• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Analisis Data

A. Upaya PIMANSU

1. Layanan Konseling yang Dilaksanakan PIMANSU

Wawancara yang penulis lakukan kepada lembaga PIMANSU dimulai dari staf divisi Jaringan dan Komunikasi. Mengapa wawancara pertama sekali penulis mulai dengan staf divisi jaringan dan komunikasi? Karena menurut penulis, divisi jaringan dan komunikasi sangat berperan penting dalam menyampaikan infomasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba dan bahaya narkoba. Pertanyaan penulis dimulai dengan menanyakan pendapat staf divisi Jaringan dan Komunikasi yang dipegang oleh Kak Fitri Yanti, S.sos (29 thn) tentang pengertian konseling. Menurut Kak Fitri :

“ Konseling itu menurut Kakak, apa yang bisa kita berikan pada seseorang baik informasi ataupun saran dan kritik untuk bisa membantu memecahkan masalahnya.”

“ Dengan adanya konseling, korban narkoba bisa berbagi dengan konselor tentang masalah narkoba yang dialaminya.”

Menurut Kak Fitri, konseling merupakan layanan yang diberikan PIMANSU kepada masyarakat berupa informasi baik saran ataupun kritik kepada korban narkoba, keluarga korban, ataupun masyarakat yang memerlukan informasi tentang bahaya narkoba.

Jika pendapat Kak Fitri tentang konseling seperti itu, maka berbeda dengan pendapat Bapak Drs. Zulkarnain Nasution, M.A (43 thn), selaku Direktur PIMANSU tentang pengertian konseling. Menurut Pak Zulkarnain:

“ Layanan konseling itu adalah memberikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba,” Pak Zulkarnain menyambung jawabannya dengan,

“ Layanan konseling adalah layanan yang diperuntukkan kepada pecandu narkoba, orangtua korban, keluarga korban, kawan atau kerabat korban yang memerlukan informasi.”

Kemudian jawaban dari Kak Yusdiana, SE (32 thn) staf divisi Sekretariat dan Keuangan tentang pengertian konseling. Menurut Kak Yus, selaku staf divisi Sekretariat dan Keuangan, konseling itu adalah:

“ Kalau menurut Kakak, konseling itu ini dek…membantu sebagai pendengar bagi orang yang memiliki masalah narkoba.”

Kak Yus menganggap konseling itu sebagai tempat berbagi masalah korban narkoba atau keluarga korban, ataupun kerabat korban ditumpahkan kepada konselor yang menjalankan layanan konseling.

Kemudian, penulis menanyakan pertanyaan serupa kepada Kak Lyla Mayasari Nasution, SH, (26 thn) selaku staf divisi Pendidikan dan Latihan sekaligus bagian Administrasi di PIMANSU, kak Lyla menjawab:

“ Layanan konseling itu untuk memahami permasalahan seseorang, kemudian memberikan solusi untuk memecahkan atau mendapatkan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya”

Pada waktu yang berbeda, penulis menanyakan kepada Bang Abdul Hamidsyah (45 thn) selaku staf divisi Kampanye, Beliau menyatakan pendapat yang mirip dengan pernyataan Kak Lyla, yaitu:

“Konseling itu merupakan upaya konselor untuk memahami permasalahan seseorang, yang kemudian konselor tersebut memberikan solusi terhadap permasalahannya itu.”

b. Layanan konseling yang pernah dilakukan

Kemudian penulis melanjutkan pertanyaan tentang apa-apa saja layanan konseling yang pernah dilakukan PIMANSU.

Menurut Kak Fitri:

“ Konseling itu terbagi 2 dek, konseling individual yaitu konseling face to

yang kedua adalah konseling kelompok, misalnya layanan konseling pada kelompok remaja, dsb.”

Menurut Kak Fitri, konseling itu terbagi atas konseling individu, dan konseling kelompok. Kemudian Pak Zulkarnain menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang sama;

“ Itu terbagi 2, layanan konseling pribadi dan layanan konseling kelompok.”

Layanan konseling yang diberikan oleh PIMANSU kepada warga masyarakat, baik itu guru-guru sekolah, murid-murid, korban narkoba, keluarga korban, dan yang lainnya, selalu dilakukan dengan tanpa pengecualian, atau juga pembedaan.

Berbeda dengan jawaban kak Fitri dan Pak Zulkarnain, Kak Yus menjawab:

“ Gini ya dek, menurut yang kakak lihat selama ini, misalnya ada yang datang, kita berikan informasi, kita berikan arahan tempat-tempat rehabilitasi, dan kita berikan informasi yang benar tentang bahaya narkoba.”

Menurut Kak Lyla:

“ Layanan konseling itu terdiri atas: layanan konseling secara individual, yaitu langsung dengan orang tersebut; kemudian konseling secara kelompok, yaitu konseling dengan beberapa orang yang datang ke PIMANSU; kemudian konseling keluarga, maksudnya adalah orangtua ataupun kerabat korban yang berkonsultasi dengan PIMANSU.”

Berikutnya Bang Abdul menjawab:

“ Ya, konseling yang dilakukan itu adalah konseling individu, dan kelompok.”

Kemudian penulis menanyakan kepada Kak Fitri tentang bagaimana korban ataupun masyarakat yang ingin mendapatkan konseling? Kak Fitri selaku subjek penelitian penulis menjawab:

“ Ada yang datang langsung, ada juga yang konseling melalui telepon, beda-beda dek.”

Bila jawaban dari subjek penelitian kita ambil kesimpulan tentang pembagian konseling, maka akan kita dapatkan 3 (tiga) jenis konseling yang dilakukan oleh PIMANSU. Yang pertama adalah konseling individu: yaitu konseling antar pribadi, hanya satu orang. Berikutnya adalah konseling kelompok: yaitu konseling dengan satu kelompok masyarakat, ataupun kelompok teman sebaya remaja. Yang terakhir adalah konseling keluarga: maksudnya adalah konseling yang ditujukan kepada keluarga korban, ataupun kerabatnya.

c. Korban narkoba tahun 2007 yang mengikuti konseling

Pada pertanyaan selanjutnya yang menanyakan berapa banyak layanan konseling yang telah dilakukan tahun 2007? Jawaban subjek penelitian penulis hampir sama, yaitu

“ Data-datanya ada di laporan kegiatan tahun 2007, sudah banyak yang melakukan konseling di PIMANSU, tetapi untuk data yang lengkap bisa dilihat dari laporan kegiatan 2007.”

Kira-kira seperti itulah jawaban dari pertanyaan tersebut.

Kemudian, penulis menanyakan kepada Kak Lyla jumlah layanan konseling yang telah dilakukan selama tahun 2007, Kak Lyla menjawab

“ Data-data lengkapnya ada di laporan kegiatan tahun 2007, kira-kira 40 sampai 50 orang.”

d. Tujuan dilakukan layanan konseling

Kemudian pada jawaban atas pertanyaan selanjutnya tentang apa tujuan dilaksanakannya layanan konseling ini? Kak Fitri menjawab:

” Tujuannya, ya, memberikan informasi yang benar tenang bahaya narkoba; membantu seseorang untuk memecahkan masalah narkoba; dan sebagai tempat berbagi, menampung masalah ataupun sebagai pendengar.”

Menurut Kak Fitri ada 3 tujuan konseling tersebut, yaitu memberikan informasi yang benar tentang bahaya narkoba; membantu seseorang untuk memecahkan masalah narkoba; dan sebagai tempat berbagi atau menampung masalah ataupun sebagai pendengar.

Kemudian Pak Zulkarnain menjawab:

“ Tujuannya, memberikan informasi yang benar kepada masyarakat; memberikan informasi bagaimana hidup bersama pecandu narkoba supaya mereka tidak terkontaminasi dan membawa keluar pecandu tersebut; memberikan informasi pada pecandu tahapan-tahapan untuk keluar dari permasalahan narkoba; memberikan informasi pada masyarakat tempat-tempat rehabilitasi ; memberikan informasi bagaimana menangani orang-orang yang kecanduan narkoba, overdosis; serta bagaimana mengetahui ciri-ciri khusus pengguna narkoba.”

Berikutnya adalah Kak Yus, menjawab pertanyaan tersebut :

“ Tujuannya, ya bisa membantu memecahkan masalah mereka dan mendapatkan informasi yang benar tentang masalah narkoba.”

Kemudian Kak Lyla menjawab pertanyaan tersebut:

“ Tujuan dari layanan konseling itu sendiri adalah supaya orang yang menghadapi masalah tersebut bisa mendapatkan jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.”

Berikutnya Bang Abdul menjawab:

e. Hambatan dalam konseling

Pertanyaan penulis berikutnya adalah apa hambatan dalam melaksanakan layanan konseling? Sebab setiap kegiatan pasti ada hambatannya, maka itu penulis menanyakan hal tersebut kepada subjek penelitian.

Kak Fitri menjawab:

“ Hambatan-hambatannya seperti tidak adanya ruangan khusus untuk tempat melakukan konseling; belum adanya SDM berupa konselor yang langsung menangani konseling, sebab selama ini masih dilakukan oleh staf PIMANSU; masyarakat kebanyakan masih menganggap konseling tentang masalah narkoba itu sebagai aib, sehingga masyarakat kebanyakan menutup diri.”

Jawaban Pak Zulkarnain hampir sama dengan jawaban Kak Fitri:

“ Hambatan-hambatannya, PIMANSU belum punya orang khusus dalam menangani konseling; belum ada ruangan khusus untuk melaksanakan konseling; dan belum punya dana khusus untuk melaksanakan konseling.” Tidak berbeda jauh jawaban Kak Yus dengan jawaban Kak Fitri dan Pak Zulkarnain:

” Hambatannya, tidak adanya ruangan khusus untuk konseling, sebab konseling sifatnya adalah rahasia; kemudian belum adanya SDM khusus menangani konseling.”

Kemudian Kak Lyla menjawab:

“ Hambatannya, kadang-kadang orang yang memiliki masalah tersebut tidak begitu terbuka untuk menceritakan atau mengungkapkan masalahnya kepada konselor, jadi hal ini yang mempersulit untuk mengetahui masalah sebenarnya yang dimiliki orang tersebut.”

Bang Abdul menjawab:

“ Hambatannya itu, orang yang menginginkan konseling tidak terbuka kepada konselor, trus tidak ada ruangan dan SDM khusus untuk konseling.”

Seperti itulah jawaban-jawaban dari subjek penelitian yang penulis teliti tentang pendapat mereka atas konseling. Dari semua poin-poin jawaban subjek penelitian mengenai konseling, dapat penulis ambil garis besar tentang konseling yaitu: konseling itu terbagi atas 3 jenis, yang pertama adalah konseling individu; kemudian konseling kelompok; dan konseling keluarga. Tujuan konseling sendiri adalah untuk membantu korban, keluarga korban, kerabat, masyarakat yang memerlukan informasi tentang narkoba agar bisa mengetahui dasar masalahnya dan mampu memecahkan masalahnya ataupun keluar dari masalahnya sendiri.

Namun, dalam melaksanakan konseling sendiri, PIMANSU memiliki banyak kendala atau hambatan. Yang paling mendasar adalah SDM konselor sendiri, karena selama ini yang menjadi konselor adalah staf ataupun pimpinan PIMANSU. Kemudian, kendala berikutnya adalah ruangan khusus untuk melakukan konseling, sebab konseling merupakan kegiatan yang bersifat rahasia dimana orang yang melakukan konseling dan konselor saling membuka cerita mengenai masalah yang menimpa dirinya. Selama ini ruangan yang dipakai adalah ruangan umum. Sehingga kerahasiaan dari konseli tidak begitu terjamin. Setelah itu, kebanyakan konseli tidak terbuka untuk mengeluarkan masalah-masalah dan rahasia yang menjadi sebab masalah-masalahnya sendiri. Menurut sebagian masyarakat membuka kesalahan ataupun masalah adalah aib. Sehingga dengan keterbatasan informasi dari korban, konselor tidak dapat bekerja maksimal.

Kemudian pada pertanyaan berikutnya yang menanyakan tentang pendidikan dan latihan pada masyarakat.

Dokumen terkait