commit to user i
PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG
SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG
KARYA SURYADI WS
( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra
Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
LILIS KARMIATI
C0107030
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user iv
Nama : Lilis Karmiati
Nim : C 0107030
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG
KARYA SURYADI Ws adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 09 Mei 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user v
MOTTO
Menjaga lisan adalah hal yang sangat sulit namun akan sangat bermanfaat.
Guru berharga dalam kehidupan adalah pengalaman.
commit to user vi
Ayah dan Ibu,
Pak Sarwoko dan Ibu Sugiyem sebagai orang tua angkat,
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya
Suryadi Ws ( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra). Segala usaha dan kerja keras yang
dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
penyusunan skripsi.
2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah
memberi izin dan dorongan kepada penulis.
3. Dra. Sundari, M.Hum, sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Christiana D.W. M.Hum, sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, arahan,
dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini
5. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum, sebagai Pembimbing Akademis atas motivasi dan
bimbingan pada masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal
commit to user viii
yang menjadi bahan kajian dalam penulisan skripsi ini, dan juga telah membantu
dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas
pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam
menyusun skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku yang selalu baik, mengerti, menjadi tempat berbagi baik suka
dan duka serta memberi dukungan yang membuatku bertahan dalam segala
keadaan.
12. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007. Terima kasih atas
kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin. Semoga kita semua berhasil dan
sukses dalam berbagai bentuk kehidupan serta tercapai segala apa yang
dicita-citakan dan diimpikan selama ini. Semua pihak yang telah memberikan dorongan
dan bantuan dalam bentuk apapun, semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan
karunia-Nya atas segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, 09 Mei 2011
commit to user x
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Bentuk Penelitian ... 26
B. Sumber Data dan Data ... 27
C. Teknik Pengumpulan Data... 28
1. Teknik Analisis Struktur ... 28
B. Analisis Struktural Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ... 42
commit to user xi
b. Sri Mulya ... 54
c. Darmaya ... 59
4. Latar atau Setting... 64
a. Latar Tempat ... 64
b. Latar Waktu ... 70
c. Latar Sosial... 74
5. Amanat ... 76
6. Keterkaitan Antarunsur Struktural ... 77
C. Analisis Sosiologi Sastra berupa Problem-problem Sosial serta Sikap Budaya Pengarang dalam Menanggapi Problem-probem Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws ... 79
1. Problem Sosial bidang Agama ... 79
2. Problem Sosial bidang Ekonomi ... 92
3. Problem Sosial tentang Cinta ... 106
D. Fungsi Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws Bagi Masyarakat ... 124
BAB V PENUTUP... 134
A. Simpulan ... 134
B. Saran ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 137
commit to user xii
Cerbung : Cerita bersambung
RRI : Radio Republik Indonesia
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPG : Sekolah Pendidikan Guru
SR : Sekolah Rakyat
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
TVRI : Televisi Republik Indonesia
UGM : Universitas Gadjah Mada
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sinopsis Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang
Karya Suryadi Ws.
Lampiran 2 : Surat Ijin Wawancara.
commit to user xiv
Lilis Karmiati. C 0107030. Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing
Kendhang lan Sing Ngandhang ? (2) Bagaimana problem-problem sosial berupa
agama, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ? (3) Bagaimana fungsi sosial cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat?.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing
Ngandhang. (2) Mendeskripsikan problem-problem sosial berupa agama, ekonomi dan
percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung
Sing Kendhang lan Sing Ngandhang. (3) Mendeskripsikan fungsi sosial cerbung Sing
Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat.
Manfaat penelitian ini adalah (1) Manfaat teoretis yaitu dapat menambah wawasan teori sastra terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra. (2) Manfaat praktis yaitu dapat dijadikan masukan bagi masyarakat utamanya pembaca terkait dengan aspek agama, ekonomi dan cinta. Pembahasan aspek agama agar dapat memperkuat keimanan, aspek ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian agar dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sastra. Sumber data primer berupa naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang,
commit to user xv
Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan: (1) Ditinjau dari segi struktural, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menunjukkan adanya hubungan saling kait mengkait antar unsur dan membentuk satu kesatuan yang utuh meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat yang memberi makna utuh dan lengkap. Tema mempunyai kaitan dengan unsur amanat, unsur alur mempunyai kaitan dengan unsur penokohan dan unsur penokohan terkait dengan unsur latar/ setting. (2). Dari segi sosiologi sastra, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra sebagai karya cipta pengarang menggambarkan
peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang dihasilkan oleh pengarang berdasar
pandangan, tafsiran, penilaian serta realitas atau kenyataan sosial yang ada
dalam masyarakat. Potret kehidupan tersebut berada dalam imajinasi
pengarang, baik yang sedang terjadi maupun yang telah terjadi. Hasil dari
imajinasi itu bisa dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Karya sastra merupakan hasil dialog dan kontemplasi serta reaksi pengarang
terhadap lingkungan sekitarnya. Lewat karya sastra manusia dapat belajar
tentang hakikat hidup dan kehidupan. Pengarang melihat dinamika dalam
masyarakat kemudian menjadikannya sebuah inspirasi dan segala problemnya
merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa
lepas dari problem-problem sosial. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang
keindahan semata tetapi juga persoalan-persoalan hidup manusia, sehingga
menjadikan suatu karya lebih bermakna.
Karya sastra Jawa tidak hanya terdiri dari karya sastra lisan tetapi ada
pula karya tulis. Sastra lisan merupakan bentuk sastra yang penyebarannya
commit to user
2
adalah folklor. Folklor sendiri terdiri dari dongeng lisan, legenda dan mitos.
Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan tulisan sehingga
berbentuk teks yang dikemas dalam lembaran-lembaran, episode, bab maupun
buku. Sastra tulis contohnya meliputi novel, cerkak/cerita cekak (cerpen/ cerita
pendek), geguritan/ puisi, cerita lakon/ drama dan cerbung. Cerbung
merupakan rangkaian cerita yang terbagi dalam edisi-edisi/ episode. Cerbung
biasanya dimuat dalam surat kabar atau majalah. Sampai saat ini majalah
berbahasa Jawa yang masih aktif adalah Panjebar Semangat, Jayabaya dan
Joko Lodhang. Cerbung sebagai salah satu jenis karya sastra tulis hasil budaya
manusia dan banyak menampilkan hal-hal yang menyangkut kehidupan
manusia. Adapula cerbung yang telah dikumpulkan atau dibukukan, sehingga
para pembaca tidak harus mengikuti secara episode tetapi bisa langsung utuh
ceritanya.
Cerita Sing Kendhang lan Sing Ngandhang juga merupakan salah satu
contoh cerbung. Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang adalah karya
dari Suryadi Ws, salah satu sastrawan Jawa. Cerbung ini dimuat dalam
majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat. Cerbung terdiri dari 17 episode,
terhitung dari edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 – 25 April 2009. Jika
membaca sekilas judulnya, kemungkinan orang/ pembaca akan merasa
penasaran. Hal ini disebabkan dari judulnya belum serta merta dapat ditangkap
maksudnya. Kendhang artinya terlempar, sedangkan Ngandhang artinya
kandang’. Apa yang terlempar dan apa yang masuk kandang belum jelas, hal
ini akan membuat pembaca merasa penasaran dan ingin membaca cerita
utuhnya dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws
menampilkan cerita yang menggambarkan masalah-masalah sosial yang
dialami oleh para tokohnya. Masalah-masalah yang dibebankan kepada para
tokoh merupakan masalah yang sering terjadi dalam masyarakat.
Masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan masyarakat biasa disebut dengan
problem sosial. Problem sosial merupakan warna tersendiri dalam kehidupan
manusia. Hal tersebut bisa terjadi akibat berbagai faktor misalnya saja
ketidaksesuaian antara perilaku dengan norma. Problem sosial sendiri bisa
terjadi di berbagai sendi dalam masyarakat. Sendi-sendi yang sering terlihat
dilanda suatu ketidakharmonisan misalnya adalah bidang perekonomian,
percintaan dan agama.
Kehidupan bermasyarakat juga tidak bisa lepas dari adanya unsur
agama yang selalu beriringan. Agama mempunyai pengaruh sebagai motivasi
dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan
yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai
unsur kesucian serta ketaatan. Hadirnya agama akan menuntun penganutnya
menuju jalan yang benar dan sesuai norma. Agama sendiri juga berpengaruh
besar terhadap pembentukan moral seseorang. Pada umumnya semakin kuat
commit to user
4
dikarenakan agama mempunyai nilai-nilai bagi kehidupan manusia baik secara
personal maupun dalam kehidupan sosial. Orang yang beragama akan terikat
pada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut
ajaran agama yang dianutnya. Permasalahan boleh dan tidak inilah yang
terlihat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws
ini. Tentu saja masalah ini menjadi bagian dari konflik sosial dalam bidang
agama atau religi.
Konflik yang berakar agama dihadapi oleh Tegar dan Darmaya.
Adapun pandangan keduanya, bisa menyebabkan masyarakat terpecah
menjadi dua kubu. Darmaya sendiri adalah calon mertua dari Tegar. Darmaya
akan mendirikan peternakan babi, tetapi Tegar tidak menyetujuinya. Tegar
merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat Islam. Bagi Tegar peternakan
babi yang didirikan Darmaya bertentangan dengan hukum atau ajaran yang
pernah ia diterima dalam menjalankan agamanya. Dalam agama Islam, babi
merupakan hal yang dilarang atau diharamkan. Tidak hanya air liur yang
menyebabkab najis tetapi dagingnya pula sangat dilarang untuk dimakan.
Tidak dihalalkan umat Islam memakan daging babi. Hal ini tertulis dengan
jelas di beberapa ayat dalam kitab umat Islam yaitu Al Qur’an, salah satunya
dalam Surat Al-Maidah ayat 3 yang dengan tegas mengharamkan babi (
Sulaiman Rasjid, 2007: 18). Dengan demikian bagi Tegar menyetujui
peternakan babi milik Darmaya sama saja membiarkan hal-hal yang sangat
agamis. Perjuangan Tegar tidak hanya berusaha menyadarkan pemikiran
seorang Darmaya tetapi ditambah dengan anak buah Darmaya yang setia.
Sedangkan anak buah Darmaya adalah warga yang sekampung dengan Tegar
dan dianggap sebagai saudara sendiri. Untuk itu Tegar berusaha
menyelesaikan permasalahan dengan sebijaksana mungkin agar masalah tidak
semakin keruh.
Dalam cerita juga menceritakan tentang problem sosial yang berkaitan
dengan pengangguran atau lapangan pekerjaan. Kepercayaan atau agama
seseorang tentunya akan membawa penganutnya ke jalan yang benar. Bekerja
adalah salah satu bentuk ibadah. Tetapi sayangnya tidak semua orang
beruntung dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Fenomena
pengangguran dalam masyarakat merupakan rahasia umum yang selalu
menjadi perbincangan dan tentunya banyak terjadi di masyarakat. Banyak
orang, baik yang masih sendiri maupun yang sudah berkeluarga berusaha
mempertahankan hidup dengan berbagai jalan. Tanpa berpikir panjang segala
pekerjaan diterima, terkadang bisa terjerumus dalam lubang hitam. Banyak
warga kampung yang masih menganggur, baik yang masih bujang maupun
yang sudah berumah tangga. Terjadi pertentangan pula berkaitan dengan hal
ini. Pekerjaan memang sangat dibutuhkan oleh warga kampung tetapi
sayangnya objek pekerjaan berupa babi menjadikan perbedaan karena latar
commit to user
6
Hal terpenting adalah bekerja, tidak masalah jika harus mengurus babi
milik Darmaya asal mendapat penghasilan terutama bagi yang sudah berumah
tangga. Peternakan babi milik Darmaya memang bisa menyerap tenaga kerja
dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Para pekerja bisa sedikit
memperbaiki kehidupan ekonominya setelah bekerja di peternakan. Warga
yang biasanya tidak pasti kerjanya dan penghasilannya maka bisa bekerja dan
merasakan menerima gaji setiap bulan. Ada warga yang dahulu berpakaian
lusuh menjadi lain cara berpakaiannya, bajunya berganti-ganti dan banyak
yang baru. Sedangkan warga yang dahulu cemas memikirkan kehamilan
istrinya menjadi tenang dalam menyambut kelahiran anaknya.
Atas inisiatif Tegar guna mengurangi angka pengangguran di kampung
Kauman maka dibuatlah peternakan bebek, walaupun dengan modal pinjaman
bank jika dijalankan dengan profesional pasti bisa berhasil. Tentu saja inisiatif
Tegar menemui jalan yang baik dan bisa menjadi salah satu alternatif
pemecahan. Warga kampung yang sepaham dengan Tegar mencoba potensi
usaha tersebut. Dengan kesabaran dan kegigihan usaha mereka membuahkan
hasil. Peternakan bebek ternyata tidak kalah menguntungkan dibanding babi
milik Darmaya dan tentunya bebek tidak diharamkan dalam agama mereka.
Kehidupan warga menjadi lebih sejahtera dan perekonomian mulai
berkembang.
Keberhasilan ekonomi seseorang akan mempengaruhi kehidupannya
seseorang semakin percaya diri untuk mendapatkan kebahagiaan terutama
dalam hal cinta dan selalu berusaha membuat orang yang dicintainya hidup
tidak kekurangan. Bagi Darmaya kejayaan bidang ekonomi akan dapat
menjaga keutuhan cintanya dengan istrinya. Darmaya sangat mencintai
istrinya yaitu Sri Mulya. Sri mulya masih sangat muda dan cantik bahkan
hampir seumuran dengan anaknya yaitu Subekti. Darmaya berkeinginan
mendirikan peternakan babi dalam rangka meningkatkan penghasilannya.
Darmaya merasa takut apabila ia sudah tua dan tidak kaya maka Sri Mulya
akan meninggalkannya. Dengan menimbang berbagai kemungkinan
keuntungan dari peternakan akhirnya Darmaya mewujudkannya.
Niat baik Darmaya dalam kehidupan cintanya ternyata tidak berbuah
manis. Semakin berkembangnya peternakan tersebut malah membuat
Darmaya dan Sri Mulya sering bertengkar. Sri Mulya tidak setuju dengan
usaha suaminya walaupun sebenarnya itu ditujukan untuk mempertahankan
rumah tangganya. Pada akhirnya perceraian menjadi jalan bagi keduanya.
Pendirian peternakannya ternyata juga membuat kebahagiaan anaknya yaitu
Subekti menjadi pontang-panting. Kekasih Subekti yaitu Tegar tidak
menerima keberadaan peternakan yang bertentangan dengan ajaran agamanya
dan menggantungkan cinta serta rencana pernikahan mereka yang dulu. Tegar
sebenarnya juga tidak tega dan ingin menepati janjinya untuk menikahi
Subekti, tetapi baginya peternakan itu bagaikan dinding pemisah yang tinggi.
commit to user
8
peternakan harus ditutup. Darmaya yang masih mencintai mantan istrinya juga
mengajukan syarat. Peternakan akan ditutup dan lamaran akan diterima asal
Sri Mulya kembali menjadi istrinya. Setelah persetujuan terlaksana ternyata
Subekti malah kabur dengan Sarwan karena telah hamil. Dengan demikian
rencana pernikahan gagal.
Atas gagalnya acara pinangan itu, Tegar merasa tersakiti tetapi segera
hilang rasa itu ketika dalam hatinya timbul keinginan cinta dan niat
menjadikan Sri Mulya istrinya. Dengan hati yang tulus Tegar bersedia
menerima Sri Mulya yang telah menjadi janda. Walaupun Sri Mulya sendiri
juga tidak begitu percaya pada bekas kekasihnya itu, tetapi akhirnya hatinya
luluh. Dalam hati Sri Mulya tetaplah Tegar yang ia cintai karena
pernikahannya dengan Darmaya tidak diinginkan dan hanya sebagai ungkapan
balas budi. Tegar sendiri juga merasa bersalah karena dulu tidak bisa
mempertahankan Sri Mulya. Karena rasa yang masih saling cinta itulah
mereka bersatu kembali. Hal ini juga menunjukkan sikap Tegar yang tidak
memandang status dan mencintai Sri Mulya dengan tulus dan apa adanya.
Cerbung ini dirasa menarik untuk diteliti karena gambaran tentang
fakta-fakta sosial yang terdapat di dalamnya beragam sehingga tidak terkesan
monoton isi ceritanya. Konflik-konflik tersebut tidak jarang terjadi dalam
masyarakat sekarang. Konflik keagamaan yang diangkat oleh pengarang
terbilang fenomenal karena terkait dengan kehidupan masyarakat mayoritas
intern umat seagama ini sendiri jarang dimunculkan oleh
pengarang-pengarang dalam karya-karya pada umumnya. Demikian pula permasalahan
ekonomi yang muncul dalam cerita juga memberi warna lain dibanding cerita
pada umumnya. Pengarang juga menampilkan kisah cinta yang tidak biasa
diangkat dalam cerita lainnya. Kisah cinta yang biasanya hanyalah berkisah
tentang pacaran antara kaum muda mudi. Tetapi dalam cerbung ini cerita cinta
yang disajikan terbilang unik dan rumit seperti paparan di atas yaitu lika-liku
perjuangan cinta sejati yang tanpa memikirkan status. Asumsi-asumsi ini
menjadi alasan kuat pengkajian objek berupa cerbung karya Suryadi Ws.
Masyarakat sendiri merupakan bagian dari lingkup sosiologi. Dalam
karya sastra pengarang menyajikan cerita yang tidak lepas pula dari unsur
masyarakat. Konflik-konflik yang muncul merupakan gejala dalam
masyarakat yang ditemukan dalam sebuah karya sastra sehingga penelitian ini
lebih tepat menggunakan analisis sosiologi sastra. Analisis akan melalui tahap
struktural terlebih dahulu sebagai upaya pembongkaran karya melalui sisi
intrinsiknya. Dari sisi intrinsiknya maka penelitian akan menuju pada analisis
sosiologi sastra, yaitu berkaitan dengan hal-hal di luar karya itu sendiri atau
analisis ekstrinsiknya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kesalahan
penulisan pada teks/ naskah asli cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang
yang masih menggunakan ejaan lama. Kesalahan ini langsung dibenahi oleh
penulis dalam kutipan saat menggunakan data-data tekstual dan teks asli yang
commit to user
10
B. Perumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya perumusan masalah.
Perumusan masalah bertujuan agar penelitian bisa terfokus pada masalah yang
diangkat dan tidak meluas dari yang seharusnya dibahas. Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah.
1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur,
penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita
bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws?
2. Bagaimanakah problem-problem sosial yang meliputi konflik keagamaan,
ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam menanggapi
problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Sing
Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws?
3. Bagaimanakah fungsi sosial cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing
Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan dicapai setelah
melakukan penelitian terhadap suatu masalah. Berdasar perumusan masalah di
1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur,
penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita
bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws.
2. Mendeskripsikan problem-problem sosial yang meliputi konflik
keagamaan, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam
menanggapi problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita
bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws.
3. Mendeskripsikan fungsi sosial dari cerita bersambung Sing Kendhang lan
Sing Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian diharapkan membawa manfaat. Demikian pula
dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis
maupun praktis.
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan teori sastra
terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat
utamanya pembaca terkait dengan aspek keagamaan, ekonomi dan cinta.
commit to user
12
ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta
aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil
penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang
dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan
bahan untuk penelitian selanjutnya.
E.
Sistematika Penulisan
Pemaparan sistematika penulisan diperlukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dari sebuah penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bab I. Bab yang berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Bab yang berisi tentang landasan teori meliputi pendekatan struktural,
pendekatan sosiologi sastra serta teori tentang problem sosial.
Bab III. Bab yang berisi tentang metode penelitian yang meliputi bentuk
penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab IV. Bab pembahasan yang berisi tentang deskripsi serta analisis data yang
meliputi: struktur cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi WS,
percintaan yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya
Suryadi Ws serta sikap budaya pengarang terhadap problem-problem sosial tersebut
dan fungsi sosial dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws
bagi masyarakat.
Bab V. Bab penutup yang memuat tentang kesimpulan permasalahan yang
telah dibahas serta saran-saran. Sebagai bagian akhir adalah berupa daftar pustaka dan
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu penelitian sangat memerlukan adanya teori dan pendekatan yang
sesuai dengan objek kajian. Dengan teori dan pendekatan yang sesuai akan
mempermudah dalam membongkar permasalahan yang ada.
A. Struktural
Pendekatan struktural disebut juga pendekatan objektif, pendekatan
formal atau pendekatan analitik, yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya
sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat
sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada
di luar dirinya. Bila hendak dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun
karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya
bahasa serta hubungan harmonis antaraspek yang mampu membuatnya
menjadi sebuah karya sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis,
pembaca atau lingkungan sosial budaya harus dikesampingkan, karena ia tidak
punya kaitan langsung struktur karya sastra tersebut ( Atar Semi, 1993: 67).
Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme
adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai unsur
(pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai
komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (
Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36). Di pihak lain, struktur karya
sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang
bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara
bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari
keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting,
bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi penting dan berarti setelah
ada hubungan antarunsur serta sumbangannya terhadap keseluruhan wacana
(Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36).
Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan
antarunsur intrinsik. Pendekatan struktural tidak cukup dilakukan hanya
sekedar memahami unsur-unsur tertentu karya sastra, namun lebih penting
adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur dan sumbangan apa
yang diberikan terhadap sastra yaitu tema, amanat, penokohan, setting dan alur
memberikan sebuah gambaran bagi para pembaca (Burhan Nurgiyantoro,
2005: 37) .
Jadi pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang bertolak
dari pembongkaran suatu karya satra melalui struktur intrinsiknya, dalam hal
ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta mencari
commit to user
16
1. Tema
Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang terkandung
sebuah cerita ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67). Dalam Burhan pula,
menurut Hartoko dan Rahmanto, bahwa tema merupakan gagasan dasar umum
yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks
sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Brooks, Purser dan Warren dalam
Henry Guntur Tarigan, 1993: 125 bahwa tema dalah pandangan hidup tertentu
mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membangun dasar
gagasan utama dari suatu karya sastra. Menurut Panuti Sudjiman, 1990:50,
bahwa tema tidak lain adalah gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasar
sebuah karya sastra. Tema memberikan gambaran tentang pandangan hidup
yang dapat diperoleh setelah membaca atau memberi makna karya sastra
tersebut. Tema juga terbagi menjadi tema mayor ( makna pokok cerita yang
menjadi dasar atau gagasan dasar umum sebuah karya) dan tema minor (
makna tambahan atau makna yang terdapat pada bagian tertentu dari sebuah
cerita) ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82-83).
Dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari
sebuah cerita yang memberi gambaran kehidupan manusia yang diciptakan
2. Alur
Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai
efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan
oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang
direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui
rumitan ke arah klimaks dan selesaian ( Sudjiman, 1990: 4). Menurut Brooks,
alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama (
Tarigan, 1993: 126).
Stanton mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
lain. Hal senada juga disampaikan oleh Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro (
2005: 113) pula, bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan
dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun
peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Diperkuat lagi oleh
Forster bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai
penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Alur atau disebut juga plot merupakan hal yang penting dalam fiksi
terutama karya sastra yang berbentuk prosa. Menurut Mochtar Lubis tahapan
alur dibedakan menjadi lima tahapan, yaitu:
commit to user
18
b. Tahap Generating Circumtantes: tahap pemunculan konflik, (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.
c. Tahap Rising Action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya berkembang dan dikembangkam kadar intensitasnya.
d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.
e. Tahap Denoument: tahap penyelasaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan (dalam Tarigan, 1993: 128).
Dengan demikian alur adalah pergerakan atau urutan peristiwa yang
mempunyai hubungan kausal dalam sebuah cerita.
3. Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
rekaan sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita, sedangkan cara
sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Wahyudi Siswanto, 2008:
142). Pengarang harus bisa membuat pelukisan tokoh atau penokohan dengan
sebaik mungkin untuk memberikan kesan hidup bagi para pembacanya. Tokoh
menurut Panuti Sudjiman, 1990: 79 adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Burhan
(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan ( Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165).
Menurut Mochtar Lubis, pelukisan tokoh dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).
b. Portrayal of throught steam or of conscious throught ( melukiskan jalan
pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).
c. Reaction to events ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap
kejadian-kejadian).
d. Direct author analysis ( pengarang dengan langsung menganalisis watak
pelakon).
e. Discussion of environment ( pengarang melukiskan keadaan sekitar
pelakon. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar pelakon, pembaca akan dapat kesan apakah pelakon itu jorok, bersih, rajin, malas dan sebagainya).
f. Reaction of other about/ to character ( pengarang melukiskan bagaimana
pandangan-pandangan pelakon lain dalam sebuah cerita terhadap pelakon utama itu).
g. Conversation of other about character ( pelakon-pelakon lainnya dalam
suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama itu) (dalam Tarigan, 1993: 133-134).
Dengan demikian penokohan adalah pelukisan karakter tokoh dalam
sebuah cerita fiksi dengan menggunakan berbagai cara, seperti pelukisan fisik,
commit to user
20
4. Latar/ setting
Menurut Abrams, latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah
lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk di dalamnya tempat atau ruang
serta waktu ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216).
Setting/ latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita,
yang meliputi setting waktu, tempat dan suasana. Menurut Panuti Sudjiman
1990: 48, latar adalah segala keterangan atau informasi mengenai waktu,
ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Dijelaskan oleh
Abrams bahwa latar atau setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216). Sedangkan unsur latar sendiri
meliputi latar tempat, waktu dan sosial.
a. Latar tempat, latar menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227).
Jadi latar atau setting adalah informasi yang berkaitan tentang tempat,
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca atau pendengar ( Panuti Sudjiman, 1990: 5), serta menurut Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 322, amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui karyanya kepada penikmat karyanya. Amanat
akan dapat ditemukan apabila sudah membaca dan memahami suatu karya
cerita. Amanat tersebut bisa disampaikan secara implisit maupun eksplisit
melalui jalan cerita dan penokohan yang dibentuk oleh pengarang. Jadi amanat
merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui hasil karyanya.
B. Sosiologi Sastra
Sastrawan merupakan bagian dari suatu masyarakat. Sastrawan sebagai
makhluk sosial dipengaruhi oleh latar belakang sosiologinya yang berupa
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Struktur adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial ( norma sosial), lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh
timbal balik antara kehidupan ekonomi, politik, hukum, agama dan sebagainya
( Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soerjono Soekanto, 2007:
commit to user
22
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi
kemasyarakatan disebut dengan sosiologi sastra ( Rachmat Joko Pradopo,
2001: 158). Sastra menampilkan kehidupan yang merupakan kenyataan sosial.
Tujuan penelitian dengan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara
sastrawan, karya sastra dan masyarakat.
Pendekatan sosiologi merupakan cabang penelitian sastra yang
reflektif. Penelitian ini ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan
masyarakat ( Suwardi Endraswara, 2011: 77). Sosiologi sastra adalah sastra
karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang
yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, kondisi
ekonomi serta khalayak yang ditujunya ( KBBI, 2005: 958).
Pendekatan literary sociology ( sosiologi sastra) adalah pendekatan
yang bergerak dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan
selanjutnya digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks
sastra. Pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya
dan fenomena sosial sebagai minornya ( Sangidu, 2004: 27).
Rene Wellek dan Austin Warren mengklasifikan sosiologi sastra
meliputi:
1. Sosiologi pengarang, berkaitan dengan segala sesuatu tentang pengarang
seperti jenis kelamin, umur pengarang, tempat kelahiran pengarang, status
keyakinan pengarang, tempat tinggal pengarang dan kesenangan
pengarang.
2. Sosiologi karya sastra, berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan karya
sastra dan hal-hal yang tersirat dalam karya sastra dan yang berkaitan
dengan masalah sosial. Dalam hal ini sosiologi karya sastra dapat
mencakup aspek sosial, aspek adat istiadat, aspek religius, aspek etika,
aspek moral dan aspek nilai.
3. Sosiologi pembaca, berkaitan dengan masalah pembaca dan dampak sosial
karya sastra terhadap masyarakatnya ( dalam Sutejo dan Kasnadi, 2010:
59).
Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan sebuah
pendekatan yang menekankan adanya gejala-gejala sosial yang terdapat dalam
sebuah karya sastra yang meliputi aspek sosiologi pengarang, sosiologi karya
sastra dan sosiologi pembaca atau masyarakat.
C. Problem Sosial
Problem sosial merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan hidupnya dan kelompok
sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok dari
warga-warga kelompok sosial, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial (
commit to user
24
Soekanto bahwa beberapa problem-problem yang penting di antaranya
masalah kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi
muda, peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, masalah
kependudukan, masalah lingkungan dan birokrasi ( 2007: 415).
Problem sosial sering disebut pula dengan konflik sosial. Menurut
Simmel bahwa konflik pada akhirnya akan menghancurkan tatanan sosial yang
ada. Konflik punya fungsi positif bagi stabilitas sosial dan membantu
melestarikan kelompok atau kolektivitas. Lockwood menambahkan bahwa
konflik sistem akan muncul ketika institusi-institusi tidak harmonis. Konflik
sosial bersifat antar pribadi dan muncul hanya dalam interaksi sosial ( dalam
Kamus Sosiologi, 2010: 105-106).
Soerjono Soekanto (2007: 360) mengklasifikasikan sumber dari problem
sosial secara umum menjadi empat golongan, yaitu:
1. Faktor ekonomis, antara lain termasuk kemiskinan, pengangguran,
kejahatan dan pelacuran.
2. Faktor biologis antara lain meliputi penyakit bersifat jasmani.
3. Faktor-faktor psikologis, seperti sakit syaraf, jiwa, lemah ingatan, sukar
menyesuaikan diri, bunuh diri, dan sebagainya.
4. Faktor kebudayaan seperti masalah perceraian, kenakalan anak-anak,
Jadi problem sosial merupakan ketidaksesuaian antarbagian dalam satu
kesatuan yang bisa menyebabkan ketidakaturan bahkan bisa menyebabkan
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian
sastra dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah berbentuk karya sastra.
Menurut Atar Semi, penelitian sastra adalah usaha pencarian pengetahuan dan
pemberi maknaan dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap
masalah sastra. Penelitian sastra mempunyai objek, metode dan pendekatan
yang jelas ( 1993: 18). Metode penelitian sastra merupakan cara penelitian
dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai kajiannya (
Suwardi Endraswara, 2011: 8). Tujuan dan peranan dari penelitian sastra
sendiri adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya (
Pradopo dalam Suwardi Endraswara, 2011: 10). Ditambahkan lagi oleh
Suwardi bahwa yang lebih penting adalah agar penelitian mampu mengungkap
fenomena dibalik objek sastra sebagai ungkapan hidup manusia. Dengan
demikian penelitian merupakan jembatan antara penulis, teks dan pembaca (
B. Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sumber data sekunder, yaitu:
1. Sumber Data Primer yaitu berupa teks atau naskah dari cerbung berjudul
Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. Cerbung ini
dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat sebagai cerita
bersambung, edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 sampai dengan 25 April
2009, sebanyak 17 episode.
2. Sumber Data Sekunder yaitu buku-buku referensi yang relevan dengan
penelitian dan informan, dalam penelitian ini adalah pengarang cerbung
Sing Kendhang lan Sing Ngandhang yaitu Suryadi Ws.
Data meliputi data primer dan sekunder, sebagai berikut:
1. Data Primer merupakan data pokok dalam penelitian ini yaitu berupa
unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting
dan amanat serta data-data sosiologi sastra berupa problem-problem sosial
yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing
Ngandhang karya Suryadi Ws.
2. Data Sekunder merupakan data-data pendukung penelitian seperti
informasi yang didapat dari buku-buku referensi, hasil wawancara
commit to user
28
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Analisis Struktur
Teknik analisis struktur digunakan untuk mengumpulkan data literer
atau data intrinsik teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya
Suryadi Ws. Pengumpulan data dengan analisis struktur akan menghasilkan
data kategoris yang meliputi data tema, alur, penokohan, latar/ setting dan
amanat.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, pewawancara menguraikan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut ( Lexy J.
Moleong, 2010: 186). Wawancara sendiri ada yang terstruktur dan tidak
berstruktur ( Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong, 2010: 189-190).
Wawancara merupakan suatu pertemuan tatap muka antarmanusia, khususnya
dengan tujuan membicarakan suatu pokok tertentu secara formal. Wawancara
bisa menggunakan daftar pertanyaan yaitu salah satu alat yang berguna untuk
mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yaitu
Suryadi WS sebagai sumber data sekundernya. Wawancara dilakukan dengan
cara terstruktur, artinya penulis menyiapkan pertanyaan berupa daftar
meluas dan berkembang dengan sendirinya. Lokasi wawancara adalah rumah
dari pengarang yaitu Suryadi Ws yang beralamat di desa Mireng Rt/ Rw. 09/
03 Trucuk, Klaten. Alat yang digunakan berupa alat perekam manual dan
perekam digital berupa Hp. Selain wawancara juga dilakukan pengambilan
foto narasumber yang dapat digunakan sebagai bukti sekaligus dokumentasi.
3. Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan merupakan salah satu teknik pengumpulan data
melalui studi pustaka. Penelitian perpustakaan ( Library Research) merupakan
penelitian yang dilakukan di kamar meja peneliti atau di ruang perpustakaan
dan peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek penelitinnya
melalui buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya ( Atar Semi, 1993: 8).
Menurut Gay, kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis,
penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian ( Sevilla dkk, 1993: 31). Teknik ini
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat
penyimpanan hasil penelitian yaitu perpustakaan ( Ratna, 2010: 196).
Data-data pustaka diperoleh dengan membaca buku-buku, artikel dan referensi lain
commit to user
30
D. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikannya, memilah-milahnya
menjadi satu satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola apa yang penting dan apa saja yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ( dalam Lexy J.
Moleong, 2010: 248). Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar ( dalam Lexy J. Moleong, 2010: 280).
Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan ( Sangidu, 2004: 73).
Dalam teknik analisis data ini untuk mendukung penelitian, digunakan teknik
analisis interaktif yaitu interaksi tiga komponen utama yang meliputi reduksi
data, sajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasinya ( Miles dan Huberman
dalam HB. Sutopo, 2006: 113).
1. Reduksi data adalah merampingkan data dengan memilih data yang
dipandang penting, menyederhanakan dan mengabstraksikannya (
Sangidu, 2004: 73). Analisis data dimulai setelah mengumpulkan data-data
berupa data kategori atau data struktur yang berupa unsur intrinsik dari
cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws yang
meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Selain dari
pengarang yaitu Suryadi Ws serta dengan teknik kepustakaan, dengan
mencari referensi-referensi lain dari buku, artikel dan sebagainya yang
terkait dengan permasalahan yang diangkat. Hasil dari wawancara dan
kepustakaan dijadikan sebagai data sosiologi sastra. Dari semua data yang
diperoleh maka dilakukan pemilihan data/ reduksi data yang sesuai dan
tepat, selain unsur intrinsiknya juga unsur ekstrinsik yaitu mengenai
sosiologi sastranya.
2. Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dan sintesis dalam
bentuk uraian dari data-data yang terangkat disertai bukti-bukti tekstual
yang ada. Data yang telah terpilih dari tahap reduksi data kemudian
disajikan. Misalnya data tentang latar/ setting, dari keseluruhan dalam satu
naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi
Ws, kemudian dipilih yang sesuai dan disertai bukti tekstual berupa
kutipan asli dari naskah.
3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi adalah proses setelah pengumpulan
data, penelitian mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan
verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi maupun
sajian datanya. Verifikasi dan simpulan adalah mengecek kembali (
diverifikasi) pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan
selanjutnya membuat simpulan-simpulan sementara ( Sangidu, 2004: 74).
Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan dari
commit to user
32
kesimpulan dilakukan setelah data-data pada tahap reduksi data dan sajian
data terkumpul dan tersusun. Penarikan kesimpulan tidak bisa sekali jadi,
jadi besar kemungkinan terjadi pengulangan proses. Misalnya dalam
penelitian terhadap objek cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang
karya Suryadi Ws adalah menarik kesimpulan tentang keterkaitan
antarunsur. Menarik kesimpulan harus melihat data-data struktur berupa
tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Setelah itu, baru menarik
kesimpulan dengan mencari hubungan antarunsur tersebut. Apabila hasil
proses ini dirasa kurang memuaskan maka bisa dilakukan pengecekan
ulang untuk memantapkan atau sekedar menambahi dan mengurangi
kesimpulan sementara.
Teknik analisis data dengan tahapan-tahapan di atas dapat
digambarkan dengan skema sebagai berikut.
Pengumpulan data
Penarikan kesimpulan/verifikasi
commit to user 33
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tinjauan Pengarang
1. Riwayat Hidup Pengarang
Nama lengkap Suryadi Ws adalah Drs. H. Suryadi Warnasukardja. Beliau lahir
di Klaten pada tanggal 01 September 1940. Nama ayahnya adalah Sukardi
Warnasukardja dan ibunya bernama Suriyem. Ia merupakan anak pertama dari empat
bersaudara dan ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari orang tuanya. Suryadi
bertempat tinggal di desa Mireng Rt/ Rw. 09/ 03 Trucuk, Klaten. Suryadi Ws
mengenyam pendidikan dasar di SR Negeri Sabrang Lor, Trucuk lulus tahun 1953.
Melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri I Klaten dan lulus tahun 1956. Menempuh
pendidikan selanjutnya di SMA Negeri I Surakarta, lulus tahun 1959. Setelah itu
melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta tahun 1959, tetapi gagal
karena terbentur masalah ekonomi keluarganya dan melanjutkan lagi di Akademi
Penilik Kesehatan (Sanitasi) Surabaya ( sekarang menjadi STIKES Surabaya), lulus
tahun 1964 dan melanjutkan di Course of Training Methods and Teaching Techniques
di Manila, Filipina dan memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) tahun 1965.
Riwayat pekerjaan Suryadi dimulai ketika ia menjadi pegawai di Departemen
commit to user
34
tahun 1967-2000. Riwayat organisasinya adalah berkecimpung dalam Muhammadiyah,
sebagai Ketua Cabang Trucuk tahun 1967-1971 dan Ikatan Haji.
2. Kedudukan dalam Keluarga
Istri dari Suryadi Ws bernama Mulyati ( Hj. Mulyati). Mereka menikah pada
tanggal 25 Maret 1968. Istrinya berprofesi sebagai guru SD Sabrang Lor, Trucuk,
Klaten. Pernikahannya dikaruniai empat orang anak, dua anak laki-laki dan dua anak
perempuan. Sebenarnya Suryadi Ws mempunyai tujuh orang anak, tetapi ada tiga yang
telah meninggal dunia. Anak pertama meninggal pada usia tiga tahun karena sakit,anak
keempat meninggal saat masih bayi dan anak keenam meninggal usia dua belas tahun /
kelas IV SD karena sakit tumor otak.
Peranan Suryadi Ws dalam keluarga adalah sebagai seorang kepala keluarga,
seorang suami dan seorang ayah. Suryadi Ws merupakan sosok yang baik dan
bertanggung jawab terkait dengan peranannya dalam keluarga. Latar belakang
keluarganya yang agamis dan berlatar Jawa terbawa dalam kehidupan rumah tangga.
Beliau terbilang sukses dalam mendidik anak-anaknya. Anaknya yang pertama
bernama Bambang Wiyono, S.T dan berhasil dalam dunia wiraswasta. Anak kedua
bernama Danang Ciptadi, S.T dan menggeluti dunia usaha pula. Anak ketiga adalah dr.
Niken Ciptarini, lu lusan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
dan bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas. Anak keempat bernama Wara
Surastri dan sekarang masih menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Anak keempatnya juga yang kelihatannya akan meneruskan karir kesastrawanannya.
Dari pendidikan formal dan karir yang dimiliki anak-anaknya tersebut maka terlihat
bahwa beliau juga seorang ayah yang memperhatikan pendidikan formal sebagai salah
satu bekal masa depan. Beliau dan istri adalah orang tua yang berhasil karena telah
mengantar anak-anaknya pada jenjang pendidikan perguruan tinggi dan mampu mandiri
serta membuka usaha sesuai dengan minat masing-masing. Dalam menerapkan dunia
pendidikan, Suryadi Ws selalu memberikan dan menunjukkan contoh sikap yang baik
dan yang bururk, benar dan salah kepada anak-anaknya. Ia menyadari bahwa setiap
anak mempunyai sifat dan bakat imitasi, termasuk dari orang tuanya. Anak akan selalu
tutwuri pada sikap dan perilaku orang tuanya, karena orang tua adalah sentral perhatian
anak. Kesederhanaan yang diajarkannya terlihat pada diri anak-anaknya yang lebih
suka hidup sederhana. Sekalipun demikian, Suryadi Ws bukanlah sosok yang otoriter.
Ia memberi kebebasan dalam memilih dan mengambil keputusan kepada anak-anaknya.
Hal demikian agar merreka dapat mengambil langkah yang bijaksana jika akan
menentukan pilihan atau pendapatnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia keluarga mempunyai andil yang cukup besar
dan perjalanan hidupnya, baik sebagai manusia personal maupun seorang seniman.
Tentunya banyak pula kejadian-kejadian dan pengalaman hidupnya dalam keluarga
commit to user
36
3. Kiprah dalam Dunia Seni dan Sastra
Kegemaran dari Suryadi Ws memang membaca sejak ia duduk dibangku SR/
SD, baik buku-buku pengetahuan maupun sekedar bacaan umum untuk menambah
wawasan. Hal ini terpengaruh oleh kebiasaan ayahnya yaitu membaca koran dan
majalah Panjebar Semangat dan kakeknya yaitu Kyai Imandikrama yang sering
mendongeng. Dari orang tua dan kakek neneknya pula ia mengenal wayang dan
tembang-tembang Jawa. Sejak kecil pula ia sudah mulai senang membaca Serat
Wulangreh, Wedhatama, dan novel-novel Jawa.
Awal kepenulisan Suryadi Ws yaitu saat duduk dikelas II SMA, karyanya
berupa cerpen yang berjudul Randha Telu dan Wadule Saba Bengi berhasil dimuat
dalam majalah Kekasihku (1958). Keseriusannya untuk ketertarikannya dalam dunia
sastra dan budaya baru dimulai pada tahun 1971. Ia mulai menulis di majalah bahasa
Jawa seperti Jaya Baya dan Panjebar Semangat serta majalah Adil dan Suara
Muhammadiyah untuk majalah berbahasa Indonesia. Tulisannya mulai mendapat
perhatian di era tahun 1970-an, karena mengikuti sayembara dan berhasil menyabet
penghargaan. Karya-karyanya yang mendapat penghargaan antara lain:
a. Bengi Iki Ana Pesta, juara III Lomba Menulis Cerpen berbahasa Jawa tahun
1971.
b. Selamat Belajar Putra Desa, juara I dalam Lomba Menulis Cerita berbahasa
Indonesia oleh Departemen Pendiddikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1978.
c. Penganten, juara I (novel terbaik) berbahasa Jawa dalam Lomba Mengarang
Novel yang diselenggarakan oleh Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah
(PKJT). Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Pengembangan Kebudayaan
Jawa Tengah (PKJT) tahun 1979/ 1980.
d. Menuju Pembentukan Wayang Nusantara, juara I dalam Sayembara Menulis
Karya Nonfiksi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1980.
Karya tersebut diterbitkan oleh Tiga Serangkai Solo tahun 1981.
e. Omah Warisan, juara III dalam Lomba Penulisan Drama berbahasa Jawa oleh
Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT) tahun 1980.
f. Serigala, juara harapan dalam Lomba Penulisan Novel berbahasa Indonesia oleh
Dewan Kesenian Jakarta tahun1980.
g. Anak Lanang, juara II dalam Lomba Seleksi Cerpen oleh penerbit Jaya Baya,
Surabaya tahun 1982. Cerpen ini juga meraih juara III dalam seleksi cerpen oleh
Proyek Javanologi Yogyakarta tahun 1983.
h. Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, juara I dalam Lomba Penulisan Cerpen
oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur tahun 1990.
i. Pusaka, juara I dalam Lomba Penulisan Novel oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur
tahun 1990. Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Sinar Wijaya, Surabaya
tahun 1993.
j. Bayi, juara III dalam Lomba Penulisan Cerpen oleh Proyek Javanologi
commit to user
38
Karya-karya yang ia cipatakan beragam bentuknya, baik novel, cerbung,
cerpen, tembang jawa, artikel dan mimbar agama. Tidak terhitung jumlahnya tetapi
karena keterbatasan dalam inventarisasi serta dokumentasi, maka banyak karya-karya
yang tidak terekam dalam ingatan. Hal ini disebabkan oleh tersebarnya karya-karya
tersebut dalam banyak majalah. Di bawah ini adalah sedikit data dari karya-karya
Suryadi Ws yang berhasil diinventarisasi.
a. Karya dalam bentuk novel
1) Penganten tahun 1980.
2) Pusaka tahun 1988, Penerbit Sinar Jaya Surabaya tahun 1993.
3) Sintru Oh Sintru tahun 1993.
b. Karya dalam bentuk cerpen/cerkak
1) Randha Telu, majalah Kekasihku tahun 1958.
2) Wadule Saba Bengi, majalah Kekasihku tahun 1958.
3) Bengi Iki Ana Pesta tahun 1971.
4) Anak Lanang, majalah Jaya Baya No. 23, tahun XXXVII, 07 Februari 1982.
5) Bayi, tahun 1983.
6) Laire Jabang Bayi, Jaya Baya No. 39, tahun XXXVI,30 Mei 1982.
7) Gombalasari, Jaya Baya No. 42, tahun XXXVII, 19 Juni 1983.
8) Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, Jaya Baya No. 40, tahun XVI, 31 Mei
1987.
10)Yayasan Pamekaran Kere-kere (Yamapake), Jaya Baya No. 22, tahun LV, 28
Januari 2001.
Karya-karya dalam bentuk cerkak lainnya tidak terinventarisasi dengan baik,
jelas dan lengkap. Hingga saat ini mungkin sudah sekitar 300-an cerpen yang telah
diciptakan yang diterbitkan dalam majalah Panjebar Semangat, Jaya Baya dan Jaka
Lodhang. Ada salah satu karyanya berupa kumpulan cerkak yang berjudul Morak
Marik Katerak Lindhu yang berisi kumpulan cerkak karyanya.
c. Karya dalam bentuk cerbung
1) Pusaka, diterbitkan oleh Jaya Baya, 05 Juni – 09 Oktober tahun 1988.
2) Kinosek ing Lindhu, diterbitkan oleh Jaya Baya tahun 2009.
3) Sing Kendhang lan Sing Ngandhang, diterbitkan oleh Panjebar Semangat tahun
2009.
d. Karya dalam bentuk naskah drama
1) Omah Warisan tahun 1980.
e. Karya dalam bentuk artikel
1) Rekadaya Lestari Mekarake Sastra Jawa, Jaya Baya No. 42, 17 Juni 200,
commit to user
40
Karya-karya yang lain berupa tembang Jawa dan mimbar agama tidak ada
yang diinventarisasi oleh Suryadi Ws. Selain karya berbahasa Jawa, ada pula
karyanya yang berbahasa Indonesia.
1. Cerita remaja Selamat Belajar Putra Desa tahun 1978.
2. Karya nonfiksi Menuju Pembentukan Wayang Nusantara tahun 1980.
3. Novel Serigala tahun 1980.
Bentuk kiprah dalam dunia seni dari Suryadi Ws yaitu telah berhasil
menorehkan sebuah karya yang unik yaitu Wayang Sadat. Beliau adalah penemu dari
wayang jenis ini. Wayang Sadat merupakan wayang dalam bentuk Islam. Sadat
merupakan kependekan dari „Sarana Dakwah dan Tabligh‟. Ciri khas Islam sangat
ditonjolkan dalam karya ini, meliputi bentuk wayangnya, lagu tembang dan
pengiringnya, seragam pelaku pentas ( dhalang-pengrawit-penyanyi), ceritanya (
perjuangan para wali dan mubaligh menyiarkan Islam di Nusantara) dan teknik
pedalangannya ( serupa khotbah dengan alat peraga dan dijalin dalam alur cerita).
Wayang ini pernah tampil dalam Pameran Wayang Jawa Tengah dan Pekan Wayang
Nasional. Wayang ini biasa ditampilkan di stasiun televisi seperti TVRI Jakarta,
Indosiar, TVRI Yogyakarta dan Radio RRI Semarang. Wayang Sadat sudah menjadi
salah satu aset nasional. Wayang ini sudah dipajang di museum-museum Yogyakarta,
Borobudur, Semarang, Surabaya, Jakarta dan museum negeri Malaysia dan Prancis
Karya-karya yang telah diciptakan Suryadi Ws itu menempatkannya menjadi
salah satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan produktif.
Dalam menulis karya-karyanya, beliau tidak sembarangan atau asal-asalan. Ketika
menulis, hasil tulisannya tidak langsung jadi, tetapi melalui proses perbaikan dan
perbaikannya tidak hanya sekali kadang sampai berulang-ulang. Hal ini disebabkan
karena terkadang masih timbul rasa tidak puas dari dirinya. Baginya, menulis adalah
ekspresi gejolak jiwanya, untuk itu dalam menulis diperlukan perenungan,
penghayatan dan pencurahan hati pada tokoh-tokoh dalam cerita fiksinya. Dalam
mencari ide cerita, Suryadi Ws terkadang melakukan pengembaraan dalam usahanya
commit to user
42
B. Analisis Struktural
Analisis struktural merupakan tahap awal dalam menganalisis permasalahan
dalam sebuah karya sastra. Analisis struktural adalah pembongkaran suatu karya satra
melalui struktur intrinsiknya, dalam hal ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/
setting dan amanat serta mencari keterjalinan antarunsur tersebut. Melalui analisis
struktural akan mempermudah analisis ekstrinsik. Analisis strukural sendiri
merupakan analisis intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan
amanat serta mencari keterjalinan antar unsur tersebut, karena setiap unsur tidak bisa
berdiri sendiri, kelimanya merupakan satu kesatuan yang padu. Analisis struktural
dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws terinci sebagai
berikut.
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita yang memberi
gambaran kehidupan manusia yang diciptakan oleh pengarang. Tema dimaksudkan
untuk memberitahukan apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para
pembaca. Tema yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang
karya Suryadi Ws adalah tergolong tema sosial. Hal ini disebabkan karena
persoalan-persoalan tersebut bersumber dari masyarakat pada umumnya. Berbicara mengenai
aspek keagamaan dalam kehidupan masyarakat memang tidak ada habisnya. Di satu
sisi adanya kepercayaan membuat orang atau suatu masyarakat membawa pada satu