• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layout Pabrik

Dalam dokumen Manajemen Operasi (Halaman 49-73)

Layout Pabrik didefinisikan sebagai tataletak/susunan fasilitas, mesin-mesin dan peralatan pabrik yang dimiliki oleh perusahaan. Tujuan dari perencanaan layout adalah untuk

mendapatkan susunan tata letak yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan adanya susunan tata letak yang optimal tersebut diharapkan pelaksanaan proses produksi dpat berjalan dengan efisien dan lancar.

Jenis Layout Pabrik

Ada empat macam layout, yaitu:

1. Layout Proses atau Layout Fungsional atau Functional Layout atau Process Layout Dalam layout ini mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang memiliki kesamaan fungsi

dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu. layout semacam ini biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang berproduksi dalam rangka memenuhi pesanan dimana terdapat banyak pesanan yang berbeda baik dalam bentuk, kualitas, maupun jumlahnya.

2. Layout Produk atau Layout Garis Atau Product Layout atau Line Layout

Di dalam layout jenis ini mesin-mesin dan perlengkapan pabrik disusun berdasarkan urutan opersi proses produksi yang diperlukan untuk membuat suatu produk.

3. Layout Kelompok atau Group Layout

Pada layout ini, mesin-mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk membuat atau memproses komponen yang sama

4. Layout Posisi Tetap

Layout ini merupakan susunan letak mesin dan fasilitas produksi yang diatur di dekat tempat proses produksi dengan posisi tetap.

Keempat macam layout tersebut pada dasarnya dapat dipergunakan baik untuk produksi untuk pesanan maupun produksi untuk pasar. Akan tetapi secara umum biasanya penggunaan layout proses bagi produksi untuk pesanan dan layout produk bagi produksi untuk pasar.

Kelebihan Dan Kelemahan Layout Panrik

Berikut ini dipaparkan kelebihan dan kelemahan tiap-tiap jenis layout: Layout Fungsional

Kelebihan Layout Fungsional

1. Dapat mengakibatkan pemanfaatan mesin secara optimal, spesialisasi mesin dan tenaga kerja

2. Bagian-nagian fungsional luwes dan dapat memproses berbagai jenis produk 3. Mesin-mesin merupakan mesin srbaguna yang biasanya biayanya lebih rendah bila

dibandingkan dengan mesin yang bersifat khusus

4. produk dan layanan yang memerlukan proses yang bermacam-macam dapat dengan mudah diproses

5. Fasilitas lain dalam layout fungsional tidak terpengaruh dengan adanya kemungkinan salah satu mesin rusak

6. Mesin dan karyawan saling tergantung sehingga layout ini sangat sesuai untuk pelaksanaan sistem upah borongan.

Kelemahan Layout Fungsional

dibandingkan dengan mesin khusus sehingga biaya operasional per satuan lebih tinggi

2. Penentuan jalannya proses (routing) dan penentuan jadual (schedulling) serta akuntansi biayanya sulit sebab setiap pesanan harus dikerjakan tersendiri.

3. Pengendalian bahan (material handling) dan biaya angkut bahan dalam pabrik relatif tinggi.

4. Gerakan bahan-bahan di dalam pabrik lamban sehingga persediaan dalam proses relatif besar, lagi pula diperlukan tempat penyimpanan yang luas.

5. Pesanan-pesanan sering hilang

6. Sulit dilakukan keseimbangan tenaga kerja dan mesin-mesin 7. Sering terjadi proses membalik.

Layout Produk

Kelebihan Layout Produk

1. Fasilitas mesin dapat dioperasikan secara cepat 2. Penentuan routing dan schedulling mudah 3. Tak perlu material handling

4. Bahan cepat diproses

5. Pesanan tak ada karena proses untuk pasar

6. Tak memerlukan banyak karyawan karena fasilitas bersifat otomatis

Kelemahan Layout Produk

1. Fasilitas yang satu tergantung dengan fasilitas yang lain sehingga kerusakan mesin yang satu akan dapat menghentikan seluruh proses produksi.

2. Bila fasilitas ingin ditambah perlu serangkaian fasilitas yang lain sehingga investasi mahal

Layout Kelompok

Kelebihan Layout Kelompok

1. Menghemat biaya pengendalian bahan

2. Mudah mengetahui dimana setiap kelompok produk berada

3. Waktu pengiriman barang jadi dapat lebih cepat dan penentuan schedullingnya sederhana

4. Biaya tetap dapat dikurangi karena orang bisa mendasarkan diri pada kegiatan yang lalu

Kelemahan Layout Kelompok

1. Pemanfaatan fasilitas tidak penuh 2. Perlu pengendalian bahan yang baik 3. Bagian-bagian tidak luwes

4. Mesin serba guna harus dimanfaatkan penuh

Perencanaan Layout Pabrik

Beberapa langkah yang perlu dilaksanakan dalam perencanaan layout adalah:

1. Perencanaan produk berupa spesifikasi mengenai produk, seperti manfaat, fungsi, bentuk, ukuran, kualitas dan proses pembuatan, bahan yang diperlukan dll.

2. Menyusun urutan pekerjaan dalam proses produksi (routing)

3. Menetapkan perlengkapan yang diperlukan dan memilih mesin-mesinnya

Untuk melaksanakan ini maka faktor efisiensi dan faktor cadangan kerusakan harus diperhitungkan untuk masing-masing jenis operasi. Penggunaan faktor efisiensi dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kemungkinan bahwa pabrik tidak beroperasi pada kapasitas penuh, sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam schedulling. Semakin rendah faktor efisiensi maka semakin tinggi kebutuhan kapasitas.

Contoh Menentukan Kebutuhan Mesin:

Apabila direncanakan membuat 1.000 unit produk dan kemampuan mesin untuk membuat setiap satuan produk memerlukan 0,4 jam mesin, sedang faktor efisiensinya adalah 70%. Faktor cadangan kerusakan 4%, dan jam kerja per minggu 40 jam maka mesin yang diperlukan adalah:

dibulatkan menjadi 15 mesin

Waktu yang diperlukan untuk memproses tiap satu unit sebesar 0,4 jam mesin ditentukan berdasarkan waktu standar atau waktu yang diperkirakan dengan memperhatikan waktu cadangan.

Selanjutnya ditentukan juga mengenai kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana k adalah jumlah kegiatan yang dilakukan, pi adalah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan i, dan Ri adalah jumlah kegiatan i yang dikerjakan selama seminggu., sedang Te adalah jam kerja per minggu dikalikan faktor efisiensi.

Contoh Menentukan Kebutuhan Staf

Suatu organisasi jasa memiliki dua kegiatan utama. Kegiatan A dan kegiatan B. setiap kegiatan A memerlukan waktu pengerjaan 4 jam, dan setiap kegiatan B membutuhkan waktu 1,5 jam. Setiap orang bekerja 40 jam per minggu waktu dengan diberi kelonggaran waktu untuk kepentingan pribadi dan kegiatan non rutin sebesar 20%. Beban kerja diperkirakan untuk kegiatan A sebanyak 40, dan kegiatan B sebanyak 60. Tentukan jumlah minimum staff yang diperlukan!

Faktor efisiensi = 1- 0,20 = 0,80

Analisis keseimbangan urutan pekerjaan (travel charting), pemetaan, aliran dan penyusunan diagram block layout

Masalah yang menonjol yang dihadapi di dalam perencanaan layout garis khususnya adalah masalah keseimbangan aliran proses produksi (Line Balancing), yaitu keseimbangan antara kapasitas departemen atau mesin yang satu dengan kapasitas departemen atau mesin berikutnya di dalam proses produksi. Apabila keseimbangan ini tidak dijaga maka akan berakibat terjadinya penumpukan barang setengah jadi pada suatu bagian atau mesin tertentu, atau dapat pula

berakibat terjadinya pengangguran kapasitas mesin tertentu dalam jumlah yang besar. Ketidakseimbangan dalam arus proses produksi dapat terjadi karena dua hal, yakni:

1. Flow-blocking delay, penundaan yang terjadi ketika suatu tahap produksi menyelesaikan satu unit tetapi tidak dapat diproses ke tahap berikutnya karena penyimpanan atau antrian barang dalam proses pada proses tahap berikutnya telah penuh.

2. Lack of work delay, terjadi ketika suatu tahap produksi tertentu telah menyelesaikan prosesnya, namun terpaksa berhenti berproses karena tidak ada unit yang menunggu diproses. (Hendra Poerwanto G).

Persediaan/ Inventori

Persediaan/ Inventori (Inventory) adalah persediaan atau stok berbagai item atau sumber-sumber yang digunakan dalam organisasi. Sistim Inventori adalah seperangkat kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat persediaan dan menentukan berapa tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus ditambah, dan seberapa besar pesanan harus dibuat.

Persediaan didefinisikan sebagai barang, bahan-bahan, atau asset yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan di masa yang akan datang. Kebijakan di bidang persediaan dapat dipandang sebagai masalah taktis (tactical problem), sehingga perencanaan kebutuhan persediaan direncanakan dalam kontek jangka waktu menengah selaras dengan keseluruhan rencana produksi, strategi

pemasaran dan distribusi.

Secara konvensional, inventori perusahaan manufaktur menunjuk pada item-item yang menjadi bagian dari produk akhir perusahaan. Persediaan dalam

manufaktur diklasifikasikan menjadi persediaan bahan baku (raw materials), produk jadi (finished products), komponen (component parts), bahan penolong (supplies) dan barang dalam proses ( work in process). Pada perusahaan jasa, inventori menunjuk pada barang-barang tangible yang dijual dan bahan penolong yang

diperlukan untuk menyajikan jasa. Dalam kebanyakan text book, pembahasan inventori senantiasa difokuskan pada persediaan bahan baku di perusahaan manufaktur.

Jenis Persediaan/ Inventori

Ada beberapa jenis persediaan antara lain:

Persediaan bahan mentah dan bagian-bagiannya.

Persediaan komponen

Persediaan barang dalam proses

Persediaan barang jadi

Persediaan supplies Tujuan Persediaan/ Inventori

Semua perusahaan termasuk juga yang operasinya menganut konsep JIT menjaga ketersediaan inventori dengan alasan sebagai berikut:

Menjaga independensi operasi. Dengan adanya ketersediaan bahan baku pada pusat kerja memungkinkan fleksibilitas operasi dari pusat tersebut, sehingga mengurangi biaya set-up setiap dilakukan set-up produksi yang baru.

Untuk menjaga variasi/fluktuasi permintaan produk. Oleh karena, dalam banyak hal, permintaan tidak dapat diperkiraan dengan sangat tepat, maka untuk dapat mengantisipasinya diperlukan adanya persediaan pengamanan (safety/buffer stock).

Memungkinkan fleksibilitas dalam pembuatan skedul produksi. Dengan adanya persediaan perusahaan dapat menentukan jadual produksi sesuai permintaan sekalipun lead time bahan lama.

Memberikan kemanan terhadap variasi waktu pengantaran bahan. Waktu datangnya pesanan bisa saja tertunda yang penyebabnya banyak misalnya adanya kecelakaan, kemacetan lalu lintas, pemogokan atau bencana alam dll. Dengan adanya persediaan perusahaan dapat meminimalisasi pengaruh keterlambatan tersebut terhadap kelancaran operasi.

Mendapatkan keuntungan ekonomis dari jumlah pembelian yang lebih besar. Misalnya adnya diskon/potongan harga untuk pembelian dengan jumlah besar tertentu.

Alasan Perlunya Penyelenggaraan Persediaan/ Inventori

Setidaknya ada empat alasan mengapa perusahaan memerlukan persediaan, yakni:

Kesulitan memprediksi tingkat penjualan dan waktu produksi secara akurat (fluctuation inventory).

Beberapa item barang memiliki permintaan yang bersifat seasonal (anticipation inventory)

Mendapatkan manfaat dari economic of scale dalam produksi dan pembelian (lot size inventory).

Jarak dan waktu yang diperlukan untuk pengadaan barang sehubungan dengan proses transit dalam sistem logistik. untuk sejumlah besar persediaan (pipe-line inventory).

Keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan dapat mengakibatkan terhentinya pelaksanaan produksi.

Perusahaan dapat saja menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang besar, namun demikian persediaan yang besar tidak selalu menguntungkan

perusahaan. Beberapa kerugian sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan dalam jumlah besar antara lain:

Biaya penyimpanan yang menjadi tanggungan perusahaan akan besar.

Perusahaan harus mempersiapkan dana yang cukup besar untuk mengadakan pembelian bahan.

Tingginya biaya simpan dan investasi dalam persediaan akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi di bidang lain.

Perusahaan menanggung kemungkinan yang cukup besar risiko kerusakan persediaan akibat perubahan kimiawi atau sebab lain.

Bila terjadi penurunan harga bahan baku, maka perusahaan akan menderita kerugian yang cukup besar pula. Di sisi lain, bila perusahaan

menyelenggarakan persediaan dalam jumlah yang relatif terlalu kecil, maka beberapa kelemahan dari kebijakan tersebut antara lain:

Adanya kemungkinan kehabisan bahan karena persediaan habis sebelum waktunya.

Persediaan yang terlalu kecil akan meningkatkan frekuensi pembelian, sehingga biaya pesannya pun akan meningkat selaras dengan peningkatan frekuensi pembelian.

Untuk menghindari penyelenggaraan persediaan yang terlalu besar maupun yang terlalu kecil, berikut ini beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menyelenggarakan persediaan:

Berapa besarnya jumlah unit persediaan bahan yang diselenggarakan perusahaan.

Kapan dan berapa jumlah unit bahan akan dibeli oleh perusahaan.

Kapan perusahaan yang bersangkutan akan mengadakan pembelian kembali. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Perkiraan pemakaian bahan baku.

Harga bahan baku

Biaya persediaan

Kebijakan pembelanjaan

Pemakaian bahan

Waktu tunggu

Model pembelian bahan

Persediaan pengaman

Pembelian kembali

Karakteristik Persediaan/ Inventori :Independent Demand dan Dependent Demand

Dalam mengelola inventori, perlu dipahami tentang perbedaan antara permintaan independen dan dependen. Secara singkat, perbedaan antara permintaan independen dan dependen yaitu kalau permintaan independen

permintaan terhadap berbagai item barang yang tidak ada kaitannya antara satu dengan yang lain. Misalnya, suatu departemen atau divisi menghasilkan berbagai barang/komponen yang tidak saling terkait yang semata-mata untuk memenuhi permintaan eksternal. Misalnya permintaan roti, sepeda, mobil, obat-obatan. Sedangkan permintaan dependen adalah permintaan terhadap suatu

barang/komponen sehubungan dengan adanya kebutuhan akan barang/komponen lain yang tersusun dari berbagai komponen. Misalnya permintaan akan ban sepeda divisi ban sepeda muncul karena adanya permintaan akan sepeda pada bagian assembling sepeda. Permintaan ban sepeda pada divisi ban merupakan

permintaan dependen dari divisi lain dalam satu organisasi.

Klasifikasi Masalah Persediaan/ Inventori

Langkah awal dalam menganalisis masalah persediaan dilakukan dengan menggambarkan karakteristik pokok dari lingkungan dan sistim persediaan Berikut karakteristik, atribut, dan persoalan dalam persediaan:

Penjelasan:

Independent Demand adalah permintaan yang tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan melainkan dipengaruhi oleh pasar

Dependent Demand adalah permintaan yang terkait dengan permintaan item lain.

Deterministic Demand adalah permintaan yang relatif tidak berfluktuasi sehingga dapat diramalkan secara akurat.

Stochastic Demand adalah permintaan yang fluktuasi dan variabilitasnya sangat tinggi sehingga sulit diramalkan.

Static demand adalah permintaan yang tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Dynamic Demand adalah jumlah permintaan yang senantiasa bervariasi dari waktu ke waktu.

Lead Time adalah jangka waktu antara saat pemesanan dengan saat barang datang dan diterima.

Stock-out adalah kehabisan persediaan

Biaya Persediaan (Inventory)

Dalam membuat keputusan terhadap besarnya inventori, beberapa item biaya berikut perlu dipertimbangkan:

Purchasing cost of item. merupakan biaya yang timbul dari pembelian persediaan

Ordering- cost (preparation set-up cost). Biaya pesan merupakan biaya yang terjadi karena adanya kegiatan pemesanan kepada vendor hingga barang sampai di gudang atau pengorganisasian untuk memulai produksi di dalam pabrik. Biaya klerikal dan manajerial untuk menyiapkan pembelian atau pemesanan. Misalnya biaya telpon, pencatatan.

Inventory-holding cost, biaya simpan mencakup semua biaya yang terjadi karena penyimpanan persediaan.. Yang termasuk golongan biaya ini misalnya biaya fasilitas penggudangan, penanganan, asuransi, kerusakan,

kedaluwarsaan, depresiasi, pajak dan opportunity cost of capital.

Shortage cost (good-will cost), biaya yang timbul karena adanya permintaan yang tak terlayani sehubungan dengan kehabisan persediaan atau biaya yang timbul akibat kehabisan bahan dan pemesanan masih menunggu waktu.

Setup (production change) cost. Biaya yang timbul sehubungan dengan pembuatan produk yang berbeda yang memerlukan perubahan bahan, penyusunan spesifikasi mesin, dll.

Dari keempat jenis biaya persediaan tersebut di atas, yang digunakan dalam perhitungan biaya persediaan (Total Inventory Cost disingkat TIC) adalah Ordering Cost (Co) dan Holding Cost (Ch). Selanjutnya TIC secara matematis dinyatakan

sebagai berikut:

dimana

TIC : Total Inventory Cost Q/2 : persediaan rata-rata R/Q : frekuensi pemesanan

Ch = H : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu Co = Cs = S : biaya pemesanan setiap kali pesan

Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan, semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula biaya simpan yang ditanggung. Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah barang yang dipesan. Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan, semakin kecil frekuensi pembelian, semakin rendah pula biaya pemesanan yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif terhadap frekuensi pemesanan. Berikut ini gambaran secara grafis yang menunjukkan hubungan antara biaya simpan, biaya pesan dan jumlah barang yang dipesan dalam setiap kali pesan.

TIC minimum akan terjadi pada tingkat jumlah pembelian yang paling ekonomis atau disebut Economic Order Quantity.

Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC adalah sebagai berikut:

Dimana

D = R = Kebutuhan satu tahun C = P = Harga perolehan barang

S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan H = Ch = Biaya Simpan per unit

Analisis Persediaan Metode ABC

Konsep ABC Inventory Analysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. Dickie di General Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu alat manajemen yang sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan item-item persediaan yang penting. Konsep ABC membagi atau mengelompokkan item-item persediaan menjadi tiga kelompok:

1) Kelompok A

item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-item persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari

keseluruhan item persediaan yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain memiliki nilai berkisar antara 70% - 80% dari seluruh nilai persediaan yang ada, dan kuantitasnya berkisar antara 15% - 30% dari seluruh jumlah persediaan. 2) Kelompok C

item-item persediaan yang masuk kategori C adalah item-item persediaan yang memiliki nilai rendah, namun merupakan bagian terbesar dari seluruh persediaan. Nilai persediaan kelompok ini berkisar antara 5% - 15% dari seluruh nilai

3) Kelompok B

suatu item persediaan akan dikategorikan dalam kelompok B bila memiliki karakteristik antara A dan C.

Perlu diketahui bahwa angka-angka prosentase yang diberikan dalam

penjelasan bukanlah harga mati, angka-angka tersebut hanyalah guidelines saja. Sebenarnya, tidak ada aturan yang spesifik berkaitan dengan batasan antara kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.

Jika pengelompokkan persediaan tersebut digambarkan secara grafis dimana sumbu vertikal menunjukkan prosentase nilai persediaan dan sumbu horisontal menunjukkan prosentase jumlah persediaan, maka akan terlihat seperti kurva dan disebut kurva ABC.

Dari analisis persediaan ABC, manajemen memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan. Misalnya, persediaan yang masuk kelompok A menggambarkan investasi persediaan yang bersifat substansial sehingga persediaan tersebut memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat yang meliputi pencatatan yang lebih akurat dan komplit, pengawasan dan inspeksi tingkat persediaan yang terus menerus, perhitungan yang tepat,

menempati posisi prioritas utama dan diberi perhatian yang maksimum berkaitan dengan jumlah dan frekuensi pemesanan.

Sebaliknya, untuk persediaan yang masuk kategori C, relatif kurang

membutuhkan perhatian atau pengendalian yang seketat kelompok A maupun B. Jumlah yang besar sering memberikan keuntungan dalam hal pengurangan biaya pengangkutan, dan tingkat prsediaan dapat diawasi secara periodik tanpa

membutuhkan catatan-catatan formal. Sementara, persediaan kategori B yang merupakan persediaan dengan nilai dan jumlah yang berada di tengah-tengah antara A dan C, memerlukan pengendalian dan pengawasan yang lebih dari C, namun tidak seketat pengendalian dan pengawasan untuk persediaan kategori A.

Economic Order Quantity (EOQ)

Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu, penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu, akan sangat mendukung kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim memungkinkan terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat berakibat terhentinya proses produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat dari sisi positif, jumlah persediaan bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya persediaan dan dapat mengurangi risiko kerusakan bahan akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan bahan mentah yang terlalu besar jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin kelancaran proses produksi karena bahan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup, namun bila dilihat dari segi finansial, persediaan bahan yang terlalu besar akan meningkatkan biaya persediaan dan risiko kerusakan.

Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha menyediakan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan pengawasan persediaan bahan mentah adalah untuk menjawab persoalan tersebut baik dalam artian jumlah, kualitas maupun waktu.

Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan di dalam berproduksi selama satu tahun dapat diperhitungkan dari rencana hasil produksi yang akan dihasilkan dengan kebutuhan bahan mentah untuk satu satuan barang jadi. Setelah diketahui

jumlah kebutuhan bahan mentah, maka perlu direncanakan juga mengenai cara pembeliannya atau cara penyediaannya. Dalam hal cara penyediaan/pembelian pada garis besarnya terdapat dua alternatif yaitu:

1. Dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan, dan kemudian disimpan di gudang, sehingga setiap kali ada kebutuhan tinggal mengambil di gudang. Cara ini lebih menjamin kelancaran proses produksi, dalam artian bahwa bahan mentah untuk keperluan proses produksi telah tersedia dalam jumlah besar. Namun demikian, di sisi lain, cara ini membawa konsekuensi bahwa perusahaan harus menanggung biaya persediaan atau paling tidak biaya penyimpanan yang tinggi.

2. Alternatif yang kedua ialah berusaha memenuhi kebutuhan bahan mentah untuk keperluan proses produksi dengan membeli dalam jumlah yang relatif kecil dalam setiap kali pembelian dengan frekuensi pembelian yang lebih sering. Cara ini akan membawa kemungkinan terlambatnya bahan mentah. Apabila keterlambatan penyediaan bahan mentah terjadi, maka proses produksi dapat terganggu. Sedangkan keuntungan dari cara kedua ini ialah bahwa perusahaan tidak perlu menanggung biaya penyimpanan bahan mentah yang terlalu besar. Dalam hal ini biaya penyimpanan dibebankan pada leveransir bahan mentah.

Dari dua cara ekstrim tersebut, manajemen berusaha untuk menentukan kebijaksanaan penyediaan bahan baku yang optimal dalam arti dapat menjamin

Dalam dokumen Manajemen Operasi (Halaman 49-73)

Dokumen terkait