti dan banyak

yang baru. Sedangkan warga yang dahulu cemas memikirkan kehamilan

istrinya menjadi tenang dalam menyambut kelahiran anaknya.

Atas inisiatif Tegar guna mengurangi angka pengangguran di kampung

Kauman maka dibuatlah peternakan bebek, walaupun dengan modal pinjaman

bank jika dijalankan dengan profesional pasti bisa berhasil. Tentu saja inisiatif

Tegar menemui jalan yang baik dan bisa menjadi salah satu alternatif

pemecahan. Warga kampung yang sepaham dengan Tegar mencoba potensi

usaha tersebut. Dengan kesabaran dan kegigihan usaha mereka membuahkan

hasil. Peternakan bebek ternyata tidak kalah menguntungkan dibanding babi

milik Darmaya dan tentunya bebek tidak diharamkan dalam agama mereka.

Kehidupan warga menjadi lebih sejahtera dan perekonomian mulai

berkembang.

Keberhasilan ekonomi seseorang akan mempengaruhi kehidupannya

(22)

seseorang semakin percaya diri untuk mendapatkan kebahagiaan terutama

dalam hal cinta dan selalu berusaha membuat orang yang dicintainya hidup

tidak kekurangan. Bagi Darmaya kejayaan bidang ekonomi akan dapat

menjaga keutuhan cintanya dengan istrinya. Darmaya sangat mencintai

istrinya yaitu Sri Mulya. Sri mulya masih sangat muda dan cantik bahkan

hampir seumuran dengan anaknya yaitu Subekti. Darmaya berkeinginan

mendirikan peternakan babi dalam rangka meningkatkan penghasilannya.

Darmaya merasa takut apabila ia sudah tua dan tidak kaya maka Sri Mulya

akan meninggalkannya. Dengan menimbang berbagai kemungkinan

keuntungan dari peternakan akhirnya Darmaya mewujudkannya.

Niat baik Darmaya dalam kehidupan cintanya ternyata tidak berbuah

manis. Semakin berkembangnya peternakan tersebut malah membuat

Darmaya dan Sri Mulya sering bertengkar. Sri Mulya tidak setuju dengan

usaha suaminya walaupun sebenarnya itu ditujukan untuk mempertahankan

rumah tangganya. Pada akhirnya perceraian menjadi jalan bagi keduanya.

Pendirian peternakannya ternyata juga membuat kebahagiaan anaknya yaitu

Subekti menjadi pontang-panting. Kekasih Subekti yaitu Tegar tidak

menerima keberadaan peternakan yang bertentangan dengan ajaran agamanya

dan menggantungkan cinta serta rencana pernikahan mereka yang dulu. Tegar

sebenarnya juga tidak tega dan ingin menepati janjinya untuk menikahi

Subekti, tetapi baginya peternakan itu bagaikan dinding pemisah yang tinggi.

(23)

commit to user

8

peternakan harus ditutup. Darmaya yang masih mencintai mantan istrinya juga

mengajukan syarat. Peternakan akan ditutup dan lamaran akan diterima asal

Sri Mulya kembali menjadi istrinya. Setelah persetujuan terlaksana ternyata

Subekti malah kabur dengan Sarwan karena telah hamil. Dengan demikian

rencana pernikahan gagal.

Atas gagalnya acara pinangan itu, Tegar merasa tersakiti tetapi segera

hilang rasa itu ketika dalam hatinya timbul keinginan cinta dan niat

menjadikan Sri Mulya istrinya. Dengan hati yang tulus Tegar bersedia

menerima Sri Mulya yang telah menjadi janda. Walaupun Sri Mulya sendiri

juga tidak begitu percaya pada bekas kekasihnya itu, tetapi akhirnya hatinya

luluh. Dalam hati Sri Mulya tetaplah Tegar yang ia cintai karena

pernikahannya dengan Darmaya tidak diinginkan dan hanya sebagai ungkapan

balas budi. Tegar sendiri juga merasa bersalah karena dulu tidak bisa

mempertahankan Sri Mulya. Karena rasa yang masih saling cinta itulah

mereka bersatu kembali. Hal ini juga menunjukkan sikap Tegar yang tidak

memandang status dan mencintai Sri Mulya dengan tulus dan apa adanya.

Cerbung ini dirasa menarik untuk diteliti karena gambaran tentang

fakta-fakta sosial yang terdapat di dalamnya beragam sehingga tidak terkesan

monoton isi ceritanya. Konflik-konflik tersebut tidak jarang terjadi dalam

masyarakat sekarang. Konflik keagamaan yang diangkat oleh pengarang

terbilang fenomenal karena terkait dengan kehidupan masyarakat mayoritas

(24)

intern umat seagama ini sendiri jarang dimunculkan oleh

pengarang-pengarang dalam karya-karya pada umumnya. Demikian pula permasalahan

ekonomi yang muncul dalam cerita juga memberi warna lain dibanding cerita

pada umumnya. Pengarang juga menampilkan kisah cinta yang tidak biasa

diangkat dalam cerita lainnya. Kisah cinta yang biasanya hanyalah berkisah

tentang pacaran antara kaum muda mudi. Tetapi dalam cerbung ini cerita cinta

yang disajikan terbilang unik dan rumit seperti paparan di atas yaitu lika-liku

perjuangan cinta sejati yang tanpa memikirkan status. Asumsi-asumsi ini

menjadi alasan kuat pengkajian objek berupa cerbung karya Suryadi Ws.

Masyarakat sendiri merupakan bagian dari lingkup sosiologi. Dalam

karya sastra pengarang menyajikan cerita yang tidak lepas pula dari unsur

masyarakat. Konflik-konflik yang muncul merupakan gejala dalam

masyarakat yang ditemukan dalam sebuah karya sastra sehingga penelitian ini

lebih tepat menggunakan analisis sosiologi sastra. Analisis akan melalui tahap

struktural terlebih dahulu sebagai upaya pembongkaran karya melalui sisi

intrinsiknya. Dari sisi intrinsiknya maka penelitian akan menuju pada analisis

sosiologi sastra, yaitu berkaitan dengan hal-hal di luar karya itu sendiri atau

analisis ekstrinsiknya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kesalahan

penulisan pada teks/ naskah asli cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

yang masih menggunakan ejaan lama. Kesalahan ini langsung dibenahi oleh

penulis dalam kutipan saat menggunakan data-data tekstual dan teks asli yang

(25)

commit to user

10

B. Perumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya perumusan masalah.

Perumusan masalah bertujuan agar penelitian bisa terfokus pada masalah yang

diangkat dan tidak meluas dari yang seharusnya dibahas. Perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah.

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur,

penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita

bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws?

2. Bagaimanakah problem-problem sosial yang meliputi konflik keagamaan,

ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam menanggapi

problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Sing

Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws?

3. Bagaimanakah fungsi sosial cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing

Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan dicapai setelah

melakukan penelitian terhadap suatu masalah. Berdasar perumusan masalah di

(26)

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur,

penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita

bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws.

2. Mendeskripsikan problem-problem sosial yang meliputi konflik

keagamaan, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam

menanggapi problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita

bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws.

3. Mendeskripsikan fungsi sosial dari cerita bersambung Sing Kendhang lan

Sing Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan membawa manfaat. Demikian pula

dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis

maupun praktis.

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan teori sastra

terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat

utamanya pembaca terkait dengan aspek keagamaan, ekonomi dan cinta.

(27)

commit to user

12

ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta

aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil

penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang

dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan

bahan untuk penelitian selanjutnya.

E.

Sistematika Penulisan

Pemaparan sistematika penulisan diperlukan untuk memperoleh gambaran

secara menyeluruh dari sebuah penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Bab I. Bab yang berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Bab yang berisi tentang landasan teori meliputi pendekatan struktural,

pendekatan sosiologi sastra serta teori tentang problem sosial.

Bab III. Bab yang berisi tentang metode penelitian yang meliputi bentuk

penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV. Bab pembahasan yang berisi tentang deskripsi serta analisis data yang

meliputi: struktur cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi WS,

(28)

percintaan yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya

Suryadi Ws serta sikap budaya pengarang terhadap problem-problem sosial tersebut

dan fungsi sosial dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws

bagi masyarakat.

Bab V. Bab penutup yang memuat tentang kesimpulan permasalahan yang

telah dibahas serta saran-saran. Sebagai bagian akhir adalah berupa daftar pustaka dan

(29)

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

Suatu penelitian sangat memerlukan adanya teori dan pendekatan yang

sesuai dengan objek kajian. Dengan teori dan pendekatan yang sesuai akan

mempermudah dalam membongkar permasalahan yang ada.

A. Struktural

Pendekatan struktural disebut juga pendekatan objektif, pendekatan

formal atau pendekatan analitik, yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya

sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat

sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada

di luar dirinya. Bila hendak dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun

karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya

bahasa serta hubungan harmonis antaraspek yang mampu membuatnya

menjadi sebuah karya sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis,

pembaca atau lingkungan sosial budaya harus dikesampingkan, karena ia tidak

punya kaitan langsung struktur karya sastra tersebut ( Atar Semi, 1993: 67).

Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme

adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai unsur

(pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai

(30)

komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (

Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36). Di pihak lain, struktur karya

sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang

bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara

bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari

keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting,

bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi penting dan berarti setelah

ada hubungan antarunsur serta sumbangannya terhadap keseluruhan wacana

(Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36).

Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan

antarunsur intrinsik. Pendekatan struktural tidak cukup dilakukan hanya

sekedar memahami unsur-unsur tertentu karya sastra, namun lebih penting

adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur dan sumbangan apa

yang diberikan terhadap sastra yaitu tema, amanat, penokohan, setting dan alur

memberikan sebuah gambaran bagi para pembaca (Burhan Nurgiyantoro,

2005: 37) .

Jadi pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang bertolak

dari pembongkaran suatu karya satra melalui struktur intrinsiknya, dalam hal

ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta mencari

(31)

commit to user

16

1. Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang terkandung

sebuah cerita ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67). Dalam Burhan pula,

menurut Hartoko dan Rahmanto, bahwa tema merupakan gagasan dasar umum

yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks

sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau

perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Brooks, Purser dan Warren dalam

Henry Guntur Tarigan, 1993: 125 bahwa tema dalah pandangan hidup tertentu

mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membangun dasar

gagasan utama dari suatu karya sastra. Menurut Panuti Sudjiman, 1990:50,

bahwa tema tidak lain adalah gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasar

sebuah karya sastra. Tema memberikan gambaran tentang pandangan hidup

yang dapat diperoleh setelah membaca atau memberi makna karya sastra

tersebut. Tema juga terbagi menjadi tema mayor ( makna pokok cerita yang

menjadi dasar atau gagasan dasar umum sebuah karya) dan tema minor (

makna tambahan atau makna yang terdapat pada bagian tertentu dari sebuah

cerita) ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82-83).

Dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari

sebuah cerita yang memberi gambaran kehidupan manusia yang diciptakan

(32)

2. Alur

Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai

efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan

oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang

direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui

rumitan ke arah klimaks dan selesaian ( Sudjiman, 1990: 4). Menurut Brooks,

alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama (

Tarigan, 1993: 126).

Stanton mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan

kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,

peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang

lain. Hal senada juga disampaikan oleh Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro (

2005: 113) pula, bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan

dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun

peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Diperkuat lagi oleh

Forster bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai

penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

Alur atau disebut juga plot merupakan hal yang penting dalam fiksi

terutama karya sastra yang berbentuk prosa. Menurut Mochtar Lubis tahapan

alur dibedakan menjadi lima tahapan, yaitu:

(33)

commit to user

18

b. Tahap Generating Circumtantes: tahap pemunculan konflik, (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

c. Tahap Rising Action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya berkembang dan dikembangkam kadar intensitasnya.

d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap Denoument: tahap penyelasaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan (dalam Tarigan, 1993: 128).

Dengan demikian alur adalah pergerakan atau urutan peristiwa yang

mempunyai hubungan kausal dalam sebuah cerita.

3. Penokohan

Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

rekaan sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita, sedangkan cara

sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Wahyudi Siswanto, 2008:

142). Pengarang harus bisa membuat pelukisan tokoh atau penokohan dengan

sebaik mungkin untuk memberikan kesan hidup bagi para pembacanya. Tokoh

menurut Panuti Sudjiman, 1990: 79 adalah individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Burhan

(34)

(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan ( Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165).

Menurut Mochtar Lubis, pelukisan tokoh dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of throught steam or of conscious throught ( melukiskan jalan

pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).

c. Reaction to events ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap

kejadian-kejadian).

d. Direct author analysis ( pengarang dengan langsung menganalisis watak

pelakon).

e. Discussion of environment ( pengarang melukiskan keadaan sekitar

pelakon. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar pelakon, pembaca akan dapat kesan apakah pelakon itu jorok, bersih, rajin, malas dan sebagainya).

f. Reaction of other about/ to character ( pengarang melukiskan bagaimana

pandangan-pandangan pelakon lain dalam sebuah cerita terhadap pelakon utama itu).

g. Conversation of other about character ( pelakon-pelakon lainnya dalam

suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama itu) (dalam Tarigan, 1993: 133-134).

Dengan demikian penokohan adalah pelukisan karakter tokoh dalam

sebuah cerita fiksi dengan menggunakan berbagai cara, seperti pelukisan fisik,

(35)

commit to user

20

4. Latar/ setting

Menurut Abrams, latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah

lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk di dalamnya tempat atau ruang

serta waktu ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216).

Setting/ latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita,

yang meliputi setting waktu, tempat dan suasana. Menurut Panuti Sudjiman

1990: 48, latar adalah segala keterangan atau informasi mengenai waktu,

ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Dijelaskan oleh

Abrams bahwa latar atau setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan

waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216). Sedangkan unsur latar sendiri

meliputi latar tempat, waktu dan sosial.

a. Latar tempat, latar menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227).

Jadi latar atau setting adalah informasi yang berkaitan tentang tempat,

(36)

5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca atau pendengar ( Panuti Sudjiman, 1990: 5), serta menurut Burhan

Nurgiyantoro, 2005: 322, amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pesan yang ingin

disampaikan pengarang melalui karyanya kepada penikmat karyanya. Amanat

akan dapat ditemukan apabila sudah membaca dan memahami suatu karya

cerita. Amanat tersebut bisa disampaikan secara implisit maupun eksplisit

melalui jalan cerita dan penokohan yang dibentuk oleh pengarang. Jadi amanat

merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui hasil karyanya.

B. Sosiologi Sastra

Sastrawan merupakan bagian dari suatu masyarakat. Sastrawan sebagai

makhluk sosial dipengaruhi oleh latar belakang sosiologinya yang berupa

struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Struktur adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok, yaitu

kaidah-kaidah sosial ( norma sosial), lembaga-lembaga sosial,

kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh

timbal balik antara kehidupan ekonomi, politik, hukum, agama dan sebagainya

( Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soerjono Soekanto, 2007:

(37)

commit to user

22

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan disebut dengan sosiologi sastra ( Rachmat Joko Pradopo,

2001: 158). Sastra menampilkan kehidupan yang merupakan kenyataan sosial.

Tujuan penelitian dengan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran

yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara

sastrawan, karya sastra dan masyarakat.

Pendekatan sosiologi merupakan cabang penelitian sastra yang

reflektif. Penelitian ini ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

masyarakat ( Suwardi Endraswara, 2011: 77). Sosiologi sastra adalah sastra

karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang

yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, kondisi

ekonomi serta khalayak yang ditujunya ( KBBI, 2005: 958).

Pendekatan literary sociology ( sosiologi sastra) adalah pendekatan

yang bergerak dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan

selanjutnya digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks

sastra. Pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya

dan fenomena sosial sebagai minornya ( Sangidu, 2004: 27).

Rene Wellek dan Austin Warren mengklasifikan sosiologi sastra

meliputi:

1. Sosiologi pengarang, berkaitan dengan segala sesuatu tentang pengarang

seperti jenis kelamin, umur pengarang, tempat kelahiran pengarang, status

(38)

keyakinan pengarang, tempat tinggal pengarang dan kesenangan

pengarang.

2. Sosiologi karya sastra, berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan karya

sastra dan hal-hal yang tersirat dalam karya sastra dan yang berkaitan

dengan masalah sosial. Dalam hal ini sosiologi karya sastra dapat

mencakup aspek sosial, aspek adat istiadat, aspek religius, aspek etika,

aspek moral dan aspek nilai.

3. Sosiologi pembaca, berkaitan dengan masalah pembaca dan dampak sosial

karya sastra terhadap masyarakatnya ( dalam Sutejo dan Kasnadi, 2010:

59).

Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan sebuah

pendekatan yang menekankan adanya gejala-gejala sosial yang terdapat dalam

sebuah karya sastra yang meliputi aspek sosiologi pengarang, sosiologi karya

sastra dan sosiologi pembaca atau masyarakat.

C. Problem Sosial

Problem sosial merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam

kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan hidupnya dan kelompok

sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok dari

warga-warga kelompok sosial, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial (

(39)

commit to user

24

Soekanto bahwa beberapa problem-problem yang penting di antaranya

masalah kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi

muda, peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, masalah

kependudukan, masalah lingkungan dan birokrasi ( 2007: 415).

Problem sosial sering disebut pula dengan konflik sosial. Menurut

Simmel bahwa konflik pada akhirnya akan menghancurkan tatanan sosial yang

ada. Konflik punya fungsi positif bagi stabilitas sosial dan membantu

melestarikan kelompok atau kolektivitas. Lockwood menambahkan bahwa

konflik sistem akan muncul ketika institusi-institusi tidak harmonis. Konflik

sosial bersifat antar pribadi dan muncul hanya dalam interaksi sosial ( dalam

Kamus Sosiologi, 2010: 105-106).

Soerjono Soekanto (2007: 360) mengklasifikasikan sumber dari problem

sosial secara umum menjadi empat golongan, yaitu:

1. Faktor ekonomis, antara lain termasuk kemiskinan, pengangguran,

kejahatan dan pelacuran.

2. Faktor biologis antara lain meliputi penyakit bersifat jasmani.

3. Faktor-faktor psikologis, seperti sakit syaraf, jiwa, lemah ingatan, sukar

menyesuaikan diri, bunuh diri, dan sebagainya.

4. Faktor kebudayaan seperti masalah perceraian, kenakalan anak-anak,

(40)

Jadi problem sosial merupakan ketidaksesuaian antarbagian dalam satu

kesatuan yang bisa menyebabkan ketidakaturan bahkan bisa menyebabkan

(41)

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian

sastra dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah berbentuk karya sastra.

Menurut Atar Semi, penelitian sastra adalah usaha pencarian pengetahuan dan

pemberi maknaan dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap

masalah sastra. Penelitian sastra mempunyai objek, metode dan pendekatan

yang jelas ( 1993: 18). Metode penelitian sastra merupakan cara penelitian

dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai kajiannya (

Suwardi Endraswara, 2011: 8). Tujuan dan peranan dari penelitian sastra

sendiri adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya (

Pradopo dalam Suwardi Endraswara, 2011: 10). Ditambahkan lagi oleh

Suwardi bahwa yang lebih penting adalah agar penelitian mampu mengungkap

fenomena dibalik objek sastra sebagai ungkapan hidup manusia. Dengan

demikian penelitian merupakan jembatan antara penulis, teks dan pembaca (

(42)

B. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan

sumber data sekunder, yaitu:

1. Sumber Data Primer yaitu berupa teks atau naskah dari cerbung berjudul

Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. Cerbung ini

dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat sebagai cerita

bersambung, edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 sampai dengan 25 April

2009, sebanyak 17 episode.

2. Sumber Data Sekunder yaitu buku-buku referensi yang relevan dengan

penelitian dan informan, dalam penelitian ini adalah pengarang cerbung

Sing Kendhang lan Sing Ngandhang yaitu Suryadi Ws.

Data meliputi data primer dan sekunder, sebagai berikut:

1. Data Primer merupakan data pokok dalam penelitian ini yaitu berupa

unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting

dan amanat serta data-data sosiologi sastra berupa problem-problem sosial

yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing

Ngandhang karya Suryadi Ws.

2. Data Sekunder merupakan data-data pendukung penelitian seperti

informasi yang didapat dari buku-buku referensi, hasil wawancara

(43)

commit to user

28

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Analisis Struktur

Teknik analisis struktur digunakan untuk mengumpulkan data literer

atau data intrinsik teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya

Suryadi Ws. Pengumpulan data dengan analisis struktur akan menghasilkan

data kategoris yang meliputi data tema, alur, penokohan, latar/ setting dan

amanat.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, pewawancara menguraikan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut ( Lexy J.

Moleong, 2010: 186). Wawancara sendiri ada yang terstruktur dan tidak

berstruktur ( Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong, 2010: 189-190).

Wawancara merupakan suatu pertemuan tatap muka antarmanusia, khususnya

dengan tujuan membicarakan suatu pokok tertentu secara formal. Wawancara

bisa menggunakan daftar pertanyaan yaitu salah satu alat yang berguna untuk

mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yaitu

Suryadi WS sebagai sumber data sekundernya. Wawancara dilakukan dengan

cara terstruktur, artinya penulis menyiapkan pertanyaan berupa daftar

(44)

meluas dan berkembang dengan sendirinya. Lokasi wawancara adalah rumah

dari pengarang yaitu Suryadi Ws yang beralamat di desa Mireng Rt/ Rw. 09/

03 Trucuk, Klaten. Alat yang digunakan berupa alat perekam manual dan

perekam digital berupa Hp. Selain wawancara juga dilakukan pengambilan

foto narasumber yang dapat digunakan sebagai bukti sekaligus dokumentasi.

3. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan merupakan salah satu teknik pengumpulan data

melalui studi pustaka. Penelitian perpustakaan ( Library Research) merupakan

penelitian yang dilakukan di kamar meja peneliti atau di ruang perpustakaan

dan peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek penelitinnya

melalui buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya ( Atar Semi, 1993: 8).

Menurut Gay, kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis,

penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian ( Sevilla dkk, 1993: 31). Teknik ini

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat

penyimpanan hasil penelitian yaitu perpustakaan ( Ratna, 2010: 196).

Data-data pustaka diperoleh dengan membaca buku-buku, artikel dan referensi lain

(45)

commit to user

30

D. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikannya, memilah-milahnya

menjadi satu satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola apa yang penting dan apa saja yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ( dalam Lexy J.

Moleong, 2010: 248). Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar ( dalam Lexy J. Moleong, 2010: 280).

Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan ( Sangidu, 2004: 73).

Dalam teknik analisis data ini untuk mendukung penelitian, digunakan teknik

analisis interaktif yaitu interaksi tiga komponen utama yang meliputi reduksi

data, sajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasinya ( Miles dan Huberman

dalam HB. Sutopo, 2006: 113).

1. Reduksi data adalah merampingkan data dengan memilih data yang

dipandang penting, menyederhanakan dan mengabstraksikannya (

Sangidu, 2004: 73). Analisis data dimulai setelah mengumpulkan data-data

berupa data kategori atau data struktur yang berupa unsur intrinsik dari

cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws yang

meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Selain dari

(46)

pengarang yaitu Suryadi Ws serta dengan teknik kepustakaan, dengan

mencari referensi-referensi lain dari buku, artikel dan sebagainya yang

terkait dengan permasalahan yang diangkat. Hasil dari wawancara dan

kepustakaan dijadikan sebagai data sosiologi sastra. Dari semua data yang

diperoleh maka dilakukan pemilihan data/ reduksi data yang sesuai dan

tepat, selain unsur intrinsiknya juga unsur ekstrinsik yaitu mengenai

sosiologi sastranya.

2. Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dan sintesis dalam

bentuk uraian dari data-data yang terangkat disertai bukti-bukti tekstual

yang ada. Data yang telah terpilih dari tahap reduksi data kemudian

disajikan. Misalnya data tentang latar/ setting, dari keseluruhan dalam satu

naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi

Ws, kemudian dipilih yang sesuai dan disertai bukti tekstual berupa

kutipan asli dari naskah.

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi adalah proses setelah pengumpulan

data, penelitian mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan

verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi maupun

sajian datanya. Verifikasi dan simpulan adalah mengecek kembali (

diverifikasi) pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan

selanjutnya membuat simpulan-simpulan sementara ( Sangidu, 2004: 74).

Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan dari

(47)

commit to user

32

kesimpulan dilakukan setelah data-data pada tahap reduksi data dan sajian

data terkumpul dan tersusun. Penarikan kesimpulan tidak bisa sekali jadi,

jadi besar kemungkinan terjadi pengulangan proses. Misalnya dalam

penelitian terhadap objek cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

karya Suryadi Ws adalah menarik kesimpulan tentang keterkaitan

antarunsur. Menarik kesimpulan harus melihat data-data struktur berupa

tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Setelah itu, baru menarik

kesimpulan dengan mencari hubungan antarunsur tersebut. Apabila hasil

proses ini dirasa kurang memuaskan maka bisa dilakukan pengecekan

ulang untuk memantapkan atau sekedar menambahi dan mengurangi

kesimpulan sementara.

Teknik analisis data dengan tahapan-tahapan di atas dapat

digambarkan dengan skema sebagai berikut.

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan/verifikasi

(48)

commit to user 33

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap Suryadi Ws adalah Drs. H. Suryadi Warnasukardja. Beliau lahir

di Klaten pada tanggal 01 September 1940. Nama ayahnya adalah Sukardi

Warnasukardja dan ibunya bernama Suriyem. Ia merupakan anak pertama dari empat

bersaudara dan ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari orang tuanya. Suryadi

bertempat tinggal di desa Mireng Rt/ Rw. 09/ 03 Trucuk, Klaten. Suryadi Ws

mengenyam pendidikan dasar di SR Negeri Sabrang Lor, Trucuk lulus tahun 1953.

Melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri I Klaten dan lulus tahun 1956. Menempuh

pendidikan selanjutnya di SMA Negeri I Surakarta, lulus tahun 1959. Setelah itu

melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta tahun 1959, tetapi gagal

karena terbentur masalah ekonomi keluarganya dan melanjutkan lagi di Akademi

Penilik Kesehatan (Sanitasi) Surabaya ( sekarang menjadi STIKES Surabaya), lulus

tahun 1964 dan melanjutkan di Course of Training Methods and Teaching Techniques

di Manila, Filipina dan memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) tahun 1965.

Riwayat pekerjaan Suryadi dimulai ketika ia menjadi pegawai di Departemen

(49)

commit to user

34

tahun 1967-2000. Riwayat organisasinya adalah berkecimpung dalam Muhammadiyah,

sebagai Ketua Cabang Trucuk tahun 1967-1971 dan Ikatan Haji.

2. Kedudukan dalam Keluarga

Istri dari Suryadi Ws bernama Mulyati ( Hj. Mulyati). Mereka menikah pada

tanggal 25 Maret 1968. Istrinya berprofesi sebagai guru SD Sabrang Lor, Trucuk,

Klaten. Pernikahannya dikaruniai empat orang anak, dua anak laki-laki dan dua anak

perempuan. Sebenarnya Suryadi Ws mempunyai tujuh orang anak, tetapi ada tiga yang

telah meninggal dunia. Anak pertama meninggal pada usia tiga tahun karena sakit,anak

keempat meninggal saat masih bayi dan anak keenam meninggal usia dua belas tahun /

kelas IV SD karena sakit tumor otak.

Peranan Suryadi Ws dalam keluarga adalah sebagai seorang kepala keluarga,

seorang suami dan seorang ayah. Suryadi Ws merupakan sosok yang baik dan

bertanggung jawab terkait dengan peranannya dalam keluarga. Latar belakang

keluarganya yang agamis dan berlatar Jawa terbawa dalam kehidupan rumah tangga.

Beliau terbilang sukses dalam mendidik anak-anaknya. Anaknya yang pertama

bernama Bambang Wiyono, S.T dan berhasil dalam dunia wiraswasta. Anak kedua

bernama Danang Ciptadi, S.T dan menggeluti dunia usaha pula. Anak ketiga adalah dr.

Niken Ciptarini, lu lusan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

dan bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas. Anak keempat bernama Wara

Surastri dan sekarang masih menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu

(50)

Anak keempatnya juga yang kelihatannya akan meneruskan karir kesastrawanannya.

Dari pendidikan formal dan karir yang dimiliki anak-anaknya tersebut maka terlihat

bahwa beliau juga seorang ayah yang memperhatikan pendidikan formal sebagai salah

satu bekal masa depan. Beliau dan istri adalah orang tua yang berhasil karena telah

mengantar anak-anaknya pada jenjang pendidikan perguruan tinggi dan mampu mandiri

serta membuka usaha sesuai dengan minat masing-masing. Dalam menerapkan dunia

pendidikan, Suryadi Ws selalu memberikan dan menunjukkan contoh sikap yang baik

dan yang bururk, benar dan salah kepada anak-anaknya. Ia menyadari bahwa setiap

anak mempunyai sifat dan bakat imitasi, termasuk dari orang tuanya. Anak akan selalu

tutwuri pada sikap dan perilaku orang tuanya, karena orang tua adalah sentral perhatian

anak. Kesederhanaan yang diajarkannya terlihat pada diri anak-anaknya yang lebih

suka hidup sederhana. Sekalipun demikian, Suryadi Ws bukanlah sosok yang otoriter.

Ia memberi kebebasan dalam memilih dan mengambil keputusan kepada anak-anaknya.

Hal demikian agar merreka dapat mengambil langkah yang bijaksana jika akan

menentukan pilihan atau pendapatnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia keluarga mempunyai andil yang cukup besar

dan perjalanan hidupnya, baik sebagai manusia personal maupun seorang seniman.

Tentunya banyak pula kejadian-kejadian dan pengalaman hidupnya dalam keluarga

(51)

commit to user

36

3. Kiprah dalam Dunia Seni dan Sastra

Kegemaran dari Suryadi Ws memang membaca sejak ia duduk dibangku SR/

SD, baik buku-buku pengetahuan maupun sekedar bacaan umum untuk menambah

wawasan. Hal ini terpengaruh oleh kebiasaan ayahnya yaitu membaca koran dan

majalah Panjebar Semangat dan kakeknya yaitu Kyai Imandikrama yang sering

mendongeng. Dari orang tua dan kakek neneknya pula ia mengenal wayang dan

tembang-tembang Jawa. Sejak kecil pula ia sudah mulai senang membaca Serat

Wulangreh, Wedhatama, dan novel-novel Jawa.

Awal kepenulisan Suryadi Ws yaitu saat duduk dikelas II SMA, karyanya

berupa cerpen yang berjudul Randha Telu dan Wadule Saba Bengi berhasil dimuat

dalam majalah Kekasihku (1958). Keseriusannya untuk ketertarikannya dalam dunia

sastra dan budaya baru dimulai pada tahun 1971. Ia mulai menulis di majalah bahasa

Jawa seperti Jaya Baya dan Panjebar Semangat serta majalah Adil dan Suara

Muhammadiyah untuk majalah berbahasa Indonesia. Tulisannya mulai mendapat

perhatian di era tahun 1970-an, karena mengikuti sayembara dan berhasil menyabet

penghargaan. Karya-karyanya yang mendapat penghargaan antara lain:

a. Bengi Iki Ana Pesta, juara III Lomba Menulis Cerpen berbahasa Jawa tahun

1971.

b. Selamat Belajar Putra Desa, juara I dalam Lomba Menulis Cerita berbahasa

Indonesia oleh Departemen Pendiddikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1978.

(52)

c. Penganten, juara I (novel terbaik) berbahasa Jawa dalam Lomba Mengarang

Novel yang diselenggarakan oleh Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah

(PKJT). Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Pengembangan Kebudayaan

Jawa Tengah (PKJT) tahun 1979/ 1980.

d. Menuju Pembentukan Wayang Nusantara, juara I dalam Sayembara Menulis

Karya Nonfiksi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1980.

Karya tersebut diterbitkan oleh Tiga Serangkai Solo tahun 1981.

e. Omah Warisan, juara III dalam Lomba Penulisan Drama berbahasa Jawa oleh

Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT) tahun 1980.

f. Serigala, juara harapan dalam Lomba Penulisan Novel berbahasa Indonesia oleh

Dewan Kesenian Jakarta tahun1980.

g. Anak Lanang, juara II dalam Lomba Seleksi Cerpen oleh penerbit Jaya Baya,

Surabaya tahun 1982. Cerpen ini juga meraih juara III dalam seleksi cerpen oleh

Proyek Javanologi Yogyakarta tahun 1983.

h. Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, juara I dalam Lomba Penulisan Cerpen

oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur tahun 1990.

i. Pusaka, juara I dalam Lomba Penulisan Novel oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur

tahun 1990. Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Sinar Wijaya, Surabaya

tahun 1993.

j. Bayi, juara III dalam Lomba Penulisan Cerpen oleh Proyek Javanologi

(53)

commit to user

38

Karya-karya yang ia cipatakan beragam bentuknya, baik novel, cerbung,

cerpen, tembang jawa, artikel dan mimbar agama. Tidak terhitung jumlahnya tetapi

karena keterbatasan dalam inventarisasi serta dokumentasi, maka banyak karya-karya

yang tidak terekam dalam ingatan. Hal ini disebabkan oleh tersebarnya karya-karya

tersebut dalam banyak majalah. Di bawah ini adalah sedikit data dari karya-karya

Suryadi Ws yang berhasil diinventarisasi.

a. Karya dalam bentuk novel

1) Penganten tahun 1980.

2) Pusaka tahun 1988, Penerbit Sinar Jaya Surabaya tahun 1993.

3) Sintru Oh Sintru tahun 1993.

b. Karya dalam bentuk cerpen/cerkak

1) Randha Telu, majalah Kekasihku tahun 1958.

2) Wadule Saba Bengi, majalah Kekasihku tahun 1958.

3) Bengi Iki Ana Pesta tahun 1971.

4) Anak Lanang, majalah Jaya Baya No. 23, tahun XXXVII, 07 Februari 1982.

5) Bayi, tahun 1983.

6) Laire Jabang Bayi, Jaya Baya No. 39, tahun XXXVI,30 Mei 1982.

7) Gombalasari, Jaya Baya No. 42, tahun XXXVII, 19 Juni 1983.

8) Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, Jaya Baya No. 40, tahun XVI, 31 Mei

1987.

(54)

10)Yayasan Pamekaran Kere-kere (Yamapake), Jaya Baya No. 22, tahun LV, 28

Januari 2001.

Karya-karya dalam bentuk cerkak lainnya tidak terinventarisasi dengan baik,

jelas dan lengkap. Hingga saat ini mungkin sudah sekitar 300-an cerpen yang telah

diciptakan yang diterbitkan dalam majalah Panjebar Semangat, Jaya Baya dan Jaka

Lodhang. Ada salah satu karyanya berupa kumpulan cerkak yang berjudul Morak

Marik Katerak Lindhu yang berisi kumpulan cerkak karyanya.

c. Karya dalam bentuk cerbung

1) Pusaka, diterbitkan oleh Jaya Baya, 05 Juni – 09 Oktober tahun 1988.

2) Kinosek ing Lindhu, diterbitkan oleh Jaya Baya tahun 2009.

3) Sing Kendhang lan Sing Ngandhang, diterbitkan oleh Panjebar Semangat tahun

2009.

d. Karya dalam bentuk naskah drama

1) Omah Warisan tahun 1980.

e. Karya dalam bentuk artikel

1) Rekadaya Lestari Mekarake Sastra Jawa, Jaya Baya No. 42, 17 Juni 200,

(55)

commit to user

40

Karya-karya yang lain berupa tembang Jawa dan mimbar agama tidak ada

yang diinventarisasi oleh Suryadi Ws. Selain karya berbahasa Jawa, ada pula

karyanya yang berbahasa Indonesia.

1. Cerita remaja Selamat Belajar Putra Desa tahun 1978.

2. Karya nonfiksi Menuju Pembentukan Wayang Nusantara tahun 1980.

3. Novel Serigala tahun 1980.

Bentuk kiprah dalam dunia seni dari Suryadi Ws yaitu telah berhasil

menorehkan sebuah karya yang unik yaitu Wayang Sadat. Beliau adalah penemu dari

wayang jenis ini. Wayang Sadat merupakan wayang dalam bentuk Islam. Sadat

merupakan kependekan dari „Sarana Dakwah dan Tabligh‟. Ciri khas Islam sangat

ditonjolkan dalam karya ini, meliputi bentuk wayangnya, lagu tembang dan

pengiringnya, seragam pelaku pentas ( dhalang-pengrawit-penyanyi), ceritanya (

perjuangan para wali dan mubaligh menyiarkan Islam di Nusantara) dan teknik

pedalangannya ( serupa khotbah dengan alat peraga dan dijalin dalam alur cerita).

Wayang ini pernah tampil dalam Pameran Wayang Jawa Tengah dan Pekan Wayang

Nasional. Wayang ini biasa ditampilkan di stasiun televisi seperti TVRI Jakarta,

Indosiar, TVRI Yogyakarta dan Radio RRI Semarang. Wayang Sadat sudah menjadi

salah satu aset nasional. Wayang ini sudah dipajang di museum-museum Yogyakarta,

Borobudur, Semarang, Surabaya, Jakarta dan museum negeri Malaysia dan Prancis

(56)

Karya-karya yang telah diciptakan Suryadi Ws itu menempatkannya menjadi

salah satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan produktif.

Dalam menulis karya-karyanya, beliau tidak sembarangan atau asal-asalan. Ketika

menulis, hasil tulisannya tidak langsung jadi, tetapi melalui proses perbaikan dan

perbaikannya tidak hanya sekali kadang sampai berulang-ulang. Hal ini disebabkan

karena terkadang masih timbul rasa tidak puas dari dirinya. Baginya, menulis adalah

ekspresi gejolak jiwanya, untuk itu dalam menulis diperlukan perenungan,

penghayatan dan pencurahan hati pada tokoh-tokoh dalam cerita fiksinya. Dalam

mencari ide cerita, Suryadi Ws terkadang melakukan pengembaraan dalam usahanya

(57)

commit to user

42

B. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan tahap awal dalam menganalisis permasalahan

dalam sebuah karya sastra. Analisis struktural adalah pembongkaran suatu karya satra

melalui struktur intrinsiknya, dalam hal ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/

setting dan amanat serta mencari keterjalinan antarunsur tersebut. Melalui analisis

struktural akan mempermudah analisis ekstrinsik. Analisis strukural sendiri

merupakan analisis intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan

amanat serta mencari keterjalinan antar unsur tersebut, karena setiap unsur tidak bisa

berdiri sendiri, kelimanya merupakan satu kesatuan yang padu. Analisis struktural

dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws terinci sebagai

berikut.

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita yang memberi

gambaran kehidupan manusia yang diciptakan oleh pengarang. Tema dimaksudkan

untuk memberitahukan apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para

pembaca. Tema yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

karya Suryadi Ws adalah tergolong tema sosial. Hal ini disebabkan karena

persoalan-persoalan tersebut bersumber dari masyarakat pada umumnya. Berbicara mengenai

aspek keagamaan dalam kehidupan masyarakat memang tidak ada habisnya. Di satu

sisi adanya kepercayaan membuat orang atau suatu masyarakat membawa pada satu

Gambar

gambaran kehidupan manusia yang diciptakan oleh pengarang. Tema dimaksudkan
gambaran-gambaran kejadian yang bisa dimunculkan dalam karya tersebut.
Gambaran keadaan kehidupan dalam bidang agama ini memang sangat lekat

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan latar sosio-budaya pengarang Zaky Yamani, struktur yang membangun novel Bandar karya Zaky Yamani, dan problem sosial

PROBLEM SOSIAL DALAM NOVEL BANDAR KARYA ZAKY YAMANI TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAIi. BAHAN AJAR SASTRA

Hasil penelitian berdasarkan aspek sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam novel MK karya Budi Anggoro, ditemukan dua jenis aspek sosial, yaitu (1) faktor

Permasalahan penelitian adalah (1) Bagaimana problem sosial yang terdapat dalam monolog Marsinah Menggugat?; (2) Bagaimana kritik sosial yang dilakukan Ratna Sarumpaet

karya Remy Sylado yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar,.. 2) Mendeskripsikan aspek moral yang terkandung dalam novel Mimi Lan.. Mintuna karya Remy Sylado dengan

akan menganalisis cerbung Esem Ing Lingsir Sore karya Naryata dengan membongkar unsur struktural dari Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita yang meliputi

Penelitian ini berfokus pada hubungan karya sastra dengan pengarangnya, dengan masyarakat, dan fungsi sosial sastra itu sendiri.Metode yang digunakan adalah

Penelitian ini akan menganalisis cerbung Esem Ing Lingsir Sore karya Naryata dengan membongkar unsur struktural dari Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita