H. Pemeriksaan Keabsahan Data
2) Latar Waktu
Latar waktu dalam novel “Cinta Suci Zahrana” antara lain, jam dua siang, dua bulan, jam 23.35, pagi hari, sore hari, malam hari, enam bulan, jam 11 siang, bulan ramadhan, dua minggu setelah idul fitri, dan satu bulan. Waktu-waktu tersebut adalah waktu terjadinya peristiwa dalam novel.
a) Jam Dua Siang
Zahrana berangkat ke Beijing menggunakan pesawat SilkAir. Pesawat SilkAir akan transit di Singapura terlebih dahulu, kemudian ke Beijing. Dia sangat gelisah dan tidak tenang, karena kepergiannya tidak diantar oleh orangtuanya. Orangtuanya juga tidak terlalu bahagia ketika dirinya akan pergi ke Beijing untuk memperoleh penghargaan. Zahrana menghela nafas dan melihat jam tangannya. Sebentar lagi dia akan berangkat ke Beijing.
b) Dua Bulan
Zahrana mendapat predikat lulusan terbaik ketika diwisuda. Dia menjadi mahasiswa teladan di UGM dan prestasinya sangat banyak. Zahrana adalah gadis yang sangat cerdas, sehingga dia mendapatkan tawaran dari kampusnya untuk menjadi dosen tetap. Kemudian dia juga mendapat beasiswa penuh untuk melanjutkan S2 di Belanda. Zahrana sangat bahagia ketika dia mendapat tawaran tersebut. tetapi dia harus mengurungkan niatnya karena orangtuanya tidak merestuinya.
“Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar.” (h. 11)
c) Jam 23.35
Zahrana tiba di Beijing dengan selamat. Zahrana menghela nafas panjang dan mengucapkan syukur ketika dia tiba di Beijing dengan selamat. Pesawat yang dia naiki mendarat di International Airpot Beijing.
“Jam di Capital International Airpot Beijing menunjukkan angka 23.35 ketika pesawat SQ 810 diumumkan telah mendarat.” (h. 49)
d) Pagi Hari
Pagi Hari adalah waktu yang sering muncul dalam novel “Cinta Suci Zahrana”. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel ini banyak menampilkan waktu di pagi hari. Ketika itu Zahrana adalah seorang dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Setiap pagi dia berangkat ke kampus untuk mengajar.
“Pagi itu Zahrana ke kampus dengan mengendarai sepeda motor maticnya.” (h. 117)
Zahrana selalu berangkat pagi ke kampusnya untuk mengajar, tetapi ketika itu Zahrana bangun kesiangan. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan tetapi Pak Munajat dan Bu Nuriyah tidak membangunkan Zahrana.
“Rumah itu lengang. Jam dinding di rumah menunjukkan pukul sembilan.” (h.143)
Pak Munajat dan Bu Nuriyah membiarkan Zahrana terditur sampai siang karena takut merusak jadwal Zahrana. Akhirnya Pak Munajat dan Bu Nuriyah melanjutkan sarapan paginya setelah melaksanakan shalat dhuha. Ketika itu Zahrana tidak berangkat ke kampus karena alasan kesiangan. Zahrana kesiangan karena malamnya dia tidak bisa tidur. Dia tidak bisa tidur karena gelisah akibat lamaran Pak Sukarman.
Ketika itu dekan di Fakultas Teknik pun sudah tiba di kampus ketika pagi hari. Ketika itu Pak Sukarman sengaja berangkat pagi karena tidak sabar menunggu kabar dari Bu Merlin mengenai lamarannya kepada orangtua Zahrana. Pak Sukarman adalah seorang dekan yang jatuh cinta kepada Zahrana. Pak Sukarman datang sangat pagi ke kampus dengan semangat dan keyakinan bahwa lamarannya pasti akan diterima oleh Zahrana.
“Pagi sekali Pak Sukarman sudah tiba di kampus.” (h. 176)
Pasca Lamaran Pak Sukarman, Zahrana merasa sangat tertekan dan gelisah. Dia menolak lamaran Pak Sukarman karena Pak Sukarman memiliki
kepribadian yang kurang baik. Setelah menolak lamaran Pak Sukarman,
Zahrana memutuskan untuk mengundurkan diri dari Universitas
Mangunkarsa. Kemudian Zahrana mengajar mengajar di STM Al Fatah Mranggen. STM tersebut di bawah naungan pesantren Al Fatah. Seperti biasanya, Zahrana adalah gadis yang rajin, sehingga setiap pagi dia pun sudah tiba di sekolahnya. Pagi itu Zahrana kaget ketika di pangil oleh kepala sekolah.
“Zahrana baru saja masuk kelas, ketika kepala sekolah memanggilnya. Ia bertanya-tanya dalam hati, ada apa sepagi ini kepala sekolah memanggilnya.” (h. 231)
Kepala sekolah memanggil Zahrana karena kepala sekolah mendapat dari Bu Nyai Dah bahwa Zahrana diminta menemuinya saat itu juga. Bu Nyai Dah adalah pengurus sekaligus pemilik pesantren Al Fatah. Zahrana langsung menemui Bu Nyai Dah. Bu Nyai Dah meminta Zahrana menemuinya karena beliau akan menjodohkan Zahrana dengan laki-laki soleh bernama Rahmad. Akhirnya Rahmad dan Zahrana pun menerima perjodohan tersebut dan mereka akan segera menikah. Semua perlengkapan pernikahan sudah siap tetapi pagi itu suasana bahagia berubah menjadi suasana duka. Pernikahan mereka ggagal karena Rahmad meninggal dunia.
“Pagi harinya bukan pesta pernikahan yang digelar tapi upacara belasungkawa kematian.” (h. 249)
Setelah kematian Rahmad, Zahrana berusaha menguatkan diri dan lebih fokus untuk beribadah. Zahrana menjalankan aktivitasnya kembali untuk
mengajar di STM Al Fatah. Zahrana berangkat pagi ke sekolah untuk mengajar. Bahkan Zahrana berangkat lebih awal sebelum bel masuk berbunyi. Zahrana adalah gadis yang kuat dan juga sangat rajin.
“Jam tujuh kurang sepuluh menit ia sudah sampai di kantor STM Al Fatah. Waktu sepuluh menit sebelum bel bunyi ia gunakan untuk membaca koran.” (h. 260)
e) Sore Hari
Salah satu latar waktu dalam novel “Cinta Suci Zahrana” adalah sore hari. Ketika sore hari terdapat banyak peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut. Ketika sore hari Lina mendatangi rumah Zahrana. Lina adalah sahabat baik Zahrana. Ketika itu Zahrana sedang pergi ke Beijing. Zahrana meminta tolong kepada Lina untuk menemui orangtuanya di rumah.
“Sudah pukul lima seperempat. Empat puluh lima menit lagi azan maghrib berkumandang. Ia punya waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan kedua orangtua sahabatnya itu.” (h. 41)
Setelah Lina dan orangtua Zahrana berbincang-bincang, Lina harus pamit karena waktu sudah sore. Akhirnya Lina pulang dan orangtua Zahrana mengantarkannya sampai depan rumah.
“Sebentar lagi maghrib saya harus pamit” (45)
Ketika itu Zahrana tiba di Beijing untuk mendapat penghargaan dari Tsinghua University. Zahrana membacakan pidatonya di atas panggung. Pidato Zahrana pun disiarkan langsung oleh TV nasional Indonesia. Bu
Nuriyah pun bergegas pergi ke rumah tetangganya untuk menyaksikan Zahrana di TV.
“Sore itu Bu Nuriyah tergopoh-gopoh datang ke warung Bu Karsih, tetangganya. Ia cemas karena pesawat televisi di rumahnya rewel.” (h. 72)
Bu Nuriyah sangat bahagia ketika Zahrana mendapat penghargaan di Beijing. Bu Nuriyah dan tetangganya bersama-sama menyaksikan Zahrana secara langsung di TV. Setelah mendapat penghargaan di Beijing, Zahrana akan kembali ke Indonesia. Bu Nuriyah sangat menanti kepulangan anak satu-satunya itu.
“Katanya Rana hari ini pulang. Sudah sore begini kok belum datang ya Pak?” (h. 111)
Akhirnya Zahrana tiba di Indonesia dengan selamat. Zahrana disambut dengan baik oleh mahasiswanya dan dosen-dosen dari Universitas Mangunkarsa. Pak Sukarman yaitu Dekan Fakultas Teknik di Universitas Mangunkarsa juga menyambutnya dengan meriah. Tetapi penyambutan Pak Sukarman memiliki maksud terselubung. Pak Sukarman jatuh cinta dengan Zahrana, sehingga dia menyambut Zahrana dengan meriah. Setelah itu Pak Sukarman meminta tolong kepada Bu Merlin untuk menyampaikan perasaannya kepada Zahrana. Bu Merlin pun membantu Pak Sukarman agar berhasil meminang Zahrana.
“Semoga berhasil Pak. Saya senang bisa membantu Pak Karman. Ini sudah sore Pak. Saya sudah harus pulang.”‟ (h. 152)
Bu Merlin mendatangi rumah orangtua Zahrana untuk menyampaikan lamaran Pak Sukarman. Ketika itu cuaca di Semarang sangat mendung. Tetapi Bu Merlin tetap datang ke rumah Zahrana demi menjalankan perintah dari Pak Sukarman. Pak Munajat dan Bu Nuriyah menyambut baik kedatangan Bu Merlin.
“Sore itu Semarang kembali gelap.” (h. 171)
Bu Merlin menyampaikan maksud kedatangan dirinya ke rumah Zahrana. Pak Munajat dan Bu Nuriyah pun sangat bahagia ketika mengetahui bahwa Zahrana akan dilamar oleh seorang Dekan. Bu Merlin menyampaikan kata-kata yang sangat baik tentang Pak Sukarman. Sehingga orangtua Zahrana pun merasa memiliki harapan baru bahwa Zahrana akan menikah dengan orang yang baik. Setelah berbincang-bincang, akhirnya Bu Merlin pulang ke karena hari sudah hampir maghrib.
“Pak, Bu, karena sudah hampir maghrib saya pamit dulu.” (h. 175) Bu Merlin menyampaikan tanggapan orangtua Zahrana kepada Pak Sukarman. Pak Sukarman pun sangat yakin bahwa Zahrana akan menerima lamarannya. Akhirnya Pak Sukarman dan keluarganya datang ke rumah Zahrana untuk melamarnya.
“Pak Karman dan keluarganya akan kesini? Dunia terasa suram dimata Zahrana.”
“Iya nanti jam setengah lima. Jawab Bu Nuriyah.” (h. 181)
Zahrana mencoba tenang menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dilamar oleh seseorang yang memiliki kepribadian yang buruk. Zahrana
merasa lamaran Pak Sukarman adalah sebuah ujian yang membuat dadanya sesak.
“Sore itu ia menghadapi ujian yang menyesakkkan jiwanya.” (h. 187) Zahrana dan keluarganya menerima kedatangan Pak Sukarman dengan sangat baik. Keluarga Zahrana menyiapkan banyak masakan untuk menyambut kedatangan Pak Sukarman dan keluarganya. Rombongan yang datang cukup banyak. Sehingga ada beberapa orang yang duduk di beranda rumah karena rumah Zahrana tidak terlalu besar.
“Rombongan Pak Karman datang tepat jam setengah lima sore.” (h. 191)
Juru bicara Pak Sukarman menyampaikan lamaran Pak Sukarman. Kemudian Zahrana menjawabnya dengan sikap yang sangat tenang. Zahrana mengatakan bahwa dirinya akan menjawab tiga hari kemudian. Setelah mereka selesai melakukan lamaran, mereka pun pulang karena har sudah mulai gelap.
“Menjelang Maghrib rombongan itu pamit.” (h. 195)
Zahrana memutuskan untuk segera menikah setelah dilamar oleh Pak Sukarman. Zahrana meminta tolong kepada Pak Kiai dan Bu Nyai untuk mencarika jodoh yang baik. Ketika itu Zahrana diminta Bu Nyai untuk menunggu seorang pedagang kerupuk keliling di depan rumahnya. Bu Nyai menjodohkan dia dengan seorang pedagang kerupuk yang memiliki akhlak baik. Pedagang kerupuk itu bernama Rahmad. Zahrana pun menuruti
perintah Bu Nyai dan akhirnya dia bertemu dengan pedagang kerupuk tersebut. Pedagang kerupuk tersebut masih muda dan ketika itu Zahrana terkesima melihat badannya yang kekar penuh dengan keringat. Pedagang kerupuk itu mengatakan kepada Zahrana bahwa Semarang sangat panas meskipun sudah sore.
“Semarang memang panas, meskipun hari telah senja.” (h. 239)
Zahrana tertarik dengan Rahmad dan Rahmad pun menerima perjodohannya dengan Zahrana. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera menikah. Zahrana dan keluarganya menyiapkan semua keperluan pernikahan. Zahrana juga telah memilih gaun pengantin yang anggun.
“Sore itu, ia mencoba gaun pengantin di kamarnya.” (h. 245)
Pernikahan Zahran dan Rahmad gagal karena Rahmad meninggal dunia. Zahrana mencoba menguatkan diri dan lebih fokus untuk beribadah. Ketika itu bulan Ramadhan telah tiba. Zahrana lebih khusuk dalam beribadah. Bulan Ramadhan Zahrana jalani hanya dengan Ibunya. Sore itu Zahrana menyiapkan makanan untuk berbuka puasa.
“Sore itu setelah shalat ashar Zahrana pergi ke warung untuk membeli kelapa, gula merah, dan tepung terigu.” (h. 262)
Zahrana menyiapkan buka puasa dengan Ibunya. Bulan puasa kali ini Zahrana jalani denga begitu sepi karena ayahnya telah meninggal dunia. Tetapi Zahrana dan Ibunya tetap menjalaninya dengan ikhlas.
“Adzan Maghrib berkumandang. Tanda waktu buka puasa tiba.” (h. 268)
f) Malam Hari
Salah satu latar waktu dalam novel “Cinta Suci Zahrana” adalah ketika malam hari. Pada saat malam hari tokoh utama bernama Zahrana merasa gelisah karena lamaran dari Pak Sukarman. Zahrana tidak suka dengan Pak Sukarman karena Pak Sukarman adalah seorang duda yang memiliki akhlak kurang baik. Setelah dilamar oleh Pak Sukarman, Zahrana merasa dihantui oleh bayang-bayang Pak Sukarman.
“Malam itu Zahrana tidak bisa tidur. Wajah Sukarman menteror dirinya.” (h. 139)
Zahrana tidak bisa tidur sehingga Zahrana bangun kesiangan. Pak Munajat dan Bu Nuriyah hanya memandang pintu kamar Zahrana. Kebiasaan Pak Munajat dan Bu Nuriyah adalah beribadah kepada Allah. Pak Munajat adalah seorang kepala rumah tangga yang beriman dan taat kepada agama. Keseharian Pak Munajat adalah pergi ke mushalla untuk shalat maghrib dan isya.
“Hari sudah gelap. Pak Munajat masih di Mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap di mushalla sampai isya‟.” (h. 154)
Ketika itu Pak Sukarman dan keluarganya datang ke rumah Zahrana. Keluarga Zahrana pun menyambut kedatangan Pak Sukarman dengan sangat baik. Keluarga Zahrana memasak cukup banyak untu menjamu Pak Sukarman dan keluarganya. Setelah Pak Sukarma dan keluarganya pulang, Bu Nuriyah meminta Zahrana untuk mengantarkan beberapa masakan kepada tetanganya.
Malam itu setelah mengantarkan opor ke rumah Mbak Mar dan Bu Karsih, Zahrana menyalakan motornya dan meluncur ke Tembalang. Ia mendatangi rumah Lina, sahabat terkasihnya.” (h. 198)
Zahrana menuruti perintah ibunya untu megantrkan makanan kepada tetangganya. Setelah itu Zahrana pergi ke rumah Lina untuk menceritakan kejadian di rumahnya tadi sore. Zahrana menceritakan semua kepada Lina bahwa dirinya baru saja dilamar Pak Sukarman dan keluarganya ke rumah. Lina pun dengan senang hati mendengarkan cerita Zahrana dan sekaligus mencarikan solusi terbaik. Akhirnya Zahrana menolak lamaran Pak Sukarman dan mengundurkan diri dari Universitaa Mangunkarsa. Kemudian Zahrana mengajar di STM Al Fatah Mranggen. Aktivitas Zahrana ketika itu adalah mengajar di STM.
“Malam itu setelah memeriksa tugas-tugas anak didiknya Zahrana membuka komputer.” (h. 223)
Selama mengajar di STM, Zahrana juga berusaha untuk menemukan jodohnya. Akhirnya Zahrana dijodohkan oleh Bu Nyai dengan Rahmad. Rahmad pun menerima perjodohan tersebut dan akhirnya mereka akan melangsungkan pernikahan. Malam sebelum pernikahan Zahrana tidur nyenyak dan dipenuhi rasa bahagia. Kemudian menjelang pagi dia dibangunkan dan dikagetkan dengan kabar yang sangat menyedihkan.
“Jam setengah tiga malam ia dibangunkan.” (h. 247)
Zahrana sangat terkejut ketika mendengar berita bahwa Rahmad meninggaldunia. Kemudian Paman Rahmad menceritakan kronologis