(Pre-weaning Performance of Lambs Born to Ewes Fed Diet High in Linoleic acid)
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penampilan anak domba prasapih yang dilahirkan dari induk-induk dengan ransum kaya linoleat. Dua puluh empat ekor anak domba baru lahir digunakan dalam penelitian ini. Rancangan Acak Lengkap dengan ulangan berbeda digunakan dalam penelitian. Perlakuan terdiri atas jenis ransum dengan kadar linoleat berbeda, yaitu Lhp= linoleat hidup pokok, L2hp=linoleat 2 kali hidup pokok, L3hp=linoleat 3 kali hidup pokok. Peubah yang diukur meliputi: komposisi asam lemak susu, bobot lahir, bobot sapih, pertambahan bobot badananak tunggal dan kembar, kadar IgG kolostrum, IgG serum induk dan serum anak,tingkah laku anak, mortalitas dan daya hidup anak. Data yang diperoleh dianalisis varian (ANOVA) dan uji lanjut Duncan. Komposisi asam lemak susu, kadar IgG, mortalitas anak dianalisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan linoleat dalam ransum dapat memperbaiki komposisi asam lemak tidak jenuh susu induk dengan ditemukannya Asam arakhidonat (AA), gama linolenic acid (GLA) dan asam lemak docosahexaeonic (DHA) yang penting sebagai prekursor sintesis prostaglandin. Konsentrasi linoleat dalam air susu meningkat seiring dengan kadar linoleat ransum induk. Bobot lahir, bobot sapih, dan pbb umur 0-56 hari tidak berbeda nyata, tetapi bobot anak kembar dan pertambahan bobot badan pada umur 28 hari nyata dipengaruhi perlakuan (p<0.05). Kadar IgG kolostrum, serum induk dan serum anak tunggal maupun kembar tidak dipengaruhi perlakuan. Perlakuan mempengaruhi kecepatan anak berdiri, mendapatkan susu segera setelah lahir. Mortalitas anak saat lahir masing-masing Lhp, L2hp dan L3hp adalah 0%, 22.2% dan 16.7%. Dapat disimpulkan bahwa penambahan kadar linoleat sampai 3 kali hidup pokok dalam ransum induk dapat memperbaiki komposisi asam lemak susu dan memberi respon positif terhadap performa dan daya tahan tubuh anak domba prolifik.
Kata kunci : linoleat, performan, prasapih, daya tahan, prolifik
Abstract
The research was aimed to evaluate the performance of pre-weaning lambs from eweswere fedrich linoleic.Tweny four new birth lambs were used in this research. Completely randomized design with different replications used in the study. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and continued with Duncan test. Fatty acid composition of milk, lamb mortality at birth were analyzed
descriptively.The treatments consisted of diet by different levels of linoleic acid, namely Lhp= linoleate for maintenance, L2hp= 2 times linoleate maintenance, L3hp= 3 times linoleate maintenance.The parameters measured included: fatty acid composition of milk, birth weight, weaning weight, body weight gain, IgGlevels of colostral, ewes serum and lamb serum, behaviours of lambs, lamb mortality and survival of lambs. The results showed that the addition of linoleic acid in the diet could improve the composition of unsaturated fatty acids ewe’s milk.There were arachidonic acid (AA), gamma linoleic acid (GLA) and docosahexaeonic fatty acid (DHA) that important as a precursor of prostaglandin synthesis. Linoleic concentration in milk increase along with the levels of linoleic in ration .Birth weight, weaning weight and body weight gain 0 to 56 days of age were not significantly different, but the twins weight and body weight gain at the age of 0 to 28 days significantly affected (p<0.05). IgG concentration of colostrum, ewes serum and lamb serum both single and twins were not influenced. The treatments could improve 45ehavior lambs.Birth mortality of Lhp,L2hp,L3hp was 0%,22.2%,16.7%, respectively. Based on the results, it is concluded that the addition of linoleic acid to 3 times maintenance levelcauldimprove fatty acid composition of ewes milk and positively affect the performance and survival of prolific lambs.
Keywords : linoleic acid, milk fatty acid, prolific, survival
Pendahuluan
Jumlah anak yang selamat sampai disapih dan dapat dipasarkan merupakan salah satu indikator yang menentukan keberhasilan dalam industri ternak domba. Tingkat mortalitas anak domba neonatal pada awal kelahiran merupakan faktor yang sangat menentukan keuntungan secara ekonomis dalam industri ternak domba (Keithly et al. 2011; Christley et al.2003).Secara umum, mortalitas anak prasapih pada domba berkisar dari 10sampai 30% (Binnsetal.2002;Fisher2003;Southeyetal. 2004; Sawalhaetal.2007), rata-rata 20- 30% dari anak yang dilahirkan, dan 30-40% pada kelompok anak domba Merino di Australia (Walker et al. 2003), sebagian besar terjadi pada 3 hari pasca kelahiran (Nowaketal.2000;Sawalhaetal.2007). Penyebab utama terkait dengan trauma yang dialami selama proses kelahiran, kegagalan anak beradaptasi dengan kehidupan setelah kelahiran, adanya penyakit menular, dan predator. Penyebab mortalitas anak terutama karena rendahnya bobot lahir dan kadar imunoglobulin serum (Christley et al. 2003).
Banyaknya jumlah anak yang mampu bertahan sampai penyapihan menunjukkan daya tahan anak dari sejak proses kelahiran sampai proses penyapihan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya hidup embrio dan anak yang dilahirkan adalah kecukupan zat makanan dari induk sejak sebelum perkawinan, kebuntingan, sampai laktasi. Pada saat postpartum status nutrisi induk akan berpengaruh pada tingkat ketahanan tubuh anak yang dilahirkan sampai sapih. Induk-induk yang mengalami kekurangan zat makanan baik secara kuantitas maupun kualitas kemungkinan akan menyebabkan rendahnya produksi
susu dan kualitas kolostrum yang dihasilkan sehingga berakibat pada rendahnya daya tahan anak yang dilahirkan (Dwyer 2008).
Beberapa kajian untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak yang dilahirkan dilakukan melalui manipulasi komposisi asam lemak ransum induk. Asam lemak memainkan peran yang beragam dalam semua sel, penting sebagai sumber energi, sebagai komponen struktural selmembran sehingga mempengaruhi sifat fisik dan fungsionalmembran, dan sebagai pengatur sinyal molekul dari ekspresi gen (Yakoob dan Calder 2007). Manipulasi profil asam lemak dalam pakan berpotensi mempercepat kemampuan anak untuk menyusu pada saat dilahirkan, sehingga daya hidupnya menjadi lebih baik (Judith et al.2006). Perilaku neonatal dapat dipengaruhi oleh panjang rantai PUFA yang disuplementasi ke dalam ransum induk, terutama asam docosahexaenoic (DHA3);20:06 (n-3) dan asam arakidonat (20:04 (n-6) (Ikemoto 2001; Jodi et al. 2004).Peningkatan status 22:06 (n-3) janin manusia diyakini akan meningkatkan konsentrasi 22:06 otak (n-3) dan telah ditunjukkan dengan meningkatnya indeks motorik dan perkembangan mental bayi (Bouwstra et al. 2003). Peningkatan asupan poli unsaturated fatty acid (PUFA) rantai panjang pada akhir kebuntingan induk meningkatkan waktu kebuntingan pada tikus (Olsen et al. 1990), manusia (Smuts et al.2001), sehingga menghasilkan fisiologis janin yang lebih matang saat lahir yang berpengaruh pada perilaku neonatal. Encinias et al. (2004), menyatakan bahwa pemberian pakan dengan kadar linoleat yang tinggi selama 45 hari akhir kebuntingan meningkatkan daya tahan hidup anak saat dilahirkan, tidak mengubah bobot badan dan kondisi tubuh induk,yang secara ekonomis dapat menguntungkan, namun belum jelas bagaimana mekanisme peningkatan daya tahan tubuh tersebut.
Induk sapi yang mengkonsumsi ransum dengan kadar lemak tinggi berasal dari safflower pada akhir kebuntingan dapat meningkatkan ketahanan tubuh anak pada kondisi dingin, mengurangi lama berdiri dan meningkatkan konsentrasi immunoglobulin serum (Dietz et al. 2003). Suplementasi alga- derivat DHA pada ransum induk akhir kebuntingan dan awal laktasi tidak mempengaruhi bobot badan, metabolit serum dan hormon, meningkatkan konsentrasi IgG kolostrum dan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan anak domba pada awal laktasi (Keithly et al. 2011). Yakoob dan Calder (2007) menyatakan bahwa asam lemak mempunyai peran utama dalam regulasi sel kekebalan karena lokasi dan organisasinya di dalam lipid seluler, sehingga secara langsung akan mempengaruhi perilaku sejumlah protein yang terlibat dalam aktivasi sel imun termasuk yang berhubungan dengan respon sel T, presentasi antigen, dan pembentukan lipid tubuh yang diproduksi sebagai mediator peradangan.
Kajian untuk memperbaiki ketahanan tubuh anak yang dilahirkan melalui manipulasi komposisi asam lemak ransum sebagian besar dilakukan pada induk akhir kebuntingan dan laktasi. Pada penelitian ini dilakukan manipulasi ransum induk dengan meningkatkan kadar linoleat dalam ransum sejak saat sebelum induk dikawinkan sampai laktasi, sehingga diharapkan dapat mempersiapkan status kecukupan nutrisi induk lebih awal dan dapat memperbaiki kualitas anak- anak domba yang dilahirkan. Linoleat sebagai asam lemak tak jenuh rantai panjang dalam tubuh dengan bantuan enzim asam lemak desaturase akan diubah
menjadi gamma linolenic acid (GLA), dihomo-gamma-linolenic acid (DGLA) dan asam arakhidonat. Ketiga senyawa tersebut masing-masing akan disintesis menjadi senyawa prostaglandin (PG) seri 1, seri 2 dan seri 3 (Watches et al. 2007).Prostaglandin tersebut berfungsi dalam pengaturan kardiaovaskuler, anti inflamasi, vasodilatator, dan membantu kerja insulin, sehingga bermanfaat untuk kesehatan induk dan perkembangan anak yang dilahirkan. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi performa anak domba prasapih yang dilahirkan dari induk yang mengkonsumsi ransum kaya asam lemak linoleat.
Metodologi Penelitian Ternak dan Pakan
Penelitian ini menggunakan 24 ekor anak domba prasapih yang dilahirkan dari induk yang sejak sebelum perkawinan sudah mengkonsumsi ransum kaya linoleat. Selama pengamatan anak dikandangkan bersama induknya dalam kandang beranak. Pakan yang diberikan terdiri atas rumput Brachiaria Humidicoladan konsentrat yang disusun dari onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, minyak bunga matahari, campuran vitamin dan mineral. Rumput diberikan 3 kali sehari, konsentrat 2 kali sehari. Air minum diberikan ad libitum. Rasio pemberian rumput dan konsentrat dipertahankan 30: 70.
Perlakuan dan Peubah
Perlakuan yang diberikan adalah ransum induk dengan perbedaan kadar linoleat, yaitu Lhp= linoleat sesuai dengan hidup pokok, L2hp= linoleat 2 kali hidup pokok dan L3hp= linoleat 3 kali hidup pokok. Kadar linoleat untuk hidup pokok ruminansia ditentukan berdasarkan Palmquist (1988).Peubah yang diukur meliputi komposisi asam lemak air susu, bobot lahir anak, bobot sapih anak, pertumbuhan prasapih, kadar IgG kolostrum, IgG serum induk dan anak, mortalitas anak saat lahir dan daya hidup anak sampai disapih dan beberapa parameter tingkah laku anak setelah lahir. Komposisi asam lemak konsentrat dan rumput perlakuan disajikan pada Tabel 4.1.
Pengukuran Bobot Badan Anak
Bobot lahir anak diperoleh dengan melakukan penimbangan anak saat lahir dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan, selanjutnya penimbangan anak dilakukan setiap satu minggu sekali untuk mendapatkan data pertambahan bobot badan. Pada hari ke 56 setelah kelahiran dilakukan penimbangan untuk mendapatkan bobot badan saat disapih.
Pengambilan Serum Darah Anak
Sampel darah anak diambil setelah anak berusia di atas 1 minggu disesuaikan dengan kondisi anaknya. Darah diambil pada daerah vena jugularis menggunakan spoit steril volume 3 mL dan ditampung pada tabung steril tanpa antikoagulan. Serum darah diperoleh dengan melakukan sentrifuse sampel darah menggunakan sentrifuse kecepatan 3634 x gselama 15 menit.
Tabel 4.1 Komposisi asam lemak konsentrat dan rumput yang digunakan dalam penelitian (g/100 g total asam lemak)
Komponen asam lemak
Konsentrat Brachiaria
humidicola
Lhp L2hp L3hp
Asam lemak jenuh
Kaproat (C6:0) 1 0.75 0.84 0 Kaprilic (C8:0) 6.2 3.05 3.57 0.14 Kaprik (C10:0) 4.76 2.35 2.73 0.07 Utdecanoic (C11:0) 0.02 td td td Laurat (C12:0) 36.83 18.26 21.49 1.03 Tridecanoic acid (C13:0) 0.02 0.02 0.01 0 Miristat (C14:0) 13.87 6.78 8.26 0.46 Pentadecanoc (C15:0) Td td 0.01 0.11 Palmitat (C16:0) 7.22 5.33 7.23 4.5 Heptadeconoic (C17:0) 0 0.02 0.03 0.21 Stearat (C18:0) 2.37 2.26 3.25 1.21 Arachidat(C20:0) 0.07 0.12 0.18 0.59 Heneicosanoat (C21:0) Td td td 0.06 Behenic (C22:0) 0.03 0.27 0.4 0.68 Tricosanoic (C23:0) Td 0.02 0 0.23 Lignocerat(C24:0) 0.06 0.12 0.17 0.72
Asam lemak tak jenuh tunggal Myristoleat (C14:1) td td td 0.17 Palmitoleat (C16:1`) 0.02 0.04 0.06 0.04 Cis-10Heptadecanoic acid (C17:1) td td 0.01 td Elaidic acid (C18:1n:t) td 0.02 td td Oleat (C18:1n9t) 5.36 10.42 15.96 0.73
Asam lemak tak jenuh ganda
Linoleaidic acid (C18:2n9) td td td 0.03
Linoleat (C18:2n6) 2.02 13.73 22.96 4.57
Linolenat (C18:3n3) td td td 4.38
Erucic acid (C22:1n9) td td td 0.11
Hasil analisis Lab. Terpadu IPB (2012); td = tidak ditemukan;Lhp= linoleat sesuai hidup pokok, L2hp=linoleat 2 kali hidup pokok, L3hp= linoleat 3 kali hidup pokok.
Analisis Kadar IgGKolostrum, Serum Induk dan Serum anak
Sampel kolostrum yang digunakan berasal dari induk-induk yang diambil rentang waktu 24 jam setelah melahirkan, sedangkan serum diambil dalam waktu 3 jam setelah melahirkan. Kadar IgG dianalisis menggunakan metode Indirect Sandwich Elisa dengan menggunakan MikroplateReader Biorad Benchmark, Serial No. 11462. Analisa kadar IgG dilakukan di Bagian Mikrobiologik
MedikFakultas Kedokteran Hewan IPB. Prosedur analisis IgG kolostrum dan serum darah secara lengkap disajikan pada Lampiran 4.1.
Pengamatan Tingkah Laku Anak Domba
Pengamatan tingkah laku dilakukan hanya pada anak-anak kelahiran tunggal dan kembar dua. Tingkah laku anak domba diamati sejak saat setelah dilahirkan dan direkam dengan dengan menggunakan kamera digital. Waktu dan frekuensi tingkah laku anak yang diamati yaitu :
a. Waktu sukses berdiri (menit) adalah waktu yang dibutuhkan anak dari lahir sampai berdiri dengan normal
b. Waktu sukses menyusu pertama (menit):Waktu yang dibutuhkan anak dari lahir sampai sukses menyusu.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap 3 perlakuan jenis ransum dengan jumlah ulangan berbeda. Data yang diperoleh diuji statistik (ANOVA), jika ada perbedaan yang nyata diuji lanjut dengan Duncan. Data komposisi asam lemak susu, kadar IgG dan mortalitas diuji secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan Profil Asam Lemak Susu
Komposisi asam lemak susu induk domba yang diperoleh dalam penelitian disajikan pada Tabel 4.2. Terjadi peningkatan kadar asam lemak linoleat seiring dengan meningkatnya kadar linoleat dalam ransum. Sejalan dengan Ponter et al. (2006) kadar linoleat susu meningkat pada sapi yang mendapat tambahan linoleat dalam ransumnya.Pada ransum dengan kadar linoleat 2 kali hidup pokok meghasilkan linoleat susu 3 kali lebih besar dari kontrol dan untuk yang mendapatkan linoleat 3 kali hidup pokok, kadar linoleat susu menjadi 5 kali lebih besar dari kontrol.
Adanya linoleat, asam arakhidonat, eicosapentaenoic acid, docosahexaeonicdalam air susu menandakan bahwa linoleat yang terkandung dalam ransum sebagian dapat diserap tubuh induk dalam bentuk linoleat, sebagian disintesis menjadi asam lemak tidak jenuh rantai panjang lainnya yang disekresikan ke dalam air susu. Chiliard et al. (2008) menyatakan bahwa 30- 60% asam lemak tidak jenuh linoleat dan linolenat yang diserap akan disekresikan dalam air susu.
Jika dibandingkan antara komposisi asam lemak ransum perlakuan dengan komposisi asam lemak susu yang dihasilkan terdapat beberapa asam lemak tak jenuh ganda yang tidak ada dalam ransum, tetapi ada dalam air susu, yaitu gama linolenic acid (C18:3n3), cis 11,14,eicisedunoic acid(C20:2), cis 8,11,14- eicosetrienoic acid(C20:3n6), Asam arakhidonat (C20:4n6), cis- 5,8,11,14,17,eicosapentaenoicacid,(C20:5n3), cis-4,7,10,13,16,19- d07,docosahexaeonic(C22:6n3). Asam arakhidonat dan
docosahexaeonic(C22:6n3) merupakan asam lemak prekursor pembentuk prostaglandin yang penting untuk pembentukan ketahanan tubuh pada anak (Ikemoto2001; Jodi et al. 2004), meningkatkan indeks motorik dan perkembangan mental anak (Bouwstra et al.2003; Dijck-Brouwer 2005).
Tabel 4.2 Komposisi asam lemak susu induk domba dengan ransum yang mengandung linoleat berbeda (g/100 g total asam lemak)
Komponen asam lemak
Perlakuan
Lhp L2hp L3hp
Asam lemak jenuh
Kaproat (C6:0) 1.73 1.2 1.27 Kaprilic (C8:0) 1.66 0.69 0.83 Kaprik (C10:0) 5.44 1.68 2.23 Laurat (C12:0) 7.53 5.24 7.16 Tridecanoic acid (C13:0) 0.13 0.06 0.07 Miristat (C14:0) 10.6 7.81 9.17 Pentadecanoc acid (C15:0) 0.69 0.41 0.4 Asam palmitat (C16:0) 14.57 13.91 12.61 Heptadeconoic acid (C17:0) 0.53 0.52 0.28 Stearat (C18:0) 3.16 8.23 7.89 Arachidic (C20:0) 0.08 0.13 0.15 Heneicosanoic (C21:0) 0.02 0.03 0.07 Lignoceric (C24:0) td 0.03 0.03
Asam lemak tak jenuh
Myristoleic acid (C14:1) 0.25 0.15 0.11
Palmitoleat (C16:1`) 1.41 1.19 0.67
Oleat (C18:1n9C) 14.19 18.98 13.93
Linoleat (C18:2n6C) 0.51 1.5 2.5
Linolenat (C18:3n3) 0.1 0.16 0.15
gama linolenic acid (C18:3n3) 0.01 0.02 Td cis 11,14,eicisedunoic acid(C20:2) 0.02 0.06 0.05 cis 8,11,14-eicosetrienoic acid(C20:3n6) td 0.03 0.03
Arakhidonat (C20:4n6) 0.11 0.17 0.13
cis-5,8,11,14,17,eicosapentaenoic
acid,(C20:5n3) 0.04 0.02 Td
cis-4,7,10,13,16,19-
d07,docosahexaeonic,(C22:6n3) td 0.02 Td Hasil analisis Lab. Analisis terpadu IPB (2012); td=tidak terdeteksi; a-b)
Superskrip huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05),Lhp= linoleat sesuai hidup pokok, L2hp=linoleat 2 kali hidup pokok, L3hp= linoleat 3 kali hidup pokok.
Adanya kedua asam lemak dalam air susu induk yang dihasilkan menunjukkan bahwa ada proses perombakan linoleat yang berasal dari pakan perlakuan menjadi asam arakhidonat dan docosahexaeonic(C22:6n3), sesuai pernyataan Yakoob dan Calder (2007) bahwa asam lemak esensial seperti linoleat yang berasal dari pakan akan mengalami perombakan menjadi asam lemak rantai panjang dan derivat lainnya. Hervas et al. (2008) dan Toral et al. (2010) juga menyatakan bahwa suplementasi minyak bunga matahari merupakan strategi nutrisi yang efektif untuk mempengaruhi komposisi asam lemak susu dan memperbaiki ketersediaan beberapa komponen bioaktif seperti cis-9,trans-11 (rumenic acid), trans-11 18:1 (vaccenic acid) dan DHA.DHA adalah asam lemak yang penting untuk perkembangan syaraf dan penglihatan anak yang dilahirkan (Cunnane et al. 2000).
Perubahan konsentrasi asam arakhidonat dalam air susu menunjukkan bahwa asam linoleat yang ditambahkan dalam ransum induk dapat diserap oleh induk dan disimpan dalam membran sel dalam bentuk diasilgliserol atau fosfolipid yang selanjutnya disintesis kembali menjadi asam arakhidonat, EPA dan DGLA untuk tubuh induk sendiri dan sebagian disuplai ke air susu. Jakoob dan Calder (2007) menyatakan bahwa beberapa asam lemak tak jenuh rantai panjang yaitu DGLA (20:3n-6), asam arakhidonat, EPAdan DHA berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis bioaktif prostaglandin, leukotrien, lipoxins,dan resolvins.
Antongiovanni et al. (2002) dan Martini et al. (2004) melaporkan bahwa pemberian sabun kalsium minyak zaitun masing-masing (50ghr-1 BK-1 dan 7% dalam pakan domba perah dapat meningkatkan karakteristik asam lemak susu dengan meningkatnya konsentrasi linoleat terkonjugasi yang bermanfaat untuk kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Hal yang sama dilaporkan Perez et al.(2013), kadar 18:01 cis-9 dan 18:01trans 11 susu domba meningkat dengan suplementasi minyak zaitun (36 atau 88 g hari—1).Chiliard et al. (2007) menyatakan bahwa biohidrogenasi dalam rumen dikombinasikan dengan jalur lipogenik dan ∆-9 desaturase dalam kelenjar mamae dapat mengubah komposisi asam lemak pakan yang berlanjut pada komposisi asam lemak susu. Hal ini menjelaskan bahwa metabolisme lemak yang ekstensif di dalam rumen akan berpengaruh besar terhadap profil asam lemak yang tersedia untuk diserap dan digunakan dalam jaringan (Bauman et al. 2003)
Performa Anak Prasapih
Performa anak yang dilahirkan sampai sapih yang diamati dalam penelitian diantaranya bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot. Adiati dan Subandryo (2007) menyatakan bahwa bobot lahir adalah salah satu peubah yang berkorelasi dengan pertumbuhan dan bobot hidup domba dewasa, berkorelasi dengan kemampuan hidup dari anak domba tersebut. Total bobot sapih merupakan indikator kemampuan induk untuk berproduksi. Bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot anak (PBB) anak yang dilahirkan dari induk dengan ransum kaya linoleat
Peubah Perlakuan
Lhp L2hp L3hp
Bobot lahir
Tunggal (gekor-1) 2.13±0.45(n=4) 2.57±0.55(n=3) 2.45±0.77(n=2) Kembar (gekor-1) 2.00±0.14(n=4) 1.65±0.53(n=6) 1.86±0.30(n=5)
Bobot badan umur 28 hari
Tunggal (gekor-1) 6.45±1.14 (n=4) 8.00±1.56(n=3) 6.24±2.27(n=2) Kembar (gekor-1) 5.78±0.53ab(n=4) 4.05±0.66b(n=6) 6.47±1.89a (n=5) PBB umur 0-28 hari
Tunggal (gekor-1hari-1) 154.38±29.40 (n=4) 197.63±33.95(n=3) 148.80±65.91(n=2) Kembar (gekor-1hari-1) 128.72±16.18ab(n=4) 87.98±21.07b(n=6) 162.23±59.40a(n=5)
Bobot sapih umur 56 hari
Tunggal (gekor-1) 9.67±1.01(n=4) 10.87±2.53(n=3) 8.70±1.83(n=2) Kembar (gekor-1) 7.40±0.46(n=4) 6.48±1.73(n=6) 9.00±2.45(n=5) PBB umur 0-56 hari
Tunggal (gekor-1hari-1) 134.53±13.16(n=3) 148.21±33.35(n=3) 111.60±18.94(n=2) Kembar (gekor-1hari-1) 96.42±10.51(n=4) 86.31±24.13(n=6) 127.50±41.46(n=5)
a-b)
Superskrip huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda (p<0.05),Lhp= linoleat sesuai hidup pokok, L2hp=linoleat 2 kali hidup pokok, L3hp= linoleat 3 kali hidup pokok.
Bobot Lahir
Bobot lahir anak tunggal yang dihasilkan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan, meskipun demikian bobot lahir anak dari induk dengan kadar linoleat ransum yang lebih tinggi bobot lahir anak masing-masing L2hp = 20.7 persen dan L3hp = 15 persen lebih tinggi dari yang tidak mendapat tambahan linoleat (Lhp). Hal ini berkaitan dengan asupan linoleat yang secara tidak langsung memberi asupan energi bagi induk selama kebuntingan yang berdampak pada pertumbuhan janin yang lebih baik. Bobot lahir anak tunggal yang dihasilkan dalam penelitian ini untuk Lhp lebih rendah dari hasil Adiati dan Subandryo (2007), yaitu anak kelahiran tunggal dari domba garut sebesar 2.31 kg, sedangkan untuk perlakuan L2hp dan L3hp berada di atas hasil tersebut.
Pada anak-anak domba tipe kelahiran kembar, perlakuan cenderung menurunkan bobot lahir meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini berkaitan dengan jumlah tipe kembar yang dihasilkan. Pada (Lhp) kembar yang dihasilkan hanya kembar 2, sedangkan pada (L2hp) dan (L3hp) dihasilkan tipe kelahiran kembar 2, 3 dan 4, inilah yang berdampak pada bobot lahir yang cenderung menurun. Bobot lahir anak kembar 2 dari masing-masing perlakuan adalah 2.02 kg, 1.93 kg dan 1.76 kg. Meskipun bobot lahir anak kembar yang dihasilkan dari induk yang mendapat ransum kaya linoleat cenderung menurun, namun bobot yang dihasilkan lebih baik dari hasil Adiati dan Subandryo (2007), yaitu bobot lahir anak kembar dari domba garut adalah sekitar 1.65 kg.Bobot lahir anak kembar hasil penelitian ini juga masih lebih baik dari standar minimal untuk anak dapat bertahan, seperti yang dinyatakan Inouono et al. (1993) bahwa anak
akan mempunyai daya hidup yang tinggi apabila bobot lahirmya lebih tinggi dari 1.5kg.
Penurunan bobot lahir yang terjadi pada penelitian ini sejalan dengan Kethly et al.(2011) yang menyatakan bahwa penambahan alga sebagai sumber DHA pada induk domba akhir kebuntingan dan awal laktasi dapat menurunkan bobot lahir anak, namun memberikan potensi positif terhadap kadar IgG kolostrum. Secara keseluruhan untuk bobot lahir anak yang dihasilkan dari perlakuan Lhp, L2hp dan L3hp mendekati kisaran normal untuk bobot kelahiran tunggal menurut Heriyadi (2008), yaitu standar kelahiran tunggal domba garut adalah 2-3 kg. Penambahan linoleat pada ransum induk selama kebuntingan memberikan efek positif terhadap perbaikan bobot lahir anak-anak kembar yang dihasilkan, sesuai dengan pernyataan Kerslake (2010) bahwa perbaikan nutrisi induk selama akhir kebuntingan merupakan salah satu strategi yang dapat memberikan efek positif terhadap bobot lahir anak.
Bobot Badan dan PBB Umur 28 Hari
Bobot badan anak tunggal pada umur 28 hari setelah kelahiran tidak berbeda nyata untuk ketiga perlakuan, namun jika dibandingkan antara anak Lhp dengan L2hp ada peningkatan bobot badan anak sebesar 24 persen. Hal ini menunjukkan konsumsi susu anak yang dilahirkan dari induk dengan ransum yang kaya linoleat sama dengan yang tanpa tambahan linoleat (Lhp), namun secara kualitas air susu yang dikonsumsi anak perlakuan L2hp akan lebih baik. Susu dari induk yang mendapakan tambahan linoleat mengandung linoleat, asam arakhidonat dan adanya senyawa GLA dan DHA yang lebih tinggi dibanding Lhp (Tabel 4.2).
Pada umur 28 hari bobot badan dan pertambahan bobot badan anak kembarL2hp nyata lebih rendah dibanding Lhp dan L3hp. Salah satu penyebabnya anak kembar yang dihasilkan dari L2hp lebih banyak kembar tiga, sedangkan pada perlakuan Lhp dan L3hp hanya anak kembar 2, sehingga secara kuantitas