• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Materi

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK I Prof (Halaman 105-171)

1. Konsep

Tentang konsep seni lukis dekoratif, Mikke Susanto (2011: 227) mengemukakan bahwa, konsep merupakan pokok/utama yang medasari keseluruhan pemikiran, tentang lukisan yang akan diciptakan. Kata dekoratif mengandung arti ”penuh dengan hiasan”. Jadi, konsep seni lukis dekoratif adalah merupakan hal pokok/utama yang mendasari keseluruhan pemikiran, tentang lukisan yang akan diciptakan, penuh dengan hiasan. Menguraikan konsep seni lukis bercorak dekoratif pada hakekatnya telah lama dirintis oleh nenek moyang kita bangsa Indonesia. Rintisan tersebut jika kita tengok sejarah setidak-tidaknya pada zaman Majapahit sekitar abad ke -15 telah ada lukisan bercorak dekoratif berupa Wayang Beber. Jika kita tengok wujudnya, maka dapat dikemukan suatu konsep ”pendidikan moral yang heroisme”, terikat pada pakem, yaitu berujud lembar lukisan wayang pada kain yang panjang, diberi tangkai di kedua ujungnya, digelar dan digulung ketiak dimainkan. Gulungan wayang beber merupakan cerita bersambung, jadi terdiri dari beberapa gulungan Wayang Beber. Cerita: tentang perkawinan Panji Inukertapati, dengan galuh Candrakirana. Kisah cerita ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kadiri sekitar abad ke-13, sebelum Majapahit lahir. Perhatikan contoh Wayang Beber berikut.

Gambar 73. Wayang Beber bercorak dekoratif, dari Pacitan Jawa Timur (Sumber: Holt, C. 1967: 127)

Lukisan berupa Wayang Beber Pacitan tersebut merupakan adegan ketiga, di tengah adalah Sekartaji (Galuh Candrakirana) dikunjungi oleh wanita

bijaksana sebelum perkawinannya dengan Panji Inukertapati. Di dalam Wayang Beber tersebut semua objek telah distilir sehingga terkesan pipih/datar/flat, tidak menujukkan adanya perspektif- tiga dimensional. Perhatikan objek manusia, dan latar belakang berujud pepohonan yang telah di stilir pula. Di dalam menyetilir bentuk objek harus masih menujukkan karakternya, sehingga penikmat masih dapat mengenal apa dan siapa yang dimaksudkan oleh pelukisnya.

Untuk menguraikan tentang konsep seni lukis bercorak dekoratif, alangkah lebih jelasnya apabila langsung ke contoh konsep seni lukis bercorak dekoratif H. Widayat sebagai berikut: “Berkarya, beramal, beribadah” (Wawancara dengan guide Museum H. Widayat, 2008). H. Widayat adalah seorang dosen ISI Yogyakarta dan seniman bertaraf nasional, bahklan internasional. Banyak lukisannya bercorak dekoratif magis, terpampang di Meseun Seni Lukis H. widayat di Mungkit, Magelang, Jawa Tengah. “Berkarya”, sangat jelas dan tampak cukup banyak karya seni lukis bercorak dekoratif. “Beramal”, H. Widayat seorang muslim dan taat menjalankan syariat agama Islam, maka dengan berkarya seni lukis ini merupakan amal, karena suatu karya seni yang dapat memberikan kepuasan/ kesenangan orang lain adalah tuntunan Rasullullah. Hal ini sekaligus merupakan ibadah, bersyukur kepada Tuhan telah menganugerahkan keterampilan, kepandaian melukis. dengan niat beridadah. Dengan niat ibadah ini H. Widayat melukis mengharapkan ridla

Tuhan, semoga menjadi amal saleh dan mendapat ganjaran berlipat ganda.

Kita perhatikan pada lukisan berjudul “Seruling Perindu”, tampak adanya seorang lelaki bermain seruling dan di depannya tampak dua orang perempuan, dengan latar belakang bunga-bungaan, menunjukkan suasana yang romantik penuh dengan kerinduan. Lukisan tersebut merupakan realisasi dari konsepnya. Seorang bermain seruling berarti ia berkarya, menghasilkan sesuatu irama bunyi seruling yang merdu. Dua wanita yang mendengarkan irama seruling yang merdu, tertarik dan merasakan akan keindahan suara seruling dan tumbuh perasan rindu

kepada lawan jenis yaitu pemain seruling tersebut. Ibarat pribadi H. Widayat yang merindukan kedua istrinya.

Gambar 74. H. Widayat “Seruling perindu”, 1980, cat minyak, koleksi pribadi. (Sumber: Saptoto dkk. 1988: 106)

H. Widayat sangat konsekwen dengan konsepnya, ia banyak berkarya yaitu melukis, dengan berbagai lukisan yang laku dan mendapat uang, maka ia dapat beramal untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konsep lukisan H. Widayat tersebut di atas, tercermin pula pada lukisan yang lain berjudul ”Ayam Alas II”. Strukrur di dalam lukisan ini tampak adanya pengolahan dan penyusunan berbagai objek, tiga buah durian, disekitarnya penuh dengan pepohonan yang lain. Tampak pula ayam alas berkokok, di tengah bawah. Pewarnaan kecoklatan dan matang dan penuh dengan tekstur cat tebal, sangat artistik dan berbobot.

Gambar 75. H. Widayat, “Ayam Alas II”, 1988, bagor, 100 cm x 61 cm, koleksi pribadi, tekstur cat tebal

(Sumber: Saptoto, dkk: 1988) 

Berikut adalah contoh lukisan dekoratif ornamentik, dengan judul: ”Tanggungjawab”, karya penulis, melukiskan seorang ayah sebagai kepala keluarga yang harus menanggung semua beban keluarga dan sekaligus sebagai kepala lekuarga. Dilukiskan di sana tampak seorang ayah yang mempunyai seorang istri dan dua anak wanita.

Gambar 76. Lukisan dekoratif ornamentik, cat minyak, “Tanggungjawab”, Suwarna, 80 cm x 80 cm, 1986

Terlukis pula sebuah andong sebagai wahana keluarga dan juga sebuah rumah joglo sebagai tempat berlindung. Sebuah pohon hayat diapit oleh dua ekor kijang sebagai lambang kehidupan. Tampak pula songsong agung yang diapit oleh dua buah pusaka tombak, lambang kewibawaan rumah tangga. Latar belakang penuh dengan pepohonan, melambangkan kesuburan dan kedamaian. Di dalam seni lukis dekoratif diusahakan penuh dengan nilai simbolis, filosofis, dan pedagogis.

2. Teknik melukis dekoratif

a. Teknik linier

Teknik melukis dekoratif dapat dilakukan dengan teknik garis, menggunakan tinta hitam, pada kertas gambar, ukuran 40 cm x 60 cm. Alat: pena, karakter gais bisa tebal-tipis, namun kurang praktis, karena ketika tinta habis, padahal garis masih perlu dipanjangkan, maka akan terjadi hambatan ekspresi. Dengan demikian maka pelukis harus mencelupkan lagi pena ke botol tinta. Jika dengan melukis dekoratif menggunakan drawing pen, lebih praktis karena tinta sudah ada di dalam tabungnya. Dulu menulis dan melukis hitam putih dengan tinta, dilakukan oleh pelukisnya, menggunakan ujung bulu (besar) yang diruncingkan. Bahkan bilah bambu yang dipipihkan juga dapat digunakan. Dengan ujung bilah bambu yang pipih, maka karakter garis tebal tipis dapat dicapai, sehingga garis tampak lebih bervariasi. Hal ini banyak dipakai oleh pelukis kaligrafi di pondok pesantren. Saat ini telah tersedia spidol minyak, besar, ujung dipotong pipih dan posisi miring, juga dapat dipakai untuk melukis dekoratif, hitam putih, karakter garis tebal tipis yang luwes. Contoh lukisan: lihat lukisan G. Nj. Lempat. Finishing: lukisan dibingkai berkaca. pilih dari bahan fiber, atau kayu jati agar awet.

b. Teknik sungging

Merupakan teknik melukis dekoratif dengan pewarnaan bertingkat/ gradasi warna, media cat air, cat poster, cat minyak, bahan dasar berukuran 40 cm x 60 cm. Karakter warna bergradasi, misalnya warna putih, pink, ungu, ungu tua. Gradasi warna putih, biru muda, biru, biru

tua. Gradasi putih, coklat muda, coklat tua, dan lain sebagainya, tergantung warna tersebut akan dipakai untuk objek tertentu, atau yang sesuai dengan karakter tokoh. Sekarang telah tersedia spidol emas dan perak, juga dapat digunakan untuk memberikan variasi warna secukupnya pada bagian-bagian tertentu yang vital, dan menarik. Gradasi warna dapat dari tiga sampai mencapai n, tergantung tingkat kemahiran pelukis dalam mengolah warna. Teknik sungging ini biasa dipadukan dengan teknik arsir/garis dan pointilis guna mencapai kesan yang lebih detail dan sangat artistik. Hal ini banyak dilakukan dalam sungging wayang kulit. Contoh lukisan: lihat lukisan dekoratif berjudul “Tanggung jawab” di depan. Finishing: lukisan dibingkai yang layak, pilih dari bahan fiber, atau kayu jati agar awet.

c. Teknik kering

Merupakan teknik melukis menggunakan pensil atau pastel pada kertas gambar atau karton. Hal ini juga dapat dilakukan menggunakan ukuran krtas 40 cm x 60 cm. Pensil warna dapat digunakan untuk melukis corak dekoratif, dengan karakter warna yang lembut, halus, namun kurang cemerlang. Pastel juga dapat digunakan untu melukis corak dekoratif, dengan karakter warna cemerlang. Sedangkan pewarnaannya dapat pula bergradasi, sesuai dengan objek dan kehendak pelukisnya. Jika menggunakan pastel pilihlah pastel yang lunak, jika anda menggunakan pastel yang keras banyak lilin, maka warna yang tebal sulit dicapai, karena goresan anda akan rontok.

Finishing: lukisan dibingkai yang layak, pilih dari bahan fiber, atau kayu jati agar awet.

d. Teknik perpaduan (mixed media)

Yaitu melukis dengan corak dekoratif memadukan berbagai teknik dan bahan, misalnya teknik linier, dipadukan dengan teknik sungging, teknik kering, pointilis. Hal ini diperlukan kehati-hatian karena sifat dan karakter berbagai media harus dikuasai oleh pelukisnya, agar lukisan tetap menyatu, seimbang, harmonis dan irama enak dirasakan serta artistik.

3. Langkah-langkah melukis corak dekoratif

a. Persiapkan bahan dan alat melukis seperlunya, cat air, cat poster, cat acrylic, cat minyak, (pilih salah satu, atau sesuai dengan pengarahan widyaiswara), kuas, pallet, minyak cat, kanvas, kain lap, standar lukis, dingklik/kursi dan kelengkapan lain misalnya pakaian kerja lukis/clemek.

b. Tentukan konsep dan ide lukisan, sehingga menemukan judul misalnya “Tanggung jawab”, seperti contoh di atas. Tanggungjawab yang dimaksud adalah tanggungjawah seorang ayah sebagai kepala keluarga yang harus memberikan nafkah lahir dan bathin kepada ibu dan kasih sayang kepada anak-anaknya.

c. Identifikasi objek, berbagai objek ditentukan dan dipilih sesuai dengan konsep, ide, tema serta judulnya.

d. Struktur seni lukis dekoratif, pada prinsipnya merupakan susunan berbagai objek yang telah teridentifikasi dan disusun sehingga seimbang, enak dilihat. Perhatikan lukisan berjudul “Tanggung jawab” di atas, struktur dapat dianalisa termasuk keseimbangan asimetris. Objek dapat bertumpuk dari bawah ke atas, namun tidak mengesankan keruangan/perspektif.

e. Skets di kanvas/kertas gambar/ karton dengan pensil seluruh objek yang akan dilukis, dicek keseimbangannya, jika telah dirasa seimbang dan telah pasti, maka berikutnya adalah pewarnaan.

f. Pewarnaan dapat dilakukan dengan teknik gradasi/sungging, minimal tiga tingkatan, dengan demikian akan mengesankan adanya kelembutan, dan unsur menghias yang tinggi. Namun jika ingin menerapkan teknik pewarnaan tanpa gradasipun juga tidak mengapa. Perhatikan pula pada contoh lukisan H. Widayat di depan. Teknik pewarnaanpun sangat bervariasi, ada juga yang mendasari dengan

warna tertentu, kemudian objek di depannya menyusul kemudian, dan seterusnya hingga selesai.

g. Visualisasi objek bersifat datar dan terkesan menghias dengan menampilkan komposisi warna dan bentuk yang menarik.

h. Terdapat objek yang ditonjolkan sehingga menjadi titik pusat perhatian/ penekanan (point of interest).

i. Jika telah selesai melukis dekoratif, kontrol sekali lagi bilamana ada bagian–bagian yang kurang cermat penggarapannya dapat disempurnakan sehingga puas.

j. Finishing, bingkai yang layak dan pajang di ruang yang telah ditentukan, niscaya lukisan tersebut akan menambah indahnya ruangan tadi. Perhatikan contoh lukisan dekoratif H. Widayat berikut.

Gambar 77. Lukisan dekoratif, “Adam Eva dan binatang-binatang”, H. Widayat,1988

(Sumber: Saptoto dkk: 1988)

Pada lukisan di atas berbagai objek disusun sedemikian rupa tampak dari bawah ke atas, hal ini lazim disebut “yucta position”. Tampak pohon besar di tengah atas, sebagai point of interest. Jenis keseimbangan simetris. Pewarnaan lukisan tersebut coklat

kehijau-hijauan, matang dan tampak magis. Para kritikus menyebut lukisan H. Widayat “dekoratif magis”. Para guru SMP dapat menentukan pilihannya, apakah akan melukis dekoratif magis, dekoratif ornamentik, atau dekoratif religious. Dan atau jenis dekoratif yang lain, misalnya mengangkat tema kehidupan pedesaan, pasar tradisional, suasana panen padi di desa, upacara adat, keramaian gotong-royong, mudik, nelayan, ngamen, santai, dan lain sebagainya.

Lukisan bercorak dekoratif, ini sebetulnya merupakan gaya, yang berurusan dengan fisik, atau perwujudan lukisan, sebuah karya seni yang memiliki daya unsur menghias yang tinggi. Lukisan tidak/kurang menampakkan volume keruangan berkesan datar, mengenyampingkan perspektif, tidak menunjukkan ketiga dimensian. Perhatikan beberapa contoh lukisan bercorak dekoratif berikut ini, guna memperkaya wawasan seni anda.

Gambar 78. H. Widayat “Ke Pasar”, 1984.

Cat minyak di atas kanvas, 150 cm x 100 cm, koleksi pribadi tidak dijual. (Sumber: Saptoto, dkk.1988: 104)

Bentuk objek telah distilir sedemikian rupa tidak meninggalkan karakter objek, tidak terlalu terikat proporsi, hal ini dapat dilihat pada kuda yang dituntun oleh pemiliknya, tampak kecil.

Berikut adalah contoh lukisan batik dekoratif karya Kuswadji Kawindra Susanta, Yogyakarta.

Gambar 79. Kuswadji Kawindra Susanta “Lampor”, batik, 1980. Teknik pewarnaan: colet.

(Sumber: Soedarso, Sp. 1988: 48).

Berikut adalah contoh lukisan kaca dekoratif Cirebon, Jawa Barat.

Gambar 80. TD. Sudjana “ Babad Agung”, kaca-cat Cirebon, 105 cm x 35 cm, Koleksi Museum Bayat Al Qur’an.

Berikut adalah lukisan Bali Klasik, tinta, G. Nj. Lempad.

Gambar 81. G. Nj. Lempad, “Rama dan Shinta berjumpa adik Rahwana Sarpakenaka”, tinta dengan emas, 1956, 13 “ x 15,5”

Ubud, Bali, koleksi Claire Holt (Sumber: Holt. C., 1967: 62)

Berikut contoh lukisan dekoratif bertema pedagogis, religius, karya Suwarna.

Gambar 82. Suwarna, “Pengamalan”, cat minyak, 80 cm x 80 cm, 200

Dengan memperhatikan berbagai contoh lukisan bercorak dekoratif tersebut, maka anda dapat mencapai indikator secara teoritis dan praktis melukis sesuai dengan kaidah seni bercorak dekoratif.

D. Aktifitas Pembelajaran

1. Aktivitas Pembelajaran 1: M5

Aktivitas pembelajaran mengacu pada Permendikbud nomor 81 a tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Mengamati /observasi.

Anda dimohon mengamati lukisan H. Widayat tentang hal-hal sebagai berikut.

Gambar 83. H. Widayat , “Piknik”, 1984, 160 cm x 110 cm, cat minyak di atas kanvas.

(Sumber: Saptoto dkk: 1988: 102) 

Mengamati (observasi) unsur Fisioplastis

:

merupakan aspek bentuk, warna, komposisi, dan semua aspek yang dapat dilihat dalam karya seni lukis, bercorak dekoratif. Bentuk objek: hamparan tanah dengan pohon, danau, gunung, langit. Di sudut kanan bawah tampak beberapa orang duduk santai menikmati bekal dan indahnya panorama tempak piknik mereka. Begitu juga ada beberapa yang tampak sedang berjalan kea rah kiri. Bentuk objek tersebut telah digubah sesuai dengan tujuannya. Perhatikan pohon besar yang dipotong cabang-cabang di sebelah kiri atas, sebuah cabang ke arah kanan penuh dengan dedaunan yang rindang. Hal ini bertujuan untuk memeperlihatkan sosok gunung di sebelah kiri atas dan langit. Amati warna-warna yang kecoklat-coklatan yang mendominasi seluruh lukisan, sedangkan

hamparan warna biru, hitam untuk sebuah danau. Tampak pula hamparan warna tanah kemerahan membentang di sebelah bawah danau. Komposisi asimetris. Amati pula tekstur yang membentuk kesan tanah, bebatuan, air dan langit.

b. Menanya

Anda dimohon menanya:

1) Tentang ideoplastis lukisan tersebut: ide, ceritera, nilai-nilai yang terkandung di dalam lukisan tersebut. Anda bisa saling menanya kepada teman sejawat, peserta diklat, atau menanya ke sumber lain misalnya internet.

2) Menanya ke museum H. Widayat melalui tilpon tentang keberadaan lukisan tersebut, apa dijual atau tidak, jika sudah terjual dikoleksi oleh siapa, dan laku berapa rupiah. Nomor telephon dapat dilacak melalui internet.

3) Hasil menanya: kumpulkan secara sistematis, diphoto copy secukupnya, guna kepentingan pibadi dan pelatihan, serta lebih lanjut nanti kemudian di sekolah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.

c. Mengumpulkan informasi /eksperimen

1) Anda dimohon mengumpulkan informasi tentang seni lukis bercorak dekoratif dari berbagai sumber di antaranya adalah: mengunduh dari internet, atau membaca buku, majalah, mass media, jurnal tentang seni lukis bercorak dekoratif, diskusikan. Hasil: dikumpulkan, digandakan secukupnya dibagi dan serahkan ke widyaiswara sebagai tugas pengayaan materi.

2) Anda dimohon juga dapat bereksperimen mencoba membuat minimal tiga buah skets lukisan bercorak dekoratif, di kertas gambar, hal ini untuk melatih keterampilan dan mengidentifikasi objek, natinya akan anda gunakan dalam melukis corak dekoratif. Dengan demkian anda berusaha menemukan corak pibadi, tidak ubahnya seperti lukisan H. widayat.

d. Mengasosiasikan/mengolah informasi

Anda dimohon mengolah berbagai informasi tentang lukisan bercorak dekoratif tersebut, dengan mengklasifikasikan:

1) Klasifikasi menurut jenis lukisan dekoratif linier. 2) Klasifikasi menurut jenis lukisan dekoratif ornamentik. 3) Klasifikasi menurut jenis lukisan dekoratif magis. 4) Klasifikasi menurut jenis lukisan dekoratif, teknik batik. e. Mengkomunikasikan/menyajikan/ membentuk jaringan

1) Informasi tadi, klasifikasikan menurut berbagai jenis lukisan dekoratif tersebut anda komunikasikan di antara teman sejawat, digandakan secukupnya, dibagi dan sat bendel diserahkan ke widyaiswara. Berikan identitas diklat Guru Seni Budaya angkatan ke...., tulis nama dan asal sekolah seluruh peserta diklat.

2) Anda dimohon mengkomunikasikan hasil karya seni lukis dekoratif dengan cara: pameran bersama di tempat diklat, atau mempresentasikan secara bergantian dengan teman sejawat, format presentasi telah ada di depan. Berikan narasi singkat sebagai pelengkap presentasi anda.

3) Biasanya di tiap kabupaten telah terbentuk jaringan MGMP, ini merupakan jaringan yang sangat baik, guna memikirkan, mendiskusikan perkembangan seni lukis dekoratif, bahkan mengadakan pameran bersama karya seni lukis dekoratif peserta didik maupun para guru Seni Budaya.

4) Atau jika memungkikan dapat juga dari seluruh peserta diklat, dibentuk suatu persatuan, atau ikatan, susun pengurus: ketua, sekretaris, bendahara, humas, sepakat menyususn program kegiatan. Program kegiatan misalnya: saling tukar menukar informasi tentang seni Budaya yang berkiprah di daerahnya, hal ini bersifat insidental.

5) Secara ideal, adakan pameran bersama setahun sekali, diusahakan tempat bergiliran, beaya mencari sponsor dan iuran. Unggah ke internet kegiatan anda, agar dapat tersosialisasikan secara luas.

E. Latihan/ Kasus/ Tugas

Anda dimohon latihan mengerjakan soal-soal sebagai berikut.

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan menyilang huruf A, B, C, atau D, pada lembar jawaban.

1. Konsep seni lukis dekoratif adalah merupakan hal pokok/utama yang mendasari keseluruhan pemikiran, tentang lukisan yang akan diciptakan, penuh dengan ....

A. Tekstur. C. Warna. B. Hiasan. D. Objek.

2. Pada zaman Majapahit sekitar abad ke -15 telah ada lukisan bercorak dekoratif berupa....

A. Wayang Kancil. C. Wayang Kulit. B. Wayang Klithik D. Wayang Beber. 3. Cerita Wayang Beber tentang ....

A. Perkawinan antara Panji Inukertapati, dengan galuh Candrakirana. B. Perkawinan antara Arjuna dengan Wara Sembadra.

C. Perkawinan antara Gatutkaca dengan Pregiwa. D. Perkawinan antara Kresna dengan Rukmini.

4. Lukisan dekoratif linier “Rama dan Shinta berjumpa adik Rahwana Sarpakenaka”, dilukis oleh....

A. Antonio Blanko. C. H. Widayat. B. G. Nj. Lempat. D. Nyoman Gunarsa.

5. Di dalam lukisan bercorak dekoratif terdapat struktur berbagai objek ditata sedemikian rupa tampak dari bawah ke atas, hal ini lazim disebut ... A. Point of interest. C. Yucta position.

B. Balance. D. Rhytm.

6. Teknik..., merupakan teknik melukis dekoratif dengan pewarnaan bertingkat/gradasi warna.

A. Sungging C. Plakat B. Aquarel D. Dusel

7. Lukisan ini merupakan lukisan bercorak...karya H. Widayat.

A. Dekoratif ornamentik. C. Dekoratif magis B. Dekoratif linier D. Dekoratif naif 8. Lukisan ini bercorak dekoratif karya ...

A. Amri Yahya. C. Kuswadji Kawindra Susanta. B. H. Widayat. D. G. Nj. Lempad.

9. Ini juga termasuk lukisan bercorak dekoratif karya TD. Sudjana “Babad Agung”. Lukisan ini berasal dari...

A. Jakarta. C. Yogyakarta. B. Cirebon. D. Bandung

10. Di dalam seni lukis bercorak dekoratif H. Widayat berjudul “ Ke pasar” ini, objek bentuk kuda telah distilir sedemikian rupa tidak meninggalkan karakter objek, dan tidak terlalu terikatoleh ...

A. Irama C. Cakrawala B. Keseimbangan D. Proporsi

F. Rangkuman

Ide pokok materi berupa kesimpulan

1. Bahwa, konsep penciptaan seni lukis bercorak dekoratif merupakan pokok/utama yang medasari keseluruhan pemikiran, tentang lukisan yang akan diciptakan. Kata dekoratif mengandung arti ”penuh dengan hiasan”. Jadi, konsep seni lukis dekoratif adalah merupakan hal pokok/utama yang

mendasari keseluruhan pemikiran, tentang lukisan yang akan diciptakan, mengandung unsur menghias sangat tinggi.

2. Rintisan seni lukis corak dekoratif telah ada sejak zaman Majapahit sekitar abad ke-15 yaitu berupa berupa Wayang Beber, dengan suatu konsep ”pendidikan moral yang heroisme”.

3. Guna memperkaya wawasan seni lukis bercorak dekoratif, para peserta diklat diwajibkan memperkaya informasi dari berbagai sumber: internet, buku, jurnal, majalah, TV, media massa, diklasifikasikan, digandakan secukupnya, dibagai ke seluruh peserta diklat, dan diserahkan ke widyaiswara sebagai bukti administratif.

4. Teknik melukis bercorak dekoratif, dengan memperhatikan konsep, ide, struktur, objek yang sudah digubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuannya. Identifikasi objek seni lukis bercorak dekoratif, sesuai dengan struktur seni lukis bercorak dekoratif tidak terikat proporsi, anatomi, perspektif sehingga terkesan datar. Pewarnaan bisa bergradasi/sungging, ataupun tidak bergradasi seperti lukisan H. Widayat.

5. Terdapat beberapa jenis lukisan bercorak dekoratif: linier, ornamentik, dekoratif magis, dan kaligrafis.

6. Setiap pesert diklat wajib menciptakan karya seni lukis bercorak dekoratif, sesuai dengan konsep dan ide masing-masing, dipresentasikan.

7. Seluruh peserta diklat seni Budaya diwajibkan membuat jaringan komunkasi, membentuk suatu wadah untuk meningkatkan kegiatan meliputi tiga aspek yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

1. Peserta didik dimohon membuat suatu pernyataan bersifat deskriptif tentang hal-hal yang telah dipelajari, dikemukakan selama pembelajaran di sekolah. Misalnya ada kompetensi yang belum terkuasainya, mereka

belum mencapai KKM, maka tindak lanjutnya adalah diadakan program remedial.

2. Bagi peserta didik yang telah mencapai KKM, dapat diadakan program pengayaan membuat lukisan bercorak dekoratif lagi, agar mereka lebih kaya keterampilan dan penguasaan kompetensinya.

3. Rencana pengembangan, karya seni lukis yang masuk kategori sangat baik dapat dibingkai dan dipajang di ruang tamu, ruang sidang, ruang kelas sebagai hiasan. Berikan identitas secukupnya, dan diagenda.

4. Input terhadap pembelajaran berikutnya, agar peserta didik dapat mengembangkan berbagai jenis seni lukis bercorak dekoratif. Misalnya tahap awal pembelajaran dengan kompetensi seni lukis jenis linier. Kemudian dikembangkan pada pemebalajaran berikutnya lukisan corak dekoratif ornamentik, kemudian dikembangkan lagi lukisan corak dekoratif berupa kaligrafi huruf Arab maupun huruf Jawa.

Modul seni lukis bercorak realisme dan dekoratif ini diperuntukkan bagi guru-guru sekolah menegah pertama. Modul dapat dimanfaatkan untuk: (1) Memperkaya diri pada aspek kognitif, psikomotor dan afektif. (2) Sebagai pegangan pokok para guru Seni Budaya sekolah menengah pertama dan sebagai titik tolak untuk beranjak ke pengembangan lebih alanjut. (3) Setelah mempelajari modul ini anda

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK I Prof (Halaman 105-171)

Dokumen terkait