• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.4 Latihan Knee Tuck Jump

2.4.1 Pengertian Latihan Knee Tuck Jump

Knee tuck jump dalam pelaksanaanya memiliki aturan sendiri, knee tuck

jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan bergegas seperti rumput, matras, atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian lompatan eskplosif yang cepat. Knee tuck jump merupakan latihan gerakan melompat dan mendarat dengan mengeper. Latihan knee tuck jump akan berpengaruh terhadap otot-otot tungkai dan pinggul khususnya gluteus,

gastrocnemius, quadrisep, hamstring, dan hip flexors. Latihan ini merupakan

bentuk latihan untuk meningkatkan power karena latihan ini akan membentuk kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot yang menjadi dasar terbentuknya kekuatan otot (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

2.4.2 Pelaksanaan Latihan Knee Tuck Jump

Petunjuk pelaksanaan latihan daya ledak otot tungkai menggunakan knee

37

1. Ambil sikap berdiri tegak lurus, dengan kedua kaki diregangkan selebar bahu. 2. Tempatkan kedua tangan di depan dada dengan telapak tangan menghadap

kebawah.

3. Dimulai dengan posisi quarter squad, kemudian lompatlah ke atas dengan cepat, gerakan lutut kearah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan dan selanjutnya mendarat dengan kedua kaki. Setelah mendarat ulangi lagi ke posisi awal sampai batas repetisi selesai. (Radcliffe dan Farentinos, 2002).

Gambar 2.8 Latihan Knee Tuck Jump (Widhinata, 2010)

Plyometric Exercise adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu

kontraksi otot yang sangat kuat yang merespon pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat (Radcliffe dan Farentinos, 2002). Dasar pemikiran plyometric exercise ini adalah bahwa ketegangan otot maksimal akan meningkat ketika otot aktif diregangkan secara cepat sebelum kontraksi eksentrik (Mirharjanto, 2010). Latihan plyometric ini diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam neuromuscular, memperbesar kelompok otot untuk

38

memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan panjang ototnya.

2.4.3 Durasi Latihan Knee Tuck Jump

Pelatihan sebaiknya dilakukan 3 kali seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk berkembang dan beradaptasi pada hari istirahat tersebut (Harsono, 2000). Pelatihan paling sedikit 3 kali seminggu bagi pemula, hal ini disebabkan karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan pelatihan. Jadi sebelum ketahanan menurun harus sudah berlatih lagi (fox, 1992). Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Phartayasa, 2012). Gerakan ini dilakukan 2-3 set dengan repetisi 10-20 kali dan waktu istirahat setiap set 1-2 menit.

plyometric exercise pada knee tuck jump dalam penelitian ini bersifat

aerobik, karena pelatihan ini berlangsung selama 10 kali repetisi, maka proses pelatihan tetap berada dalam keadaan aerobik. Sehingga menghasilkan aerobic yang diinginkan yakni beban pelatihan diatur sesuai dengan jumlah repetisi dalam satu set pelatihan.

2.5 Stretching

2.5.1 Pengertian Stretching

Stretching atau peregangan merupakan istilah umum yang digunakan

untuk menggambarkan suatu manuver terapeutik yang bertujuan untuk memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek secara patologis maupun

39

non patologis sehingga dapat meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan stretching, yaitu fleksibilitas dan peregangan berlebih atau overstretch. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakan sendi atau beberapa sendi melalui LGS yang bebas nyeri. Fleksibilitas bergantung pada ekstensibilitas otot, yang menyebabkan otot dapat melewati suatu sendi dengan relaks, memanjang dan berada dalam medan gaya

stretch (Juliantine, 2013).

2.5.2 Kajian Fisiologis Stretching

Proprioceptors adalah reseptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat

itu sendiri. Setiap perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors untuk diinformasikan ke susunan saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi otot. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara terus menerus (konstan) kepada susunan saraf pusat. Proprioceptors ini terletak pada otot, tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam. Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organ.

2. Joint and skin proprioceptors.

3. Abyrinthine and neck proprioceptors.

Dari ketiga proprioceptors tersebut, maka yang berperan terhadap daya regang otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan

40

golgi tendon organ. Jadi setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle

spindle dan golgi tendon organ (Juliantine, 2013).

Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu

receptor yang menerima rangsang dari regangan otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan menyebabkan reflek muscle spindle yaitu mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan kuat.

Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik.

Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah : 1. Mendeteksi perubahan panjang serabut otot.

2. Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot.

Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat.

Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara tiba-tiba. Sebab apabila peregangan otot dilakukan secara tiba-tiba akan merangsang muscle spindle dan ini menyebabkan reflek regang. Reflek muscle

spindle sering disebut reflek regang atau reflek myotatik. Hal ini disebabkan

41

menyebabkan kontraksi otot yang bersangkutan (Juliantine, 2013).

Golgi tendon organ adalah stretch receptor yang terletak di dalam tendon otot tepat di luar perlekatannya pada serabut otot tersebut. Reflek GTO bisa terjadi akibat tegangan otot yang berlebihan. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke medula spinalis yang menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Dalam hal ini refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organ dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik adalah mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau peregangan otot. Namun antara golgi tendon organ dengan

muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi

perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organ berfungsi mendeteksi ketegangan otot (Juliantine, 2013).

Sinyal dari golgi tendon organ dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu reflek seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang (Juliantine, 2013).

42

2.5.3 Ballistic Stretching

Ballistic stretching menurut Freshmen (2002) adalah gerakan penguluran

dimana dalam penerapanya terjadi proses tersentak-sentak dengan cepat atau memantul-mantulkan gerakan. Ballistic stretching adalah latihan yang tepat diberikan kepada pemuda, atlet, orang sehat tetapi tidak dianjurkan untuk diberikan kepada lansia, hal ini dikarenakan pengaruh akan terjadi pada komponen elastin (actin dan myosin) dan tegangan dalam otot akan meningkat tajam, sarkomer memanjang dan apabila dilakukan terus-menerus otot akan beradaptasi dan hal ini hanya bertahan sementara untuk mendapatkan panjang otot yang diinginkan (Kisner dan Colby, 1996).

Latihan ballistic stretching dalam penelitian ini adalah gerakan mencium lutut yang dilakukan berulang-ulang, posisi responden duduk dilantai kedua tungkai lurus kedepan, dan saat kedua tangan berusaha meraih kedua ujung kaki, lutut harus tetap menempel dilantai dimana dalam penerapanya terjadi proses tersentak-sentak dengan cepat atau memantul-mantulkan gerakan dari perlahan menjadi cepat. Tujuan pemberian ballistic stretching adalah meningkatkan kapasitas kerja fisik, mengurangi ketegangan pada otot dan memudahkan otot-otot berkontraksi dan rileksasi secara lebih cepat dan efisien, meningkatkan fleksibilitas dari otot dan meningkatkan LGS pada otot antagonis yang berkontraksi. Hal ini sesuai dengan penilaian vertical jump yang membutuhkan kekuatan tiba-tiba secara cepat dengan power yang besar (Heerschee dkk, 2006).

Menurut Touris Aan Suhadaq (2013) dalam penelitiannya yang membandingkan pengaruh ballistic stretching dan static stretching terhadap

43

peningkatan vertical jump pada atlet basket. Pada uji beda pengaruh didapatkan hasil bahwa ballistic stretching dengan dosis yang diberikan selama satu minggu 3 kali, 5 kali pengulangan, durasi stretching 60 detik dengan periode istirahat 1-3 menit dan dilakukan selama 1 bulan, lebih berpengaruh terhadap peningkatan

vertical jump dibandingkan dengan static stretching. Stretching diberikan selama

3 kali dalam satu minggu, 5 set, durasi stretching 60 detik periode istirahat 1-3 menit dan dilakukan selama 1 bulan (Kisner, 2007).

2.5.4 Kajian Fisiologis Ballistic Stretching

Kecepatan pengulangan dari ballistic stretching mengakibatkan serabut

afferent primer merangsang alpha motor neuron pada medulla spinalis dan

memfasilitasi kontraksi serabut ekstrafusal yaitu meningkatkan ketegangan

(tension) pada otot. Hal ini dinamakan dengan monosynaptic stretch reflex,

ketegangan yang terjadi diinhibisi oleh pengulangan stretch yang cepat, sehingga ketegangan (tension) belum sepenuhnya terjadi dan hal ini mengakibatkan adanya peningkatan elastisitas pada otot yang bersambungan dengan tendon, peregangan tersebut meningkatkan nilai Lingkup Gerak Sendi (LGS) yang ada (Guccione, 2000).

Gerakan yang cepat saat dilakukan ballistic stretching akan merangsang golgi tendon organ. GTO tersebut dekat dengan muscullotendinosus junction dari

ekstrafusal muscle fibers akan merangsang alpha motor neuron untuk

menginhibisi dari kontraksi GTO tersebut. Gerakan berulang yang terjadi memaksakan GTO untuk lebih fleksibel dari sebelumnya, sedangkan muscle

44

fibers dari otot tidak begitu cepat dan kurang adaftif jika intensitas tidak tepat

akan mengakibatkan terjadinya scar tissue (Kisner, 2007).

2.5.5 Aplikasi Ballistic Stretching Pada Latihan Knee Tuck Jump

Prosedur pelaksanaan ballistic stretching diberikan sebelum melakukan latihan knee tuck jump hal ini disampaikan pada penelitian Ilham Widhinata (2010) bahwa peregangan yang bersifat dinamis lebih baik diterapkan sebelum melakukan exercise dan peregangan yang bersifat statis lebih bagus untuk cooling down. Karena peregangan yang bersifat dinamis mampu memberikan adaptasi positif pada sistem neuromuscular sebelum melakukan exercise selain itu juga akan dapat membuat jaringan otot lebih siap menerima latihan intensitas sedang sampai berat. Adapun tahapannya sebagai berikut :

a. Regangkan otot secara tersentak-sentak dengan cepat.

b. Lakukan peregangan dengan mencium lutut berulang-ulang selama 60 detik dalam 5 set.

c. Istirahat 1-3 menit di sela-sela set.

45

Dokumen terkait