• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN ISLAM 1 Perbankan Islam

Dalam dokumen Dasar dasar Ekonomi Islam tent (Halaman 51-58)

Berkembangnya bank-bank dengan landasan syari’ah Islam diberbagai negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bnak syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah ttokoh yang terlibat dalam diskusi itu antara lain : Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amin Azis, dan beberapa tokoh lainnya (Antonio, 2001).

Namun perkara lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru dilakukan pada 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah melalui satu loka karya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dn konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya melahirkan Bank Mualamat Indonesia. Akte pendirian bank itu ditandatangani 10 November 1991. Namun pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai

beroperasi dngan modal awal sekitar 106 miliar. Cerita selanjutnya sampai pada perkembangan di masa kini bisa dilihat pada pendahuluan laporan ini.

Ada sejumlah perbedaan yang mendasar antara bvank syariah dengan bnak konvensional. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

1) Aspek Legalitas

Diperbankan syariah, akad yang dilakukan memiliki dimensi duniawi karena berlandaskan hukum Islam.

Rukun : adanya penjual, pembeli, barang, harga, dan ijab kabul.

Syarat : barang dan jasa harus halal, harga harus jelas, tempat penyerahan harus jelas, barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

2) Lembaga penyelesaian sengketa

Berbeda dengan bank konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perselisihan, penyelesaiannya tidak dilakukan di Pengadilan Negeri melainkan sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi berdasarkan prinsif syariah dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamala Indonesia atau BAMUI. Lembaga ini didirikan oleh Kejaksaan Agung RI dan Majelis Ulama Indonesia.

3) Struktur organisasi

Sebenarnya struktur organisasi bank syariah dengan bank konvensional secara garis besar sama saja. Yakni ada komisaris dan direksi beserta perangkat pendukung di bawahnya. Namun ada satu yang membedakan yakni keharusan adanya Dewan pengawas Syariah (DPS) di bank syariah. DPS bertugas mengawasi operasional bank dan produk- produknya agar tidak menyimpang dari garis-garis syariah.

4) Pembiayaan

Perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan konvensional dalam pembiayaan adalah adanya larangan riba (bunga) pada perbankan syariah. Prinsif utama yang dianut bank-bank Islam adalah (Arifin, 1999):

a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.

b. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada memperoleh keuntungan yang sah secara syariah

c. Memberikan zakat 2. Asuransi Islam

Asuransi Syariah di Indonesia dipelopori oleh PT Asuransi Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994. Perusahaan asuransi yang berlandaskan ajaran Islam ini berdiri atas prakarsa sejumlah cendekiawan Muslim, PT Bank Muamalat, Syarikat Takaful Malaysia Sdn.Bhd., para pengusaha muslim, an praktisi asuransi.

Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah

Perbedaan utama terletak pada prinsif dasarnya. Asuransi syariah menggunakan konsep takaful, bertumpu pada sikap saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wataa’wanu alal birri wattaqwa) dan tentu saja memberi perlindungan (at-ta’lim). Satu sama lain saling menanggung musibah yang dialami peserta lain. Allah SWT berfirman, “Dan

saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong- menolong dalam dosa dan permusuhan.”

Sedangkan pada asuransi konvensional dasar kesepakatannya adalah jual beli. Perbedaan yang nyata juga terdapat pada investasi dananya. Pada takaful, investai dana didasarkan sistem syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah), sedangkan pada asuransi konvensional tentu saja atas dasar bunga atau riba (Advertorial Takaful, Republika, 22 Juli 2002).

3. Sukuk

Sukuk juga dikenal dengan onligasi Syariah, pada prinsifnya sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudarabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasarkan akad sewa (sukuk al-ijarah), dimana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut. Meskipun

4. Pasar Modal Islam

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang (obligasi) maupun modal sendiri (saham).Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 (Undang-undang Pasar Modal/ UUPM)

Kegiatan Pasar modal di Indonesia dapat dilakukan dengan prinsif-prinsif syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsif syariah (konvensional).

Prinsif pasar modal syariah tentunya berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syari’ah di pasar modal sudah dikenalkan kepada masyarakat, misalnya saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), obligasi syariah dan reksa dana syariah.32

5. Koperasi dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) 1) Lembaga Koperasi Syari’ah

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsif koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berasakan kekeluargaan. Lebih spesifik lagi, koperasi adalah badan usaha yang anggotanya terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama, dimana modal diperoleh dari simpanan wajib dan simpanan sukarela para anggotanya. (Ahmad Ifham : 421).

Tuhuh Prinsif yang sudah melekat pada sifat koperasi, yakni : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka

2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis, dimana para anggota memiliki hak suara yang sama (one man one vote), baik laki-laki maupun perempuan yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.

3. Partisipasi ekonomi anggota

4. Otonomi dan kemandirian, apabila koperasi melakukan perjanjian dengan pihak lain terkait sumber modal, maka koperasi harus melakukan jaminan pengawasan dan mempertahankan ekonomi mereka.

5. Pendidikan, pelatihan dan informasi. 6. Kerjasama diantara koperasi

7. Kepedulian terhadap komunitas, yaitu melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitar secara berkelanjutan. (Ahmad Ifham : 423) dan (Hendrojogi : 35).

Peranan Koperasi Syari’ah

Koperasi syari’ah sebagai lembaga ekonomi umat mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan prinsif-prinsif syari’ah dalam ekonomi. Seperti, kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh siapa pun secara mutlak, manusia diberi kebebasan bermuamalah selama bersama dengan ketentuan syariah, manusia sebagai khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi, menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang saja sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Hasyr : 7.





















 









 





 















 





 



 









 

 











Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya

bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

2) Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga ekonomi atau keuangan syariah non bank yang sifatnya informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan (Amir Mu’alim, 2006). Istilah BMT berasal dari dua suku yaitu Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Istilah Baitul Mal berasal dari kata bait dan al-mal. Bait artinya bangunan atau rumah, sedangkan al-mal berarti harta benda dan kekayaan. Jadi secara harfiyah, baitul mal berarti rumah kekayaan.33 Sementara Heri Sudarsono (2007) dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Syariah mendefinisikan BMT ke dalam 2 fungsi utama :

a. Bait al-mal sebagai lembaga yang mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, sepertihalnya zakat, infaq dan sadaqoh.

b. Bait at-tamwil sebagai lembaga yang mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa BMT mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi non profit departmen sebagai landasan historis bahwa baitul mal pada masa Islam klasik dalah berfungsi sebagai dana umat dan penyeimbang perekonomian, ssedangkan fungsi kedua yaitu fungsi profit departmen karena sebagai panjang tangan dari bank syariah yang diatas sudah

33Istilah Baitul Mal berasal dari kata bait dan al-mal. Bait artinya bangunan atau rumah, sedangkan al-mal berarti harta benda dan kekayaan. Jadi secara harfiyah, baitul mal

BMT

Baitul Mal Baitul

Tamwil Fungsi Bisnis Bagi hasil, Jual

beli, Jasa dan sektor Riil Fungsi sosial

melalui Zakat, Infaq, Sedekah dan Waqaf Tunai.

dijelaskan bahwa kemampuan berbankan sangat terbatas untuk menjangkau sektor usaha mikro dan kecil sehingga dibutuhkan lembaga keungan yang komersial seperti bank sehingga dapat menjangkau sektor tersebut, dan alternatif pemikiran ekonomi Islam untuk lembaga itu adalah BMT tersebut.

Peran dan Fungsi BMT Baitul Mal wal Tamwil

Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank, sementara mereka membutuhkan pendanaan untuk usaha kecil mereka. BMT memiliki fungsi yang sama dengan bank, yakni penghimpun dan penyalur dana, pencipta dan pemberi likuiditas, menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan pada para pegawainya, pemberi informasi (memberikan informasi kepada masyarakat mengenai risiko, keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut), pemberi pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dengan bagi hasil dan tidak meminta jaminan yang memberatkan usaha mereka.

Prinsif-Prinsif BMT

a. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikan prinsif- prinsif syari’ah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.

b. Keterpaduan, yaitu nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakan etika moral yang dinamis, proaktif, agresif, adil dan berakhlak mulia.

c. Kekeluargaan d. Kebersamaan e. Kemandirian

f. Profesionalisme, dan

g. Istiqamah, yaitu konsisten, kontinyu/ berkelanjutan tanpa henti dan putus asa.34

KEBIJAKAN MONETER DAN FISCAL DALAM ISLAM

Dalam dokumen Dasar dasar Ekonomi Islam tent (Halaman 51-58)

Dokumen terkait