• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Upaya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PUSAT INFORMASI MASYARAKAT ANTI NARKOBA SUMATERA UTARA (PIMANSU)

DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara D

I S U S U N Oleh :

Anggiat Ganda Tua Jakobus Marpaung 040902047

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberikan kesehatan dan anugrah untuk mampu menyelesaikan skripsi ini. Banyak hal yang bisa penulis peroleh dan penulis pahami selama proses bimbingan skripsi ini, baik dari Dosen pembimbing penulis Ibu Mastauli Siregar,S.Sos, M.Si, maupun dari Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, dan dosen-dosen Kesejahteraan Sosial lainnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas pemikiran, wawasan dan ilmu pengetahuan yang banyak penulis terima dari dosen-dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial, walaupun penulis tidak sesuai harapan Bapak dan Ibu dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Skripsi ini berisi tentang upaya-upaya yang dilakukan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deksriptif, dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan di tiap bagian skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan banyak perhatian dari Bapak Matias Siagian dan dosen pembimbing Ibu Mastauli Siregar untuk memberikan saran dan kritik.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(3)

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing Penulis selama proses pembuatan skripsi.

4. Bapak Drs. Zulkarnain Nasution, MA, selaku Pimpinan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU), tempat penulis melaksanakan Praktikum II dan penelitian.

5. Staf PIMANSU yang turut membantu Penulis selama proses pengerjaan skripsi, Kak Lila, Kak Fitri, Bang Ardhi, Bang Abdul, Kak Yusdiana. Terima kasih banyak buat kakak-kakak dan abang-abangku di PIMANSU, maaf telah banyak merepotkan.

6. Ibu Damrah dan Ibu Susilowati, yang mewakili Mitra kerja PIMANSU pada bidang pendidikan, yang telah bersedia memberikan banyak informasi kepada Penulis.

7. Dosen-dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU, yang pemikirannya menjadi kebanggaan Penulis selama masa perkuliahan dan pengerjaan skripsi, Pak Matias, Bu Mastauli, Bang Agus, Bang Iin, Pak Edward, Bu Tuti, Alm.Bang Dirman. Terima kasih banyak atas pemikiran yang telah banyak disumbangkan bagi Penulis dan teman-teman Kessos lainnya.

(4)

9. Buat kedua Orangtuaku P. Marpaung dan M. Br. Tobing yang telah memberikan kasih sayang dan telah mendukung Penulis sepenuhnya selama Penulis mengikuti perkuliahan di USU, dan buat perhatian yang begitu besar buat Penulis.

10.Buat saudara kandungku, Dominggos O. M, yang telah membantu dan telah bersabar menghadapi Penulis. Terima kasih udah menjadi Abang yang baik. 11.Buat segenap famili yang telah banyak membantu, Namboru Victo dan

Amangboru, Namboru Mei, Namboru Rina dan Amangboru, Namboru Melani, Lae Jakob, Lae Ashoy, Lae Togi, Kak Rina, Kak Ruth, Inangtua, B’ Bona. K’ Ita, Tulang Alex, Lae Raymond, Lae Nelson,

12.Terima kasih banyak buat Bang Johannes yang telah banyak mendukung dan sering bertukar pikiran. Banyak tantangan yang udah kita hadapi. Kita udah ngerti gimana sulit-mudahnya membuat skripsi. Semoga kita bisa tetap menjadi sahabat walaupun kita udah susah ketemu. Makasih bang!

13.Buat abang/kakak senior Kessos, Angga ‘bocor’, Bg Nando, Bg Erik, Bg Roy ‘dodi’, Bg Yon, Bg Bambang, Bg Edu, Bg. Budi F, Bg Ahmad, dan abang-abang senior lainnya.

14.Buat Aidil’sinchan’, Charles’trutung1’, Supeno ‘Uba’, Ilham, Rubel (musisi), Fajar, Anton, Suriono’klaten’, Rani. Banyak hal yang udah kita alami di Kessos FISIP USU dalam 4 tahun lebih ini. Sulit untuk melupakan itu semua. Terima kasih.

(5)

Deswita, Rini, Dina, Suci, Hikmah, Irma, Dian, dan kawan-kawan lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, trima kasih.

16.Buat kawan-kawan 05, Samri, Ramot’isme, Mele, Erwin, Afta, Agung, Hildan, Sogi, dan yang lainnya; kawan-kawan 06, Mita, Nora, Imanuel, dan yang lain, tidak lupa adek-adek 07 dan 08.

17.Buat Bg Jhon, Bg Richard, Anto, yang telah mendukung Penulis dalam proses pengetikan skripsi.

18.Buat Dimton, Benri, Bg Boni, Ronal, Erlan, Lamra, Bg Ishak, yang telah menjadi abang/teman selama perkuliahan.

19.Buat Pak Suwanto, Yngwie, Paul, Ronal ‘kimia’, Mario, yang telah menjadi inspirasi dalam menghadapi hidup.

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ………. i

Kata Pengantar………. ii

Daftar Isi ……….. vi

Daftar Bagan ……… xi

BAB I Pendahuluan ……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Manfaat Penelitian ………. 9

E. Sistematika Penulisan ………. 10

BAB II Tinjauan Pustaka ……… 12

A. Konsep Lembaga Kemasyarakatan ……….... 12

1. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan ………... 12

2. Ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan ………... 12

3. Fungsi Lembaga Kemasyarakatan ………... 13

B. Pengertian Pencegahan ……….... 14

C. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ……….... 15

D. Pengertian Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba …………... 16

E. Pengertian Narkoba ……….. 20

F. Kerangka Pemikiran ………. 25

H. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ………. 26

(7)

2. Defenisi Operasional ……….... 27

BAB III Metode Penelitian ………. 29

A. Tipe Penelitian ……… 29

B. Lokasi Penelitian ……… 29

C. Subjek Penelitian ……… 29

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 30

E. Teknik Analisis Data ……….. 31

BAB IV Deskripsi Lokasi ………... 32

A. Latar Belakang Pendirian ……… 32

B. Visi ……….. 35

C. Misi ………. 35

D. Program ………. 36

E. Langkah-langkah ……….. 40

F. Strategi ……… 40

G. Pembiayaan dan Sumber Dana ……… 41

H. Kegiatan PIMANSU Selama Berdiri ……… 42

BAB V Analisis Data ……….... 47

A. Upaya PIMANSU ……….. 47

1. Layanan Konseling yang Dilaksanakan PIMANSU ………. 48

a. Pengertian Konseling ……… 48

b. Layanan Konseling yang Pernah Dilakukan ………. 49

c. Korban Narkoba Tahun 2007 yang Mengikuti Konseling . 51 d. Tujuan Dilakukan Layanan Konseling ……….. 52

(8)

2. Pendidikan dan Pelatihan ……… 55

a. Bentuk Pendidikan dan Pelatihan ………... 55

b. Banyak Kegiatan ……….. 56

c. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan ………... 56

d. Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan 57 3. Kelengkapan Data ……… 59

a. Sumber Data ……….. 59

b. Bentuk Data ……….. 59

4. Mitra Kerja PIMANSU ………... 60

a. Siapa Mitra Kerja PIMANSU ………. 60

b. Apa yang Diberikan Mitra Kerja ……… 61

c. Kelebihan dan Kekurangan Bermitra ……… 62

5. Korban Narkoba ………... 64

a. Informasi Tempat Rehabilitasi Narkoba ……… 64

b. Banyak Korban yang Mencari Tempat Rehabilitasi ….... 65

B. Tanggapan Mitra Kerja PIMANSU terhadap Upaya PIMANSU dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba ………. 65

1. Banyak Informasi tentang Masalah Narkoba ……… 66

a. Kelengkapan Informasi dan Data ……… 66

b. Bentuk Informasi yang Didapat ……….. 67

c. Bentuk Informasi yang Menarik ………. 67

(9)

Dimiliki PIMANSU ………. 68

b. Kelengkapan untuk Dijadikan Sumber Data ……….. 69

c. Pengambilan Data Narkoba di PIMANSU ……….. 69

3. Sebagai Tempat Penelitian Terhadap Masalah Narkoba ….. 70

a. Tempat Penelitian Terhadap Masalah Narkoba …………. 70

b. Melakukan Penelitian di PIMANSU ………. 70

4. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Penyalah- gunaan Narkoba ……….. 70

a. Seminar ……… 70

i. Pelaksanaan Seminar ……….. 70

ii. Partisipasi dalam Seminar ……… 71

iii. Manfaat ……….. 71

b. Kampanye ……….. 72

i. Partisipasi dalam Kampanye ………. 72

ii. Manfaat ……….. 72

c. Relawan ………... 73

i. Partisipasi ………. 73

ii. Manfaat ……… 73

iii. Respon PIMANSU ………. 74

BAB VI Penutup ……… 75

A. Kesimpulan ………. 75

B. Saran ……… 77

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pemikiran ……… 26

(11)

i Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

Nama: Anggiat Ganda Tua Jakobus Marpaung NIM : 04 0902 047

Judul: Upaya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ternyata cukup tinggi. Indikatornya adalah data penyalahgunaan narkoba dari tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan grafik yang meningkat cukup signifikan. Berdasarkan data, hingga akhir November 2007 tercatat kasus penyalahgunaan Narkoba yang ditangani Polda Sumut mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875 orang. Padahal pada tahun 2004 kasus narkoba baru 1.303 kasus dengan tersangka 1.757 orang. Meningkat menjadi 2.089 kasus dengan tersangka 2.982 orang di tahun 2005. Selanjutnya meningkat lagi di tahun 2006 menjadi 3.207 kasus dengan tersangka 4.842 orang. Banyak upaya untuk memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Salah satunya adalah dengan upaya pencegahan yang dilakukan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU). PIMANSU berupaya untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di setiap tempat, lapisan masyarakat, lembaga pendidikan, seperti yang pernah terlaksana di SMU Dharma Pancasila, Medan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan melalui buku-buku. Wawancara dilakukan dengan subjek penelitian baik dari pihak PIMANSU serta mitra kerja PIMANSU yaitu guru-guru BP SMU Dharma Pancasila, Medan.

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah, bahwa PIMANSU telah berupaya maksimal untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Ini terbukti dari banyaknya informasi yang dimiliki PIMANSU dan yang diberikan PIMANSU kepada masyarakat secara cuma-cuma, banyaknya kegiatan yang telah dilaksanakan PIMANSU bersama dengan mitra kerja. Adapun kekurangan yang dimiliki atau dirasakan PIMANSU adalah tidak adanya ruangan khusus untuk layanan konseling, tidak adanya SDM khusus menangani konseling, kurangnya dana dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan, kurangnya respon dari masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PIMANSU.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Generasi penerus bangsa adalah kunci utama bagi masa depan sebuah negara. Baik atau buruknya masa depan suatu negara ditentukan oleh generasi penerus. Maka sebab itu, sebuah generasi penerus harus dibenahi agar tidak sampai menyimpang dari harapan suatu bangsa. Penyimpangan yang dimaksudkan dapat berupa berbagai hal. Misalnya saja perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, perceraian, aborsi, dan lain sebagainya.

(13)

daratan Cina, yaitu jatuhnya Hongkong dan pelabuhan Canton menjadi daerah teritorial Inggris (www.bainfokomsumut.go.id).

Kasus-kasus penyalahgunaan narkotika, dan bahan zat apapun bentuknya yang menyebabkan seseorang menjadi terikat memakainya (addicted) tidak pula dapat diselesaikan oleh satu profesi, tetapi harus ditangani oleh multiprofesional, oleh dokter, psikolog, sosiolog, antropolog, social worker, agamawan dan yang paling penting adalah peran orangtua, karena orangtualah sepatutnya yang menjadi instansi pertama yang mendidik anggota keluarga sedini mungkin dengan nilai-nilai moral dan sosial yang utuh dan tangguh.

Generasi muda, pelajar dan mahasiswa, orang tua, informal leader, organisasi-organisai sosial sangat berperan di segala bidang kegiatan untuk sama-sama berupaya menekan lajunya perkembangan meningkatnya kejahatan bidang narkotika. Berbagai upaya dapat dilakukan terutama bidang pencegahan, pemberian informasi baik dalam organisasi masyarakat yang terkoordinir secara baik (loc. cit., 17.04.2008).

(14)

jiwanya. Lebih parah lagi, tempat pendidikan yang seharusnya steril seperti Pondok Pesantren ternyata ada yang kecolongan, diterobos “barang haram” ini.

Ancaman narkoba bagi generasi muda tidak boleh dianggap sepele. Problem narkoba harus benar-benar dicermati, dihayati, dan mendapat perhatian dari semua pihak tanpa kecuali, karena berkaitan dengan nasib bangsa-negara, maka sangat mendesak segera dicari solusi pencegahan, penanggulangan, dan pemberantasannya.

Dari penelitian Hawari, dalam bukunya “Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA” (Hawari, 2001:88), pada umumnya alasan anak atau remaja menggunakan narkoba sehingga terlibat penyalahgunaan sampai menjadi ketergantungan adalah sebagai berikut:

1) Kepercayaan bahwa narkoba dapat mengatasi semua persoalan (26,7%) 2) Untuk memperoleh kesenangan atau kenikmatan (36,1%)

3) Untuk menghilangkan rasa sakit atau tidak senang atau tidak enak (lesu, kurang bergairah, dan sejenisnya ) (40,2%)

4) Untuk memperoleh ide, pikiran baru atau ilham (13,3)

5) Agar dapat diterima oleh teman kelompok sebaya (peer group 17,3 %) 6) Untuk menghilangkan rasa rendah diri dan supaya bisa bergaul (34,7%) 7) Rasa ingin tahu dan ikut-ikutan (62,7%)

8) Sebagai pernyataan ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap orangtua, sekolah atau keadaan (44,1%)

9) Untuk menghilangkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, kemurungan, sukar tidur dan kesakitan (88,1%)

(15)

Banyak penyebab korban terjerumus perangkap narkoba, diantaranya adalah:

1) Kurang harmonisnya hubungan keluarga di rumah tangga 2) Makin tipisnya kadar keimanan ketakwaan generasi muda 3) Sangat kuatnya pengaruh lingkungan/teman sebaya

4) Kurang peka-nya organisasi remaja/pemuda, keagamaan, LSM/Ornop dan tokoh masyarakat setempat

5) Masih rendahnya kepedulian para pendidik terhadap anak didik

6) Kurang efektifnya pengawasan tempat/sarana hiburan dan fasilitas jasa yang sering disalahgunakan

7) Kurang seriusnya aparat terkait dalam memberantas tuntas jaringan gelap narkoba

8) Krisis ekonomi yang masih terus berkelanjutan.

Dalam upaya memerangi narkoba, tindakan pencegahan hendaknya lebih diutamakan, tanpa mengurangi pentingnya solusi pengobatan korban, pengedalian kasus, dan pemberantasan tuntas mafia obat berbahaya ini. Diperkirakan tidak kurang dari 10% penduduk negeri ini terlibat narkoba, baik sebagai pemakai, agen, pembuat/produsen, maupun bandarnya, termasuk pem-backing yang memuluskan usaha gelap ini.

(16)

bersifat imitative, anak lelaki ingin serupa ayahnya, anak perempuan ingin serupa ibunya.

Namun, tidak banyak keluarga yang mampu memberikan pendidikan yang diperlukan oleh anak sebagai dasar seorang anak untuk tumbuh berkembang. Anak-anak yang tidak mendapatkan informasi dan didikan yang baik dari keluarga, akan dengan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Maksudnya adalah, jika anak bergaul dengan lingkungan yang buruk, misalnya lingkungan narkoba, maka dengan mudah anak tersebut akan ikut terjerat ke dalam dunia narkoba. Sebab si anak tidak memiliki dasar yang jelas dan kuat.

Penyalahgunaan narkoba di Propinsi Sumatera Utara (Sumut) ternyata cukup tinggi. Indikatornya adalah data penyalahgunaan narkoba dari tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan grafik yang meningkat cukup signifikan. Berdasarkan data, hingga akhir November 2007 tercatat kasus penyalahgunaan narkoba yang ditangani Polda Sumut mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875 orang. Padahal pada tahun 2004 kasus narkoba baru 1.303 kasus dengan tersangka 1.757 orang. Meningkat menjadi 2.089 kasus dengan tersangka 2.982 orang di tahun 2005. Selanjutnya meningkat lagi di tahun 2006 menjadi 3.207 kasus dengan tersangka 4.842 orang (www.politikindonesia.com, 17.04.2008).

(17)

Banyak korban penyalahgunaan narkoba berjatuhan diakibatkan kurangnya informasi yang diterima mereka tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Keadaan ini mendorong pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan cara mensosialisasikan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelapnya. Maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Gerakan Anti Narkoba Indonesia mendirikan sebuah lembaga dengan nama Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara yang disingkat dengan PIMANSU.

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) hadir sebagai bentuk pencegahan beredarnya penyalahgunaan narkoba. Sebelum berdirinya PIMANSU, telah disadari bahwa peningkatan peredaran gelap narkoba di masyarakat begitu pesat. Sehingga upaya yang diperlukan pertama sekali adalah pencegahan. Agar masyarakat yang belum mengkonsumsi narkoba dan yang tidak tahu apa itu narkoba bisa menjaga diri dari bahaya narkoba.

(18)

Data Tersangka Kejahatan Narkoba di Sumatera Utara Berdasarkan Tangkapan Kepolisian (per Polsek)

Diakses dari Media Cetak Tahun 2007

No. Daerah Jumlah

(19)

Data Barang Bukti Kejahatan Narkoba di Sumatera Utara Berdasarkan Tangkapan Kepolisian Diakses dari Media Cetak

Tahun 2007

Sumber: Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) & Divisi Litbang GAN Indonesia

Berdasarkan data-data yang diatas, memang selalu diperlukan upaya untuk pencegahan peredaran penyalahgunaan narkoba. Maka keseriusan dari pihak-pihak yang terkait dengan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut selalu diperlukan masyarakat.

Melihat kondisi peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang terjadi, penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya upaya dari Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya.

B. Perumusan Masalah

(20)

“Bagaimanakah Upaya PIMANSU dalam Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

2. Untuk mengetahui apa-apa saja kelebihan dan kelemahan dari upaya PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba serta bagaimana memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut.

3. Untuk mengetahui tanggapan mitra kerja PIMANSU khususnya dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah yaitu guru-guru terhadap upaya-upaya yang dilakukan PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai bahan untuk mempertajam

kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, dan menambah pengetahuan penulis.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran

bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial terutama mengenai pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah.

3. Secara praktis, untuk meningkatkan pemahaman pembaca dalam

(21)

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan di teliti diantaranya: pengertian lembaga kemasyarakatan, pengertian upaya, pengertian pencegahan, pengertian penyalahgunaan, pengertian narkoba, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat tentang berdirinya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dan gambaran mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lembaga Kemasyarakatan 1. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan

Pengertian lembaga, lebih menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus juga mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri daripada lembaga tersebut.

Norma-norma dalam masyarakat: yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Norma-norma tersebut apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia dinamakan social-organization. Di dalam perkembangan selanjutnya, norma-norma tersebut berkelompok-kelompok pada berbagai keperluan pokok daripada kehidupan manusia seperti misalnya; kebutuhan hidup, kekerabatan, kebutuhan pencaharian hidup, kebutuhan akan pendidikan, dsb. Misalnya kebutuhan hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti keluarga batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dll. Kebutuhan pencaharian hidup menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pertanian, peternakan, koperasi, industri. (Soekanto, 1995:217)

2. Ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan

Gillin and Gillin di dalam tulisannya yang berjudul General feature of

Social Institution yang dipetik dari Soerjono Soekanto, ”Sosiologi, Suatu

(23)

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi daripada pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya, setelah mengalami suatu masa percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama sekali, oleh karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara (Ibid, hal. 230).

3. Fungsi Lembaga Kemasyarakatan

Fungsi-fungsi lembaga kemasyarakatan antara lain:

1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokoknya.

2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan

(24)

B. Pengertian Pencegahan

Fungsi kesejahteraan sosial adalah mengorganisasi dari adanya disorganisasi. Pengertian reorganisasi mempunyai ukuran yang luas dan mendalam sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup pemulihan serta pemberian peranan-peranan baru.

Fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial 1. Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial melaksanakan fungsi penyembuhan bila di dalamnya tercakup sekumpulan kegiatan yang ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi, ketidakmampuan fisik, emosional dan social agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi secara normal kembali di dalam masyarakat.

2. Fungsi Pencegahan (Preventif)

Kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan ditujukan untuk memperkuat keluarga, kelompok-kelompok dan kesatuan-kesatuan masyarakat agar jangan sampai timbul masalah-masalah sosial yang baru. Disamping itu juga diusahakan pencegahan tingkah laku perorangan yang abnormal.

3. Fungsi Pengembangan (Development)

(25)

anggota-anggotanya perlu disiapkan untuk memperoleh dan melaksanakan peranan-peranan serta tanggung jawab yang baru.

4. Fungsi Penunjang (Supportive)

Fungsi kesejahteraan sosial pada fungsi penunjang ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan sektor lain.

Fungsi kesejahteraan sosial yang digunakan dalam pelaksanaan peran-peran PIMANSU adalah fungsi pencegahan. Dengan memberikan fungsi pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba, diharapkan peningkatan jumlah pemakai narkoba dapat berkurang.

Menurut Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pencegahan adalah: semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi (antisipatif), sehingga memungkinkan orang mempunyai ketahanan diri dan dapat memberdayakan masyarakat untuk menciptakan dan memperkuat lingkungannya, guna mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan tersebut (BNN, 2004a:37).

C. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

(26)

Penyalahgunaan (abuse) narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat klinis menyimpang, minimal satu bulan, dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaannya. Penyalahgunaan narkoba adalah: penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, yang menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis serta menimbulkan ketergantungan tanpa resep dan tanpa pengawasan dokter (op. cit.,hal. 37).

Faktor yang menyebabkan penyalahgunaan obat terdiri dari faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus. Faktor predisposisi adalah gangguan kepribadian dimana seseorang merasa tidak puas dengan dampak perilakunya terhadap orang lain. Gambaran penyerta untuk faktor ini adalah gangguan kejiwaan berupa kecemasan atau depresi. Untuk mengatasi ketidakmampuannya untuk berfungsi secara wajar, dan untuk menghilangkan kecemasan dan depresi, seorang cenderung melakukan penyalahgunaan obat (Hawari, 2001:24).

Faktor kontribusi adalah: faktor yang muncul dari kondisi seseorang, seperti keluarga yang tidak utuh, orangtua yang terlalu sibuk, dan hubungan intrapersonal yang kurang baik antara anak dengan orangtua (Ibid, hal. 27).

Faktor pencetus adalah faktor pengaruh teman sebaya yang mempunyai andil yang juga besar. Disamping teman sebaya, kemudahan diperolehnya narkoba (easy availability) juga menjadi pencetus yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan obat (Ibid, hal. 28).

D. Pengertian Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

(27)

cara hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang terjangkit penyalahgunaan narkoba. Salah satu cara pencegahannya adalah komunikasi (BNN, 2004a:37).

Komunikasi dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah: pemberian informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat luas agar mereka menghindarinya.

Pola pencegahan/ketergantungan NAZA dapat dilihat dari 2 aspek yaitu upaya supply reduction dan demand reduction; dengan pendekatan security

approach dan welfare approach.

1. Arti dari supply reduction adalah upaya-upaya untuk mengurangi sebanyak mungkin pengadaan dan peredaran NAZA. Termasuk upaya ini misalnya pemberantasan penyeludupan dan razia terhadap peredaran NAZA; dan kepada mereka yang terlibat dikenakan sanksi hukum yang maksimal, bahkan kalau perlu sampai pada hukuman mati. Upaya supply reduction ini dilakukan oleh aparat penegak hukum dan instansi yang terkait dengan pendekatan security approach yaitu pendekatan keamanan.

(28)

Pencegahan penyalahgunaan narkoba:

1. Pencegahan Primer: ditujukan kepada pemberian informasi dan pendidikan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas, yang belum nampak tanda-tanda adanya kasus penyalahgunaan narkoba, meliputi kegiatan alternatif untuk menghindarkan individu, kelompok atau komunitas dari penyalahgunaan narkoba, serta memperkuat kemampuannya untuk menolak mereka.

2. Pencegahan Sekunder: ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas yang rentan terhadap atau telah menunjukkan adanya gejala kasus penyalahgunaan narkoba melalui pendidikan dan konseling kepada mereka yang sudah mencoba-coba menggunakan narkoba, agar mereka menghentikannya dan mengikuti perilaku yang lebih sehat.

(29)

Pencegahan Sasaran

- melindungi orang dari bahaya penyalahgunaan narkoba

- mengurangi minat terhadap narkoba

- membangun ketahanan remaja untuk menolak narkoba

- mengembangkan gaya hidup bebas narkoba

- menggugah kesadaran masyarakat akan bahaya narkoba

- pengembangan kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis

- pengembangan taraf kesehatan jasmani dan rohani masyarakat

Sekunder Individu dan komunitas

- membuat orang-orang yang rentan dan atau berada dalam lingkungan rawan penyalahgunaan narkoba

- menengarai berbagai dampak buruk penyalahgunaan narkoba

- mengembangkan

lingkungan dan iklim social yang sehat

- mengembangkan program perawatan dan pemulihan

- Konseling dan pendidikan individual atau kelompok menyediakan pelayanan perawatan dan pemulihan - Mendorong penyalahguna

untuk menggunakan pelayanan

- Memotivasi penyalahguna untuk terus mengikuti perawatan dan pemulihan - Mendorong keluarga dan

pohak lainnya untuk dan gaya hidup yangsehat dan bebas narkoba

(30)

E. Pengertian Narkoba

Menurut UU No. 22 thn 1997, narkotika adalah zat/ obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Sitompul, 2004:3).

Narkotika meliputi:

1. Opioda: sekelompok zat alamiah, semi sintetis atau sintetis yang memiliki khasiat farmakologi mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri (analgesic) meliputi:

a. Opioda alamiah; opium, morfin, codein b. Opioda semi sintetis; hidromorfin dan heroin

c. Opioda sintetik; meliputi mepedirin, propolosifen, leformanol, dan levarolfan.

2. Morfin: opioda alamiah yang memiliki daya analgesik yang kuat berbentuk kristal, warna putih dan berubah menjadi kecoklatan, tidak berbau. Opium mentah mengandung 4-21 % morfin. Sebagian besar opium diolah menjadi morfin dan codein.

3. Codein: alkaloida terkandung dalam opium sebesar 0,7-2,5 % merupakan opioda alamiah yang banyak digunakan untuk keperluan medis. Codein memiliki khasiat analgesic lemah yaitu hanya 1/12 daya analgesic morfin. 4. Heroin/Putaw: opioda sintetis berupa serbuk putih yang berasa pahit. Di pasar

(31)

5. Ganja, Marijuana, Cannabis Sativa, Cannabis Indica

6. Metadon: adalah opioda sintetis yang memiliki daya kerja lebih lama dan lebih efektif daripada morfin dengan cara penggunaan ditelan. Metadon digunakan sebagai terapi substitusi dalam methadone maintenance program untuk mengobati ketergantungan terhadap opioda.

7. Kokain: alkaloida dari daun tumbuhan erythoxylon coca, sejenis tumbuhan yang tumbuh di lereng pegunungan Andes di Amerika Selatan.

8. Crack: adalah bentuk baru berupa kristal seperti kerikil, harganya tidak terlalu mahal. Merupakan saripati kokain yang memiliki dampak ketergantungan lebih kuat daripada kokain.

9. Narkotika Golongan I: narkotika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.

a. Tumbuhan Papaver Somniferum L (semua bagiannya kecuali bijinya) b.Opium mentah/getah yang membeku dari buah tumbuhan Papaver

Somniferum

c. Opium masak: 1. Candu 2. Jicing 3. Jicingkon d. Tumbuhan Coca e. Daun Coca

f. Cocaine mentah; hasil pengolahan daun Coca

(32)

h. Tumbuhan ganja

10. Narkotika Golongan II: narkotika yang memiliki daya menimbulkan ketergantungan menengah dapat digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan.

a. Morphine; alkaloida yang terdapat dalam opium berupa serbuk putih digunakan dalam pengobatan sebagai penawar rasa sakit kuat dalam operasi atau karena penyakit kanker

b. Phentanyl c. Exgoncina

d. Petidine seluruhnya ada 87 jenis.

11. Narkotika Golongan III: narkotika yang memiliki daya yang menimbulkan ketergantungan rendah yang banyak digunakan dalam pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan seperti:

a. Codein: alkaloida berupa serbuk atau dalam bentuk tablet, terkandung dalam opium atau sintetis dari morfine digunakan sebagai obat antitusif (peredam batuk) dan sebagai analgesik.

b. Ethyl Morphine seluruhnya ada 14 jenis (BNN, 2004b:14).

Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Tunggal, 2007:209).

Jenis-jenis psikotropika

(33)

dengan adrenalin, suatu hormon yang merangsang kegiatan susunan syaraf pusat dan meningkatkan kinerja otak.

2. ATS (Amphetamin Type Stimulant): nama sekelompok zat/obat yang memiliki khasiat sama dengan atau seperti Amphetamine, nama lain: speed, christal dan ekstasi

a. Shabu: adalah nama jalanan untuk Amphetamin

b. Ice: adalah bentuk amphetamine baru yang pada akhir-akhir ini memasuki pasaran gelap narkoba. Ice dibuat dari bahan dasar methamphetamine

dalam bentuk kristal biru yang dapat dihisap dengan hidung.

3. Psikotropika Golongan I: jenis psikotropika yang memiliki daya menimbulkan ketergantungan tertinggi digunakan hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan, seperti:

a. MDMA (ekstasi)

b. Psilosibin dan psilosin (sejenis jamur dari Mexico) c. LSD (Lysergie Diethylanide)

d. Mescalnie diperoleh dari tumbuhan sejenis kaktus, ada 16 jenis.

4. Psikotropika Golongan II: kelompok psikotropika yang memiliki daya menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan untuk pengobatan dan pengetahuan

a. Amphetamine

b. Metaqualon seluruhnya ada 14 jenis

(34)

a. Amobarbital b. Elunitiazepan

c. Pentobarbital, ada 9 jenis.

6. Psikotropika golongan IV: kelompok jenis psikotropika yang memiliki daya menimbulkan ketergantungan rendah, berkhasiat dan digunakan luas untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan.

a. Diazepan b. Barbital c. Klobazan

d. Nitrazepan, ada 60 jenis (op. cit., hal. 19).

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme

hidup menimbulkan kerja biologi, jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan/adiksi (BNN, 2007b:16). Contoh: lem kambing, atau obat-obatan rumah tangga yang disalahgunakan.

1. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)

Hasil fermentasi/peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, dari buah anggur, mira.

2. Kafein

Alkaloida yang terdapat dalam buah tanaman kopi. Biji kopi mengandung 1-25 % kafein. Kafein juga terdapat dalam minuman.

3. Nikotin

Terdapat dalam tumbuhan tembakau dengan kadar 1-4 %. Dalam setiap batang rokok terdapat 1,1 mg nikotin.

(35)

Yang tergolong sedative (hipnotika diantaranya Benzodiazepun) meliputi

Temazepan dan Diazeoan, Nitrazepan, Klonazepan.

5. Halusinogen

Sekelompok zat alamiah atau sintetik yang bila dikonsumsi menimbulkan dampak halusinasi.

6. Inhalansia

Zat-zat yang disedot melalui hidung:

a. Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu)

b. Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es)

c. Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan) d. Keton

e. Ester

f. Glytol (op. cit., hal.22). F. Kerangka Pemikiran

(36)

Upaya-upaya PIMANSU - Memberikan layanan informasi

konseling kepada masyarakat

- Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat

- Menyediakan data-data tentang permasalahan narkoba

- Mitra kerja bagi lembaga-lembaga yang peduli masalah narkoba

- Memberikan tempat rujukan masalah narkoba

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)

diri dari narkoba dapat bertambah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:

H. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian. Keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:33). Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya Pencegahan

(37)

dan dapat memberdayakan masyarakat untuk menciptakan dan memperkuat lingkungannya, guna mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan tersebut. Upaya pencegahan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diharapkan terjadi.

2. Penyalahgunaan narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah: penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, yang menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis serta menimbulkan ketergantungan tanpa resep dan tanpa pengawasan dokter. 2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989:46). Dengan defenisi operasional maka akan diketahui indikator-indikator apa saja yang perlu diukur.

1. Upaya yang dilaksanakan PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya, indikatornya adalah:

a. Layanan konseling yang dilaksanakan PIMANSU b. Pendidikan dan Latihan pada masyarakat

c. Kelengkapan data tentang masalah narkoba

d. Mitra kerja PIMANSU dalam melaksanakan kegiatan (guru-guru) e. Berapa banyak korban narkoba yang mencari tempat pemulihan

(rehabilitasi)

(38)

a. Banyaknya sumber informasi tentang masalah narkoba yang bisa di peroleh

b. Banyaknya data yang bisa didapat masyarakat tentang narkoba c. Sebagai tempat penelitian terhadap masalah narkoba

d. Partisipasi guru-guru dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba:

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2000:309). B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) yang beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro, No. 30 Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut adalah karena PIMANSU merupakan Lembaga yang aktif dalam melayani masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan narkoba melalui pemberian informasi tentang bahaya narkoba, pendidikan serta pelatihan tentang bahaya narkoba, dan sebagai tempat rujukan masalah narkoba.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang ditegaskan adalah subjek penelitian, bukan populasi dan sample. Maksud dari subjek penelitian adalahbendas, hal atau orang, tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Ibid., hal. 116).

(40)

1. Pimpinan PIMANSU 2. Staf PIMANSU

3. Mitra kerja PIMANSU.

Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, penulis menganggap pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah adalah yang terpenting, maka mitra kerja PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah adalah guru-guru. Mitra kerja tersebut mengetahui secara pasti upaya-upaya yang dilaksanakan PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah. Guru-guru selaku mitra kerja PIMANSU yang diambil sebagai subjek penelitian ini adalah guru-guru dari SMU Dharma Pancasila, sebab sekolah tersebut pernah menjadi sarana PIMANSU dalam melaksanakan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data/informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis selaku peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Data Primer

Pengumpulan data yang diperoleh langsung dari aktivitas sehari-hari di lokasi penelitian yang akan diteliti. Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode wawancara. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

(41)

lebih jauh dan lebih lengkap tentang upaya-upaya yang dilaksanakan PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, baik dari subjek penelitian yang berasal dari pihak PIMANSU (pimpinan dan staf) maupun yang berasal dari mitra kerja PIMANSU (guru-guru SMU Dharma Pancasila).

2. Data Sekunder

Yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, media cetak, media internet, jurnal-jurnal yang berhubungan dengan kasus yang akan diteliti, atau bentuk tulisan lainnya yang memiliki kaitan dengan masalah yang akan diteliti.

E. Teknik Analsis Data

(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

A. Latar Belakang Pendirian

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang dilarang agama dan undang-undang sudah lama melanda Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Jutaan korban penyalahgunaan narkoba berjatuhan diakibatkan kurangnya informasi yang diterima mereka tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Keadaan ini mendorong Pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan cara mensosialisasikan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelapnya. Maka Pemerintah Propinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan GAN Indonesia mendirikan sebuah lembaga dengan nama Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara yang disingkat dengan PIMANSU.

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara yang disingkat dengan PIMANSU diresmikan tanggal 26 Mei 2000 oleh Gubernur Sumatera Utara H. T. Rizal Nurdin. Selain Gubernur, acara peresmian tersebut juga dihadiri oleh muspida dan kepala daerah tingkat II dan kota se-Sumatera Utara

(43)

Bisa dipastikan, jika tidak ada upaya-upaya pre-emtif, preventif, represif, dan rehabilitasi, sangat mungkin ke masa depan bangsa yang bernama Indonesia hanyalah sebuah kenangan di dalam buku-buku sejarah. Ibarat manusia, ia telah kehilangan jati dirinya.

Fakta lain, masyarakat belum memiliki informasi dan pengetahuan yang memadai tentang masalah tersebut. Orang tua misalnya kerap tidak mengetahui bahwa anaknya sudah terjangkit penyalahgunaan narkoba. Para remaja, kurang mengetahui bahayanya. Dan di atas semua itu, masyarakat umumnya belum memiliki informasi dan kesadaran betapa dasyatnya bahaya narkoba.

Pernyataan perang terhadap bandar nakoba yang seharusnya menjadi itikad seluruh elemen masyarakat tidak terjadi, sehingga para pengedar dengan bebas melenggang kangkung sambil meracuni generasi bangsa dan mengantongi uang. Memang kejam!

Kecuali karena kelangkaan informasi, masyarakat juga mengalami trend

prilaku yang negatif, khususnya di kalangan remaja. Mereka memelihara pola

hidup yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Misalnya, pelesir ke diskotik, bar, atau kafe secara salah. Yang parah, ketika mereka dengan sukarela dan senang hati mengidolakan tokoh-tokoh yang terkontaminasi (terjangkit) narkoba.

(44)

Kondisi seperti itu memungkinkan kita menarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat memerlukan informasi yang benar tentang berbagai hal mengenai narkoba. Sungguh malang nasib yang dialami seseorang ketika ia terlambat mengetahui bahaya penyalahgunaan narkoba. Dan terhadap kondisi yang demikian, kita tidak ingin terjadi.

Jadi harap maklum, demi memenuhi sebagaian dari kekurangan informasi masyarakat itulah PIMANSU hadir. Kita sampai membayangkan, entah itu terlalu muluk, bahwa PIMANSU nantinya menjadi semacam bank data, khususnya tentang narkoba. Tentu mewujudkan cita-cita yang lebih mirip mimpi itu bukanlah pekerjaan mudah.

Kecuali karena dunia penelitian merupakan dunia yang tidak diminati umumnya orang, sehingga melaksanakannya pun hanya sedikit orang yang siap berjibaku, juga karena penelitian memerlukan dana. Padahal kita, khususnya PIMANSU pun amat maklum, dunia penelitian membutuhkan dana yang lumayan besar.

PIMANSU bahkan telah menyimpan sejumlah file bagaimana nada-nada penolakan yang dilakukan berbagai pihak untuk proposal yang bernama penelitian. Ditambah lagi, objek dan jenis penelitian ini rendah kadar jualnya jika dibandingkan dengan penelitian mengenai masalah opini politik rakyat misalnya.

(45)

Bayangkan, masyarakat kita belum memiliki rujukan misalnya, di mana saja tempat pengobatan orang yang terjangkit narkoba, di mana peredarannya, berapa banyak yang sudah dihukum. Juga tidak kalah pentingnya, bagaimana latar belakang pengguna narkoba, bagaimana merancang konstruksi sosial yang bisa antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba, bagaimana sebaiknya pola keterlibatan guru, orang tua, dan masyarakat. Ideal memang, karena narkoba harus dilawan secara kolektif dan relasional. Semoga maklum, mengapa perlu penelitian itu.

Melakukan penelitian untuk seluruh wilayah Sumatera Utara tentu bukan hal yang mudah. Selain medannya yang panjang dan berjauhan, juga karena penelitian sejenis belum pernah dilaksanakan. Tapi sekali lagi, penelitian itu menurut PIMANSU menjadi keniscayaan.

B. Visi

Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk tidak menyalahgunakan dan mengedarkan narkoba secara gelap dan PIMANSU menjadi pusat informasi, laboratorium penelitian, lembaga pendidikan dan penerbitan, dan pusat data khususnya bidang permasalahan narkoba yang dapat diakses seluruh masyarakat. C. Misi

(46)

1. Membangun dan menyediakan format data base tentang permasalahan narkoba.

2. Menyediakan konsultasi tentang upaya-upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba- pre-emtif, preventif, dan rehabilitasi.

3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan baik yang berbasis sekolah, masyarakat, media dan tempat kerja.

4. Melakukan kontrol dan pengawasan terhadap proses peradilan kriminal narkoba

5. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga yang bergerak dibidang penanggulangan permasalahan narkoba baik ditingkat lokal, nasional dan internasional.

6. Membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta baik ditingkat lokal, nasional dan internasional.

D. Program

Program PIMANSU adalah :

1. Melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan bagi yang belum terkontaminasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Program pencegahan ini meliputi:

A. Pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berbasis sekolah.

i. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bagi guru-guru bimbingan dan konseling. ii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan peer consellor bidang

(47)

iii. Melaksanakan penyuluhan secara klasikal bagi siwa sekolah tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba..

iv. Melaksanakan out door education tentang penyalahgunaan & peredaran gelap narkoba.

v. Melaksanakan penyuluhan anti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bagi orang tua siswa.

vi. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bagi guru-guru bidang studi tertentu.

vii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi kepala-kepala sekolah tentang kebijakan penanggulangan permasalahan narkoba di sekolah. viii.Melaksanakan seminar dan workshop tentang permasalahan

penyalahgunaan narkoba yang berbasis sekolah.

B. Pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berbasis masyarakat.

i. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan parenting Skill.

ii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan peer educator bagi pemuda dan remaja bidang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

iii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan social worker bidang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

iv. Melaksanakan pelatihan motivator bagi pengurus organisasi bidang penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(48)

C. Pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berbasis media. i. Menerbitkan brosur-brosur, leaflet, poster, sticker, buletin, modul

pelatihan, dan buku.

ii. Melakukan kampanye anti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui media cetak dan elektronik.

iii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi wartawan khusus kriminal narkoba.

iv. Membuat press release tentang isu-isu penting seputar penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

v. Melaksanakan press conference menyikapi masalah-masalah urgen tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

D. Pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berbasis tempat kerja.

i. Melaksanakan kampanye anti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bagi karyawan perusahaan.

ii. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus K3 perusahaan bidang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

iii. Memotivasi pelaku perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta supaya terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam mengkampanyekan anti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. iv. Membangun kerjasama dengan perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan pencegahan.

(49)

a. Untuk merealisasikan program ini, PIMANSU menyediakan data base mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan narkoba yang sedang bekembang dan informasi mengenai keberadaan organisasi maupun LSM lain yang begerak dibidang penanggulangan permasalahan narkoba dan rehabilitasi baik yang ada di Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya.

b. Melaksanakan konseling gratis bagi masyarakat dalam rangka menyelamatkan keluarga dari bahaya penyalahgunaan narkoba.

3. Drugs Judicial Watch.

a. Menyurati pihak-pihak terkait kalau PIMANSU memperoleh informasi adanya proses peradilan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. b. Menyurati pihak-pihak terkait kalau PIMANSU memperoleh informasi

dari masyarakat tentang peredaran gelap narkoba.

c. Menyurati pihak-pihak terkait kalau PIMANSU memperoleh informasi tentang adanya aparat penegak hukum dan pelaksana pemerintah yang terlibat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

d. Melakukan advokasi terhadap korban penyalahguna narkoba beserta keluarganya.

e. Melakukan kerja sama dengan aparat penegak hukum yang meliputi, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan dan pengacara.

(50)

penyidikan sampai kepada penjatuhan vonis dan menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan.

E. Langkah

-

langkah

Karena penelitian yang bersifat mendalam ke lapangan belum bisa PIMANSU kerjakan, maka PIMANSU mengadakan penelitian lewat media massa. Setiap hari PIMANSU terus melakukan penelitian dari berbagai surat kabar, terbitan Medan, terbitan Jakarta, dan lain-lain.

Tindakan lain yang kerap PIMANSU lakukan adalah memberikan penyuluhan kepada berbagai kelompok masyarakat. Ternyata masyarakat sangat membutuhkan informasi, bahkan seringkali mereka baru menyadari keterlibatan salah seorang anggota keluarganya dalam narkoba setelah mendengarkan penyuluhan.

Lembaga PIMANSU juga melakukan pelatihan kepada berbagai kelompok sosial, yang mana mereka nanti diharapkan menjadi relawan. Dengan demikian pemberantasan narkoba berlangsung secara sinergis.

Karena permasalahan narkoba merupakan persoalan yang terkait secara langsung dengan hukum, PIMANSU juga melakukan judicial watch (kontrol hukum). Sebab, berdasarkan pengalaman yang ada selama ini, banyak kasus-kasus penyalahgunaan narkoba yang berbau KKN. Sebab itulah, tidak bisa tidak, kontrol harus dilakukan.

F. Strategi

Strategi yang dibangun PIMANSU untuk mencapai tujuan-tujuannya adalah: 1. Pengembangan Jaringan Kerja (Networking). Hal ini dilakukan sebagai upaya

(51)

masyarakat yang bermuara pada pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Pemberdayaan lembaga dan kelompok masyarakat yang sudah ada. 3. Proaktif dalam melaksanakan aktivitas yang sudah diprogram.

4. Menerapkan open management tanpa mengesampingkan adanya kode etik lembaga.

5. Menerapkan two ways communication dalam melakukan komunikasi dengan pihak-pihak partner dalam melaksanakan kegiatan.

G. Pembiayaan dan Sumber Dana

Dana kegiatan PIMANSU berasal dari: 1. Sumbangan sukarela dari pengurus PIMANSU.

2. Sumbangan dari donor perorangan simpatisan PIMANSU baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang bersifat tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh PIMANSU.

3. Bantuan dari lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah, yang berasal dari dalam dan luar negeri dan bersifat tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh PIMANSU.

4. Hasil usaha dan kegiatan lainnya yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh PIMANSU.

(52)

Struktur Organisasi

Sekretariat PIMANSU

Jl. Pangeran Diponegoro No. 30 Medan Telp./Fax : (061) 4518952

e-ma

H. Kegiatan PIMANSU selama berdiri

Sejak berdiri hingga sekarang, setelah eksis selama 7 tahun, PIMANSU terus melakukan inovasi dan terobosan dalam mengatasi permasalahan narkoba di tanah air. Saat ini banyak lembaga yang juga punya perhatian terhadap permasalahan narkoba. Namun PIMANSU punya ciri dan keistimewaan dibandingkan dengan lembaga yang lain.

1. Program pencegahan yang dilakukan PIMANSU tidak hanya berpusat di kota–kota besar saja. Namun PIMANSU juga melaksanakan programnya sampai ke desa–desa bahkan ke daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan. PIMANSU selalu melakukan kerjasama dengan mahasiswa dari beberapa

Direktur

Drs. Zulkarnain Nasution, MA

(53)

universitas yang sedang melakukan pengabdian di masyarakat juga dengan kelompok masyarakat yang butuh informasi tentang narkoba. Jadi program kerja PIMANSU tidak hanya dipusatkan pada satu titik yang mampu terjangkau namun pada lokasi yang terpencil sekalipun. Sebagai contoh Jum’at, 22 Juni 2007 lalu PIMANSU bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Karo (HIMAKO) UMSU Medan, melakukan penyuluhan bahaya narkoba kepada masyarakat desa Jeraya Kec. Simpang Empat Tanah Karo. Desa tersebut tergolong desa terpencil karena merupakan desa terakhir di daerah tersebut dimana harus menempuh jarak + 7 km untuk mencapai desa tersebut dan tidak ada kendaraan yang melalui jalan tersebut. Dengan daerah yang seperti itu pun PIMANSU masih tetap bekerja.

2. Berbeda dengan lembaga yang lainnya PIMANSU melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba dan permasalahannya yang ditujukan tidak hanya bagi siswa saja, namun juga kepada orang tua siswa.

(54)

agar merata tiap–tiap guru BK di setiap sekolah di Sumut mendapatkan pelatihan tentang narkoba.

Program seperti ini dilakukan PIMANSU dengan tujuan untuk membentuk sinergitas antara siswa, guru, orang tua siswa dan komite sekolah dalam menangani permasalahan narkoba di sekolah. Sebagaimana diketahui bersama bahwa untuk mengatasi permasalahan narkoba dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Melalui program semacam ini diharapkan sinergitas itu akan terbentuk.

3. Saat ini PIMANSU telah melahirkan 10 (sepuluh) buah buku baik yang dicetak sendiri maupun yang diterbitkan oleh penerbit seperti penerbit Citapustaka Bandung dan penerbit Prenada Jakarta.

Judul buku tersebut yaitu :

1. Buku saku “Bahaya Penyalahgunaan Narkoba”

2. Menyelamatkan Keluarga Indonesia dari Bahaya Narkoba “edisi Pertama” 3. Menyelamatkan Keluarga Indonesia dari Bahaya Narkoba “edisi revisi” 4. Mereka Bicara Narkoba

5. Modul Penyuluhan Klasikal Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba 6. Komik “Si Bombom, Bobby Sahabatku”

7. Komik “Ada Apa Dengan Permen”

(55)

Buku lain yang sedang dalam proses penerbitan ada 4 (empat) judul buku. Ini merupakan hasil kerjasama antara PIMANSU dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) RI. Keempat buku tersebut yaitu :

1. Buku 2A “Mengenal Penyalahgunaan Narkoba” Untuk Remaja

2. Buku 2B “Mengenal Penyalahgunaan Narkoba” Untuk Orangtua dan Dewasa

3. Buku 3A “Memilih Lingkungan Bebas Narkoba” Untuk Remaja

4. Buku 3B “Memilih Lingkungan Bebas Narkoba” Untuk Orangtua dan Dewasa

4. Melakukan program kampanye anti narkoba melalui media cetak bekerjasama dengan harian Waspada dengan membuat rubrik “narkoba” yang diterbitkan setiap minggu.

5. Melakukan program kampanye anti narkoba melalui media elektronik bekerjasama dengan 3 (tiga) radio di kota Medan, yaitu radio Delta FM, Simphony FM dan Istana FM. Program ini mengudara setiap minggu dengan menyajikan narasumber dan topik yang berbeda.

(56)

7. PIMANSU sedang membuat program untuk memasukkan materi narkoba sebagai salah satu mata kuliah yang dipelajari di universitas. PIMANSU telah mempersiapkan mata kuliah khusus yaitu :

a. Mata kuliah Penyalahgunaan Narkoba b. Mata kuliah Tindak Pidana Narkoba c. Mata kuliah Ketergantungan Narkoba

(57)

BAB V

ANALISIS DATA

Penelitian ini diawali dengan penentuan tanggal wawancara, yaitu pada hari Sabtu 21 Juni 2008. Wawancara ini merupakan wawancara mendalam yang dilakukan untuk mencari tahu jawaban yang sedalam mungkin dari subjek penelitian serta menggunakan daftar pertanyaan. Subjek penelitian yang akan penulis wawancarai 6 orang staff Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dan 1 orang Direktur PIMANSU. Kemudian dilakukan wawancara sistematik kepada subjek penelitian yaitu guru-guru Dharma Pancasila. Pada tanggal 21 Juni 2008 penulis mewawancarai sebagian staf PIMANSU, dikarenakan tidak semua staf PIMANSU dapat hadir pada hari Sabtu tersebut. Kemudian, pada tanggal 23 Juni 2008, penulis melakukan wawancara kepada guru-guru BK di SMU Dharma Pancasila, yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur. Pada tahap wawancara ini, penulis hanya mewawancarai 2 orang guru BK. Tahap wawancara berikutnya adalah pada tanggal 24 Juni 2008, pada tahap ini penulis mewawancarai sebagian lagi staf PIMANSU yang belum sempat diwawancarai oleh penulis pada hari sebelumnya.

A. Upaya Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara

(58)

1. Layanan Konseling yang Dilaksanakan PIMANSU a. Pengertian konseling

Wawancara yang penulis lakukan kepada lembaga PIMANSU dimulai dari staf divisi Jaringan dan Komunikasi. Mengapa wawancara pertama sekali penulis mulai dengan staf divisi jaringan dan komunikasi? Karena menurut penulis, divisi jaringan dan komunikasi sangat berperan penting dalam menyampaikan infomasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba dan bahaya narkoba. Pertanyaan penulis dimulai dengan menanyakan pendapat staf divisi Jaringan dan Komunikasi yang dipegang oleh Kak Fitri Yanti, S.sos (29 thn) tentang pengertian konseling. Menurut Kak Fitri :

“ Konseling itu menurut Kakak, apa yang bisa kita berikan pada seseorang baik informasi ataupun saran dan kritik untuk bisa membantu memecahkan masalahnya.”

“ Dengan adanya konseling, korban narkoba bisa berbagi dengan konselor tentang masalah narkoba yang dialaminya.”

Menurut Kak Fitri, konseling merupakan layanan yang diberikan PIMANSU kepada masyarakat berupa informasi baik saran ataupun kritik kepada korban narkoba, keluarga korban, ataupun masyarakat yang memerlukan informasi tentang bahaya narkoba.

Jika pendapat Kak Fitri tentang konseling seperti itu, maka berbeda dengan pendapat Bapak Drs. Zulkarnain Nasution, M.A (43 thn), selaku Direktur PIMANSU tentang pengertian konseling. Menurut Pak Zulkarnain:

“ Layanan konseling itu adalah memberikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba,” Pak Zulkarnain menyambung jawabannya dengan,

(59)

Kemudian jawaban dari Kak Yusdiana, SE (32 thn) staf divisi Sekretariat dan Keuangan tentang pengertian konseling. Menurut Kak Yus, selaku staf divisi Sekretariat dan Keuangan, konseling itu adalah:

“ Kalau menurut Kakak, konseling itu ini dek…membantu sebagai pendengar bagi orang yang memiliki masalah narkoba.”

Kak Yus menganggap konseling itu sebagai tempat berbagi masalah korban narkoba atau keluarga korban, ataupun kerabat korban ditumpahkan kepada konselor yang menjalankan layanan konseling.

Kemudian, penulis menanyakan pertanyaan serupa kepada Kak Lyla Mayasari Nasution, SH, (26 thn) selaku staf divisi Pendidikan dan Latihan sekaligus bagian Administrasi di PIMANSU, kak Lyla menjawab:

“ Layanan konseling itu untuk memahami permasalahan seseorang, kemudian memberikan solusi untuk memecahkan atau mendapatkan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya”

Pada waktu yang berbeda, penulis menanyakan kepada Bang Abdul Hamidsyah (45 thn) selaku staf divisi Kampanye, Beliau menyatakan pendapat yang mirip dengan pernyataan Kak Lyla, yaitu:

“Konseling itu merupakan upaya konselor untuk memahami permasalahan seseorang, yang kemudian konselor tersebut memberikan solusi terhadap permasalahannya itu.”

b. Layanan konseling yang pernah dilakukan

Kemudian penulis melanjutkan pertanyaan tentang apa-apa saja layanan konseling yang pernah dilakukan PIMANSU.

Menurut Kak Fitri:

“ Konseling itu terbagi 2 dek, konseling individual yaitu konseling face to

(60)

yang kedua adalah konseling kelompok, misalnya layanan konseling pada kelompok remaja, dsb.”

Menurut Kak Fitri, konseling itu terbagi atas konseling individu, dan konseling kelompok. Kemudian Pak Zulkarnain menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang sama;

“ Itu terbagi 2, layanan konseling pribadi dan layanan konseling kelompok.”

Layanan konseling yang diberikan oleh PIMANSU kepada warga masyarakat, baik itu guru-guru sekolah, murid-murid, korban narkoba, keluarga korban, dan yang lainnya, selalu dilakukan dengan tanpa pengecualian, atau juga pembedaan.

Berbeda dengan jawaban kak Fitri dan Pak Zulkarnain, Kak Yus menjawab:

“ Gini ya dek, menurut yang kakak lihat selama ini, misalnya ada yang datang, kita berikan informasi, kita berikan arahan tempat-tempat rehabilitasi, dan kita berikan informasi yang benar tentang bahaya narkoba.”

Menurut Kak Lyla:

“ Layanan konseling itu terdiri atas: layanan konseling secara individual, yaitu langsung dengan orang tersebut; kemudian konseling secara kelompok, yaitu konseling dengan beberapa orang yang datang ke PIMANSU; kemudian konseling keluarga, maksudnya adalah orangtua ataupun kerabat korban yang berkonsultasi dengan PIMANSU.”

Berikutnya Bang Abdul menjawab:

(61)

Kemudian penulis menanyakan kepada Kak Fitri tentang bagaimana korban ataupun masyarakat yang ingin mendapatkan konseling? Kak Fitri selaku subjek penelitian penulis menjawab:

“ Ada yang datang langsung, ada juga yang konseling melalui telepon, beda-beda dek.”

Bila jawaban dari subjek penelitian kita ambil kesimpulan tentang pembagian konseling, maka akan kita dapatkan 3 (tiga) jenis konseling yang dilakukan oleh PIMANSU. Yang pertama adalah konseling individu: yaitu konseling antar pribadi, hanya satu orang. Berikutnya adalah konseling kelompok: yaitu konseling dengan satu kelompok masyarakat, ataupun kelompok teman sebaya remaja. Yang terakhir adalah konseling keluarga: maksudnya adalah konseling yang ditujukan kepada keluarga korban, ataupun kerabatnya.

c. Korban narkoba tahun 2007 yang mengikuti konseling

Pada pertanyaan selanjutnya yang menanyakan berapa banyak layanan konseling yang telah dilakukan tahun 2007? Jawaban subjek penelitian penulis hampir sama, yaitu

“ Data-datanya ada di laporan kegiatan tahun 2007, sudah banyak yang melakukan konseling di PIMANSU, tetapi untuk data yang lengkap bisa dilihat dari laporan kegiatan 2007.”

Kira-kira seperti itulah jawaban dari pertanyaan tersebut.

Kemudian, penulis menanyakan kepada Kak Lyla jumlah layanan konseling yang telah dilakukan selama tahun 2007, Kak Lyla menjawab

(62)

d. Tujuan dilakukan layanan konseling

Kemudian pada jawaban atas pertanyaan selanjutnya tentang apa tujuan dilaksanakannya layanan konseling ini? Kak Fitri menjawab:

” Tujuannya, ya, memberikan informasi yang benar tenang bahaya narkoba; membantu seseorang untuk memecahkan masalah narkoba; dan sebagai tempat berbagi, menampung masalah ataupun sebagai pendengar.”

Menurut Kak Fitri ada 3 tujuan konseling tersebut, yaitu memberikan informasi yang benar tentang bahaya narkoba; membantu seseorang untuk memecahkan masalah narkoba; dan sebagai tempat berbagi atau menampung masalah ataupun sebagai pendengar.

Kemudian Pak Zulkarnain menjawab:

“ Tujuannya, memberikan informasi yang benar kepada masyarakat; memberikan informasi bagaimana hidup bersama pecandu narkoba supaya mereka tidak terkontaminasi dan membawa keluar pecandu tersebut; memberikan informasi pada pecandu tahapan-tahapan untuk keluar dari permasalahan narkoba; memberikan informasi pada masyarakat tempat-tempat rehabilitasi ; memberikan informasi bagaimana menangani orang-orang yang kecanduan narkoba, overdosis; serta bagaimana mengetahui ciri-ciri khusus pengguna narkoba.”

Berikutnya adalah Kak Yus, menjawab pertanyaan tersebut :

“ Tujuannya, ya bisa membantu memecahkan masalah mereka dan mendapatkan informasi yang benar tentang masalah narkoba.”

Kemudian Kak Lyla menjawab pertanyaan tersebut:

“ Tujuan dari layanan konseling itu sendiri adalah supaya orang yang menghadapi masalah tersebut bisa mendapatkan jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.”

Berikutnya Bang Abdul menjawab:

(63)

e. Hambatan dalam konseling

Pertanyaan penulis berikutnya adalah apa hambatan dalam melaksanakan layanan konseling? Sebab setiap kegiatan pasti ada hambatannya, maka itu penulis menanyakan hal tersebut kepada subjek penelitian.

Kak Fitri menjawab:

“ Hambatan-hambatannya seperti tidak adanya ruangan khusus untuk tempat melakukan konseling; belum adanya SDM berupa konselor yang langsung menangani konseling, sebab selama ini masih dilakukan oleh staf PIMANSU; masyarakat kebanyakan masih menganggap konseling tentang masalah narkoba itu sebagai aib, sehingga masyarakat kebanyakan menutup diri.”

Jawaban Pak Zulkarnain hampir sama dengan jawaban Kak Fitri:

“ Hambatan-hambatannya, PIMANSU belum punya orang khusus dalam menangani konseling; belum ada ruangan khusus untuk melaksanakan konseling; dan belum punya dana khusus untuk melaksanakan konseling.” Tidak berbeda jauh jawaban Kak Yus dengan jawaban Kak Fitri dan Pak Zulkarnain:

” Hambatannya, tidak adanya ruangan khusus untuk konseling, sebab konseling sifatnya adalah rahasia; kemudian belum adanya SDM khusus menangani konseling.”

Kemudian Kak Lyla menjawab:

“ Hambatannya, kadang-kadang orang yang memiliki masalah tersebut tidak begitu terbuka untuk menceritakan atau mengungkapkan masalahnya kepada konselor, jadi hal ini yang mempersulit untuk mengetahui masalah sebenarnya yang dimiliki orang tersebut.”

Bang Abdul menjawab:

(64)

Seperti itulah jawaban-jawaban dari subjek penelitian yang penulis teliti tentang pendapat mereka atas konseling. Dari semua poin-poin jawaban subjek penelitian mengenai konseling, dapat penulis ambil garis besar tentang konseling yaitu: konseling itu terbagi atas 3 jenis, yang pertama adalah konseling individu; kemudian konseling kelompok; dan konseling keluarga. Tujuan konseling sendiri adalah untuk membantu korban, keluarga korban, kerabat, masyarakat yang memerlukan informasi tentang narkoba agar bisa mengetahui dasar masalahnya dan mampu memecahkan masalahnya ataupun keluar dari masalahnya sendiri.

Namun, dalam melaksanakan konseling sendiri, PIMANSU memiliki banyak kendala atau hambatan. Yang paling mendasar adalah SDM konselor sendiri, karena selama ini yang menjadi konselor adalah staf ataupun pimpinan PIMANSU. Kemudian, kendala berikutnya adalah ruangan khusus untuk melakukan konseling, sebab konseling merupakan kegiatan yang bersifat rahasia dimana orang yang melakukan konseling dan konselor saling membuka cerita mengenai masalah yang menimpa dirinya. Selama ini ruangan yang dipakai adalah ruangan umum. Sehingga kerahasiaan dari konseli tidak begitu terjamin. Setelah itu, kebanyakan konseli tidak terbuka untuk mengeluarkan masalah-masalah dan rahasia yang menjadi sebab masalah-masalahnya sendiri. Menurut sebagian masyarakat membuka kesalahan ataupun masalah adalah aib. Sehingga dengan keterbatasan informasi dari korban, konselor tidak dapat bekerja maksimal.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Logam Timbal Pb pada Variasi Sampel dengan Metode Destruksi yang Terbaik Sampel - ditimbang 2 gram dari masing-masing sampel - ditambah dengan larutan zat pengoksidasi

Kawasan tapak berada pada wilayah yang memiliki area terbuka yang cukup luas dengan orientasi pergerakan matahari dari timur ke barat sehingga.. Arah angin

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat: (1) Untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai model pemecahan masalah dalam tatanan pembelajaran kooperatif tipe

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa sebelum perlakuan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 52,5, sedangkan kelas kontrol yaitu sebesar 53,8,

Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan,

Permasalahan yang akan diselesaikan adalah : perbaikan kualitas hasil pewarnaan, perbaikan desain produk, penataan ruang produksi dan pengadaan alat , dengan

Sebelumnya peneliti melakukan survey yang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2012 terhadap 64 orang siswa pada salah satu sekolah di Pekanbaru (terdiri dari siswa kelas

1. Triangulasi metode, misalnya dengan melakukan observasi sebagai bahan untuk menguji hasil wawancara. Triangulasi penelitian, yaitu melakukan triangulasi hasil