• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Tinjauan Kepustakaan

4. Lembaga-Lembaga yang Dibentuk Setelah Keluarnya

Hukum Kedokteran harus dibedakan dengan Ilmu Kedokteran Forensik. Titik berat Ilmu Kedokteran Forensik adalah untuk kepentingan penegakkan hukum dan keadilan (medicine for the law), sedangkan titik berat penerapan Hukum Kesehatan adalah untuk kepentingan kalangan kesehatan dan pemakai jasa di bidang kesehatan, yaitu agar pelayanan kesehatan berlangsung dengan baik (law for medicine atau law regulating the practice of medicine).29

4. Lembaga-Lembaga Yang Dibentuk Setelah Keluarnya UU Praktek Kedokteran

a. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka berdasarkan UU Praktek

28 Amri Amir, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik edisi kedua, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran USU, Medan 2005, hal 1-7

29 ibid, hal 25

Kedokteran dibentuklah Konsil Kedokteran Indonesia (selanjutnya dalam penulisan ini akan disebut dengan KKI)

Pasal 1 butir 1 UU praktek Kedokteran menyebutkan bahwa :

Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan hukum yang otonom, mandiri, struktural dan bersifat independen yang terdiri dari Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Indonesia.

Sesuai dengan tujuan KKI, yaitu menjembatani kepentingan para pihak yang terkait dalam praktek kedokteran maka anggota KKI terdiri atas unsur-unsur yang berasal dari :

- Organisasi profesi dokter (2 orang);

- Organisasi profesi kedokteran gigi (2 orang);

- Asosiasi institusi pendidikan kedokteran (1 orang);

- Asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi (1 orang);

- Kolegium kedokteran (1 orang);

- Kolegium Kedokteran gigi (1 orang);

- Asosiasi rumah sakit pendidikant (2 orang);

- Tokoh masyarakat (3 orang);

- Departemen kesehatan (2 orang);

- Departemen pendidikan nasional (2 orang)

Struktur organisasi KKI yang diatur dalam pasal 11-21 UU Praktek Kedokteran dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

Bagan I

STRUKTUR ORGANISASI KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Untuk dapat diangkat sebagai anggota KKI harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- Warga negara Republik Indonesia;

Ketua KKI

Kabag Adm. Umum & Humas Wakil Ketua KKI

Ketua Konsil Kedokteran Ketua Konsil Kedokteran Gigi

Ketua

- Sehat jasmani dan rohani;

- Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

- Berkelakuan baik;

- Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun dan setinggi-tingginya 65 tahun pada waktu menjadi anggota KKI;

- Pernah melakukan prakterk kedokteran paling sedikit 10 tahun dan memiliki STR, kecuali untuk mewakili dari masyarakat;

- Cakap, jujur, memiliki moral, etika, dan integritas tinggi serta memiliki reputasi yang baik;

- Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama menjadi anggota KKI;

- Sebelum memangku jabatan mengucapkan janji/sumpah dihadapan presiden.

KKI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, yaitu Jakarta tepatnya di Jl. Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. UU Praktek Kedokteran dalam pasal 6, 7, dan 8 mengatur juga mengenai fungsi, tugas, dan wewenang dari KKI sebagai berikut :

- Fungsi KKI

KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan serta pembinaan dokter yang menjalankan praktek kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

- Tugas KKI

a) Melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;

b) Mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan

c) Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktek kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga yang terkait sesuai denga fungsi masing-masing.

- Wewenang KKI

Dalam menjalankan tugasnya KKI diberi wewenang untuk :

a) Menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;

b) Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;

c) Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;

d) Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;

e) Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan

f) Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.

b. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktek kedokteran maka UU Praktek Kedokteran memerintahkan KKI untuk membentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (selanjutnya dalam penulisan ini disebut denga MKDKI).

Pasal 1 butir 14 UU Praktek Kedokteran menyebutkan bahwa :

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan

dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menentukan sanksi.

Anggota MKDKI ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas usul organisasi, yang terdiri dari unsur-unsur seperti : 3 orang dokter, 3 orang dokter gigi dari organisasi masing-masing, 1 orang dokter dan 1 orang dokter gigi sebagai wakil dari asosiasi Rumah Sakit, dan 3 orang sarjana hukum. Untuk dapat diangkat menjadi anggota MKDKI harus dipenuhi syarat-syarat berikut ;

- Warga negara Republik Indonesia;

- Sehat jasmani dan rohani;

- Berkelakuan baik;

- Berusia paling rendah 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun pada saat diangkat;

- Bagi dokter dan dokter gigi memiliki STR dan pernah melakukan praktek kedokteran paling sedikit 10 tahun;

- Bagi sarjana hukum pernah melakukan praktek di bidang hukum paling sedikit 10 tahun juga harus memiliki pengetahuan di bidang ilmu kesehatan;

- Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik.

Pada tanggal 1 Maret 2006 di kantor Departemen Kesehatan 11 orang anggota MKDKI mengucapkan sumpah dihadapan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Ketua KKI Hardi Yusa. Struktur organisasi MKDKI yang diatur dalam peraturan KKI No.15/KKI/PER/VIII/2006 tentang struktur dan tata kerja MKDKI dan MKDKI propinsi dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

Bagan 2

Struktur Organisasi MKDKI

Peraturan KKI Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006 tentang struktur dan tata kerja MKDKI dan MKDKI propinsi juga menyebutkan fungsi, tugas dan wewenang MKDKI sebagai berikut :

- Fungsi MKDKI

MKDKI berfungsi untuk penegakan disiplin dalam arti penegakan aturan-aturan dan/atau penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dalam suatu penyelenggaraan praktek kedokteran.

- Tugas MKDKI

a) Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan;

Ketua MKDKI

Merdias A’metsier, dr, Sp.S

Wakil Ketua MKDKI

Dr. Sabir Alwy, SH, MH

Sekretaris MKDKI

Dr. Drg. Hargianti Dini, MM Drg. Edi Sumarwanto, MM

Anggota MKDKI

Prof. Dr. Indriyanto Seno Adji, SH, MH Suyaka Suganda

dr. Budi Sampurna, Sp.F, SH drg. Muryono Subyato, SH dr. Mgs Johan T.Saleh,Msc dr.Ahmad Husni,MARS Edi Sumarwanto, drg, MM

Otto Hasibuan,SH,MH

b) Menyusun pedoman dan tata cara menangani kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi.

- Wewenang MKDKI

a) Menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter;

b) Menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan keduanya;

c) Memeriksa pengaduan penyelenggaraan disiplin dokter;

d) Menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter;

e) Melaksanakan keputusan MKDKI;

f) Menyusun buku pedoman MKDKI dan MKDKI-P;

g) Menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter;

h) Membina, mengkoordinasikan dan menangawasi pelaksanaan tugas MKDKI-P;

i) Membuat dan memberikan pertimbangan usulan pembentukan MKDKI-P kepada KKI;

j) Mengadakan sosialisasi, penyuluhan dan dinseminasi tentang MKDKI dan MKDKI-P mencatat dan mendokumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan dan keputusan MKDKI.

MKDKI berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia yang beralamat sama dengan KKI, yaitu di Jl. Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan nantinya disetiap propinsi juga akan dibentuk MKDKI Propinsi.

Sampai saat ini di Sumatera Utara MKDKI Propinsi belum ada terbentuk.

F. Metode Penulisan

Dokumen terkait