BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Kawasan Melayu terbagi ke dalam dua kabupaten yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Propinsi Sumatera Utara. Adapun
alasan memilih lokasi penelitian ini disebabkan wilayah tersebut banyak terdapat
jenis-jenis tanaman obat yang sangat berkhasiat (informan). Di desa tersebut
masih sedikit terdapat apotek dan toko obat dan juga rumah sakit. Di desa tesebut
juga terdapat beberapa tempat praktek dokter dan bidan yang masih sedikit sekali.
Kebanyakan dari mereka sering menjumpai dukun apabila sakit tetapi ada juga
yang memeriksakan penyakitnya kepada dokter ataupun seorang bidan.
MMS merupakan masyarakat yang mata pencahariannya adalah bertani
dan nelayan. Mereka bergantung dari hasil laut dan hasil tani untuk kehidupan
mereka. Jadi lokasi penelitian ini data yang diambil desa yang ada di Kabupaten
Deli Serdang dan Serdang Bedagai adalah:
1. Desa Paluh Sibaji Kec. Pantai Labu (Deli Serdang)
2. Desa Paya Gambar Kec. Batang Kuis (Deli Serdang)
3.2 Data dan Sumber Data
Menurut Moleong (2007:159) sumber data bisa berasal dari
sumber-sumber tertulis (buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen
resmi) atau sumber-sumber berupa gambar (foto) dan sumber-sumber data
statistik. Berdasarkan hal di atas dapat dinyatakan bahwa sumber data ini adalah
tempat, orang, atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan
penyusunan informasi bagi peneliti. Menurut Lofland dan Lofland (dalam
Moleong, 2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari sumber
aslinya yaitu penutur yang menjadi objek penelitian yang berupa kata-kata dari
informan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti dari
hasil wawancara dengan penutur masyarakat BMS. Data yang bisa diambil berupa
kata-kata atau tindakan yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang
diperoleh peneliti dari penutur. Di sisi lain juga diperoleh dari sumber-sumber
yang telah ada, yang berupa dokumen-dokumen yang relevan termasuk
mengamati fakta-fakta.
Untuk mendapatkan data dalam penelitian kualitatif, ada tiga sumber data
yang dapat dimanfaatkan (lihat Mallisondan Blake (1981: 12-18), pertama, data
primer (data utama), kedua data sekunder, dan ketiga data intuisi peneliti. Data
primer adalah data lisan, hasil wawancara dan percakapan dari tiga orang
yang mempunyai banyak waktu luang dan mereka pula yang berumur atas lima
puluh tahun. Mereka merupakan penduduk secara turun-temurun menetap di desa
tersebut yang berinisial Nn, Ir, dan Ih. Kriteria pemilihan informan dalam
penelitian ini merujuk kepada Mahsun (2005:141-142) yaitu:
1. berjenis kelamin pria dan wanita
2. berusia di atas 15 tahun
3. orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di lingkungan Melayu
Serdang
4. menetap di wilayah Serdang minimum 10 tahun
5. menguasai BMS
6. berbudaya Melayu
7. beragama Islam
8. dapat berbahasa Indonesia
9. untuk informan tua pendengarannya baik dan tidak pikun.
Data kualitatif adalah data leksikal. Data kualitatif merupakan sumber dari
penutur MMS terhadap tanaman obat. Data kualitatif menggunakan metode
wawancara dan metode pengamatan.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat (instrumen)
pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang
dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, serta mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga berperan
Instrumen yang digunakan untuk membantu peneliti berupa alat rekam, kamera,
alat-alat tulis, dan daftar pertanyaan.
Kompetensi leksikal responden digunakan untuk melihat hubungan
responden dengan lingkungan BMS secara lebih mendalam dengan dukungan data
kualitatif melalui pengamatan langsung. Didasarkan pada perbedaan ecoregion (lingkungan yang terbentuk berdasarkan wilayah) yang mencakup tanah air,
mengandung karakteristik yang berbeda dari alam masyarakat dan spesies flora,
fauna dan ekosistem yang menjadi ciri sebuah ekoregion. Dengan kata lain suatu
ekoregion mengandung keanekaragaman hayati yang berbeda dari ekoregion
lainnya. Contoh ecoregion dalam BMS adalah daun tutup bumi (latin: Elephantopus scaaleer, daun ini dikenal oleh penutur BMS adalah sebagai daun yang lebar-lebar dan menutupi tanah. Daun ini merupakan campuran membuat
jamu, ramuan ini direbus. Khasiatnya dapat menyembuhkan penyakit seperti
batuk, sariawan, diare, panas dalam, dan juga dapat membuat kulit halus. Daun
seribu guna dikenal penutur BMS daun yang agak panjang dan bewarna hijau. Daun ini dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Daun ini diyakini oleh
penutur BMS dapat mengobati seperti: gangguan syaraf, gangguan pencernaan,
mengurangi nyeri haid, dsb. Daun gelinggang dikenal oleh penutur BMS untuk menghilangkan rasa gatal dengan cara digosokkan pada bagian kulit yang terasa
gatal. Selain itu juga dapat menghilangkan kurap, kudis, panu, dan kutu air.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Menurut Moleong (2007:186) mendeskripsikan wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam melakukan wawancara peneliti
menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, yakni pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat tentang pengalamannya terkait dengan tanaman
obat. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber.
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendalam
secara terstruktur dan terbuka kepada informan, setelah dilakukan wawancara
untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode pengamatan.
b. Observasi
Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan observasi terbuka
dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya
kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti
2007:176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi adalah
terkait dengan khazanah ekoleksikal tanaman obat.
Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang
telah ditemukan. Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari berbagai teknik
pengumpulan data.
Di dalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus berperan sebagai
instrumen penelitian. Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti
benar-benar diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek (masyarakat) yang dijadikan
sasaran penelitian. Dengan arti kata, peneliti menggunakan pendekatan alamiah
dan peka terhadap gejala-gejala yang dilihat, didengar, dirasakan serta difikirkan.
Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data lapangan maka ketetapan,
ketelitian, rincian, kelengkapan, dan keluesan pencatatan informasi yang diamati
di lapangan amat penting artinya. Pencatatan data lapangan yang tidak cermat
akan merugikan peneliti sendiri dan akan menyulitkan dalam analisis untuk
penarikan kesimpulan penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode padan, yaitu metode analisis bahasa
yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang
bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13) .
Metode padan yang digunakan pada tahap pengkajian data seperti yang
metode padan adalah teknik dasar. Teknik dasar merupakan teknik pilah unsur
penentu. Alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Metode ini digunakan untuk menjawab
permasalahan pertama yaitu mendeskripsikan sejumlah leksikon-leksikon yang
terdapat dalam BMS. Pada permasalahan relasi semantis yang terbentuk
pada tanaman obat BMS digunakan metode padan referensial dengan teknik
hubung banding. Analisis makna dibatasi pada relasi semantis yaitu: sinonim,
antonim, homonim, hipernim dan meronim.
Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data dilakukan. Proses
analisis data ditelaah dari seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara dan pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
gambar, dan foto.
Moelong (2006:103) “Mendefinisikan analisis data sebagai proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema..” Metode analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang diteliti. Adapun prosedur dalam menganalisis data
kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1994) dalam Denzim dan Lincoln
(2009:592) adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
b. Penyajian Data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan atau Verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Komponen Analisis Data
Pengumpulan Data Penyajian
Data
Reduksi Data Verifikasi
Proses menganalisis data kualitatif adalah:
Untuk merumuskan masalah pertama pada penelitian ini adalah mencari
data. Data didapat dari hasil wawancara, pengamatan, dan dari surat kabar,
majalah, dan buku yang berkaitan dengan leksikal tanaman obat BMS. Setelah
pengamatan. Kemudian mencari data sekunder dengan cara menambahkan data
dengan mencarinya dari dokumen tertulis (buku, majalah, dan surat kabar),
setelah data didapat kemudian data tersebut dicari bentuk kategori dan
leksikalnya, kemudian data leksikal tersebut dicari bentuk khusus dianalisis
dengan parameter Ekolinguistik dan dikolaborasikan dengan tiga dimensi praksis
sosial, yaitu dimensi biologis, dimensi sosial, dan dimensi ideologis.
Untuk merumuskan masalah kedua adalah data leksikal tanaman obat
BMS di analisis dan dikategorikan ke dalam relasi semantis pada tataran
homonim, polisemi, sinonim, antonim, hiponim dan meronim dengan
menggunakan teori relasi semantis (Saeed, 2000) sampai pada akhir kesimpulan.
Salah satu contoh analisis kualitatif adalah leksikal cekur. Leksikal cekur „kencur‟ (Latin: Kaempferiagalanga) ditinjau dari segi bentuk merupakan leksikal
dasar dan termasuk kategori nomina atau kata benda. Cekur juga disebut temuputih adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong ke dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizhoma mengandung
minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Sesuai masalah yang dijadikan fokus kajian dan berkaitan pula dengan
judul pada bab IV ini, dalam bab ini dilakukan identifikasi dan analisis
bentuk-bentuk ekoleksikal tanaman obat BMS. Kemudian sebagaimana diuraikan pada
bagian pendahuluan bahwa dalam kajian ekolinguistik, parameter lingkungan
(environment), keberagaman (diversity), dan interdepedensi (interdepedensi),
merupakan parameter-parameter ekologi yang digunakan dan diterapkan dalam
mengkaji fenomena kebahasaan. Adanya interelasi, dan interdepedensi yang
tergambar antara keterhubungan bahasa dan praksis sosial. Selanjutnya teori
dialektikal praksis sosial yang dikenal sebagai tiga dimensi, yaitu dimensi biologis, dimensi sosiologis, dan dimensi ideologis dikolaborasikan dengan parameter ekolinguistik yang ditilik untuk menganalisis penelitian ini.
4.1.1 Khazanah Ekoleksikal Tanaman Obat BMS 4.1.1.1 Leksikal Daun
a. Sambiroto [sambIRᴐtᴐ] ‘sambiroto’ (Latin: Andrographis Paniculita Nees)
Daun kecil-kecil, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua, tepi tidak bergerigi.
Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Relasi leksikon sambiroto ini
sangat dekat dengan MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman
perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis. Pemahaman karakter biologis tanaman pada tataran dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau dan memiliki rasa yang sangat pahit. MMS
menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat, karena memberikan manfaat
khasiat yang baik untuk kesehatan yang terekam secara verbal di dalam kognitif
MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Sambiroto dibutuhkan oleh komunitas tersebut pada kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis, sebab daun sambiroto ini memberikan khasiat yang baik untuk kesehatan. Diantaranya, sambiroto dapat menyembuhkan
penyakit demam. Daun sambiroto juga memberikan manfaat pada anak yang masih menyusui agar berhenti menyusui dalam tatanan dimensi biologis. Dikarenakan khasiat sambiroto ini masih melekat dan terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis. Kebiasaan ini masih digunakan di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Kebiasaan ini
berlangsung secara berkesinambungan yang ditransfer dari generasi ke generasi
(dimensi sosiologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon sambiroto, atau derajat kedekatan
(degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan
membutuhkan sambiroto di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis), oleh karena itu MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon sambiroto agar tidak mengalami kepunahan (parameter interrelationship).
Sambiroto memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim dari leksikon sambiroto adalah daun. pada bahagaian sambiroto yang dapat dijadikan obat adalah daun.
b. Dukung Anak [dukUŋ anak]‘Meniran’ (Latin: Phyllanthus Niruri) Dukung anak memiliki daun yang kecil berwarna hijau yang agak gelap dan tersusun berselang seling. Dukung anak memunyai bunga yang berwarna putih kekuningan dan satu tangkai bunga memunyai bunga-bunga kecil yang
banyak. Terdapat dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan betina. Relasi leksikon
dukung anak sangat dekat dengan MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman ciri-ciri biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis. Pemahaman karakter biologis tanaman pada tataran dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau seperti rerumputan. MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat, karena memberikan manfaat khasiat yang baik
untuk kesehatan yang terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam
tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin bahwa MMS
membutuhkan leksikon dukung anak sebagai perobatan, karena kandungan gizi dari tanaman ini melekat di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis.
kehidupan MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan tanaman ini agar tidak mengalami
kepunahan. Parameter lingkungan (environment) leksikon dukung anak adalah mudahnya menemukan tanaman dukung anak, biasanya tumbuh di kawasan yang tanahnya agak keras, seperti di celah retakan semen. Juga bisa didapati di kawasan
kebun-kebun sayur.
Bagian dari dukung anak yang bisa dijadikan obat adalah akar, daun, dan buahnya. Terdapat kepercayaan MMS yang terekam secara verbal bahwa akar
dukung anak ini dapat mengobati sakit pinggang dan sakit maag (dimensi biologis). Caranya akar dukung anak diambil setiap hari jumat sebanyak tiga kali atau sebanyak tiga hari jumat, sebab di dalam kognitif MMS bahwa hari jumat
dipercaya sebagai hari yang baik dan tepat dalam penyediaan obat tersebut. Akar
dukung anak diambil sebanyak tiga kecak „ikat‟. Makna tiga kali pada hari jumat yang juga merupakan angka ganjil, angka keberuntungan (wawancara dengan Ibu
Nino, 60, 15 September 2015). Kemudian akar ini direbus lalu diminum. MMS
menganggap bahwa cara ini paling ampuh dalam mengobati sakit pinggang dan
sakit maag. Buah dukung anak digunakan untuk mengobati luka, penyakit kudis,
gatal-gatal, kurap, luka, lebam, juga bisa digunakan untuk bisa gigitan ular. Akar,
daun, dan buah dukung anak ini diolah dengan cara dijus. Hal ini digunakan oleh
MMS untuk mengobati penyakit anemia dan asma (dimensi biologis).
Leksikon dukung anak memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim
buah. Akar, daun, dan buah pada leksikon dukung anak memiliki khasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan dimensi ideologis.
c. Kelampung Puyuh [kəlampUŋ pUyUh] ‘Ciplukan’ (Latin: Physialis Angulata)
Relasi tanaman kelampung puyuh sangat dekat dengan MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman dan perkembangan biologis tanaman tersebut
dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau pada daun
dan memiliki buah yang kecil-kecil. MMS menjadikannya sebagai salah satu
tanaman obat. Tanaman ini memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan yang
terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Leksikon kelampung puyuh sangat dibutuhkan oleh MMS karena kandungan gizinya dipercaya oleh MMS sebagai obat yang berkhasiat dalam
tatanan dimensi ideologis. Bagian dari kelampung puyuh yang bisa dijadikan obat
adalah akar, daun, batang, dan buahnya. Manfaat akar kelampung puyuh ini memiliki khasiat untuk mengobati penyakit diabetes dengan cara merebus akar
kelampung puyuh (dimensi biologis).
MMS memercayai dan telah membuktikan bahwa anak yang baru saja
dilahirkan biasanya memiliki penyakit kulit, MMS menyebut penyakit kulit ini
dengan sebutan sawan ciplukan. Bila ini terjadi maka bayi tersebut dimandikan dengan air rebusan kelampung puyuh. Bagian yang direbus dari kelampung puyuh
rebusan kelampung puyuh dengan potongan-potongan kulit jeruk bali. Kebiasaan ini masih digunakan di dalam kehidupan sosial dalam tatanan dimensi sosiologis,
sebab cara ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan secara turun-temurun (dimensi
sosiologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon kelampung puyuh atau derajat kedekatan (degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan,
pemahaman, dan pengalaman berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat membutuhkan kelampung puyuh di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis).
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
pada MMS membutuhkan leksikon kelampung puyuh di dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Leksikon kelampung puyuh juga digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan kelampung puyuh. Parameter lingkungan (environment)
leksikon kelampung puyuh adalah jenis tanaman liar yang sangat umum dijumpai
terutama di daerah persawahan.
Leksikon kelampung puyuh memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim pada leksikon kelampung puyuh adalah akar, daun, batang, dan buah. Akar, daun, batang, dan buah pada leksikon kelampung puyuh memiliki
khasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan
d. Capo [capo] ‘Sembung’ (Latin: Baccharis Salvia Lour)
Leksikon capo memiliki daun tunggal, di bagian bawah bertangkai. Helai daun bundar telur sampai lonjong, pangkal dan ujung runcing, tepi bergerigi atau
bergigi, permukaan daun bagian atas berbulu agak kasar sedang bagian bawah
berbulu rapat dan halus. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman
perkembangan dan sifat biologis tanaman tersebut yang kemudian
diidentifikasikan dengan rasa pedas, sedikit pahit, hangat dan baunya seperti
rempah, namun sangatlah manjur untuk dijadikan obat tradisional yang terekam
secara verbal dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi idelogis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Tanaman capo sangat dibutuhkan oleh MMS, sebab leksikon capo ini memiliki kandungan gizi yang baik dan dipercaya oleh MMS memberikan
manfaat yang baik untuk kesehatan terutama dalam bentuk jamu dalam tatanan
dimensi ideologis, sehingga MMS menggunakan tanaman obat ini sampai sekarang dalam kehidupan soaial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar
dari kepunahan. Bagian dari capo yang bisa dijadikan obat adalah daunnya.
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
pada kehidupan MMS yang membutuhkan leksikon capo yang berkhasiat untuk mengobati rematik, persendian setelah melahirkan, dan nyeri haid. Pengolahan
daun capo ini direbus. Pada wanita yang baru melahirkan sangat dianjurkan untuk
menunjukkan bahwa MMS berinterdependensi (interdepedence) dengan leksikon
capo. Parameter lingkungan (environment) leksikon capo adalah capo hidup di tempat terbuka, lahan pertanian, dan dapat tumbuh di tanah berpasir atau tanah
yang agak basah.
Leksikon capo memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim pada leksikon capo adalah daun, sebab bagian dari tanaman capo yang bisa dijadikan obat hanya daunnya yang memiliki khasiat sebagai obat yang dapat
menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan dimensi ideologis.
e. Bunga Raya [buŋa Rayə] ‘Kembang Sepatu’ (Latin: Hibiscus Rosasinensis)
Bunga raya merupakan bunga yang cantik dengan warna yang bermacam-macam, seperti merah, putih, pink, dan orange. Bunganya besar, keras, dan tidak
berbau. Pohon bunga raya merupakan tumbuhan yang mudah ditanam dan dibudidayakan. Bunga raya biasanya ditanam oleh MMS di pekarangan rumah mereka. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman dan perkembangan
biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna yang beragam, selanjutnya oleh penutur MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat yang dapat menghilangkan panas atau demam
yang terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Bagi masyarakat penutur BMS khazanah kebahasaan (parameter
setiap anak-anak yang demam dapat diobati dengan bunga raya merah dan bunga
raya putih, karena kedua tanaman obat ini dipercaya bagi MMS dapat menghilangkan panas pada sakit demam (dimensi biologis).
Tanaman bunga raya merah, yang dijadikan obat adalah daunnya. Daun bunga raya yang diremas-diremas di dalam semangkuk air hingga mengental. Semakin lama daun bunga raya diremas maka air di dalam mangkuk semakin mengental. Kemudian air yang sudah mengental dan bercampur dengan daun
bunga raya ini disapu-sapukan di atas kepala, yang disebut oleh MMS adalah „jaram‟. Hal ini berguna untuk melenyapkan panas atau demam pada tatanan
dimensi biologis. Kebiasaan atau tradisi „jaram‟ masih digunakan di dalam kehidupan sosial dalam tatanan dimensi sosiologis, budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Waktu yang diperbolehkan untuk melakukan
penjaraman sejak sore menjelang malam dan atau sampai pada pagi hari. Jika penjaraman dilakukan pada saat siang hari, MMS memercayainya sebagai sesuatu yang tidak baik bagi kesehatan.
Pohon bunga raya putih digunakan untuk mengobati panas atau demam dengan akarnya. Akar bunga raya putih ini diambil beberapa ikat yang dalam BMS disebut kecak. Kemudian akar ini direndam dengan air masak. Diamkan beberapa jam, setelah itu air rendaman tersebut diminum. Hal ini juga bisa
dilakukan untuk mengobati penyakit cacar (dimensi biologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon bunga raya atau derajat kedekatan (degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan
pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan,
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat membutuhkan bunga raya di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis), oleh karena itu MMS memiliki leksikon ini di pekarangan rumah MMS, sehingga
leksikon ini terhindar dari kepunahan.
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
bahwa MMS membutuhkan leksikon bunga raya di dalam kehidupan sosial MMS
dalam tatanan dimensi sosiologis dan dimensi ideologis. Leksikon bunga raya juga digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan bunga raya. Parameter lingkungan (environment) leksikon bunga raya adalah jenis tanaman ini lebih baik ditanam langsung di tanah, berbeda jika ditanam dalam pot, disebabkan jika ditanam di atas tanah
pokoknya lebih besar dan bercambah.
Leksikon bunga raya memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim dan meronim. Hiponim dari bunga raya adalah bunga raya merah dan bunga raya
putih. Hipernim dari bunga raya merah dan bunga raya putih adalah bunga raya. Meronim pada leksikon bunga raya adalah daun dan akar, sebab bagian dari tanaman bunga raya yang bisa dijadikan obat pada daun dan akar. Daun dan akar
bunga raya yang memiliki khasiat sebagai obat yang dapat mencabut sakit panas atau demam dalam tatanan dimensi biologis.
f. Bunga Cina [buŋa cInə] ‘Bunga Cina’ (Latin: Gardenia Augusta) Kedekatan relasi tampak pada pemahaman dan perkembangan biologis
tanaman tersebut pada tataran dimensi biologis yang kemudian diidentifikasi sebagai bunga yang sangat harum, selanjutnya oleh penutur MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat yang berkhasiat untuk kesehatan dan juga
penambah rasa pada daun teh yang terekam dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial masyarakat.
Bunga cina merupakan salah satu tanaman obat BMS yang dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik dalam tatanan dimensi ideologis. Pada tanaman
bunga cina, yang dijadikan sebagai obat adalah daun, akar, dan bunga. Akar dan bunga bunga cina berkhasiat sebagai pelancar haid. Pada daun bunga cina berkhasiat melenyapkan atau menghilangkan panas atau demam. Daun bunga cina
yang diremas-diremas di dalam semangkuk air. Kemudian air yang sudah
diremas-remas dan bercampur dengan daun bunga cina ini disapu-sapukan di atas
kepala, yang disebut oleh MMS adalah „jaram‟. Hal ini berguna untuk mencabut penyakit panas atau demam pada tatanan dimensi biologis. Kebiasaan atau tradisi
„jaram‟ masih digunakan di dalam kehidupan sosial, budaya yang diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu
MMS melestarikan leksikon ini agar mengalami kepunahan. Waktu yang
diperbolehkan melakukan penjaraman sejak sore menjelang malam dan atau sampai pada pagi hari. Jika penaraman dilakukan pada saat siang hari MMS memercayainya sebagai sesuatu yang tidak baik untuk kesehatan.
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon bunga cina atau derajat kedekatan
(degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan
kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat membutuhkan
bunga cina di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis).
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
bahwa MMS membutuhkan leksikon bunga cina di dalam kehidupan sosial MMS
dalam tatanan dimensi sosiologis dan dimensi biologis. Leksikon bunga cina juga
digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan bunga cina.
Leksikon bunga cina memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim dan meronim. Sinonim dari leksikon bunga cina adalah kaca piring atau nama lain dari bunga cina adalah kaca piring. Meronim bunga cina adalah daun, akar, dan bunga. sebab bagian dari tanaman bunga cina yang bisa dijadikan obat tertumpu pada daun, akar, dan bunga. Daun, akar, dan bunga pada bunga raya yang dapat dijadikan obat.
g. Tongkat Ali [tↄŋkat alI]‘Pasak Bumi’ (Latin: Eurycoma Longifolia) Leksikon tongkat ali memiliki daun yang rimbun pada ujung batangnya.
Biasanya tanaman ini tidak bercabang. Walaupun ada yang bercabang, cabangnya
sebanyak satu atau dua cabang saja. Bunganya bersusun padat pada tangkai yang
bercabang keluar dari pangkal daun. Daunnya berbentuk bujur tersusun secara
berpasangan pada satu tangkai. Tangkai daun tersusun secara „spiral‟, seperti mengikuti pusingan jam. Kedekatan relasi ini tampak pada pemahaman ciri-ciri
biologis tananam tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi sebagai rasa pahit ini, kemudian penutur MMS menjadikannya sebagai salah satu
pada akar yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Akar tongkat ali dipotong tipis-tipis lalu dijemur untuk dikeringkan beberapa hari. Akar tongkat ali yang telah kering direbus dengan tiga gelas air sehingga menjadi satu gelas. Cara ini adalah amalan yang digunakan penutur
MMS untuk mendapatkan sari herba. Air rebusan tongkat ali ini terkenal berkhasiat untuk penggalak seks. Bahagian bunga, akar, dan daun tongkat ali dapat digunakan untuk merawat darah tinggi dan kencing manis (dimensi
biologis).
MMS begitu dekat dengan leksikon tongkat ali karena khasiat-khasiat yang dipercaya oleh MMS dari tanaman ini melekat di dalam kognitif MMS
dalam tatanan dimensi ideologis. Leksikon ini memiliki manfaat khasiat yang baik
bagi kesehatan, sehingga leksikon ini digunakan sampai sekarang di dalam
kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan tongkat ali agar tidak mengalami kepunahan.
Tongkat ali juga banyak di jual di toko obat dan apotik, sehingga mudah dikonsumsi tanpa proses pembuatan yang panjang dan sulit dalam tatanan dimensi
sosiologis.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
tongkat ali merah. Pokok-pokok ini dapat dibedakan dari warna akarnya, selain dari rupa bentuk pokok itu sendiri.
Leksikon tongkat ali memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim, antonim, hiponim, dan meronim. Sinonim dari leksikon tongkat ali atau nama lain
dari tongkat ali adalah bedara pahit, bedara putih, hempedu pahit, payung ali, tongkat baginda, muntah bumi, petala bumi, tongkat rasul, dan setunjang bumi. Keterkaitan relasi semantis antonim dari tongkat ali adalah kacip fatimah. Perlawanan makna pada tongkat ali dan kacip fatimah terletak pada penggunaannya. Tongkat ali dikonsumsi untuk lelaki, sedangkan kacip fatimah dikonsumsi untuk wanita. Hiponim dari tongkat ali adalah tongkat ali merah, tongkat ali hitam, dan tongkat ali kuning. Jadi tongkat ali merupakan hipernim dari hiponim tongkat ali merah, tongkat ali hitam, dan tongkat ali kuning. Tongkat ali juga memiliki keterkaitan relasi semantis meronim yakni daun, akar, dan bunga. sebab bagian dari tanaman tongkat ali yang bisa dijadikan obat tertumpu pada daun, akar, dan bunga. Daun, akar, dan bunga pada tongkat ali yang memiliki khasiat sebagai obat dalam tatanan dimensi ideologis.
h. Kacip Fatimah [kacIp fatImah] ‘Rumput Fatimah’ (Latin: Labisia Pumila Benth)
Kacip fatimah adalah sejenis tumbuhan herba yang memunyai batang berkayu kecil. Tumbuhan ini membiak dengan dua cara, yaitu melalui biji benih
dan keratan akar. Daun panjang, memunyai buah bertangkai warna merah di
bahagian pangkal batangnya. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman
warna hijau itu, oleh sebab itu dapat digunakan sebagai minuman teh yang
memiliki khasiat yang baik bagi kaum wanita yang terekam secara verbal di
dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada
kehidupan sosial MMS.
Bagi penutur MMS Kacip Fatimah memiliki beberapa khasiat yang baik bagi kaum wanita. Diantaranya kacip fatimah dapat meningkatkan libido (syahwat). Selain itu kacip fatimah sangat berkhasiat bagi wanita yang sedang hamil untuk memperlancar dan mempercepat proses kehamilan. Selain itu juga
dapat membantu tenaga tambahan bagi wanita saat melahirkan. Dalam amalan
perobatan tradisional MMS, daun kacip Fatimah yang direbus dapat digunakan untuk mandi. Hal ini berguna untuk menghilangkan dan membersihkan dalaman
tubuh dalam tatanan dimensi biologis.
Budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya manfaat
kacip fatimah yang terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis. Dikarenakan manfaat kacip fatimah yang begitu meluas di kalangan wanita sehingga kacip fatimah masih digunakan sampai sekarang dalam
tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS merawat, menjaga, dan melestarikan kacip fatimah agar tidak mengalami kepunahan. Kedekatan relasi MMS dengan leksikon kacip fatimah atau derajat kedekatan (degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman
berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi. Dikarenakan MMS sangat
Hal ini juga menunjukkan bahwa MMS berinterdepedensi dengan kacip fatimah sebab leksikon ini memegang peranan penting bagi kaum wanita. Kacip fatimah juga disajikan berbentuk kapsul yang bisa langsung diminum atau siap saji yang tersedia di apotek. Jadi memudahkan kita untuk mengkonsumsinya
tanpa membuat ramuan-ramuan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
MMS begitu dekat dengan kacip fatimah dalam tatanan dimensi sosiologis.
Leksikon kacip fatimah memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim, antonim, dan meronim. Sinonim atau nama lain dari kacip fatimah adalah mata pelandok rimba dan bunga belangkas hutan. Relasi semantis antonim
dari kacip fatimah adalah tongkt ali. Perlawanan makna pada tongkat ali dan kacip fatimah terletak pada penggunaannya. Tongkat ali dikonsumsi untuk lelaki, sedangkan kacip fatimah dikonsumsi untuk wanita. Kacip fatimah juga memiliki keterkaitan relasi semantis meronim yakni daun, akar, dan bunga. sebab bagian
dari tanaman tongkat ali yang bisa dijadikan obat tertumpu pada daun, akar, dan batang. Daun, akar, dan batang pada kacip fatimah yang memiliki khasiat sebagai
obat dalam tatanan dimensi biologis.
i. Seribu [səRibu] ‘Seribu’ (Latin: Achillea Millefolium)
Ciri dari tanaman daun seribu (rumput-rumputan) sangat sederhana, yaitu
tingginya yang sekitar 45 cm, tidak berkayu, berbentuk bulat dan berbuku serta
memiliki warna daun yang begitu hijau, lebar anak daun hanya 2 mm. Daunnya
berbentuk majemuk bertulang menyirip dan bunganya terdapat pada ujung
pemahaman tentang karakter biologis yang diidentifikasi ciri-ciri tanaman tersebut
dalam tatanan dimensi biologis.
Bagian yang digunakan dari leksikon seribu sebagai obat tertumpu pada daun. Daun seribu direbus, setelah direbus daun ini disaring lalu diminum. Hal ini
dibuat untuk meredakan nyeri haid (dimensi ideologis). Untuk penyakit gangguan
syaraf ini juga dilakukan hal yang sama. Bedanya daun seribu untuk penyakit gangguan syaraf, daun ini harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum direbus.
Kemudian direbus lalu disaring. Manfaat dari leksikon seribu ini sudah terekam secara verbal dalam kognitif penutur MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
BMS membutuhkan leksikon seribu dalam kehidupan sosial MMS, sehingga MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar tidak mengalami
kepunahan. Leksikon ini dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS leksikon ini masih digunakan MMS sebagai tanaman obat sampai sekarang dalam tatanan
dimensi sosiologis. Parameter lingkungan (environment) sesuai dengan kondisi alamiah adalah tanaman ini merupakan herba rumput-rumputan yang berupa
semak dan sering dianggap tanaman hama bagi para kalangan petani. Daun
menyirip pada masa vegetatif karena batang belum muncul di atas tanah, lebar
anak daun hanya 2 mm. Bunganya membentuk payung berwarna kemerahan atau
putih, tabungnya berwarna kuning, pada saat berbunga tangkainya tumbuh cepat
Leksikon seribu memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu homonim dan meronim. Homonim dari leksikon seribu terbagi menjadi dua lingkungan yaitu (1)
lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dari leksikon
seribu adalah sejenis tanaman obat BMS. Lingkungan abiotik dari leksikon seribu adalah menyatakan kelipatan bilangan ribuan. Leksikon seribu juga memiliki relasi kemaknaan meronim yaitu daun. Pada bahagian leksikon seribu yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat BMS tertumpu pada daun. Jadi meronim dari
leksikon seribu adalah daun.
j. Pegaga [pəgagə] ‘Tapak Kuda’ (Latin: Centella Asiatica)
Pegaga merupakan salah satu tanaman obat BMS. Pegaga merupakan tumbuhan herba yang menjalar. Relasi tanaman pegaga sangat dekat dengan penutur MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman, penggunaan, dan
perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan daunnya yang wangi, selanjutnya MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat BMS yang berkhasiat dan sebagai ulam, sebab rasanya yang dapat menambah selera yang terekam secara verbal dalam kognitif
penutur MMS dalam tatanan dimensi ideologi dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
sampai sekarang khususnya pada saat bulan Ramadhan (dimensi sosiologis).
Kuliner ini terdiri dari bahan rempah-rempah dan dedaunan yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan, oleh sebab itu MMS sering memasak kuliner ini agar
dapat menjaga kesehatan pada saat menjalankan puasa yang terekam secara verbal
dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada
kehidupan sosial MMS.
Khasiat lain dari leksikon pegaga adalah untuk kecantikan wajah. Akar dan daun pegaga direbus kemudian diminum. Hal ini dilakukan untuk membuat wajah lebih berseri. Daun pegaga juga dapat menghilangkan bintik-bintik hitam di wajah (dimensi biologis). Dikarenakan leksikon ini memiliki kandungan gizi
yang memberikan manfaat untuk kesehatan, sehingga MMS menjaga, merawat,
dan melestarikan leksikon pegaga agar tidak mengalami kepunahan.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
BMS membutuhkan leksikon pegaga dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Begitu dekat hubungan antara MMS dengan leksikon ini dikarenakan MMS mempercayai bahwa leksikon ini memberikan manfaat yang baik untuk
pegaga cina atau pegaga nyonya yang berdaun kecil, (2) pegaga daun lebar, (3) Pegaga Kelantan, (4) Pegaga Renek (5) Pegaga Salad, (6) Pegaga Gajah, dan (7) Pegaga Brunei.
Leksikon pegaga memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim dan meronim. Hiponim dari pegaga adalah pegaga cina atau pegaga nyonya yang berdaun kecil, pegaga daun lebar, pegaga kelantan, pegaga renek, pegaga salad,
pegaga gajah, dan pegaga brunei. Leksikon pegaga juga memiliki relasi kemaknaan meronim yaitu akar dan daun. Pada bagian tanaman pegaga yang dapat digunakan sebagai obat adalah akar dan daun. Maka meronim dari leksikon
pegaga adalah akar dan daun.
k. Ulam Raja [ulam Rajə] ‘Kenikir’ (Latin: King Salad)
Ulam raja memiliki batang yang berwarna hijau tua dan sedikit keunguan. Biasanya herba ini memiliki cabang yang banyak di bahagian atas. Daunnya
bergaris bentuk segi tiga dengan anak daunnya yang runcing, kesat dan berwarna
hijau tua. Bunganya bertangkai panjang, berwarna kuning dan keunguan. Daun
herba ini mengeluarkan bau apabila diramas. Selanjutnya MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat sebab leksikon ini memiliki khasiat yang baik
untuk kesehatan dan juga sebagai ulam „dimakan mentah sebagai lalapan‟ yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi idelogis dan dimensi sosiologis di dalam kehidupan sosial MMS.
Ulam artinya dimakan mentah atau lalapan. Ulam raja merupakan salah satu tanaman yang bercirikan atau bercorak khas budaya Melayu, di samping itu
raja sebagai tanaman obat yang berkhasiat dapat menguatkan tulang dalam tatanan dimensi biologis. Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin bahwa MMS membutuhkan leksikon ulam raja di dalam kehidupan sosial MMS pada tatanan dimensi sosiologis. Namun keberadaan leksikon ini sudah hampir punah, jadi leksikon ini sudah jarang dijumpai, sehingga tingkat
derajat kedekatannya (deggree of familiriaty) relasi MMS dengan leksikon ini
sudah berkurang. Walaupun begitu MMS masih menganggap leksikon ini sebagai
tanaman obat BMS dan dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS diharapkan dapat menanam atau membudidayakan kembali agar leksikon ini terhindar dari
kepunahan dan tetap digunakan dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan
dimensi sosiologis.
Leksikon ulam raja memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim dari leksikon ulam raja adalah daun. Pada bagian tanaman ulam raja yang dapat digunakan sebagai obat tertumpu pada daun. Maka meronim dari
leksikon ulam raja adalah daun.
l. Legundi [ləgundi] ‘Gandasari’ (Vitex Trifolia)
Legundi merupakan pohon semak yang memiliki batang yang ditutupi oleh bulu-bulu lembut. Daunnya bersusun beraturan sepanjang batang. Permukaan atas
daun berwarna hijau dan permukaan bawahnya berwarna hijau keabuabuan.
Bunganya tumbuh memanjang. Kedekatan relasi MMS dengan legundi itu tampak
obat, sebab leksikon ini memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan yang
terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Seluruh bagian tumbuhan legundi dipercaya oleh MMS dipercaya oleh MMS dapat memberi khasiat yang terekam secara verbal dalam kognitif pada
tatanan dimensi ideologis. Akar legundi dimanfaatkan untuk pengobatan saat persalinan. Buahnya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing. Daunnya banyak
digunakan untuk obat gatal dan alergi. Legundi juga bisa dibuat dalam bentuk jamu untuk wanita yang baru melahirkan (dimensi biologi). Parameter
kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur BMS
membutuhkan leksikon legundi sebagai perobatan. Oleh karena itu MMS masih menggunakan leksikon ini karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan sebagai
tanaman obat BMS sampai sekarang dalam kehidupan sosial MMS tatanan
dimensi sosiologis. Begitu dekatnya hubungan MMS dengan leksikon legundi, sehingga MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar tidak
mengalami kepunahan.
Leksikon legundi memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim dari leksikon legundi adalah akar, buah, dan daun. Pada bagian tanaman
legundi yang dapat dijadikan obat adalah akar, daun, dan buah. Maka meronim dari leksikon legundi adalah akar, daun, dan buah.
dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya berwarna putih.
Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk
paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih,
biru, merah jambu atau ungu. Buahnya berbentuk silinder, ujung lancip, berbulu,
dan memiliki banyak biji. Pemahaman karakter biologis dari kemunting cina pada
tataran dimensi biologis, selanjutnya penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat BMS, sebab tanaman ini memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Daun kemunting cina digunakan untuk mengobati luka bakar (dimensi biologis). Manfaat kemunting cina sudah terekam secara verbal di dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologi. Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur BMS membutuhkan leksikon kemunting cina sebagai perobatan. Disebabkan leksikon ini memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, sehingga MMS menggunakan leksikon ini sampai sekarang
sebagai tanaman obat BMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon kemunting cina agar tidak mengalami kepunahan (paramater kesalingterhubungan). Parameter lingkungan
(environment) merupakan kondisi alamiah pada leksikon kemunting cina biasanya
tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.
Kemunting cina tumbuh di tempat-tempat yang terbuka, tapi tak menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung.
adalah mata pelandok rimba dan bunga belangkas hutan. Meronim dari leksikon
kemunting cina adalah daun. Pada bagian tanaman kemunting cina yang dapat digunakan sebagai obat tertumpu pada bahagian daun. Maka meronim dari
kemunting cina adalah daun.
n. Buas-buas [buas-buas] ‘Buas-buas’ (Premma Cordiflora)
leksikon buas-buas berwarna hijau muda dengan tangkai berhadapan. Tanaman ini memiliki daun tunggal, lebar, dan bertepi rata. Ujung daun
meruncing tajam. Pokoknya tumbuh tinggi menegak. Kedekatan relasi ini
tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan
dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau muda yang memiliki bunga warna putih yang berbentuk lonceng. Selanjutnya penutur BMS
menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat BMS, sebab bunga ini memiliki
bau yang sangat kuat sampai menusuk hidung yang dipercayai memunyai nilai
khasiat perobatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS dalam tatanan
dimensi ideologi dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Daun buas-buas selain dipercaya oleh MMS memiliki nilai perobatan yang berkhasiat bagi kesehatan (dimensi ideologis), daun ini juga digunakan
sebagai sayuran dalam masakan MMS dan daun buas-buas ini juga dapat dijadikan ulam „dimakan mentah sebagai lalapan‟ karena rasa pucuknya manis. MMS biasanya menggunakan daun buas-buas sebagai sayur utama untuk membuat anyang buas-buas. Anyang buas-buas merupakan masakan atau kuliner
Leksikon buas-buas dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dalam
tatanan dimensi ideologis. Diantaranya, bisa membuang angin dan bagi wanita menyusui dapat memperbanyak ASI. Selain dari daun buas-buas, akar dan kulit juga memiliki khasiat untuk kesehatan. Akar, kulit, dan daun buas-buas dapat dijadikan mandian bagi wanita yang baru melahirkan. MMS memercayai bahwa
dengan mandi air rebusan daun, akar, dan batang buas-buas dapat menyegarkan tubuh dan dapat menghilangkan bau sehabis nifas. Selain itu air rebusan daun,
batang, dan akar buas-buas juga dapat menghilangkan bau hanyir ikan (dimensi biologis).
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin bahwa MMS
membutuhkan leksikon buas-buas di dalam kehidupan sosial MMS pada tatanan
dimensi sosiologis. Namun keberadaan leksikon ini sudah hampir punah, jadi leksikon ini sudah jarang dijumpai, sehingga tingkat derajat kedekatannya
(deggree of familiriaty) relasi MMS dengan leksikon ini sudah berkurang.
Walaupun begitu leksikon ini masih dikenal oleh penutur BMS dan masih
menganggap leksikon ini sebagai tanaman obat BMS dan dipercaya oleh MMS
memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS diharapkan dapat menanam atau membudidayakan kembali
agar leksikon ini terhindar dari kepunahan dan tetap digunakan dalam kehidupan
sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis.
adalah akar, daun, kulit, batang, dan bunga. Sinonim dari leksikon buas-buas adalah bebuas dan singkil.
o. Jarak [jaRak] ‘Jarak’ (Ricinus Communis)
Pokok jarak merupakan pokok yang akarnya tumbuh dengan cepat dan bisa mencapai tinggi sebatang pokok kecil (sekitar 12 meter), akan tetapi akarnya
tidak menjalar. Kedekatan relasi ini tampak pada pemahaman perkembangan
biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau tua dengan warna kemerah-merahan sedikit. Selanjutnya
penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat BMS, sebab
leksikon ini dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan yang terekam
secara verbal dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Pohon jarak dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan pada semua bahagiannya dalam tatanan dimensi ideologis. Dari daun, getah, akar, hingga bijinya dapat dijadikan obat untuk meyembuhkan berbagai
penyakit. Kegunaan pada getah jarak dapat menghilangkan keputihan pada
langit-langit lidah pada bayi yang menyusu. Biasanya daun jarak yang baru dipetik akan
mengeluarkan getah pada tangkai daunnya. Oleskan getah itu pada lidah bayi dan
keputihan akan keluar bersama air liur (dimensi biologis).
minyak kelambir, minyak telon atau kayu putih. Setelah itu ditapal „ditempelkan pada perut bagian atas dan juga bagian bawah (dimensi biologis).
Kebiasaan ini masih digunakan di dalam kehidupan sosial dalam tatanan
dimensi sosiologis, tradisi atau kebiasaan berlangsung secara berkesinambungan yang ditransfer dari generasi ke generasi (dimensi sosiologis), sehingga MMS
berinterdepedensi (interdepedensi) dengan leksikon jarak. Parameter kesalingterhubungan terjadi karena MMS membutuhkan leksikon jarak sebagai tanaman obat BMS. Disebabkan leksikon ini memiliki manfaat yang baik untuk
kesehatan. Leksikon ini juga mudah ditemukan dan didapat, sebab MMS suka
menanam pohon ini di pekarangan rumah, sehingga leksikon ini terhindar dari
kepunahan.
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon jarak atau derajat kedekatan (degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi.
Leksikon jarak memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu homonim dan meronim. Pada tataran homonim dari leksikon jarak terbagi menjadi dua lingkungan yaitu (1) lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik. Lingkungan
4.1.1.2 Leksikal Buah
a. Pala [palə] ‘Pala’ (Latin: Myristica Fragrans)
Pala adalah salah satu jenis tanaman rempah yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Relasi tanaman ini sangat dekat dengan masyarakat penutur BMS.
Kedekatan relasi tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman
tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa getir dan
pedas itu, selanjutnya oleh penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu
tanaman obat dari tetumbuhan buah. Disebabkan buah ini memunyai multi fungsi,
selain digunakan sebagai tanaman obat yang diyakini atau dipercaya oleh MMS
memiliki kandungan gizi, buah pala juga merangkap sebagai rempah dalam masakan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Leksikon pala sangat dibutuhkan oleh MMS sebagai obat yang dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk menjaga kesehatan dan kcantikan dalam tatanan
dimensi ideologis. Bagian dari pala yang bisa dijadikan obat tertumpu pada buahnya. Manfaat buah pala ini berkhasiat untuk meringankan penyakit maag,
masalah lambung, melancarkan pencernaan, mengurangi bengkak pada gusi dan
mengobati sakit gigi, menjernihkan penglihatan / pandangan, dan penambah
tenaga alami yang sangat baik. Manfaat buah dan biji pala untuk kecantikan, yaitu
menghilangkan noda hitam bekas jerawat, meratakan warna kulit pada wajah, dan
menjaga kulit wajah tetap lembab (dimensi biologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon pala atau derajat kedekatan (degree of familiariaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya
pengalaman. Disebabkan manfaat buah pala memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan dan juga kecantikan, sehingga MMS menggunakan pala untuk berbagai manfaat sampai sekarang dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon pala agar tidak mengalami kepunahan.
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
pada MMS membutuhkan buah pala di dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Leksikon pala yang dipercaya oleh MMS selain memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis, leksikon ini juga bisa dijadikan pangan dalam bentuk halua, yakni merupakan makanan bercorak khas budaya Melayu.
Dalam kaidah Melayu halua /halwa adalah sejenis manisan yang terbuat
dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera. Halua sendiri berbahan dasar buah-buahan seperti pala, pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, buah kundur. Jenis
halua yang sering dijumpai dan mudah didapat adalah halua pala. Halua pala banyak dijual di pasar-pasar, supermarket, swalayan, dan sebagainya. Jadi pada
saat acara hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan juga pada
acara resepsi seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya MMS biasanya
menyediakan halua, karena halua merupakan kuliner budaya Melayu. Hal ini membuktikan bahwa begitu dekatnya MMS dengan halua pala, sehingga MMS berinterdepedensi (parameter interdepedensi) dengan pala.
dua lingkungan yaitu (1) lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik.
Lingkungan biotik dari leksikon pala adalah sejenis tanaman obat BMS. Lingkungan abiotik dari leksikon pala adalah menujukkan keterangan waktu/ jika,
hendak. Meronim pada leksikon pala adalah buah, sebab pada bagian pala yang dapat dijadikan obat hanya pada buahnya.
b. Mengkudu [məŋkUdu]‘Mengkudu’ (Latin: Morinda Citrifolia )
Buah mengkudu merupakan buah majemuk. Buah mengkudu yang masih muda berwarna hijau dan mengkilap, tetapi bila buah mengkudu sudah tua maka warnanya putih dengan bintik-bintik hitam. Relasi tanaman ini sangat dekat
dengan masyarakat penutur BMS. Kedekatan relasi tampak pada pemahaman
perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa manis dan tawar itu, selanjutnya oleh penutur BMS
menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah.
Disebabkan buah ini diyakini dan dipercaya oleh MMS mengandung gizi yang
baik bagi kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran
dimensi idelogis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Buah mengkudu sangat dibutuhkan oleh MMS, sebab buah ini dipercaya oleh MMS memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis, antara lain meredakan nyeri haid, mencegah pengeroposan tulang-tulang, selain itu buah mengkudu juga dapat mencegah kanker payudara (dimensi
sosial MMS pada tataran dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar dari kepunahan.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) ditunjukkan bahwa
MMS sangat membutuhkan buah mengkudu di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Khazanah kebahasaan (parameter keberagaman) yang
menggambarkan keanekaragaman jenis (species) mengkudu. Berdasarkan penampilan fisik buahnya, mengkudu dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
mengkudu berbiji dan mengkudu tidak berbiji. Keduanya berkhasiat sebagai obat,
tetapi mengkudu tidak berbiji sangat jarang ditanam atau dikenal orang.
Leksikon mengkudu memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim, antonim, dan meronim. Hiponim dari mengkudu adalah mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji. Hipernim dari mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji adalah mengkudu. Maka dari itu mengkudu berbiji dan mengkudu tak berbiji memiliki makna yang bertentangan. Jadi mengkudu berbiji berantonim dengan mengkudu tak berbiji. Pada tataran meronim mengkudu adalah buah. Pada bahagian leksikon mengkudu yang dapat digunakan sebagai obat adalah buah.
c. Nipah [nipah] ‘Nipah’ (Latin: Nypa Fruticans)
Pohon nipah memiliki panjang tangkai 1-1,5 m; dengan kulit yang mengkilap dan keras. Buah nipah berwarna hijau bila masih muda dan berangsur
menjadi cokelat sampai cokelat tua sesuai perkembangan umurnya; bagian
dalamnya lunak seperti gabus. Struktur buahnya sama seperti buah kelapa. Buah
ini ada sabut, tempurung, isi dan air. Isi buah yang muda bisa dimakan dan biji
mirip dengan buah lontar. Relasi leksikon nipah ini tampak pada pemahaman perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis. Pemahaman karakter biologis buah tersebut pada tataran dimensi biologis yang kemudian diidentifikasi sebagai rasa manis itu, selanjutnya oleh MMS
menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat dari tetumbuhan buah, sebab
dipercaya memberikan khasiat yang baik untuk kesehatan yang terekam secara
verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan dimensi sosiologis
pada kehidupan sosial MMS.
Dari pohon nipah yang dipercaya oleh MMS memiliki khasiat tertumpu pada akar dalam tatanan dimensi ideologis. Akar nipah ini dibakar hingga menjadi
arang. Khasiat dari arang akar nipah adalah untuk sakit gigi (dimensi biologis).
Pohon nipah juga banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Diantaranya, daun nipah yang disemat „dengan disusun dan dijahit‟ digunakan sebagai atap. Daun nipah yang dipotong kecil-kecil bisa
digunakan menjadi rokok. Daun nipah juga digunakan untuk dinding rumah. Dikarenakan manfaatnya yang sangat berguna untuk kehidupan sosial MMS,
selain buahnya yang dapat dijadikan sebagai obat daun nipah juga sangat berguna
untuk keberlangsungan kehidupan sosial MMS, sehingga leksikon ini digunakan
sampai sekarang dalam tatanan dimensi sosiologis.
Parameter kesalingterhubungan terjadi karena MMS membutuhkan nipah sebagai tanaman obat yang juga memiliki fungsi untuk keberlangsungan hidup
MMS. Oleh karena itu MMS menjaga, merawat, dan melestarikan leksikon ini
agar terhindar dari kepunahan. Parameter lingkungan (environment) dari leksikon
lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah. Dari rimpangnya muncul
daun-daun majemuk menyirip dan menjulang hingga 9 m di atas tanah. Nipah memiliki khazanah kebahasaan (parameter keberagaman) yang menggambarkan
keanekaragaman jenis (spesies) terbagi tiga yaitu:
1. Pokok nipah sawah memunyai bentuk tangkai yang panjang, perdu, dan pelepah serta batang yang besar dan jangka hayatnya cuma selama 3 bulan.
2. Pokok nipah tembaga memunyai bentuk tangkai yang sederhana, perdu dan pelepah serta batang sederhana besar dan jangka hayatnya selama 2 bulan.
3. Pokok nipah ekor tikus pula memunyai bentuk tangkai, perdu, dan pelepah serta batang yang kecil kecuali buahnya sahaja besar dan jangka hayatnya
selama 28 hari sahaja boleh menghasilkan nira.
Leksikon nipah memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim dan meronim. Hiponim dari leksikon nipah adalah nipah sawah, nipah tembaga, dan nipah ekor tikus. Jadi nipah merupakan hipernim dari hiponim nipah sawah, nipah tembaga, dan nipah ekor tikus.
d. Kundur [kUnduR] ‘Kundur’ (Latin: Benincasa Hispida)
Pokok kundur memunyai daun lebar berwarna hijau dan mampu mencapai
ketinggian 15 sampai 20 cm. Bunga kundur berwarna kuning dan mampu menarik
serangga untuk aktivitas pembungaan seperti lebah, lalat, dan sebagainya. Buah
kundur mampu membesar dan mencapai berat sehingga 10-15 kg perbijinya. Terdapat satu lapisan putih atau lilin di bahagian luar kulit buah kundur untuk menunjukkan bahwa buah tersebut telah matang dan bisa dipetik. Kedekatan
dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan rasa manis dan tawar itu, selanjutnya oleh para penutur BMS menjadikannya sebagai salah satu
tanaman obat dari tetumbuhan buah, sebab pada buah ini mengandung gizi yang
baik bagi kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan
dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Pohon kundur dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan pada semua bahagiannya dalam tatanan dimensi ideologis. Dari biji, buah, hingga daun kundur dapat dijadikan obat untuk meyembuhkan berbagai penyakit. Pada minyak biji kundur digunakan untuk perawatan masalah kulit. Pada air buah kundur juga dapat digunakan sebagai pencuci mata yang merah dan
bengkak. Pada daun kundur dapat digunakan untuk mengurangkan panas dengan cara meletakkan di dahi orang yang demam panas „kompres‟ (dimensi biologis).
Buah kundur juga banyak dijual yang dikemas dalam bentuk permen dan juga halua. Halua merupakan makanan bercorak khas budaya Melayu. Dalam kaidah Melayu Halua /Halwa adalah sejenis manisan yang terbuat dari berbagai macam buah yang tumbuh di pesisir timur Sumatera. Halua sendiri berbahan dasar buah-buahan seperti pala, pepaya, cabai, labu, wortel, daun pepaya, buah gelugur, buah renda, terong, kolang kaling, dan buah kundur. Halua kundur banyak dijual di pasar-pasar, supermarket, swalayan, dan sebagainya. Jadi pada
saat acara hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan juga pada
acara resepsi seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya MMS biasanya