• Tidak ada hasil yang ditemukan

Legenda Hanacaraka

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1) Legenda Hanacaraka

Huruf Jawa menurut suyoto (2012) juga mempunyai sejarah kelahiran. Di bawah ini adalah sejarah dan arti huruf Jawa yang dikisahkan oleh Ajisaka. Aji Saka itu sendiri adalah seorang ksatria yang dahulu hidup di Pulau Majethi. Selain tampan, Aji Saka juga memiliki ilmu yang tinggi dan sakti. Ia mempunyai dua orang punggawa bernama Dora dan Sembada. Keduanya sangat menururuti perintah Aji Saka. Suatu hari Ajisaka ingin berkelana meninggalkan Pulau Majethi dan mengajak Dora, sementara Sembada tetap tinggal di pulau untuk menjaga pusaka Aji Saka yang paling sakti. Aji Saka berpesan bahwa pusaka itu tidak boleh diserahkan kepada siapapun kecuali dirinya sendiri. Ketika itu di Jawa ada sebuah negara yang dikenal sebagai Medhangkamulan. Namun,

commit to user

9

Medhangkamulan dipimpin oleh seorang pemimpin yang suka menyantap daging manusia yakni Prabu Dewatacengkar. Hampir setiap hari ia menyantap satu per satu rakyatnya hingga negara itu menjadi sepi. Aji Saka yang kebetulan melintasi Medhangkamulan berhasil mengalahkan Prabu Dewatacengkar dan menjadi raja di Medhangkamulan.

Setelah jadi raja, Aji Saka menyuruh Dora pergi ke Pulau Majethi untuk mengambil pusaka yang dijaga Sembada. Karena memegang teguh pesan dari Aji Saka, kedua orang punggawa itu pun bertarung hingga tewas. Aji Saka yang mendengar kabar kematian Dora dan Sembada cukup sedih dan mengabadikan dua punggawanya itu ke dalam sebuah aksara yang bunyinya ha na ca ra ka (ada utusan), da ta sa wa la (saling berselisih pendapat), pa dha ja ya nya (sama-sama sakti),ma ga ba tha nga (sama-sama menjadi mayat).

Cerita mengenai asal-usul huruf Jawa diceritakan pada siswa agar siswa tertarik dan mendapat hiburan sehingga siswa mudah untuk mengingatnya.

Menurut Hastuti dalam Rohmadi, ada pengertian huruf lagi dari hanacaraka (2011: 198) , yaitu:

a) Ha : Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci

b) Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi

c) Ca : Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal

d) Ra : Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani

e) Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam

f) Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya

commit to user

10

g) Ta : Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup

h) Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan

i) Wa : Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas

j) La : Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi

k) Pa : Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah l) Dha : Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu

dimulai dari dasar

m) Ja : Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya

n) Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat Illahi

o) Nya : Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan

p) Ma : Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah Ilahi

q) Ga : Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani

r) Ba : Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam s) Tha : Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan t) Nga :Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi

manusia. 2) Abjad

Menurut Darusupraptapta dkk, menyatakan bahwa “yang dipelajari dalam huruf Jawa adalah huruf dasar Jawa (aksara carakan), sandhangan, aksara murda, aksara swara, aksara rekan, tanda baca, dan huruf lainnya” (1996: 5-51). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

commit to user

11

Darusupraptapta dkk, mengemukakan “huruf carakan atau aksara carakan yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik (kesukuan)” (1996: 5). Huruf (aksara) tersebut adalah sebagai berikut:

a n c r k ha na ca ra ka f t s w l da ta sa wa la p d j y v pa dha ja ya nya m g b q z ma ga ba tha nga b) Pasangan

R. T Suryadipura mengatakan bahwa “huruf pasangan ialah huruf Jawa seperti halnya carakan, yang jumlahnya juga 20 buah, tetapi bentuk dan fungsinya berbeda” (2008: 29). Pasangan dapat diartikan sebagai “ setelan “, karena setiap huruf Jawa mempunyai pasangan sendiri- sendiri. Fungsi huruf pasangan ada 2 yaitu; untuk menghilangkan tanda pangkon sekaligus untuk sedikit menghemat tempat, dan untuk mematikan ( menjadikan konsonan ) huruf di depan atau di atasnya. Adapun pasangan huruf Jawa adalah:

H N C R K D T S W L

Ha na ca ra ka da ta sa wa la

P D J Y V M G B Q Z

pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga

commit to user

12

Setelah huruf dalam abjad Jawa mempunyai bentuk khas yang disebut aksara murda. Aksara murda digunakan sebagai tanda kesantunan, contuhnya dalam nama gelaran, nama orang, nama tempat, dan nama pemerintah. Berikut ini aksara murda, beserta pasangannya.

Aksara murda ! @ # $ % ^ & * na ka ta sa pa nya ga ba Pasangan

® ¯ ° ± ² ³ ´

na ka ta sa pa nya ga ba d) Aksara Swara

Aksara swara ( huruf vokal ) ialah huruf khas yang berfungsi

sebagai huruf vokal yang menjadi suku kata.Dan biasanya digunakan pada kata asing untuk mempertegas pelafalannya.Aksara swara tidak mempunyai pasangan.Aksara swara dapat diberi sandhangan wighyan, layar dan cecak (Darusuprapta at al, 1996: 13).Berikut ialah aksara swara:

A I U E O

A I U E O

e) Aksara Rekan

Aksara rekan( huruf rekan ) ialah huruf- huruf yang ditambah

untuk menampung penyerapan kata- kata Arab. Huruf- huruf ini dicipta dengan menambah cecak telu( tiga titik ) pada huruf- huruf yang sedia ada. Terdapat lima aksara rekan, masing- masing mempunyai pasangan:

commit to user

13

k+ f+ p+ j+ g+

gha fa/va kha dza za

f) Huruf- huruf lain

Antara huruf-huruf lain yang terdapat dalam abjad Jawa ialah:

x Pa cerek – untuk bunyi /re/

X Nga lelet – untuk bunyi /le/

3) Sandhangan

Sandhangan ialah tanda yang mengubah bunyi suku kata.Terdapat

bermacam- macam jenis sandhangan dalam tulisan Jawa.Sandhangan terbagi kepada tiga kategori:

a) Sandhangan Swara

Sandhangan swara ialah tanda yang bertindak sebagai “baris”

kepada suku kata.Ia digunakan untuk membatalkan bunyi asal /a/ dalam suku kata dan menggantikannya dengan vokal lain, umpamanya /i/ dan /u/. Terdapat lima jenis sandhangan swara:

wulu – untuk bunyi /i/ suku– untuk bunyi /u/

pepet – untuk bunyi /e/ taling – untuk bunyi /é/ taling tarung – untuk bunyi /o/

Contohnya, ka denagan wulu menghasilkan suku kata /ki/. b) Sandhangan Panyigeging Wanda

Sandhangan panyigeging wanda digunakan untuk mengakhiri suku kata dengan bunyi konsonan.

commit to user

14

layar – untuk bunyi /r/ Wignyan – untuk bunyi /h/ cecak – untuk bunyi /ng/

patèn atau pangkon – untuk “membunuh” bunyi pada sebuah

huruf-huruf lainnya.

Contohnya, ha dengan layar menghasilkan suku kata /har/, kemudian ha dengan wignyan menghasilkan suku kata /hah/, lalu ha dengan cecak menghasilkan suku kata /hang/. Lalu ha dan na dengan patèn menghasilkan suku kata /han/. Sementara itu ha, ra dan nga tidak boleh diikuti dengan patèn.

c) Sandhangan Wyanjana

Sandhangan wyanjana digunakan untuk menggabungkan bunyi

konsonan.

cakra – untuk bunyi /r/

cakra keret – untuk bunyi /re/, sebagai pengganti gabungan cakra

dan pepet

pèngkal – untuk bunyi /y/

Contohnya, nadengan cakra menghasilkan suku kata nra. Beberapa sandhangan dari kategori yang berbeda boleh digabungkan sekali untuk menghasilkan suku kata yang lebih rumit.Contohnya, pa,

taling,cakra dan cecak boleh digabungkan untuk menghasilkan suku kata

commit to user

15

d) Angka

e) Tanda Baca

adeg adeg – penanda awal ayat

pada lingsa – sama seperti fungsi koma pada lungsi – sama seperti fungsi titik

pada pangkat – mengapit angka dan petikan kata

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis huruf Jawa ialah kemampuan, kecakapan dalam menguasai cara menulis huruf Jawa dengan benar yang terdiri dari huruf dasar Jawa ( aksara carakan), sandhangan,aksara murda, aksara swara, aksara rekan, tanda baca, dan huruf lainnya yang dilakukan secara latihan dan terus- menerus. f. Cara Penulisan Huruf Jawa

R. T Suryadipura dkk, mengatakan bentuk” huruf Jawa dikenal sebagai “MBATA SARIMBAG”, maksudnya seperti cetakan batu bata, atau geometris seperti persegi panjang atau jajargenjang “(2008 : 3) . Secara detail, bentuk huruf – huruf Jawa itu adalah sebagai berikut:

1) Aslinya, huruf Jawa itu ditulis miring (= condong). Namun dibuat tegak seperti cetakan juga tidak salah.

commit to user

16

2) Letaknya di bawah garis sebab kalau ditulis di atas garis, kaki – kaki huruf itu akan kelihatan bergandengan, tertutup/ tidak menganga. Maka agak susah dibaca.

3) Hampir seluruh huruf ini sama tingginya, geometris seperti kotak, (kecuali huruf ). Polanya, kalau ditulis miring seperti jajar genjang, kalau tegak seperti persegi panjang.

4) Penampang huruf Jawa terdiri dari bagian lebar dan bagian yang sempit dengan skala tertentu seperti cantaah huruf “Na” di bawah ini.

Secara detail, lebar dan sempitnya rentang kaki – kaki huruf Jawa yang “mbata sarimbag” itu dapat dipolakan seperti huruf Ha – Na – Ca di bawah ini.

commit to user

17

Keterangan tanda “panah” pada pola huruf : a) Gerakan ke atas dibuat tipis.

b) Gerakan ke bawah atau serong ke bawah dibuat tebal.

c) Sedangkan gerakan yang mendatar, seyogianya dibuat sedikit tebal. Namun apabila dibuat tipis juga tidak salah.

Di bawah ini pola huruf Ga, Pa, Ba dan sejenisnya:

Keterangan:

a) Seperti pola huruf Ha, Na, Ca di muka, ada 3 jenis lebar / rentang kaki, yaitu 1, 2 dan 3 spasi. Tidak ada yang lebarnya sampai 4 bidang (spasi).

b) Ujung – ujung awal dan ujung bagian akhir masing – masing huruf dibuat sedikit melengkung ke dalam, (lihat tanda “panah” pada huruf ).

2. Hakikat Media Pembelajaran Kartu Bridge a. Pengertian Media

Menurut Anitah “kata media berasal dari bahasa latin, yang merupkan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang berada ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat” (2009: 1). Media juga dapat diartikan

commit to user

18

sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Secara umum Arsyad menyampaikan “pengertian media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran “ (2011: 4).

Selanjutnya Gagne dalam Indriana “media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar” (2011: 14).

Aim dan Scope dalam Access to selected top articles from Educational

Media and Technology Journal menyebutkan bahwa “Educational media has made a considerable impact on schools, educational institutions and providers of open and distance education. Educational Media International (EMI) is a scholarly journal that publishes research, evaluation, and development studies addressing the issues, successes and challenges faced in the design, development, implementation and evaluation of educational media” (2009: 48). Media

pendidikan telah membuat dampak yang cukup besar pada sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan penyedia pendidikan terbuka dan jarak jauh. Pendidikan Media Internasional (EMI) adalah jurnal ilmiah yang menerbitkan penelitian, evaluasi, dan pengembangan mengatasi masalah, keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan, implementasi desain, dan evaluasi media pendidikan.

Selanjutnya Ngadino mengatakan “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi” (2009: 11).

Jadi, dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat untuk menghubungkan dua pihak untuk menyampaikan informasi. b. Pengertian Media Pembelajaran

Anitah mengatakan bahwa “media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap” (2009 : 5).

commit to user

19

Sedangkan menurut Gagne dan Briggs dalam Arsyad “media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran” (2011: 4). Selanjutnya menurut Indriana “media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran” (2011: 15).

Jadi Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran adalah sebagai salah satu usaha guru untuk membuat pengajaran lebih konkret, memperjelas, membuat konsep yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan membuat siswa lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung, penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Diantara fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran antara lain adalah:

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit)

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).

4) Semua indra siswa dapat diaktifkan.

5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 208) adalah:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

commit to user

20

c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Sedangkan menurut Encyclopedia of Education Research dalam Arsyad (2011: 25) merinci manfaat media pembelajaran sebagai berikut:

a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

b. Memperbesar perhatian siswa.

c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa.

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Dari beberapa uraian tentang manfaat media pembelajaran di atas, dapat diambil kesimpulan beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dan juga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuannya

commit to user

21

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Menurut pendapat dari Anitah “Media dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu; Media Visual, Media Audio, Media Audio Visual, dan Multimedia” (2009: 7 – 56).

Dokumen terkait