• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan

Dalam dokumen Disusun Oleh : D (Halaman 50-71)

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

2. Latihan

Menurut Nossek (1995: 3) latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun,sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi. Menurut Sukadiyanto (2002: 1) menerangkan bahwa pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih. Sedangkan menurut Harsono, (1988: 102) menyatakan bahwa Latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.

Bompa (1990: 3) menyatakan pula latihan adalah merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Thomson (1993:61) menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang atlet dalam suatu aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat (progresif) dan mengakui kebutuhan individu-individu atlet dan kemampuanya. Program latihan dilakukan mengunakan latihan atau praktek untuk mengembangkan kualitas yang dituntut oleh suatu even.

Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta

commit to user

keterampilan baik intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan fisik, teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam mempersiapkan atlet menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi (Harre, 1982:11). Melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sestim dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya. Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan (Pate dan Clenaghan, 1993:317).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan (olahraga) adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.

a. Prinsip-Prinsip Latihan

Keberhasilan dalam mencapai prestasi tertinggi bagi seorang atlet banyak dipengaruhi oleh kesiapan program latihan, kemampuan pelatih serta kemampuan fisik atlet. Semakin spesifik program latihan tersebut, semakin besar pengaruh yang dicapai dalam penampilan. Untuk

commit to user

mencapai tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip latihan. Prinsip-prinsip latihan merupakan pedoman untuk menyusun program latihan yang terorganisir dengan baik. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas latihan dapat dicapai, maka dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Menurut Nossek (1995: 4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari:

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu

latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi

4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.

Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain: (a) Prinsip Kesiapan (readiness), (b) Prisip Individual, (c) Prinsip Adaptasi, (d). Prisip Beban Lebih (Overload), (e). Prinsip Progresif (peningkatan), (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip Variasi, (h) Prinsip pemanasan dan pendinginan, (i) Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long

commit to user

Term Training), (j) Prinsip Berkebalikan (Reversibility), (k) Prinsip

Tidak Berlebihan (Moderat), (l) Prinsip Sistematik.

Menurut Suharno HP. (1993: 7-13) prinsip-prinsip latihan adalah: 1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsip kontinyu dalam

latihan)

2) Kenaikan beban latihan secara teratur 3) Prinsip individual (perorangan atlet) 4) Prinsip interval

5) Prinsip stress (penekanan) 6) Prinsip spesialisasi

Sedangkan menurut harsono (1988: 102-112) adalah: 1) Prinsip beban lebih (overload principle)

2) Prinsip perkembangan menyeluruh 3) Prinsip spesialisasi

4) Prinsip individualisasi

Menurut Nossek (1982: 14) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari:

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodesasi dan penataan beban selama peredaran waktu

latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi

4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan adalah kaidah-kaidah atau prosedur yang harus diperhatikan dalam

commit to user

melaksanakan latihan agar sasaran latihan dapat tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip latihan sepanjang tahun

Karena sifat adaptasi atlet terhadap beban latihan yang diterima adalah labil dan sementara, maka untuk mencapai suatu prestasi maksimal, perlu ada latihan sepanjang tahun dan terus menerus secara teratur, terarah, dan berkesinambungan. Terus menerus dan berkesinambungan bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali. Agar dapat diketahui dengan jelas suatu latihan yang sistematis, perlu ada periode-periode latihan.

2) Prinsip beban lebih

Beban latihan yang diberikan pada atlet harus cukup berat dan diberikan berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga merangsang adaptasi fisik terhadap beban latihan. Kenaikan beban harus bertahap sedikit demi sedikit agar tidak tejadi over

training, dan proses adaptasi terhadap beban terjamin keteraturannya.

3) Prinsip perkembangan menyeluruh

Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan kepada atlet untuk melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar ia memiliki dasar yang kokoh guna menunjang ketrampilan khususnya kelak. Dengan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, atlet mengalami perkembangan yang komprehensif terutama dalam hal

commit to user

kondisi fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan gerak dan sebagainya.

4) Prinsip individual

Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi, karakteristik belajarnya, ataupun tingkat kemampuannya, karena perbedaan-perbedaan tersebut harus diperhatikan oleh pelatih agar di dalam memberikan beban dan dosis latihan, metode latihan, serta cara berkomunikasi dapat sesuai dengan keadaan dan karakter atlet sehingga tujuan prestasi dapat tercapai.

5) Prinsip interval

Prinsip interval sangat penting dalam merencanakan latihan, karena berguna dalam pemulihan fisik dan mental atlet. Dalam prinsip ini latihan-latihan yang dilakukan menggunakan interval berupa waktu istirahat. Istirahat dapat dilakukan dengan istirahat aktif maupun istirahat pasif. Perbandingan waktu kerja atau latihan dengan waktu istirahat dapat pula menjadi beban latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik.

6) Prinsip tekanan

Prinsip tekanan atau stress menuntut latihan harus menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh baik kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rohani. Hal ini penting untuk meningkatkan prestasi, beban yang berat berguna meningkatkan kemampuan organisme, situasi dan kondisi yang berat untuk

commit to user

menggembleng mental yang diperlukan dalam menghadapi pertandingan-pertandingan, meskipun demikian pemberian tekanan harus disesuaikan dengan kondisi atlet.

7) Prinsip kekhususan

Latihan harus mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai dengan sifat dan karakter masing-masing cabang olahraga.

b. Tujuan Latihan

Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah mencapai prestasi yang maksimal, disamping itu Harre (1982: 10) secara rinci mengemukakan tujuan utama latihan adalah:

1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan fisik

2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai dengan teknik dasar setiap cabang olahraga

3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok 4) Untuk meningkatkan mental atlet

5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet.

Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja atau atkivitas gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik dengan sempurna.

Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan sistem saraf menuju gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar tiap cabang olahraga akan

commit to user

menentukan kesempurnaan gerak keseluruhan. Karenanya teknik dasar yang diperlukan oleh tiap cabang olahraga harus dipelajari dan dikuasai dengan baik oleh atlet.

Taktik dapat diartikan sebagai suatu siasat yang digunakan untuk memperoleh keberhasilan atau kemenangan secara sportif dengan menggunakan kemampuan teknik individu. Teknik-teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, dikembangkan dan dilatih lebih keras lagi dalam setiap latihan, sedangkan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang ada sebisa mungkin ditekan dan dicari suatu cara untuk menutup kekurangan atau kelemahan tersebut. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada maka dapat dikembangkan suatu taktik untuk dapat menguasai dan mengalahkan lawan atau mencapai kemenangan, bahkan dengan senjata kekurangan yang ada sekalipun.

Latihan mental bertujuan untuk menjaga kestabilan emosi dan meningkatkan motivasi. Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa “Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet, emosional, dan impulsif guna mempertinggi efisiensi mental atlet terutama apabila atlet dalam situasi stress yang kompleks”. Jadi pada prinsipnya latihan mental adalah untuk menghilangkan atau mengurangi beban psikologis itu mental atlet yang dapat mengganggu penampilan atau prestasi selama berlomba atau bertanding. Mental yang tinggi merupakan modal tambahan yang sangat penting untuk menuju tahap kematangan juara, karena sifat-sifat yang berupa semangat

commit to user

bertanding yang bernyala-nyala, tak kenal menyerah dan berputus asa, selalu waspada, dan rasa percaya diri yang tinggi menandakan bahwa atlet siap untuk menjadi seorang kuasa.

Demikian pentingnya latihan sehingga para ahli olahraga dan ilmuwan berusaha untuk meneliti lebih jauh cara metode yang dapat meningkatkan kemampuan fisik yang lebih efektif dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penemuan-penemuan sebelumnya.

Aktivitas latihan dipengaruhi oleh bentuk latihan, jenis latihan dan waktu pelaksanaan latihan. Dengan demikian latihan akan merangsang kemampuan adaptasi fisik terhadap perkembangan fisiologis maupun psikologis untuk melawan tekanan dalam latihan.

c. Metode Latihan

Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya latihan adalah sama dengan belajar, dimana latihan adalah belajar dalam skala yang lebih intesif. Rusli Lutan (1988:397) mendefinisikan metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat tercapai.

Menurut Seidel, et al. (1975:113) menyatakan bahwa ”Metode mencakup pengertian yang luas mencakup prosedur dan teknik yang

commit to user

metode diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mengadopsi pendapat Gagne dalam Singer (1980:25) jika dihubungkan dengan latihan ”untuk mencapai tujuan latihan secara efektif dan efisien, prosedur dan teknik yang harus dikerjakan pelatih dan atlet mencakup tiga aspek, yakni akurat, efisien dan komunikatif”.

Akurat mengandung arti bahwa informasi mengenai program latihan yang disusun harus dapat dipahami dan diterima atlet dengan mudah, serta tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efisien berarti bahwa penggunaan waktu dan tenaga diusahakan sesingkat mungkin tetapi diharapkan tujuan dapat dicapai dengan baik dan hasil yang maksimal tanpa kelelahan yang berarti. Komunikasi dalam hal ini adalah situasi lingkungan latihan yang diciptakan harus dapat memberikan motivasi latihan yang baik bagi atlet, ada kesepahaman antara pelatih dengan atlet dalam melaksanakan program latihan yang disusun. Bila ada bentuk komunikasi antara pelatih dan atlet akurat, efisien dan menarik maka semangat latihan dapat meningkat. Keberhasilan pelatih dalam melatih didukung atas beberapa faktor diantaranya adalah metode latihan.

Dalam masalah metode latihan fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam program latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik, baik perkomponen maupun secara keseluruhan untuk meningkatkan

commit to user

status kondisi fisik atlet bersangkutan untuk menghadapi pertandingan. Kedua, program latihan mempertahankan kondisi fisik, yaitu program latihan yang disusun sedemikian rupa untuk mempertahankan kondisi fisik atlet berada dalam puncaknya.

Peningkatan kondisi fisik yang diperoleh melalui latihan dapat dilihat berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, dan peningkatan ketrampilan. Untuk itu diperlukan suatu program latihan yang benar dan sesuai dengan tujuan dari latihan itu sendiri.

Melihat pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang sistematis untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar atau berlatih dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

Pada kenyataannya latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang nyata, yang mana pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang sangat penting untuk memotivasi seorang atlet dan memungkinkan pelatih mendapatkan umpan balik apakah latihan yang direncanakan itu efektif meningkatkan prestasi atau tidak.

d. Program Latihan

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

commit to user 1) Intensitas latihan

Intensitas latihan adalah suatu dosis (jatah) pelatihan yang harus dilakukan seorang atlet menurut program yang telah ditentukan. Intensitas pelatihan yang dilakukan setiap kali berlatih harus cukup, apabila intensitas suatu pelatihan tidak memadai, maka pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kualitas fisik sangat kecil atau bahkan tidak sama sekali. Sebaliknya apabila intensitas pelatihan terlalu tinggi kemungkinan dapat menimbulkan cidera atau sakit. Intensitas pelatihan adalah ukuran kualitas latihan meliputi prosentase kinerja maksimum (Kg.m/detik), prosentase detak jantung maksimal, prosentase VO2 max, kadar laktat darah dan lain-lain.

Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang anaerobik. Cara yang termudah untuk mengetahui intensitas pelatihan sudah cukup atau belum yaitu dengan menghitung denyut nadinya pada waktu pelatihan (Astrand, 1977; Miller, 1994; Brooks, 1996 dalam Nala, 1998:45). Selanjutnya kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan berdasarkan persentase dari denyut nadi. Makin kecil persentasenya disebut intensitas rendah, sedangkan makin tinggi persentasenya disebut intensitas supermaksimal. Tingkat intensitas ini terdiri dari terendah sampai tertinggi (Bompa dalam Nala, 1998:45), terdiri atas :

commit to user

a). Intensitas Rendah : 30% - 50% Denyut Nadi b). Intermedium : 50% - 70% Denyut Nadi c). Medium : 70% - 80% Denyut Nadi d). Submaksimal : 80% - 90% Denyut Nadi e). Maksimal : 90% - 100% Denyut Nadi f). Supermaksimal : 100% - 105% Denyut Nadi

Nala (1992:38) menyatakan bahwa apabila intensitas suatu pelatihan diambil berdasarkan denyut nadi maka, dapat diukur dengan menggunakan dalil sebagai berikut:

Teknik menghitung denyut nadi yang digunakan adalah dengan cara memegang dan merasakan denyut nadi dengan menggunakan ketiga jari tangan (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada nadi pergelangan tangan, pada daerah pengumpul, radialis, lalu dirasakan dan setelah detakan baru dihitung selama 30 detik. Hitungan selama 30 detik, lalu dikalikan 2, sehingga hasil perkalian tersebut merupakan jumlah denyutan per menit (Nala, 1992:72).

Sedangkan penghitungan denyut nadi yang lain biasanya dilakukan dengan palpasi pada arteri radialis atau arteri coratid selama 15 detik selanjutnya hasilnya dikalikan empat.

Denyut Nadi Maksimal : 220 – Umur. Denyut Nadi Optimal : (220 – Umur) – 10. Denyut Nadi Minimal : 3/4 X (220 – Umur).

commit to user Tabel 1.

Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi

Zona Tingkat Denyut Nadi

(Dt/Mnt)

01 Rendah 120-150

02 Sedang 150-170

03 Tinggi 170-185

04 Maksimum > 185

Sumber : Pekik Irianto (2002:57).

Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust Jump dapat meningkatkan daya ledak (power) otot tungkai secara efektif, apabila intensitas pelatihan adalah 50% - 70% dari denyut.

nadi minimal (Nala, 1992: 38). 2) Lama latihan

Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program latihan itu dijalankan sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. Fox dalam

commit to user

Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya dilakukan 4 – 8 minggu”, sedangkan Harsono (1988:117) berpendapat bahwa “untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.

Berdasarkan uraian di atas, maka waktu pelatihan pada penelitian ini adalah empat minggu atau selama 12 kali pelatihan dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu dimana tidak termasuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust

Jump, hingga mencapai daerah pelatihan (training zone), yaitu 50% -

70% dari denyut nadi minimal (Nala, 1992: 38) 3) Frekuensi latihan

Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan.

Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali

commit to user

dalam satu minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan. Sajoto (1995:35) mengemukakan bahwa: Program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa latihan dalam penelitian ini adalah suatu program latihan berbeban secara isotonik yang disusun dengan sistematis guna meningkatkan daya ledak otot, khususnya daya ledak otot tungkai. Adapun penentuan berat beban, repetisi, ulangan dan jumlah latihannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan berbeban dan pendapat para ahli di atas. Pelaksanaan masing-masing berat beban untuk program latihan plaiometrik dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Pate (1984:324) bahwa lama latihan 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet, yaitu untuk latihan power dapat meningkat 10%-25%. Untuk frekuensi latihannya sebanyak 3 kali perminggu. Hal ini untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang diterima otot. Selanjutnya untuk peningkatan beban latihan perminggu adalah kurang dari 5% beban sebelumnya. Untuk penambahan beban adalah dengan jenjang bergelombang seperti gambar 1. Pada gambar

commit to user

tersebut dapat dilihat bahwa latihan minggu ke dua meningkat sedikit dari minggu pertama, kemudian minggu ke tiga meningkat sedikit dari minggu ke dua, selanjutnya minggu ke empat turun yaitu dengan berat beban sama dengan minggu ke dua, demikian dilanjutkan sampai masa latihan selesai.

Kecepatan Beban Latihan B eba n La ti ha n

Gambar 7. Kurva kecepatan Beban Latihan yang diikuti dengan peningkatan prestasi (Bompa, 1994:46).

Metode latihan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini yaitu metode latihan Plaiometrik dengan model latihan Plaiometrik Hurdle

Hopping dan Squat Thrust Jump, yang nantinya diharapkan metode

latihan ini dapat meningkatkan prestasi lompat jauh, dalam penelitian ini lompat jauh gaya menggantung (hang style).

e. Sistematis Latihan.

Pelatihan akan menghasilkan suatu manfaat yang maksimal apabila mengikuti sistem pelatihan yang tepat. Sistematika pelatihan yang salah akan menyebabkan terjadinya suatu cidera. Adapun

commit to user

sistematika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Kanca, 1992:2).

1) Pelatihan Peregangan (Streching).

Sebelum melakukan pelatihan yang berat, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pelatihan peregangan karena bermanfaat untuk : a) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi dan

menambah mutu gerakan.

b) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa rileks, serta mencegah terjadinya cidera.

c) Meningkatkan kesiap-siagaan tubuh, serta melancarkan sirkulasi darah.

Peregangan mutlak harus dilakukan, gerakan peragangan tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba harus perlahan - lahan. Peregangan dapat dilakukan secara aktif dan juga bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan orang lain. Pada setiap akhir dari usaha peregangan otot pada satu sendi posisinya ditahan selama 20-30 detik (Nala, 1998: 51).

2) Latihan Pemanasan (Warning-Up).

Pemanasan atau warming-up amat perlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding (pra-pertandingan). Sistem tubuh pada saat istirahat berada dalam keadaan tidak begitu aktif (inersia). Untuk mengaktifkan kembali maka perlu dilakukan pemanasan (Nala, 1998:49).

commit to user

Proses pemanasan ini sebenarnya berawal di tingkat lapisan luar otak atau korteks otak. Untuk mengantisipasi gerakan pada saat pemanasan, saraf simpatis dirangsang yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah diseluruh pembuluh skeletal. Bila aktivitas sesungguhnya dimulai, maka akan terjadi

vasokontriksi di organ otot skeletal yang tidak bekerja dan tetap terjadi vasodilatasi di otot skeletal yang berkontraksi (Berger dalam Nala,

1998:49), selama pemanasan akan terjadi peningkatan intensitas secara progresif, menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi saraf, diikuti pula proses metabolik yang cepat. Akibat pemanasan aliran darah meningkat, suhu tubuh naik, yang akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan pemasokan oksigen kepada sel otot dan organ tubuh yang lainnya. Peningkatan oksigen dan aliran darah

Dalam dokumen Disusun Oleh : D (Halaman 50-71)

Dokumen terkait