• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Lembar Kerja Siswa

tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain. F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Komponen LKS disusun dengan lengkap, dengan mencakup :

a. Identitas LKS yang terdiri dari : 1) Satuan pendidikan

2) Kelas/semester 3) Tema/subtema 4) Muatan pembelajaran 5) Pembelajaran ke berapa

b. Petunjuk umum

c. Tujuan pembelajaran dari setiap indikator

d. Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan yang dilengkapi dengan tugas dan langkah-langkah kerja.

e. Refleksi

2. LKS disusun dengan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. LKS disusun memungkinkan tercapainya indikator/tujuan pembelajaran

4. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran

5. LKS disusun dengan tampilan menarik dan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif serta menyenangkan.

11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curur dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya,2008: 3). Terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurinasih & Sani, 2013: 3).

Fadlillah (2014:16) mengatakan bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang di kembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kurniasih dan Sani (2014:21) mengatakan bahwa kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum lebih ditekankan pada kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

b. Alasan Perubahan Kurikulum

(Ladjid,2005:7-8) Perubahan kurikulum tidaklah dapat dirumuskan secara tepat, tetapi telah mengalami perubahan. Jika terdapat perbedaan dalam satu komponen misalnya komponen, tujuan, sisi, organisasi dan strategi dalam kurun waktu tertentu dengan suatu upaya yang disengaja. Oleh karena itu perubahan kurikulum dapat berupa sebagian dan berupa perubahan total. Dikatakan perubahan sebagian karena adanya perubahan salah satu komponennya berbeda dengan kurikulum sebelumnya, misalnya perubahan tujuan yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu, masyarakat dan zaman, perubahan sisi atau perubahan sistem penilaian saja.

Faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum tersebut, karena pertama, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, kedua, peningkatan mutu pendidikan, ketiga relevansi pendidikan dan keempat efektivitas dan efisiensi pendidikan. Tentu banyak sekali alasan kenapa terjadi perubahan kurikulum, disamping alasan kurikulum sebelumnya harus disempurnakan karena ada kekurangan, tapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang

akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah.

Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa, oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapakan dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, sehingga mereka menjadi terbebani dengan segudang materi yang segera harus dituntaskan dan dikuasai.

Perubahan-perubahan atau penyempurnaan kurikulum yang terjadi di Indonesia sejak bernama Rentjana Pembelajaran 1947 hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 selalu dibarengi dengan argumen-ergumen ilmiah,

pendekatan-pendekatan muktahir, lengkap dengan background teori-teori belajar terbaru dan rasionalisasi dari masing-masing itu yang tidak terbantahkan.

Dari setiap perubahan kurikulum yang ada, tentu sulit untuk menampik bawah setiap perubahan itu selalu saja ada alasan dan rasionalisasi dan yang paling sering dipergunakan adalah “untuk penyesuaian” dan menjawab perkembangan zaman”. Perubahan kurikulum ini tentu saja sudah melewati tahap-tahap yang semestinya seperti tahap perumusan masalah, tahap agenda setting, tahap formulasi kebijakan, tahap legitimasi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan tahap evaluasi kebijakan.

Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik bersekala luas yang melibatkan komponen-komponen waktu, keahlian, dana,peralatan, pengorbanan, kemauan yang sangat masif. Waktu yang diperlukan untuk memulai kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan bulan (Kurniasih & Sani 2013:31-32).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan kurikulum yang terjadi merupakan kebijkan publik, dan dengan adanya perubahan kurikulum yang baru maka akan menjadi penentu bagi anak bangsa, menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.

c. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Beberapa alasan pengembangan kurikulum harus dilakukan karena adanya tantangan-tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal dan eksternal.

1) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif. Terkait dengan tantangan internal pertama, maka berbagai kegiatan dilakukan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai kedelapan standar yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. (Kemendikbud, 2013: 1).

2). Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan masa depan yaitu globalisasi. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari yang tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan masa depan yang dipengaruhi oleh globalisasi bisa berupa kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Orang dituntut untuk menyadari bahwa pengetahuan itu lebih penting akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman jika pengetahuan terus-menerus dipelajari akan berdampak pada fenomena-fenomena negatif. Jika arus globalisasi terus menerus terjadi dikalangan pelajar mengakibatkan adanya kecenderungan terjadinya dekadensi moral, seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, anarkis dan berbagai tindakan yang tidak baik. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberikan jawaban atas permasalahan yang akan dihadapi dimasa depan yang akan datang (Kemendikbud, 2013: 2).

Tantangan masa depan kompetensi yang dituntut dapat juga dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Alasan Pengembangan Kurikulum

No. Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan 1. Globalisasi: WTO, ASEAN

community, APEC, CAFTA

Kemampuan berkomunikasi 2. Masalah lingkungan hidup Kemampuan berpikir jernih

dan kritis 3. Kemajuan tekhnologi

informasi

Kemampuan

moral suatu permasalahan 4. Konvergensi ilmu dan

tekhnologi

Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab

5. Ekonomi berbasis pengetahuan Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda 6. Kebangkitan industri kreatif

dan budaya

Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal 7. Pergeseran ekonomi dunia Memiliki minat luas dalam

kehidupan 8. Pengaruh dan imbas

teknosains

Memiliki kesiapan untuk bekerja

9. Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan

Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat / minatnya 10. Hasil TIMSS dan PISA Memiliki rasa tanggung jawab

terhadap lingkungan

Majid (2014:34-35) mengungkapkan bahwa kesenjangan kurikulum tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SAAT INI KONDISI IDEAL

A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan 1 Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter 1 Berkarakter mulia 2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan 2 Keterampilan yang relevan 3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pelajaran B. Materi Pelajaran 1 Belum relevan dengan

kompetensi yang

dibutuhkan

1 Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial 3 Terlalu luas, kurang

mendalam

3 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

C. Proses Pembelajaran C. Proses

Pembelajaran 1 Berpusat pada guru

(teacher centered learning)

1 Berpusat pada peserta didik (student

centered active

learning) 2 Sifat pembelajaran yang

berorientasi pada buku teks

2 Sift pembelajaran yang kontekstual 3 Buku teks yang hanya

memuat materi bahasan

3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. Penilaian D. Penilaian

1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara porposional

2 Tes menjadi cara penilaian yang dominan

2 Penilaian tes tes dan portofolio saling melengkapi

E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1 Memenuhi kompetensi profesi saja 1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal

2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan Kurikulum 1 Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan

1 Pemerintah pusat dan Daerah memiliki kendali kualitas

kurikulum dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan 2 Masih tersapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

2 Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3 Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3 Pemerintah

menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

1. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.

a) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif.

b) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan.

c) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Berdasarkan tantangan internal dan eksternal serta kesenjangan kurikulum tersebut maka perlu adanya penyempurnaan pola pikir. Pola pikir dapat berupa pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan lain sebainya. Penyempurnaan pola pikir sangat berpengaruh terhadap perubahan pendidikan. Dimana dalam kegiatan belajar dan pembelajaran antara siswa dan guru bukan lagi sebatas tranfer ilmu yang penyampaian pengetahuan hanya dari guru ke siswa. Namun, pembelajaran tersebut menuju perubahan dimana siswa belajar lebih aktif, peserta didik dapat belajar dari siapa saja dan dimana saja seperti dari lingkungan siswa. Menurut Daryanto dan Sudjendro (2014:32) Penyempurnaan pola pikir tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Penyempurnaan Pola Pikir No Penyempurnaan Pola Pikir

1 Berpusat pada guru

Berpusat pada siswa

2 Satu arah Interaktif

3 Isolasi Lingkungan jejaring

4 Pasif Aktif-menyelidiki

5 Maya/abstrak Konteks dunia nyata

6 Pribadi Pembelajaran berbasis tim

7 Luas (semua materi diajari) Perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan 8 Stimulasi rasa tunggal (beberapa

Stimulasi ke segala penjuru (semua panca indera)

panca indra) 9 Alat tunggal

(papan tulis)

Alat multimedia (berbagai peralatan teknologi pendidikan) 10 Hubungan satu arah Kooperatif 11 Produksi masa (siswa memperoleh dokumen yang sama )

Kebutuhan pelanggan (siswa mendapat dokumen sesuai dengan ketertarikan sesuai potensinya) 12 Usaha sadar tunggal (mengikuti cara yang seragam) Jamak (keberagaman

inisiatif individu siswa)

13 Satu ilmu pengetahuan bergeser (mempelajarai satu sisi pandangan ilmu)

Pengetahuan disiplin jamak (pendekatan multidisiplin)

14 Kontrol terpusat (kontrol oleh guru)

Otonomi dan kepercayaan

(siswa diberi tanggungjawab) 15 Pemikiran faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif) 16 Penyampaian pengetahuan (pemindahn ilmu dari guru ke siswa)

Pertukaran pengetahuan (antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya

2. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperboleh dari buku sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari

berbagai sumber atau refrensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreativitas guru.

Berlandaskan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013 adalah hal yang sangat mendesak untuk segera diimplementasikan oleh sekolah-sekolah agar dapat mempersiapkan sejak dini siswa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia, dimasa yang akan datang. Maka implementasi Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan, karena mengingat begitu penting dan mendesaknya kebutuhan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Berdasarkan elemen perubahan di atas, pemerintah melakukan perubahan dalam Standar Nasional Pendidikan pada Kurikulum 2013. d. Pendekatan Tematik Integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalm proses pembelajaran adalah pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif menurut Ahmadi (2014:225) adalah “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema ( Majid, 2014:86).

Menurut Majid (2014:89), ada beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran tematik integrative memiliki satu tema yang actual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.

4. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. Selain itu, Majid (2014:89-90) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. 6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Hesty dalam (Majid, 2014:90) adalah sebagai berikut.

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus.

2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara schemata yang dimiliki oleh siswa.

3) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar,

pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

2 Lembar Kerja Siswa (LKS)

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (LKS) menurut buku panduan pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh Diknas di dalam Prastowo (2014:268), merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. Dwicahyono (2014:175) menyatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa adalah lembaran berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan ini berisi petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam lembaran kegiatan siswa (LKS) ini tugas yang diberikan kepada siswa ada yang berupa teori dan ada yang berupa praktek. Lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogaram, Trianto (2010:212).

Menurut Depdikbud dalam Trianto (2010:212) mengatakan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan.

Prastowo (2013: 269) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik berupa teoritis maupun praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya,dan disesuaikan dengan bahan ajar.

Berdasarkan pandangan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tesebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS siswa dapat menemukan arahan terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.

b. Karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS)

Trianto (2010:212), karakteristik Lembar Kegiatan siswa dapat dibagi dalam dua macam yaitu :

1. Lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep dalm suatu tema, lembar kegiatan ini tidak terstruktu. 2. Lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa

dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya berstruktur.

Dalam menyusun lembar kegiatan siswa ada beberapa kriteria yang harus ditentukan yaitu :

1. Mengacu pada kurikulum

2. Mendorong siswa untuk belajar dan bekerja

3. Bahasa yang digunkan mudah dipahami oleh peserta didik 4. Tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah

diujikan guru dengan cara duplikasi

Ibrahim dalam Trianto (2010:213) dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Persyaratan pedagogik maksudnya lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Pernyataan konstruksi maksudnya dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek dan jelas. Selain itu harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk memudahkan mengatministrasian. Persyaratan teknis maksudnya dalm mengembangkan lembar kerja siswa harus mencakup tulisan, gamabr, dan tampilan. Ada berbagai macam bentuk LKS yang dikembangkan yaitu LKS aktivitas, LKS bimbingan belajar, LKS pemantapan, dan LKS pengayaan.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKS yang bermacam-macam. Jika ditelusuri lebih lanjut, kita dapat menemukan lima jenis LKS yang umum digunakan oleh siswa, yaitu:

1. LKS yang penemuan (membantu siswa menemukan suatu konsep).

LKS jenis ini sesuai dengan prinsip konstruktivisme, siswa akan diarahkan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. LKS jenis ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaann analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

2. LKS yang aplikatif-integratif (membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan).

LKS jenis ini melatih siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.

3. LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar).

LKS penuntun yang berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya

Dokumen terkait