• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Latihan

VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pejaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

1. Menambah khasanah pengetahuan olahraga secara umum dan pengetahuan

cabang olahraga atletik nomor lari cepat 100 meter pada khususnya.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan bagi guru penjas di SMP Negeri

25 Surakarta dalam melatih dan meningkatkan kecepatan lari 100 meter

secara intensif.

3. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, untuk

meningkatkan pembinaan dan pelatihan lebih maksimal agar mencapai

prestasi lebih baik.

commit to user

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lari 100 Meter

Menurut Aip Syarifuddin (1992: 41) lari adalah gerakan perpindahan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Berjalan, salah satu kakinya selalu kontak dengan tanah, sedangkan lari ada saatnya kedua kaki lepas dari tanah, sehingga ada saatnya badan melayang di udara.

Lari jarak pendek sering disebut sebagai lari cepat atau sprint. Menurut A. Hamidsyah Noer (2000: 49) Sprint adalah suatu aktivitas atau gerakan lari yang dilakukan dari start sampai finish dengan kecepatan penuh. Dengan demikian lari 100 meter adalah gerakan lari secepat-cepatnya dalam waktu sesingkat - singkatnya dengan kecepatan penuh.

Josef NossecN PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³.RPSRQHQ GDVDU

untuk lari sprint meliputi akselerasi (Acceleration), kecepatan absolute (Absolute

Speed), dan daya tahan kecepatan (Speed Endurance´

Dengan demikian, untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, seorang sprinter harus mempunyai kecepatan dan kecepatan akselerasi yang baik, kemampuan berlari yang baik, dan mampu mempertahankan kecepatan maksimal.

a. Teknik Lari 100 Meter

Dalam semua perlombaan lari jarak pendek, masing - masing peserta harus lari pada lintasan terpisah. Lintasan ini lebarnya minimal 1,22 meter, yang dibatasi dengan garis putih selebar 5 cm, peserta yang mendorong, mendesak, menubruk, dan memotong atau menghalangi pelari lain, sehingga mengganggu lajunya lari, dapat dinyatakan diskualifikasi.

Untuk mencapai prestasi maksimal pada lari 100 meter perlu diperhatikan teknik ² teknik khusus lari cepat yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

commit to user

1) Start

Start adalah awalan atau permulaan seorang pelari akan melakukan lari. Kemampuan start yang baik sangat diperlukan karena start merupakan kecepatan awal yang mempengerahui kecepatan selanjutnya. Keterlambatan melakukan start sangat merugikan pelari, hal ini disebabkan pelari tersebut akan tertinggal dengan pelari lainnya.

Start dalam lari jarak pendek harus menggunakan start jongkok, yaitu start yang dilakukan dengan permulaan sikap jongkok di belakang garis start. Aba - aba untuk start ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, "Bersedia", "Siap", dan "Ya" atau menggunakan pistol. Bila atlit mendengar aba - aba "Bersedia", harus mempersiapkan diri menuju start blok yang berada di belakang garis start. Mulai membungkukkan badannya dengan kedua kaki bertumpu pada balok start dan lutut kaki diletakan di tanah. Pada saat yang sama, tangan diletakan segera di belakang garis start, kira - kira selebar bahu, dengan ujung jari menyentuh tanah, badan dibuat seimbang, dan kepala relaks.

Pada aba - aba "Siap", lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama - sama sedikit bengkok (Kaki depan 900 dan kaki belakang membentuk 1300) dan kedua kaki tersebut menekan pada balok start. Pinggul menjadi naik sedemikian rupa, sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya berada diatas tangan. Lengan dipertahankan lurus dengan berat badan dibebankan merata pada semua titik tumpu dan pandangan mata tetap rendah.

Pada aba - aba "Ya" atau pada saat pistol berbunyi, si atlit dengan gerak reflek bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat kedua tangannya dari tanah, yang mengakibatkan ketidak seimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start. Kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberi daya dorong ke depan, kedua lengan memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu menimbulkan daya selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak ke depan dengan langkah pendek, cepat dan rendah, dengan gerak kaki yang lincah di tanah, tetapi tidak dengan sengaja dipendekan. Sedikit demi sedikit

commit to user

tubuh akan tegak, sedang langkah kaki menjadi lebih panjang sampai posisi yang wajar tercapai.

Posisi balok start, berbeda - beda sesuai dan tergantung pada anatomi atlit. Sudut kemiringan balok sebaiknya sesuai dengan arah dorongan langkah yang pertama, permukaannya tidak terlalu curam seperti pada balok yang di belakang.

Gambar 1 : Teknik Start Jongkok (Hamidsyah Noer : 2000 : 51)

Gambar 2 : Teknik Start Pada Tahap Pelaksanaan (Hamidsyah Noer : 2000 : 53)

commit to user

2) Teknik Lari

Setelah melakukan start dengan langkah ² langkah peralihan yang meningkat semakin panjang dan condong badan yang berangsur berkurang, maka selanjutnya dilakukan lari secepat mungkin sampai garis finish. Lari adalah lompatan yang berturut ² turut, di dalamnya terdapat fase dimana ke dua kaki tidak menginjak atau menumpu pada tanah. Jadi lari ini berbeda dengan berjalan. Gerak lari secara keseluruhan dimulai dari kaki mulai menyentuh tanah lagi. Teknik lari terdiri atas tiga tahap, yaitu :

a) Tahap melangkah

Mata kaki dan lutut yang melangkah diluruskan pada saat titik berat badan bergerak di depan kaki yang menumpu dan mendorong pinggul ke depan.

Pada saat bersamaan kaki yang lain, yang disebut sebagai kaki bebas, ditekuk, dan bergerak kearah depan dan ke atas memberikan kekuatan ganda. Perpanjangan melangkah bersamaan dengan mengangkat paha kaki bebas. Kaki langkah meninggalkan tanah dengan mengangkat tumit dan menekan tanah dengan ujung jari. Kedua tangan mengayun mengimbangi gerak kedua kaki. Kekuatan terbesar dari langkah ini, bersamaan dengan dorongan akhir ketika siku berada jauh di belakang dan lutut kaki yang berlawanan mencapai ketinggian tertinggi di depan. Lengan berayun sedikit menyilang dada dan membentuk sudut 900. Kekuatan gerakan tangan dan kaki langsung mengimbangi kecepatan lari dan gerak posisi tubuh hampir tegak, tanpa membungkuk ke depan atau ke belakang.

b) Tahap pemulihan kembali

Sesaat setelah melangkah, hubungan dengan tanah putus dan titik berat badan mengikuti arah parabola. Pada tahap ini kecepatan menghilang. Kaki yang melangkah bergerak ke belakang dan kaki yang lain ke depan membuat tarikan aktif ketika menyentuh tanah. Selama kaki belakang melakukan gerakan ke atas berulang - ulang, lengan berayun dengan langkah berlawanan. Keseluruhan gerakan ini, dapat disebut gerak relaks pada saat melayang atau tahap pemulihan.

c) Tahap sprint

Setelah melakukan gerakan start dengan langkah - langkah peralihan yang meningkat makin lebar dan condong badan berangsur - angsur berkurang,

commit to user

maka kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan sprint. Pada tahap ini, kaki bertolak kuat - kuat sampai terkadang lurus, lutut diangkat tinggi - tinggi setinggi panggul, tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar. Usahakan agar badan tetap relaks, badan condong ke depan dengan sudut 250 sampai 300. Lengan bergantung di camping tubuh secara wajar, siku ditekuk kira - kira 900, tangan menggenggam kendor, ayunan lengan ke muka dan ke belakang harus secara wajar. Punggung lurus dan segaris dengan kepala, pandangan lurus ke depan. Pelari harus menggerakan kaki dengan frekuensi yang setinggi - tingginya dan langkah selebar mungkin.

Gerakan sprint itu walaupun dilakukan dengan seluruh tenaga, tetapi gerakan harus tetap relaks. Lari cepat menggunakan ujung - ujung kaki untuk menapak. Tumit hanya sedikit saja menyentuh tanah pada pemulaan tolakan kaki, dan berat badan harus selalu berada sedikit di depan kaki pads waktu menapak.

Gambar 3 : Teknik Gerakan Lari Sprint (Hamidsyah Noer : 2000 : 53)

3) Teknik Melewati Garis Finish

Seorang pelari dianggap sudah finish ditentukan dengan bagian - bagian tubuhnya dalam mencapai bidang vertikal dari sisi terdekat garis finish sesuai yang telah ditentukan dalam peraturan. Yang dimaksud dengan bagian tubuh adalah kepala, leher, lengan, dan kaki. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis finish, yaitu :

a) Lari terus tanpa mengubah sikap lari.

commit to user

bawah belakang.

c) Dada diputar dengan diayunkan tangan ke depan - atas sehingga bahu sebelah maju ke depan.

Menurut A. Hamidsyah Noer (2000 ³0HQMHODQJ JDULV ILQLVK SHUOX

diperhatikan percepatan dan lebar langkah tetapi harus tetap rileks, pusatkan pikiran untuk mencapai finish, jangan melakukan gerakan secara bernafsu sehingga menimbulkan ketegangan, jangan menengok lawan, jangan melompat, dan jangan memperlambat langkah (Lari) sebelum nencapaLJDULVILQLVK´

Ada beberapa hal yang harus dihindari dalam lari jarak pendek, antara lain:

1. Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut. 2. Menjejakkan kaki keras ± keras di tanah dan mendaratkannya

dengan tumit.

3. Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung kebelakang. 4. Memutar kepala dan nenggerakkan baku secara berlebihan.

5. Lengan diayun ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada. 6. Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna. 7. Berlari zig ± zag dengan gerakan ke kiri dan ke kanan.

8. Pada aba ± DED ³VLDS´ NHSDOD GLDQJNDW GDJX WHUODOX WLQJJL DWDX

terlalu rendah. Langkah kurang sempurna dan mencondongkan badan ke depan secara tiba- tiba.

Gambar 4 : Teknik ± Teknik Memasuki Garis Finish (Hamidsyah Noer : 2000 : 60)

commit to user

b. Kecepatan Lari

Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam lari jarak pendek. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan lari jarak pendek idealnya pelari akan berlari dengan kecepatan maksimal dari start sampai finish.

Menurut Harsono (1988:216), Kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut - turut dalam waktu sesingkat - singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat - singkatnya.

Menurut Bompa (1982:249), Kecepatan dibagi menjadi tiga, yaitu kecepatan reaksi, kecepatan gerakan siklis (Berulang - ulang), dan kecepatan gerakan asiklis (Kecepatan aksi).

Menurut Josef Nosseck (1982:277), menyatakan bahwa, Terdapat empat macam kecepatan, yaitu :

a. Kecepatan sprint, kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal. Kekuatan sprint ditentukan oleh otot dan persendian kaki.

b. Kecepatan reaksi, kemampuan organisme untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin. Kecepatan reaksi ditentukan oleh iritabilitas susunan syaraf, daya orientasi situasi, dan ketajaman panca indera.

c. Kecepatan gerak, kemampuan organisme untuk bergerak secepat mungkin dalam gerak yang utuh. Kecepatan gerakan ditentukan oleh kecepatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan, dan keseimbangan.

d. Daya tahan kecepatan, daya kemampuan seseorang pelari mempertahankan kecepatan maksimal. Bila daya tahan kecepatan menurun, maka kecepatan maksimalnya akan menurun.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sama-sama dapat meningkatkan kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan pertukaran antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi maksimal dalam berlari. Dengan demikian kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet kecepatan sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga, khususnya dalam atletik nomor lari cepat.

commit to user

c. Sistem Energi Untuk Lari 100 Meter

Suatu program latihan harus disusun untuk mengkembangkan kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk penampilan ketrampilan olahraga. Tujuan latihan harus didasarkan pada suatu pemahaman sistem energi manusia dan kebutuhan energi tertentu dalam aktivitas olahraga. Pemahaman sistem energi sangat penting karena digunakan untuk pedoman dalam memberikan program latihan kepada atlit. Kesalahan pemberian program latihan dapat menyebabkan prestasi yang dicapai kurang optimal.

Menurut Fox (1984:22), "Sumber energi yang diperlukan dengan mudah dan tepat dapat dianalisis berdasarkan atas waktu yang diperlukan untuk kegiatan olahraga yang dilakukan, yaitu :

Tabel 1. Empat Bidang Rangkaian Kesatuan Energi Bidang Waktu

Penampilan

Sistem Energi Utama

yang Terlibat Contoh Jenis Aktivitas 1. 2. 3. 4. Kurang dari 30 detik 30 detik ± 1,5 menit 1,5 menit ± 3 menit Lebih dari 3 menit ATP-PC

ATP-PC dan Asam Laktat

Asam laktat dan Oksigen

Oksigen

- Lari 100 meter, tolak peluru, pukulan dalam tenis dan golf.

- Lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter.

- Lari 800 meter, nomor senam, tinju (1 ronde 3 menit), gulat (periode 2 menit).

- Sepak bola, lari marathon, joging.

Adapun karakteristik umum dari sistem energi tersebut di atas menurut Fox (1984: 22) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

commit to user

Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi

Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat Sistem Oksigen - Anaerobik (tanpa oksigen) - Sangat cepat - Anaerobik - Cepat - Aerobik (oksigen) - Lambat - Bahan bakar kimia PC

- Produksi ATP sangat terbatas

- Bahan bakar

makanan: glikogen

- Produksi ATP terbatas

- Bahan bakar makanan glikogen dan protein - Produksi ATP tidak

terbatas - Penyimpanan atau

penimbunan di otot terbatas

- Menggunakan

aktivitas lari cepat atau berbagai power yang tinggi, lama aktivitas pendek. - Dengan memproduksi asam laktat menyebabkan kelelahan otot - Menggunakan aktivitas dengan lama (durasi) antara 1-3 menit

- Dengan produksi, tidak melelahkan

- Menggunakan daya tahan atau aktivitas atau durasi panjang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sistem energi yang dibutuhkan dalam lari 100 meter adalah sistem ATP-PC karena dalam melakukan lari tanpa menggunakan oksigen (anaerob) dan jumlah ATP yang diproduksi terbatas hal ini tentunya menyebabkan otot akan lebih cepat lelah. Menurut Fox (1984: 22-23)

´3HUEHGDDQ XWDPa antara penyediaan energi anaerobik dan aerobik adalah jika

dilakukan pembentukan jumlah glikogen yang sama, maka dengan cara aerobik lebih banyak 13 kali ATP yang dikembangkan dari pada dengan proses anaerobik. Ini berarti cara penyediaan energi aerobik lebih ekonomis dan tentu saja otot dapat

commit to user

4. Latihan

a. Pengertian Latihan

Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan beberapa definisi latihan 0HQXUXW +DUVRQR ´ODWLKDQ DGDODK SURVHV

yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang,

GHQJDQ NLDQ KDUL NLDQ PHQDPEDK MXPODK ODWLKDQ DWDX SHNHUMDDQQ\D´ 0HQXUXW 6XKDUQR +3 ³/DWLKDQ DGDODK VXDWX SURVHV SHQ\HPSXUQDDQ DWOHW VHFDUD

sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-XODQJ ZDNWXQ\D´ 'DUL EDWDVDQ \DQJ GLNHPXNDNDQ GLDWDV GDSDW

dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban latihan secara periodik dan berkelanjutan dan dilakukan berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga.

Penambahan beban harus secara teratur dan terus menerus dikontrol. Dengan cara ini, atlit tersebut mendapatkan informasi obyektif tentang kemajuannya, dan pelatih mempunyai umpan balik tentang efisiensi langkah - langkah latihan.

Josef Nosseck (1982:3), mengemukakan pengaturan latihan dilaksanakan dalam lima langkah, yaitu :

1) Penentuan (diagnosis) tentang tingkat kondisi awal dan aktual, dengan menggunakan berbagai jenis tes.

2) Persiapan program latihan, yang mempertimbangkan titik ± titik kelemahan dan kekuatan atau kelebihan.

3) Pelaksanaan program latihan untuk periode tertentu yang telah direncanakan.

4) Pengecekan peningkatan kondisi fisik tersebut dengan metode observasi, penilaian dan tes ± tes kondisi yang khusus atau kompetisi.

5) Perbandingan standar kondisi awal dengan kondisi sekarang, evaluasi dan penyimpulan.

Dengan memperhatikan pengaturan langkah di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik

commit to user

untuk tujuan yang ingin dicapai. Dengan latihan yang teratur dan kontinyu, akan terjadi adaptasi yang baik oleh tubuh terhadap situasi latihan yang dilakukan, maka kemampuan tubuh akan meningkat sesuai dengan rangsangan yang diterima.

b. Tujuan Latihan

Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip latihan yang benar. Prinsp-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang tidak benar, tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut Fox (1984:47-51) ³NHEHUKDVLODQ GDODP SHQDPSLODQ RODKUDJD WLGDN KDQ\D GLWHQWXNDQ

oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif dan efektiI´ .HHPSDW

domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pencapaian tujuan latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus.

Tujuan umum latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk dapat mencapai tujuan utama dari latihan, yaitu taraf ketrampilan atau prestasi dari para atlit, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Maksud tujuan umum latihan menurut Bompa (1990:4) adalah :

1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multilateral.

2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.

3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya.

4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.

5) Untuk mengelola kualitas kemauan.

6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal.

7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit. 8) Untuk pencegahan cedera.

9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.

Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan dapat akan memberikan manfaat yang baik dalam mencapai prestasi yang ingin diraih

commit to user

asalkan latihan tersebut dilakukan dengan benar dan baik. Dari pelaksanaan latihan akan mudah efeknya ini terlihat dari struktur akademis dan fisiologisnya. Kunci dari latihan itu sebenarnya terletak pada program latihan yang disusun sehingga apabila program tersebut disusun secara baik dan benar maka akan memberikan peningkatan prestasi dalam berolahraga.

.

c. Aspek - Aspek Latihan

Menurut Harsono (1998:100), Untuk mencapai tujuan latihan, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental.

Keempat aspek latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian maksimal hasil latihan, karena merupakan hal yang mendasar bagi atlit maupun tim dalam pertandingan atau perlombaan. Keempat latihan diuraikan sebagai berikut

1) Latihan Fisik

Pembinaan fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai dasar pokok dalam latihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Oleh karena itu kondisi fisik harus dilakukan dan dimiliki oleh setiap atlit sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Latihan fisik prinsipnya adalah memberikan latihan secara teratur, sistematik, dan berkesinambungan sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja.

Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga sangat penting dan pertama - tama harus dilakukan secara intensif, karena dengan terbentuknya dan dimilikinya kondisi fisik akan sangat memudahkan untuk pembinaan selanjutnya. Baik usaha untuk pembinaan teknik, taktik, maupun untuk meningkatkan ketrampilan dan penampilan lainnya.

Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan dan dikembangkan adalah kekuatan, ketahanan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, ketepatan, dan keseimbangan.

2) Latihan Teknik

commit to user

dan mengembangkan kebiasaan - kebiasaan motorik dan neuromuscular menuju gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan menentukan sempurnanya keseluruhan gerakan. Oleh karena itu, teknik dasar yang diperlukan setiap cabang olahraga harus dikuasai dan dilatih secara baik. Untuk mendukung tercapainya kecakapan teknik antara lain adalah analisis gerakan, mekanika, kinesiologi, dan biomekanika. Hasil analisis yang tepat dipakai sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan - gerakan yang tepat dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan kecakapan teknik untuk menghasilkan prestasi tinggi.

Melalui analisa dan penilaian yang seksama dapat diketahui elemen -elemen yang penting, yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan kecakapan teknik.

3) Latihan Taktik

Latihan taktik dapat diartikan sebagai latihan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir pada atlit, pola - pola permainan, strategi, atau siasat yang digunakan untuk memperoleh kemenangan. Menurut H. M. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:118) bahwa, ³Taktik adalah kecakapan rohaniah atau kecakapan berpikir dalam melakukan kegiatan olahraga untuk mencapai kemenangan´. Teknik - teknik yang telah dikuasai dengan baik, harus terus dilatih dan dikembangkan. Selain itu harus dianalisis kelebihan dan kekurangan dari teknik -teknik tersebut sehingga dapat dikembangkan taktik - taktik untuk mengalahkan lawan.

4) Latihan Mental

Perkembangan mental atlit tidak kalah penting dari perkembangan ketiga faktor tersebut di atas. Meski bagaimanapun sempurnanya perkembangan fisik, teknik, dan taktik seorang atlit, prestasi puncak tidak mungkin dapat tercapai apabila mental tidak berkembang. Sebab setiap pertandingan bukan hanya merupakan pertandingan atau perlombaan fisik, akan tetapi juga pertandingan atau perlombaan mental, bahkan 70% adalah komponen mental dan hanya 30% komponen lainnya.

commit to user

serta perkembangan emosional implusif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, percaya diri, sportifitas, kematangan juara, dan keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress dan tertekan.

d. Prinsip - Prinsip Latihan

Pada prinsipnya pengaruh yang ditimbulkan dari latihan akan bersifat khusus sesuai dengan latihan yang dilakukan atau karakteristik gerakan keterampilan yang dipelajari atau unsur kondisi fisik dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu atau teknik dasar tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen kondisi fisik atau teknik dasar yang dipelajari. Menurut

Dokumen terkait