• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3 Latihan Knee Tuck Jump

2.3.1 Definisi Latihan Knee Tuck Jump

Knee tuck jump merupakan salah satu latihan pliometrik dalam pelaksanaanya memiliki aturan sendiri, menurut J. C Radcliffe dan R.C Farentinos (2002) knee tuck jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan bergegas seperti rumput, matras, atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu lompatan eskplosif

yang cepat. Knee tuck jump merupakan latihan gerakan meloncat dan mendarat dengan mengeper. Latihan knee tuck jump akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastrocnemius, quadrisep, hamstring, dan hip flexors serta tungkai (Radcliffe dan Farentinos, 2002) dan merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak, karena latihan ini akan membentuk kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot yang menjadi dasar terbentuknya kekuatan otot.

2.5.2 Mekanisme Latihan Knee Tuck Jump dapat Mempengaruhi Daya Ledak Otot Tungkai

Menurut Radcliffe dan Farentinos (1985) ada dua jenis reseptor yang berfungsi pada reflek regang sebagai dasar kontraksi otot, yaitu muscle spindle dan organ tendon golgi. Gerakan pliometrik diyakini berdasarkan pada kontraksi reflek dari serat otot yang diakibatkan dari beban yang cepat dan juga penguluran pada serat otot yang sama. Reseptor utama yang bertangung jawab, untuk mendeteksi pemanjangan serat otot secara cepat adalah muscle spindle, yang mampu merespon

baik tingkat perubahan maupun besarnya dalam panjang serat otot. Sedang organ tendon golgi, terletak pada tendon-tendon dan merespon tekanan yang berlebihan sebagai akibat dari kontraksi dan atau penguluran otot yang sangat kuat. Kedua reseptor ini berfungsi secara refleks, dari kedua jenis reseptor otot tersebut muscle spindle mungkin lebih penting pada pliometrik (Radcliffe dan Farentinos, 1985).

Muscle spindle mampu mengemisikan dua jenis respon statis dan dinamis (Radcliffe dan Farentinos, 1985). Suatu respon “statis” dapat terjadi ketika serat intrafusal meregang secara perlahan, disebabkan dari peregangan secara perlahan pada serat otot rangka atau mungkin dari stimulasi langsung intrafusal oleh sistem

gamma-afferent. Dalam respon “dinamis” dari muscle spindle, reseptor primer diaktifkan oleh perubahan secara cepat dalam panjang serat intrafusal yang terlilit disekitar muscle spindle tersebut. Ketika hal ini terjadi, reseptor primer mengirimkan banyak impuls pada syaraf tulang belakang. Variabel penting dalam respon yang dinamis tampaknya adalah kecepatan terjadinya peregangan otot. Respon dinamis dari muscle spindle ini menjadi elemen fungsional penting dari gerakan pliometrik.

Fungsi utama muscle spindle yaitu untuk mendapatkan apa yang disebut reflek meregang atau refleks myotatic yang dipertimbangkan dalam proses

neuromuscular yang melambangkan dasar gerak pliometrik. Ketika serat otot secara cepat dibebani dengan kekuatan dari luar, maka menyebabkan peregangan secara tiba-tiba, pemanjangan serat terdeteksi oleh muscle spindle, yang mendatangkan respon dinamis ini. Suatu ledakan impuls yang besar dikirim ke saraf tulang belakang

53

melalui saraf afferent bersinapsis langsung dengan saraf motorik alpha, mengirimkan kembali secara kuat impuls menuju serat otot rangka dan menyebabkan otot ini berkontraksi, sehingga menguasai kekuatan eksternal. Latihan pliometrik memerlukan suatu pemberian beban yang cepat (fase eccentric atau yielding) pada otot. Latihan pliometrik memerlukan fase dimana sekelompok otot atau lainya dipertahankan dalam posisi isometrik sebelum fase eksplosif (concentric atau penguasaan). Resistensi refleks secara instan ini mencoba untuk mencegah tungkai bergerak cepat dari asumsi posisi isometrik yang merupakan akibat dari refleks peregangan dinamik atau refleks beban. Latihan pliometrik bekerja dalam konteks mekanisme saraf yang rumit dan kompleks. Kiranya, sebagai akibat dari latihan pliometrik perubahan terjadi pada tingkat otot dan saraf yang memfasilitasi dan meningkatkan performa atau penampilan yang lebih cepat dan gerakan keterampilan (skill) yang sangat kuat (Radcliffe dan Farentinos, 1985).

Terlibat pula pengendalian kontraksi otot yaitu organ tendon golgi.

Mechanoreceptor ini terletak pada tendon itu sendiri dan distimulasi oleh kekuatan yang dapat meregangkan yang dihasilkan oleh kontraksi serat otot yang melekat pada tendon tersebut merespon secara maksimal dengan tiba-tiba meningkatkan tekanan dan mentransmisikan suatu tingkat impuls yang lebih rendah dan terus-menerus ketika tekanan tersebut menurun (Radcliffe dan Farentinos, 1985).

Reflek tendon golgi terjadi ketika tekanan otot meningkat; signal mentrasmisikan pada syaraf tulang belakang yang menyebabkan suatu respon

inhibitory (feed back negatif) pada otot yang berkontraksi, sehingga menjegah sejumlah besar tekanan yang berkembang dalam otot tersebut. Organ tendon golgi dianggap sebagai alat pelindung, yang mencegah penyobekan otot dan atau tendon dalam kondisi ekstrim, tapi dapat pula bekerja bersama-sama dengan refleks muscle spindle dalam mencapai pengendalian keseluruhan atas kontraksi otot dan gerakan tubuh (Radcliffe dan Farentinos, 1985).

Elemen kontraktil yang merupakan serat otot. Bagian tertentu otot merupakan non kontraktil: ujung lapisan serat otot tempat melekatnya dengan tendon, membran silang serat otot dan tendon bersama dengan bagian otot non kontraktil membentuk apa yang dikenal sebagai serangkaian komponen elastis. Bukti terakhir dalam (Radcliffe dan Farentinos, 1985) menganjurkan bahwa perlengkapan serat otot dapat menyumbangkan serangkaian komponen elastik. Peregangan serangkaian komponen elastik ini selama kontraksi otot menghasilkan suatu energi potensial elastis yang serupa dengan pegas yang dibebani. Ketika energi ini dilepaskan, ini menambah tingkat energi tertentu pada kontraksi yang dihasilkan oleh serat otot.

2.3.2 Teknik Aplikasi Latihan Knee Tuck Jump

Petunjuk latihan daya ledak otot tungkai menggunakan Knee Tuck Jump adalah sebagai berikut : (Radcliffe dan Farentinos, 1985)

55

Ambil sikap berdiri tegak lurus. Tempatkan kedua telapak tangan di depan dada dan menghadap ke bawah.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan latihan knee tuck jump dimulai dengan posisi Quarter-Squad, kemudian loncat ke atas dengan cepat dan berulang-ulang, usahakan lutut mengenai telapak tangan.

Gambar 2.14 Latihan Knee Tuck Jump (Furqon,2002) 2.3.3 Takaran Latihan Knee Tuck Jump

Pelatihan sebaiknya dilakukan 3 kali seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk berkembang dan beradaptasi pada hari istirahat tersebut (Harsono, 2000). Pelatihan paling sedikit 3 kali perminggu, hal ini disebabkan karena ketahanan seseorang akan menurun dan harus sudah berlatih lagi (fox, 1992). Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Parthayasa, 2012). Gerakan ini dilakukan dengan 2-5 set dengan repetisi 10-25 kali dan waktu istirahat setiap set 1-2 menit.

2.3.4 Kelemahan latihan knee tuck jump

Latihan knee tuck jump dilakukan dalam suatu lompatan eskplosif yang cepat.

Knee tuck jump merupakan latihan gerakan meloncat dan mendarat dengan mengeper. Dilihat dari gerakannya (biomekanika) latihan knee tuck jump menekankan pada loncatan yang maksimal, sedangkan kecepatan pelaksanaan merupakan faktor kedua, dan jarak horizontal tidak diperhatikan pada saat meloncat (Agung,2013). Sehingga dalam mendapatkan daya ledak ekplosif harus menggunakan intensitas tinggi untuk dapat memperoleh komponen kekuatan dan kecepatan secara bersamaan. Akan tetapi hal tersebut akan mempengaruhi kerja otot yang berlebihan dan kontraksi eksentrik dapat memicu terjadinya DOMS (delayed onset muscle syndrome). DOMS dapat dikaitkan dengan adanya stimulasi nyeri yang disebabkan dengan adanya

pembentukan asam laktat, kekakuan otot, kerusakan jaringan ikat, kerusakan otot, peradangan, dll. Gejala yang bisa muncul dalam 24 – 42 jam setelah latihan dan bisa menghilang setelah 5 –7 hari (Cheung, dkk.2003).

Dokumen terkait