• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pala [palə] ‘Pala’ (Latin: Myristica Fragrans)

Pala adalah salah satu jenis tanaman rempah yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Relasi tanaman ini sangat dekat dengan masyarakat penutur BMS. Kedekatan relasi tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa getir dan pedas itu, selanjutnya oleh penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah. Disebabkan buah ini memunyai multi fungsi, selain digunakan sebagai tanaman obat yang diyakini atau dipercaya oleh MMS memiliki kandungan gizi, buah pala juga merangkap sebagai rempah dalam masakan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.

Leksikon pala sangat dibutuhkan oleh MMS sebagai obat yang dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk menjaga kesehatan dan kcantikan dalam tatanan dimensi ideologis. Bagian dari pala yang bisa dijadikan obat tertumpu pada buahnya. Manfaat buah pala ini berkhasiat untuk meringankan penyakit maag, masalah lambung, melancarkan pencernaan, mengurangi bengkak pada gusi dan mengobati sakit gigi, menjernihkan penglihatan / pandangan, dan penambah tenaga alami yang sangat baik. Manfaat buah dan biji pala untuk kecantikan, yaitu menghilangkan noda hitam bekas jerawat, meratakan warna kulit pada wajah, dan menjaga kulit wajah tetap lembab (dimensi biologis).

Kedekatan relasi MMS dengan leksikon pala atau derajat kedekatan (degree of familiariaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan

pengalaman. Disebabkan manfaat buah pala memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan dan juga kecantikan, sehingga MMS menggunakan pala untuk berbagai manfaat sampai sekarang dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon pala agar tidak mengalami kepunahan.

Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin pada MMS membutuhkan buah pala di dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Leksikon pala yang dipercaya oleh MMS selain memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis, leksikon ini juga bisa dijadikan pangan dalam bentuk halua, yakni merupakan makanan bercorak khas budaya Melayu.

Dalam kaidah Melayu halua /halwa adalah sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera. Halua sendiri berbahan dasar buah-buahan seperti pala, pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, buah kundur. Jenis halua yang sering dijumpai dan mudah didapat adalah halua pala. Halua pala banyak dijual di pasar-pasar, supermarket, swalayan, dan sebagainya. Jadi pada saat acara hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan juga pada acara resepsi seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya MMS biasanya menyediakan halua, karena halua merupakan kuliner budaya Melayu. Hal ini membuktikan bahwa begitu dekatnya MMS dengan halua pala, sehingga MMS berinterdepedensi (parameter interdepedensi) dengan pala.

Leksikon pala memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu pada tataran homonim dan meronim. Pada tataran homonim dari leksikon pala terbagi menjadi

dua lingkungan yaitu (1) lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dari leksikon pala adalah sejenis tanaman obat BMS. Lingkungan abiotik dari leksikon pala adalah menujukkan keterangan waktu/ jika, hendak. Meronim pada leksikon pala adalah buah, sebab pada bagian pala yang dapat dijadikan obat hanya pada buahnya.

b. Mengkudu [məŋkUdu]‘Mengkudu’ (Latin: Morinda Citrifolia )

Buah mengkudu merupakan buah majemuk. Buah mengkudu yang masih muda berwarna hijau dan mengkilap, tetapi bila buah mengkudu sudah tua maka warnanya putih dengan bintik-bintik hitam. Relasi tanaman ini sangat dekat dengan masyarakat penutur BMS. Kedekatan relasi tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa manis dan tawar itu, selanjutnya oleh penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah. Disebabkan buah ini diyakini dan dipercaya oleh MMS mengandung gizi yang baik bagi kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi idelogis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.

Buah mengkudu sangat dibutuhkan oleh MMS, sebab buah ini dipercaya oleh MMS memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis, antara lain meredakan nyeri haid, mencegah pengeroposan tulang- tulang, selain itu buah mengkudu juga dapat mencegah kanker payudara (dimensi biologis). Dikarenakan buah ini dapat memberikan khasiat yang baik bagi kesehatan, sehingga buah ini masih digunakan hingga sekarang dalam kehidupan

sosial MMS pada tataran dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar dari kepunahan.

Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) ditunjukkan bahwa MMS sangat membutuhkan buah mengkudu di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Khazanah kebahasaan (parameter keberagaman) yang menggambarkan keanekaragaman jenis (species) mengkudu. Berdasarkan penampilan fisik buahnya, mengkudu dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu mengkudu berbiji dan mengkudu tidak berbiji. Keduanya berkhasiat sebagai obat, tetapi mengkudu tidak berbiji sangat jarang ditanam atau dikenal orang.

Leksikon mengkudu memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim, antonim, dan meronim. Hiponim dari mengkudu adalah mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji. Hipernim dari mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji adalah mengkudu. Maka dari itu mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji memiliki makna yang bertentangan. Jadi mengkudu berbiji berantonim dengan mengkudu tak berbiji. Pada tataran meronim mengkudu adalah buah. Pada bahagian leksikon mengkudu yang dapat digunakan sebagai obat adalah buah.

c. Nipah [nipah] ‘Nipah’ (Latin: Nypa Fruticans)

Pohon nipah memiliki panjang tangkai 1-1,5 m; dengan kulit yang mengkilap dan keras. Buah nipah berwarna hijau bila masih muda dan berangsur menjadi cokelat sampai cokelat tua sesuai perkembangan umurnya; bagian dalamnya lunak seperti gabus. Struktur buahnya sama seperti buah kelapa. Buah ini ada sabut, tempurung, isi dan air. Isi buah yang muda bisa dimakan dan biji benihnya yang matang sangat keras. Buah nipah ini sangat enak dimakan rasanya

mirip dengan buah lontar. Relasi leksikon nipah ini tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis. Pemahaman karakter biologis buah tersebut pada tataran dimensi biologis yang kemudian diidentifikasi sebagai rasa manis itu, selanjutnya oleh MMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah, sebab dipercaya memberikan khasiat yang baik untuk kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.

Dari pohon nipah yang dipercaya oleh MMS memiliki khasiat tertumpu pada akar dalam tatanan dimensi ideologis. Akar nipah ini dibakar hingga menjadi arang. Khasiat dari arang akar nipah adalah untuk sakit gigi (dimensi biologis). Pohon nipah juga banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Diantaranya, daun nipah yang disemat „dengan disusun dan dijahit‟ digunakan sebagai atap. Daun nipah yang dipotong kecil-kecil bisa digunakan menjadi rokok. Daun nipah juga digunakan untuk dinding rumah. Dikarenakan manfaatnya yang sangat berguna untuk kehidupan sosial MMS, selain buahnya yang dapat dijadikan sebagai obat daun nipah juga sangat berguna untuk keberlangsungan kehidupan sosial MMS, sehingga leksikon ini digunakan sampai sekarang dalam tatanan dimensi sosiologis.

Parameter kesalingterhubungan terjadi karena MMS membutuhkan nipah sebagai tanaman obat yang juga memiliki fungsi untuk keberlangsungan hidup MMS. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar dari kepunahan. Parameter lingkungan (environment) dari leksikon nipah sesuai dengan kondisi alamnya adalah batang nipah selalu terendam oleh

lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah. Dari rimpangnya muncul daun-daun majemuk menyirip dan menjulang hingga 9 m di atas tanah. Nipah memiliki khazanah kebahasaan (parameter keberagaman) yang menggambarkan keanekaragaman jenis (spesies) terbagi tiga yaitu:

1. Pokok nipah sawah memunyai bentuk tangkai yang panjang, perdu, dan pelepah serta batang yang besar dan jangka hayatnya cuma selama 3 bulan. 2. Pokok nipah tembaga memunyai bentuk tangkai yang sederhana, perdu dan

pelepah serta batang sederhana besar dan jangka hayatnya selama 2 bulan. 3. Pokok nipah ekor tikus pula memunyai bentuk tangkai, perdu, dan pelepah

serta batang yang kecil kecuali buahnya sahaja besar dan jangka hayatnya selama 28 hari sahaja boleh menghasilkan nira.

Leksikon nipah memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim dan meronim. Hiponim dari leksikon nipah adalah nipah sawah, nipah tembaga, dan nipah ekor tikus. Jadi nipah merupakan hipernim dari hiponim nipah sawah, nipah tembaga, dan nipah ekor tikus.

d. Kundur [kUnduR] ‘Kundur’ (Latin: Benincasa Hispida)

Pokok kundur memunyai daun lebar berwarna hijau dan mampu mencapai ketinggian 15 sampai 20 cm. Bunga kundur berwarna kuning dan mampu menarik serangga untuk aktivitas pembungaan seperti lebah, lalat, dan sebagainya. Buah kundur mampu membesar dan mencapai berat sehingga 10-15 kg perbijinya. Terdapat satu lapisan putih atau lilin di bahagian luar kulit buah kundur untuk menunjukkan bahwa buah tersebut telah matang dan bisa dipetik. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut

dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa manis dan tawar itu, selanjutnya oleh para penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah, sebab pada buah ini mengandung gizi yang baik bagi kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.

Pohon kundur dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan pada semua bahagiannya dalam tatanan dimensi ideologis. Dari biji, buah, hingga daun kundur dapat dijadikan obat untuk meyembuhkan berbagai penyakit. Pada minyak biji kundur digunakan untuk perawatan masalah kulit. Pada air buah kundur juga dapat digunakan sebagai pencuci mata yang merah dan bengkak. Pada daun kundur dapat digunakan untuk mengurangkan panas dengan cara meletakkan di dahi orang yang demam panas „kompres‟ (dimensi biologis).

Buah kundur juga banyak dijual yang dikemas dalam bentuk permen dan juga halua. Halua merupakan makanan bercorak khas budaya Melayu. Dalam kaidah Melayu Halua /Halwa adalah sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera. Halua sendiri berbahan dasar buah-buahan seperti pala, pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, dan buah kundur. Halua kundur banyak dijual di pasar-pasar, supermarket, swalayan, dan sebagainya. Jadi pada saat acara hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan juga pada acara resepsi seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya MMS biasanya menyediakan halua, karena halua merupakan kuliner budaya Melayu (dimensi sosiologis). Hal ini membuktikan bahwa begitu dekatnya MMS dengan halua

kundur, sehingga MMS berinterdepedensi (parameter interdepedensi) dengan kundur.

Parameter kesalingterhubungan terjadi karena MMS membutuhkan leksikon kundur sebagai obat dan sebagai bahan kuliner bercorak khas budaya Melayu dalam tataran dimensi biologis. Dikarenakan leksikon ini memberikan memberikan manfaat untuk kehidupan sosial MMS, sehingga leksikon kundur masih digunakan sampai sekarang dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar dari kepunahan. Kundur memiliki khazanah kebahasaan (parameter keberagaman) yang menggambarkan keanekaragaman jenis (spesies) terbagi dua yaitu: kundur cina dan kundur jawa. Beda di antara keduanya adalah berdasarkan keadaan kulit luar pada buahnya. Pada buah kundur cina memunyai kulit luar yang licin dan tidak berbulu. Pada buah kundur jawa memunyai kulit yang berbulu.

Leksikon kundur memiliki keterkaitan relasi semantis yaitu, sinonim dan hiponim, antonim, dan meronim. Sinonim dari leksikon kundur adalah labu besar. Jadi nama lain dari leksikon kundur adalah labu besar. Hiponim dari leksikon kundur adalah kundur jawa dan kundur cina. Jadi leksikon kundur merupakan hipernim dari hiponim kundur jawa dan kundur cina. Maka dari itu, mengkudu berbiji berantonim dengan mengkudu tak berbiji karena memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Pada tataran meronim dari leksikon kundur adalah biji, daun, dan buah. pada bagian tanaman kundur yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun, buah, dan biji.

Renda adalah tumbuh-tumbuhan dengan ciri khas bergetah putih. Pohon renda tampak sangat cantik bila memiliki buah yang lebat. Daunnya yang bundar lonjong kecil-kecil berwarna hijau pekat tampak sangat indah berhiaskan buah- buahnya yang berwarna merah muda sampai merah tua kehitaman. Ditambah dengan bunganya yang berwarna putih kecil-kecil. Tampak seperti pohon hiasan yang sangat cantik. Dahannya berduri dan panjang, biasanya menjulur ke atas pohon yang lebih tinggi atau terkulai ke bawah. Daunnya bundar telur berwarna hijau tua. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman dan perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa asam dan manis itu. Selanjutnya penutur BMS menjadikannya salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah itu, sebab buah ini dipercaya oleh MMS memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif pada tataran dimensi ideologis.

Leksikon renda berpotensi sebagai tanaman obat yang berkhasiat dalam tatanan dimensi ideologis. Bagian dari leksikon renda yang bisa digunakan sebagai obat tertumpu pada buahnya. Khasiat dari buah renda dapat mengobati anti kanker (dimensi biologis). Selain itu bagi MMS buah renda sangat diminati bila dijadikan halua (dimensi sosiologis). Salah satu khas makanan yang bercorak khas Melayu adalah halua. Dalam kaidah Melayu, halua /halwa adalah sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera. Halua sendiri berbahan dasar buah-buahan seperti pala, pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, dan buah kundur.

Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin bahwa MMS membutuhkan leksikon renda di dalam kehidupan sosial MMS pada tatanan dimensi sosiologis. Namun keberadaan leksikon ini sudah hampir punah, jadi leksikon ini sudah jarang dijumpai, sehingga tingkat derajat kedekatannya (deggree of familiriaty) relasi MMS dengan leksikon ini sudah berkurang. Walaupun begitu leksikon ini masih dikenal oleh penutur BMS dan masih menganggap leksikon ini sebagai tanaman obat BMS dan dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS diharapkan dapat menanam atau membudidayakan kembali agar leksikon ini terhindar dari kepunahan dan tetap digunakan dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis.

Leksikon renda memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu homonim dan meronim. Pada tataran homonim dari leksikon renda terbagi menjadi dua lingkungan yaitu (1) lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dari leksikon renda adalah sejenis tanaman obat BMS. Lingkungan abiotik dari leksikon renda adalah biku-biku dengan dirajut. Pada tataran meronim dari leksikon renda adalah buah, sebab pada bahagian tanaman renda yang dapat dijadikan sebagai obat adalah daun.

Dokumen terkait