BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
3. Plaiometrik
Plaiometrik merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya ledak atau explosive power, yang merupakan komponen penting dari sebagian besar prestasi/kinerja olahraga (Radcliffe and Farentinos, 1985:1). Dari sudut pandang praktis latihan plaiometrik memang relatif mudah diajarkan dan dipelajari, serta menempatkannya juga lebih sedikit tuntutan fisik tubuh daripada latihan kekuatan dan daya tahan.
Plaiometrik berasal dari kata Yunani “pleythuein” yang berarti meningkatkan atau membangkitkan. kata ini berasal dari kata “plio” berarti lebih dan “metric” berarti pengukuran (Wilt & Ecker 1970 dalam Radcliffe and Farentinos, 1985:3). Latihan plaiometrik menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic loading) atau penguluran otot yang sangat rumit (Radcliffe and Farentinos, 1985:111).
Plaiometrik adalah latihan yang menghasilkan pergerakan otot
isometric dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan
plaiometrik dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan otot-otot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan power atau kekuatan eksplosif. Plaiometrik adalah latihan yang tepat untuk orang-orang yang dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadikan atlet dalam meningkatkan dan mengembangkan loncatan kecepatan dan kekuatan maksimal. Menurut (Chu, 1992) latihan plaiometrik memberikan keuntungan ganda yaitu; pertama, plaiometrik memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai
commit to user
dengan percepatan berat badan melawan grafitasi, ini menyebabkan gaya dan kecepatan latihan beban tersedia. Kedua, plaiometrik merangsang berbagai aktifitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering dibanding dengan latihan beban. Ini adalah latihan khusus yang dapat menghasilkan kekuatan lebih besar dan kecepatan lebih tinggi.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plaiometrik adalah bentuk latihan explosive power dengan menggunakan kontraksi otot yang sangat cepat dan kuat dalam mengatasi tahanan, yakni otot selalu berkontraksi baik saat memanjang maupun pada saat memendek dalam waktu yang cepat.
Menurut Sukadiyanto (2002:96) bentuk latihan plaiometrik dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah (low impact) dan latihan dengan intensitas tinggi (high impact).
1) Bentuk latihan plaiometrik dengan intensitas rendah (low impact) antara lain:
a) Skipping
b) Rope Jumps ( lompat tali)
c) Loncat-loncat ( Hops) atau lompat-lompat
d) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm e) Melempar ball medicine 2- 4 kg
f) Melempar bola tennis yang ringan.
2) Bentuk latihan plaiometrik dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi:
commit to user b) Triple Jump (lompat tiga kali)
c) Lompat jauh dan langkah panjang d) Loncat-loncat dan lompat-lompat e) Melempar bola medicine 5-6 kg f) Drop Jumps dan Reactive Jumps
g) Melompat di atas bangku atau tali setinggi di atas 35 cm h) Melempar benda yang relatif berat.
Latihan plaiometrik akan efektif apabila pelatih dapat menyusun periodisasi latihan yang tepat. Pelatih perlu memadukan antara frekuensi, volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan menghasilkan penampilan yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan secara rinci mengenai aturan volume yang berkaitan dengan set dan repetisi. Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan tingkat keberhasilan latihan. Intensitas latihan dalam plaiometrik selalu diukur dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan, intensitasnya semakin tinggi (Radcliffe & Farentinos, 1985:28). Untuk durasi latihan tergantung pada lamanya pemain mengeksekusi gerakan cabang olahraga tertentu. Tidak ada waktu pasti, tergantung pada tingkat kesulitan dan intensitas latihan dalam sistem energi predominan cabang olahraga tertentu, karena tiap cabang mempunyai sistem predominan yang berbeda-beda.
a. Bentuk-bentuk Latihan Plaiometrik
Plaiometrik adalah sebuah metode untuk mengembangkan eksplosive
commit to user
Farentinos, 1985: 1). Dengan melihat bentuk latihannya, sangatlah mudah untuk dilakukan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan atau bentuk latihan plaiometrik untuk panggul dan kaki. Bentuk latihan plaiometrik menurut Radcliffe dan Farentinos, (1985:15-17), Bompa, (1994:78-141) adalah sebagai berikut:
1) Bounding
Adalah menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum dan jarak horisontal. Macam-macam latihan bounding adalah: double leg bound, alternate leg bound, double leg box bound,
alternate leg box bound, incleane bound, bounding dapat dilakukan
dengan dua kaki atau satu kaki secara bergantian. Otot yang terlatih adalah:
a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.
b) Ekstensi paha: Biceps femuris, semitendinosus dan
semimembrannosus (kelompok hamstring) serta gluteus maximus
dan minimus (kelompok gluteal)
c) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,
medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus
dan semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus dan minimus.
commit to user
e) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.
Berikut adalah contoh gerakan bounding.
Gambar 8 : Bentuk latihan alternate leg box bound (Radcliffe dan Farentinos, 1985:36)
2) Hopping
Gerakan hopping terutama lebih ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya. Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki ataupun satu kaki. Macam-macam latihan hopping adalah: double leg speed hop,
single speed hop, decline hop, side hop, ankle hop. Otot yang terlatih
adalah:
a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.
b) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,
medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus
commit to user
dan semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus
dan minimus.
c) Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus
d) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.
Gambar 9: Bentuk latihan double speed hop 3) Jumping
Ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping, sedangkan pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan dalam jumping. Macam-macam latihan jumping adalah: squat jump, knee tuck jump, split jump, scissor jump, box jump. Otot yang terlatih adalah:
a) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, illiacus dan gracillis b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot rectus femuris, vastus lateralis,
medius dan intermedius
c) Ekstensi tungkai melibatkan otot rectus femuris, semiteninosus dan
commit to user
d) Aduksi paha melibatkan otot gluteus medius dan minimus, dan
adductor longus, brevis magnus, minimus dan halucis.
Gambar 10 : Bentuk latihan Knee tuck jump (Radcliffe dan Farentinos, 1985:56)
4) Leaping
Leaping adalah suatu latihan kerja tunggal yang menekankan
jarak horisontal dengan ketinggian maksimum. Bisa dilakukan dengan dengan dua kaki atau satu kaki. Macam-macam gerakan leaping: Quick
leap, dept jump leap
a) Ekstensi paha melibatkan otot biceps femuris, semiteninosus, dan
semimembranosus, serta gluteus maksimum dan minimus.
b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot vastus lateralis, medialis dan
intermeius.
c) Fleksi paha dan pelvis, melibatkan tensor faciae latae, sartoriius,
commit to user
d) Adduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-oot gluteus medius dan
minimus, dan adductor longus, brevis dan magnus.
Gambar 11: Bentuk latihan dept jump leap (Radcliffe dan Farentinos, 1985: 2) 5) Ricochet
Ricochet semata-mata menekankan pada tingkat kecepatan
tungkai dan gerakan kaki, meminimalkan jarak vertikal dan horizontal yang memberikan kecepatan pelaksanaan yang lebih tinggi. Macam gerakan ricochet: floor kip, decline ricochet. Otot-otot yang terlatih adalah:
a) Ekstensi lutut dan persendian pinggul, melibatkan otot vastus
lateralis, medialis, dan intermedius
b) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, pectineus, aductor
commit to user
Gambar 12: Bentuk latihan decline ricochet (Radcliffe dan Farentinos, 1985:82) 6) Skipping
Skipping dilakukan dengan melangkah meloncat secara
bergantian hop-step, yang menekankan ketinggian dan jarak horizontal. Macam gerakan skipping: box skip, skiping.
Latihan plaiometrik merupakan bentuk-bentuk latihan yang menekankan pada pola gerak tubuh bagian bawah. Artinya latihan
plaiometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang berguna untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan kinerja power tungkai. b. Mekanisme Kontraksi Otot
Anatomi fungsional hopping meliputi (1) fleksi paha, melibatkan otot-otot sartorius, iliacus, dan gracilis : (2) ekstensi lutut, melibatkan otot-otot tensor fasciae latae, vastus lateralis, medialis, intermedius , dan
rectus femoris : (3) ekstensi paha dan refleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus serta juga
melibatkan otot-otot gluteus maximus dan minimus, (4) fleksi lutut dan kaki, melibatkan otot-otot gastrocnemius, peroneus, dan soleus, dan (5)
commit to user
minimus, dan adductir langus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.
(Radcliffe, Farentinos, 1985:13)
Gerakan plaiometrik terjadi serangkaian kontraksi otot yang selanjutnya Guyton (1992:103) melukiskan mekanisme dasar yaitu pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua membran Z yang berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih sedangkan pada saat yang sama filamen miosin mengadakan tumpang tindih sempurna. Sebaliknya, pada keadaan kontraksi, filamen-filamen
aktin ini tertarik ke dalam di antara filamen miosin sehingga sekarang satu
sama lain tumpan tindih luas. Membran Z juga tertarik oleh filamen aktin sampai ke ujung-ujung filamen miosin. Memang, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen
miosin sebenarnya melengkung waktu kontraksi yang sangat kuat. Jadi
kontraksi otot terjadi karena mekanisme “sliding filamen”.
Otot skelet mendapat dua persarafan motorik, yaitu alfa
motorneuron dan gamma motorneuron. Alfa motorneuron akan
memberikan rangsangan motorik pada serabut otot extrafusal, sedangkan
gamma motorneuron akan memberikan rangsangan motorik pada serabut intrafusal. Pengaruh kontraksi tersebut dapat timbul dari rangsangan
kemauan saraf somatic (alfa neuron) tetapi dapat juga akibat rangsangan peregangan yang mendadak pada muscle spindle. Sehingga latihan yang disengaja serta dengan peregangan otot yang mendadak akan menyebabkan dua pengaruh pada otot baik melalui gamma motorneuron
commit to user
maupun alfa motorneuron, sehingga akan menimbulkan pengaruh kontraksi yang lebih baik.
Pengaruh refleks peregangan yang cepat dan mendadak tersebut juga menguntungkan pada organ sensorik relaksasi otot, yaitu Golgi
Tendon Organ. Sehingga kontraksi yang kuat dari hasil refleks peregangan
segera diikuti dengan mekanisme relaksasi dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada tendon.
Gambar 13. The Golgi Tendon Organ ( Bompa, 1994:21)
Kontraksi sebuah otot berubah-ubah dalam kecepatan, kekuatan dan lamanya (duration) untuk menyebabkan perbedaan macam-macam gerakan. Dalam gerakan kekuatan maksimum otot agonist (mover) memakai kekuatan maksimum dan berkontraksi pada kecepatan maksimum, menghasilkan gerakan yang cepat dan kuat. Otot sendi yang beraneka ragam adalah menyilang lebih dari satu sendi dan menyokong
commit to user
gerakan dalam tiap sendi yang menyilang. Kelompok hamstrings, yang dilokasikan dibelakang paha membengkokkan lutut dan meluruskan panggul.
Dasar – dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat dalam plaiometrik adalah apa yang disebut “refleks peregangan” (stretch
reflex), juga disebut “refleks spindle” atau refleks miotatik” (spindle reflex or myotatic reflex). Alat-alat atau perangkat refleks poros dan refleks
regangan itu merupakan komponen-komponen utama dari kontrol keseluruhan sistem syaraf terhadap gerakan tubuh. Dalam pelaksanaan berbagai keterampilan olahraga, suatu gerakan reaktif-ekplosif, otot-otot mungkin mengalami peregangan yang cepat sebagai akibat adanya semacam beban yang dikenakan pada otot-otot tersebut. (Radcliffe, Farentinos, 1985:7)
Latihan-latihan plaiometrik diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam sistem neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plaiometrik nampaknya adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan kuat, misalnya dari gerakan turun-naik pada lompat dan gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan mengurangi waktu yang
commit to user
diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan. (Radcliffe, Farentinos, 1985:8)
c. Sistem Energi Latihan Plaiometrik Hurdle Hopping dan Squat Thrust
Jump
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memerlukan energi. Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu jarak. Energi menurut Yusuf. H. dan Aip S. (1996: 113) didefinisikan sebagai abilitas untuk melakukan kerja, sedangkan kerja (work) adalah produk dari sesuatu kekuatan (force) melalui suatu jarak (W = F x d). Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Pate R. Clenaghan M.B. (1993:237) mengatakan kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Kalau kita kaji secara mendasar bahwa, seluruh energi yang digunakan oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia berasal dari matahari. Manusia memeperoleh energi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, hidup kita tergantung dari mereka, oleh karena itu kita harus mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagian besar
commit to user
energi yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kita gunakan untuk: mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim, kontraksi otot-otot, bergerak dan aktivitas yang lain.
Energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita konsumsi, di dalam tubuh kita dipecah, dimana peristiwa ini dikenal dengan istilah pemecahan makanan. Energi yang berasal dari pemecahan makanan digunakan untuk membentuk persenyawaan kimia adenosin
trifosfat (ATP) yang ditimbun di dalam otot (Soekarman, 1987:21). Di
dalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat berkontraksi atau berrelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi
adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan energi siap pakai untuk
otot (Janssen, 1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut;
ATP ADP + energi.
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Menurut Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimal, dan jumlah kreatin
fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik. Otot yang aktif, energi yang
commit to user
mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.
Tabel 2
Prediksi pulih asal dan diet (Fox and Mathew, 1981:235)
Waktu Pulih Asal Jenis Diet Proses Pulih
Minimum Maksimum
ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) - -
Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit -
5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam Karbohidrat Cadangan glycogen
otot 10 jam (cab. Or.
Kontinyu) 48 jam karbohidrat
Cadangan glycogen
hati tidak diketahui 24 jam -
Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam -
Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam -
Cadangan 02 10 – 15 detik - -
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya.
Tabel 3
Klasifikasi aktivitas maksimal pada berbagai durasi serta sistem penyediaan energi untuk aktivitas (Janssen, 1987:14)
Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi
1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP -
4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -
20 – 45 detik Anaerob, alaktik
+ Anaerob
ATP + PC + glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
120 – 140 detik
Aerob
+ anaerob, laktik Glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun 240 – 600 detik Aerob Glikogen otot + asam lemak Dengan meningkatkatnya
durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
commit to user
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu. Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang peran penting.
Tabel 4
Berbagai substrat untuk pasok energi dan ciri-cirinya
Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi
Kreatin fosfat (CP)
Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat
Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat
Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat
Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat
ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam menghasilkan ATP, yaitu sisten ATP-PC dan sistem LA, sedang yang ketiga adalah sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) (Smith, NJ. 1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut;
Gambar 14: Penyediaan ATP
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot
commit to user
berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali (resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho
Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P), maka senyawa
tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali.
Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics glycolisis”.
Tabel 5
Kapasitas ATP dan jumlah tenaga per menit dalam sistem energi Sistem Energi Kapasitas ATP
(jumlah mol)
Tenaga Mol/Menit
Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6
Glikolisis anaerobics 1,2 1,6
commit to user
Penyediaan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan sistem sebagai berikut : sistem ATP-PC (phosphagen), sistem glykolisis
anaerobic (asam laktat), dan sistem aerobic (Yusuf. H. dan Aip S,
1996:113).
a) Sistem ATP-PC (phosphagen)
Energi dari makanan diperlukan untuk melakukan aktivitas tidak dapat diserap langsung dari makanan tapi diperoleh dari persenyawaan kimia yang disebut ATP (Adenocine Tri Phosphat), ATP disimpan dalam otot dalam jumlah terbatas bila kurang akan terus ditambah melalui senyawa kimia dari zat-zat lain diantaranya PC (Phosfo
Creatine) yang juga tersimpan dalam otot.
Bila ATP diuraikan, seperti fosfat dilepas dari molekul, maka dengan sendirinya telah dilepaskan antara 7-12 kalori energi senyawa kimiawi dapat ditunjukkan sebagai berikut : ATP ADP + Pi + Energi
Disamping energi yang dilepas, sebagai produk sampingan adalah ADP (Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphat Inorganic) energi dari ATP ini digunakan untuk kontraksi otot.
Penampilan yang memakan waktu singkat dan intensitas tinggi energinya perlu disediakan segera. Energi ini didapat dari ATP dan PC. ATP dan PC keduanya mengandung kelompok fosfat, maka sistem ini disebut phosphagen.
commit to user
Produk akhir dari penguraian kedua kelompok ini adalah
careatine (C) dan fosfat inorganic (Pi). Energi akan segera tersedia
dan secara biokimia akan dirangkai untuk mensintesis
ADP + P ATP. Rangkaian reaksi kimia dapat digambarkan sebagai berikut :
PC Pi + C + Energi ATP ADP + Pi + Energi
Sistem energi ini berlangsung sekitar 8-10 detik pada latihan intensitas tinggi (Yusuf, H. Dan Aip Sarifudin, 1996:113-114).
b) Sistem anaerobic (asam laktat)
Istilah glikolisis berarti menguraikan glikogen atau glukosa (karbohidrat), dan anaerobic berarti tanpa oksigen. Jadi dalam
glikolisis anaerobic, glikogen atau glukosa diuraikan tanpa bantuan
oksigen. Energi dilepas untuk mensintesis ATP dan hasil akhirnya adalah asam laktat. Waktu sistem ini berlangsung sekitar 40 detik.
Bila asam laktat tertimbun dalam otot dan darah dalam jumlah yang tinggi maka akan menyebabkan kelelahan secara temporer. Sistem asam laktat pembentukan energinya lebih lambat dari sistem PC, jadi kontraksi otot yang cepat mempergunakan sistem ATP-PC dan kontraksi otot lambat mempergunakaan sistem asam laktat (Yusuf. H. dan Aip S, 1996:114)
commit to user
c) Sistem aerobic (oksigen).
Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme aerobik. Metabolisme aerobik ini terjadi dalam otot, pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat.
Atlet yang memanfaatkan oksigen melalui latihan aerobik, hasil yang dicapai adalah :
1) Jantung menjadi lebih kuat sehingga darah dapat dipompa lebih banyak.
2) Pembuluh nadi akan bertambah lebih lebar sehingga banyak darah melaluinya.
3) Sel darah merah akan meningkat jumlahnya sehingga oksigen bertambah.
Sistem aerobik merupakan sumber energi untuk aktivitas yang lama antara 2 menit sampai 2-3 jam. Jumlah ATP dalam otot terbatas, dan jika tidak terjadi pembentukan ATP, sumber energi akan segera habis. Dalam otot secara konstan ATP akan terbentuk kembali dari ADP yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot untuk melanjutkan aktivitas itu. ATP dapat terbentuk dari :
1) Kreatin fosfat + ADP Kreatin + ATP
Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
commit to user
Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan laktik (membentuk laktat).
3) Glukosa + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan
alaktik (tanpa membentuk laktat).
4) Lemak + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan