• Tidak ada hasil yang ditemukan

New Lebaran by Virtual Eid

Oleh: Nany Soengkono Madayani

Email: nanysoengkono@gmail.com

“Meski berlebaran di suasana pandemi global COVID 19, namun banyak hikmah yang bisa dipetik. Kalau kita bijak mengambil hikmahnya mungkin lebaran kali ini sangat luar biasa dan menjadi

pengalaman yang tidak akan bisa kita lupakan sepanjang hidup kita.”

agi sebagian umat Islam, merayakan kemenangan setelah berpuasa dengan tradisi mudik adalah sesuatu yang sakral. Mudik di penghujung bulan Ramadhan merupakan sebuah tradisi atau ritual yang sangat penting, terutama bagi meeka yang berada nun jauh di perantauan. Setelah sekian lama berpisah dengan sanak saudara dan handai taulan, tentulah ada kerinduan yang akan mengusik untuk pulang ke kampung halaman. Maka mudiklah yang memanggil mereka untuk melakukan pertemuan jiwa dan raga yang penuh emosional, antara orang tua dengan anak dan anggota keluarga yang lain, dan ini tentunya bukanlah pertemuan yang biasa tetapi sangat luar biasa.

Karena sakralnya tradisi ini, maka biasanya pemudik akan

menyiapkan rencana sedetail mungkin, termasuk

mempersiapkan bekal dan oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman. Hal ini menjadi agenda yang sangat penting, bahkan kalau memungkinkan pemudik ingin membawa apapun yang bisa dibagikan kepada sanak saudara. Mudik juga bermakna sebuah panggilan rasa, kerinduan akan masakan tradional daerah asal yang tidak ditemui di tempat perantauan, bisa juga sebagai kegiatan merenda kembali tali silaturahmi yang sempat terputus dengan saudara dan teman sekampung. Aroma daerah asal yang khas dengan rasa kekerabatan yang kuat, apalagi akan disambut dengan peluk cium tangis haru sanak keluarga yang membuat mudik menjadi sesuatu yang wajib dilakukan untuk menyambut hari Raya Idul Fitri.

Ada harga yang harus dibayar untuk sekadar melaksanakan tradisi mudik tersebut, dibutuhkan pengorbanan yang cukup besar untuk bisa berkumpul menyambut hari kemenangan dengan sanak saudara di kampung. Bagi pemudik yang menggunakan moda transportasi umum, jauh-jauh hari mereka akan sudah memesan tiket yang pastinya dengan harga yang jauh lebih mahal, dan bagi pemudik dengan kendaraan pribadi mereka akan dihadapkan pada padatnya arus lalu lintas. Namun semua pengorbanan itu pastinya akan terbayar lunas dan tidak akan bisa tergantikan harganya dengan nilai berapapun ketika bersua dengan orang-orang yang sangat mereka cintai di kampung halaman. Mudikpun berarti mempersiapkan banyak uang untuk berbagi rezeki dengan saudara dan keponakan, biasanya mereka menyebutnya dengan istilah angpao. Berapapun uang yang dikeluarkan seakan-akan tidak berarti apapun bagi pemudik, itulah sebagian pengorbanan yang harus dibayar.

Di tengah kita menghadapi musibah pandemi COVID19 ini, segala sesuatu menjadi berbeda. Selain diberlakukannya social distancing, kemudian pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) untuk daerah dengan kondisi zona merah maka ruang gerak kitapun sangat terbatas. Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penularan COVID 19 ini. Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19, Doni Monardo, menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) yang isinya mengatur kebijakan mengenai larangan aktifitas mudik. Larangan mudik tersebut dilatarbelakangi oleh pernyataan Presiden RI Joko Widodo tentang PSBB yang didalamnya mengatur pelarangan mudik serta pengendalian transportasi selama bulan bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1441 H, dalam rangka pencegahan penyebaran dan memutus rantai penularan COVID 19. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang yang menakutkan bagi mereka yang mempunyai tradisi mudik lebaran ke kampung halaman. Momen yang seharusnya menjadi momen penting untuk merayakan hari kemenangan menjadi sesuatu yang sangat berbeda.

Tindakan bijak dan ikhlas diri menjadi kunci yang terpenting dalam menghadapi kenyataan ini. Tidak mudik memang kenyataan pahit, tetapi akan menjadi sangat pahit jika kita memaksa mudik dengan menambah masalah. Pandemi ini membuat sesorang semakin khusuk dalam beribadah dan berdoa, sedangkan ibadah puasa membuat seseorang semakin kuat dan sabar menghadapi ujian pandemi ini. Maka jalan satu-satunya adalah tidak mudik tetapi mencari cara untuk bisa tetap bersilaturahmi kepada orang tua, sanak saudara dan handai taulan. Yang terpenting adalah kita tetap bisa menjaga diri kita dan keluarga kita dengan tidak mudik adalah tindakan yang sangat tepat.

Dengan kondisi seperti ini, maka yang bisa kita lakukan adalah menciptakan suasana lebaran yang berbeda dari

tahun-tahun sebelumnya dengan tetap mematuhi aturan dan anjuran protokol kesehatan tetapi juga tetap tidak mengurangi kekhidmatan kita merayakan hari raya Idul Fitri. Anjuran pemerintah untuk melakukan semua aktifitas di rumah, mulai bekerja di rumah, belajar di rumah dan beribadah di rumah dimaksudkan untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan massa. New lebaran, mungkin ini istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi lebaran tahun ini. Dan kita diharapkan mampu menghayati makna lebaran yang sesungguhnya, hari yang fitri, tidak lagi berkutat masalah mudik, yang paling penting adalah esensi ibadahnya. Dengan New lebaran ini secara psikologis semua orang harus mampu menerima situasi saat ini bahwa lebarannya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, semakin kita menyangkal dan menolak maka akan sulit kita menerima keadaan.

Di masa New Lebaran ini, kita tidak akan kehilangan momen lebaran dengan memanfaatkan tekhnologi yang ada sebagai sarana untuk bersilaturahmi. Kita bisa melakukan silaturahmi lewat dunia digital atau kita bisa menyebutnya dengan Virtual

Eid. Ada beberapa aplikasi mudah yang bisa kita manfaatkan

untuk bersilatrahmi pada masa pandemi ini, diantaranya adalah:

1. Kartu ucapan lebaran digital

Melalui kartu ucapan digital ini kita bisa mendesain sendiri kartu ucapan lebaran dengan beberapa aplikasi yang bisa kita unduh di Play Store. Biasanya kita memanfaatkan aplikasi ini dengan kreasi foto keluarga. Pada umumnya aplikasi ini menghadirkan template ucapan lebaran dengan frame berhiaskan gambar masjid, beduk atau ketupat, kemudian kita menyisipkan foto serta menambahkan teks serta ikon yang telah disediakan.

Selain kartu lebaran digital, kita juga bisa menggunakan media lainnya yaitu bersilaturahmi dengan saling berkirim stiker ataupun GIF di aplikasi pesan instan. Whatsapp juga menyediakan berbagai macam stiker atau GIF yang bisa kita gunakan untuk saling berkirim ucapan lebaran atau bersilaturahmi dengan orang-orang yang kita cintai, jika stiker di Whatsapp kurang bervariasi kita bisa mengunduh stiker yang lain dengan tema yang kita inginkan di Play Store.

3. Panggilan Video

Jika dengan kartu ucapan lebaran lebaran digital dan Stiker maupun GIF kurang menarik, dan ingin mewujudkan pengalaman silaturahmi secara tatap muka, maka kitapun bisa melakukannya. Di masa pandemi ini banyak perusahaan raksasa mengembangkan layanan konferensi video. Beberapa aplikasi bisa kita coba, yang pertama yang direkomendasikan adalah Whatsapp, karena mudah digunakan dan hampir semua orang relatif menggunakan aplikasi WA ini. Sekarang Facebook sudah memperbaharui jumlah peserta WhatsApp sejumlah 8 orang, sehingga kita bisa mengunakannya untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Selain WhatsApp, kita bisa menggunakan aplikasi Video ZOOM, Google Duo, ataupun Messenger Rooms milik Facebook. Bahkan baru-baru ini platform pesan instan LINE juga menambah kapasitas peserta panggilan video hingga 200 orang, sehingga aplikasi ini bisa menjadi salah satu pilihan kita untuk bersilaturahmi dengan orang banyak.

Dengan adanya aplikasi digital maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa mudik, walaupun mudiknya secara online. Yang terpenting jangan sampai dampak COVID 19 ini membuat kita jauh dari orang-orang terdekat. Untuk bisa mudik online ini, ada beberapa hal yang harus kita persiapkan. Namanya juga online, pertama yang harus disipakan adalah ketersediaan kuota internet yang cukup, agar acara mudik online dan Virtual Eid bisa

berjalan dengan lancar. Kedua, jangan sampai tradisi bagi-bagi rezeki atau angpao menjadi hilang karena kita tidak bisa pulang kampung. Meskipun tidak bisa pulang kampung, kita tetap bisa berbagi angpao melalui online, banyak fasilitas digital yang bisa kita gunakan. Karena yang kita hadapi adalah New Lebaran, maka suasana lebarannya memang sangat berbeda dengan lebaran sebelumnya, tetapi kita tidak pernah kehilangan akal untuk tetap berlebaran.

Meski berlebran di suasana pandemi global COVID 19, namun banyak hikmah yang bisa dipetik. Kalau kita bijak mengambil hikmahnya mungkin lebaran kali ini sangat luar biasa dan menjadi pengalaman yang tidak akan bisa kita lupakan sepanjang hidup kita. Dengan New lebaran kita diharapkan siap menyambut New Normal life, yaitu perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid 19 yang pada prinsipnya adalah menyesuaikan pola hidup. Yang utama bagi kita sekarang adalah tetap berpikiran positif, menjaga kesehatan, menggunakan masker jika keluar, jaga jarak dan lebih baik tetap di rumah, serta peduli dengan masyarakat yang membutuhkan. Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin, New Lebaran by Virtual Eid.

Biografi Penulis:

Nany Soengkono Madayani, SS, M.Pd adalah seorang dosen

yang mengajar di Jurusan Tadris Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Tulungagung. Pernah menempuh pendidikan Starta 1 di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Jember, kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang Strata 2 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Malang. Saat ini berdomisili di Perumahan Rimba Karya Timur No 23, Kepatihan , Tulungagung.

Domestikasi Lebaran di Era