• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Letak Geografis

Geografis wilayah Kecamatan Cisaat berada di sebelah utara wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 4.285,374 Ha. Luas wilayah tersebut terdiri atas sawah sebesar 1.202,540 Ha, darat sebesar 960,280 Ha, tanah milik sebesar 1.987,820 Ha, tanah kas desa sebesar 66,403 Ha, tanah HGU 2,060 Ha, tanah HGB 11,451 Ha, tanah instansi lainnya 10,950 Ha, dan tanah lain-lain sebesar 43,870 Ha.

Kecamatan Cisaat terdiri dari 13 desa yaitu desa Cisaat, Sukamanah, Cibatu, Nagrak, Sukamantri, Sukasari, Gunung Jaya, Babakan, Salajambe, Cibolang Kaler, Padaasih, Sukaresmi dan Kutasirna. Geografis terbesar kondisi tanah yang ada di wilayah Kecamatan ini adalah datar dan berbukit, dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 – 600 meter. Suhu udara berkisar antara 20 – 28 derajat Celsius dan rata-rata curah hujan antara 2000 – 3000 milimeter per tahun.

Kecamatan Cisaat secara administratif dibatasi oleh wilayah-wilayah, antara lain sebagai berikut:

ƒ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kadudampit

ƒ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kota Sukabumi

ƒ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunung Guruh

ƒ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cicantayan.

45

5.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi

Menurut data dari Kecamatan Cisaat (2007), jumlah penduduk Kecamatan Cisaat sampai dengan bulan Agustus tahun 2007 sebanyak 107.333 jiwa yang terdiri dari 53.142 orang laki-laki dan 54.191 orang perempuan. Kemudian dari seluruh warga yang ada di Kecamatan tersebut terdapat 27.907 KK (Kepala Keluarga).

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Cisaat Bulan Agustus Tahun 2007 Penduduk Desa Jumlah KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Cisaat 2.061 3.693 3.918 7.611 Sukamanah 2.278 4.579 4.710 9.289 Cibatu 1.427 4.352 4.298 8.650 Nagrak 2.364 4.409 4.412 8.821 Sukamantri 2.013 3.438 3.451 6.889 Sukasari 2.392 4.425 4.003 8.248 Gunung Jaya 1.671 3.290 3.223 6.513 Babakan 1.427 2.942 3.139 6.081 Salajambe 2.476 4.405 4.311 8.716 Cibolang Kaler 2.663 5.054 4.819 9.873 Padaasih 2.132 3.327 4.598 7.925 Sukaresmi 3.727 7.201 1.445 7.244 Kutasirna 1.276 2.164 2.108 4.272 JUMLAH 27.907 53.142 54.191 107.333

Sumber: Laporan Bulan Agustus Kecamatan Cisaat, 2007.

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Cisaat sebagian besar adalah petani/ buruh tani sebanyak 24.129 orang, kemudian disusul penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 14.719 orang, pedagang sebanyak 13.314 orang, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2.571 orang, pensiunan sebanyak 2.518 orang, TNI/Polri sebanyak 67 orang, dan 10.758 orang adalah pelajar/mahasiswa (Tabel 5). Mata pencaharian penduduk Kecamatan Cisaat didominasi oleh petani / buruh tani khususnya petani ikan, dikarenakan kecamatan tersebut merupakan daerah pengembangan budidaya air tawar.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Bulan Agustus Tahun 2007

Mata Pencaharian

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani/ buruh tani 24.129 35,44

Pedagang 13.314 19,56

Pegawai Swasta 14.719 21,62

Pegawai Negeri Sipil 2.571 3,78

TNI/Polri 67 0,10

Pensiunan 2.518 3,70

Pelajar/ Mahasiswa 10.758 15,80

Total 68.076 100

Sumber: Laporan Bulan Agustus Kecamatan Cisaat, 2007. 5.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan 13 desa yang ada di Kecamatan Cisaat hanya tiga desa yang diambil respondennya yaitu desa Salajambe sebanyak 21 petani, Cibolang kaler sebanyak 11 petani, dan Kutasirna sebanyak 8 petani. Karakteristik responden disini meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah anggota keluarga, dan luas kolam budidaya. Adanya karakteristik pembudidaya ini dapat mengetahui pengaruhnya terhadap usaha pembenihan ikan nila yang dijalankan. 5.2.1 Usia

Pembudidaya ikan di Kecamatan Cisaat usianya berkisar antara 27 – 70 tahun dengan rata-rata usianya adalah 52 tahun. Usia tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok umur di bawah rata dan di atas rata-rata. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa jumlah pembudidaya ikan dengan usia di bawah rata-rata (≤52 tahun) adalah sebanyak 23 orang dengan persentase 57,5 persen, kemudian untuk pembudidaya yang mempunyai usia di atas rata-rata (≥ 52 tahun) yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 42,5 persen (Tabel 6). Persentase kelompok usia di bawah rata-rata nilainya lebih tinggi dibandingkan kelompok usia di atas rata-rata walaupun selisih nilainya kecil. Hal

47

ini menggambarkan responden yang berada pada kelompok usia di bawah rata-rata mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengelolaan usaha karena kelompok usia ini lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru, lebih cepat mengambil keputusan dan mempunyai motivasi yang tinggi (kekuatan fisik). Tabel 6. Sebaran Jumlah Responden Menurut Usia Tahun 2007

Usia Responden (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Di Bawah Rata-rata (≤52 tahun) 23 57,5 Di Atas Rata-rata (≥ 52 tahun) 17 42,5

Total 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007. 5.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat menggambarkan pola pikir seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional. Tingkat pendidikan yang diukur disini adalah tingkat pendidikan formal dan non formal. Tingkat pendidikan formal responden terbagi menjadi beberapa kategori yaitu SD, SLTP, SLTA dan Sarjana. Umumnya pendidikan pembudidaya masih relatif rendah, hanya sebatas tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 22 orang (55%). Sedangkan pendidikan pembudidaya yang lain sebanyak 8 orang (20%) adalah SLTP, 6 orang (15%) adalah SLTA, dan terdapat 4 orang (10%) yang lulus sarjana (Tabel 7).

Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) SD 22 55 SLTP 8 20 SLTA 6 15 Sarjana 4 10 Total 40 100

Pendidikan non formal untuk memperoleh pengetahuan budidaya ikan nila yang dilakukan oleh para pembudidaya adalah dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh instansi terkait seperti BPBAT, Dinas Perikanan Daerah, dan Perguruan Tinggi. Melalui hasil wawancara dengan para pembudidaya, dapat diketahui bahwa sebagian besar pembudidaya sering mengikuti pelatihan mengenai budidaya ikan nila yaitu sebanyak 35 orang (87,5%). Sedangkan yang lainnya belum pernah mengikuti pelatihan atau sebanyak 5 orang (12,5%). Sebagian besar pembudidaya mengetahui cara membudidayakan ikan nila dengan cara belajar dari pembudidaya ikan yang sebelumnya dan juga mengikuti berbagai pelatihan. Pelatihan yang pernah dilakukan diantaranya yaitu mengenai teknik budidaya, penanganan hama, penanganan penyakit, pemilihan jenis induk dan lain-lain. Informasi pelatihan ini biasanya berasal dari Dinas Perikanan, keikutsertaan pembudidaya dalam pelatihan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan Tentang Budidaya Ikan Nila Tahun 2007

Pelatihan Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) Tidak Mengikuti 5 12,5 Mengikuti 35 87,5 Total 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007. 5.2.3 Pengalaman Usaha

Pengalaman merupakan suatu proses belajar yang dialami seseorang di masa sebelumnya. Pada umumnya semakin lama pengalaman yang dimiliki pembudidaya, maka kemampuan mengelola dan membudidayakan ikan ini akan semakin baik. Pengalaman usaha pembudidaya ikan nila di kecamatan Cisaat

49

berkisar antara 3 tahun hingga 45 tahun, dengan rata-rata pengalaman usaha 23,9 tahun. Jika dilihat dari rata-rata pengalaman usaha tersebut, diketahui bahwa responden telah mempunyai pengalaman yang cukup dalam membudidayakan ikan. Pengalaman usaha responden dapat dilihat pada Tabel 9. Responden yang memiliki pengalaman usaha di bawah rata-rata sebanyak 22 orang (55%), lebih besar proporsinya dibandingkan dengan pengalaman di atas rata-rata sebanyak 18 orang (45%).

Tabel 9. Sebaran Jumlah Responden Menurut Pengalaman Tahun 2007 Pengalaman Responden (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Di Bawah Rata-rata (≤ 23,9 tahun) 22 55 Di Atas Rata-rata (≥ 23,9 tahun) 18 45

Total 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.

Pengalaman responden yang cukup lama belum tentu membuat pembudidaya tersebut mempunyai pengetahuan tentang budidaya ikan yang baik, tanpa adanya pihak-pihak yang membantu seperti peran penyuluh perikanan. Peran penyuluh ini sedikit banyak membantu pembudidaya ikan baik dalam proses budidaya maupun penanganan penyakit. Responden di Kecamatan Cisaat sebagian besar dari mereka telah bertemu dengan penyuluh minimal dua kali. Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa 36 orang responden (90%) pernah bertemu dengan penyuluh sedikitnya dua kali, kemudian 4 orang responden (10%) belum pernah bertemu dengan penyuluh.

Tabel 10. Sebaran Pertemuan Responden dengan Penyuluh Tahun 2007 Bertemu Penyuluh Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) Pernah 36 90 Tidak Pernah 4 10 Total 40 100

5.2.4 Jumlah Anggota Keluarga

Responden di Kecamatan Cisaat rata-rata memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang, yang bervariasi mulai dari 1 orang hingga 8 orang. Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa 28 responden (70%) mempunyai anggota keluarga yang jumlahnya berada di bawah rata, dan 12 responden (30%) berada di atas rata-rata. Dalam budidaya ikan nila ini, anggota keluarga responden tidak mempunyai peranan dalam membantu usaha tersebut. Hal ini dikarenakan anggota keluarga responden memiliki aktivitas di luar seperti sekolah.

Tabel 11. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Tahun 2007 Anggota Rumah Tangga

Responden (orang) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Di Bawah Rata-Rata (≤ 4) 28 70 Di Atas Rata-rata (≥ 4) 12 30 Total 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007. 5.2.5 Luas Kolam Budidaya

Luas lahan yang dikuasai oleh responden untuk pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat mempunyai rata-rata sebesar 1.255 meter persegi. Sebagian besar responden (67,5%) menguasai lahan di bawah rata-rata yaitu sebanyak 27 orang responden dengan rata-rata luas kolam yang dikuasai adalah 769 meter persegi. Sedangkan 32,5 persen responden lainnya menguasai lahan di atas rata-rata yaitu sebanyak 13 orang dengan rata-rata-rata-rata luas kolam yang dikuasai adalah 2.157 meter persegi (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Luas Kolam Tahun 2007 Luas Kolam (m2) Rata-rata Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Di Bawah Rata-Rata (≤ 1.255) 769 27 67,5 Di Atas Rata-rata (≥ 1.255) 2.157 13 32,5 Total 40 100

51

Penguasaan lahan di Kecamatan Cisaat rata-rata merupakan lahan milik sendiri dan juga sebagian besar dikelola sendiri. Hal ini dapat diketahui bahwa hampir 90 persen yaitu sebanyak 36 orang responden mengolah lahannya sendiri. Sedangkan sisanya 4 orang atau 10 persen dikelola oleh tenaga kerja upahan, dikarenakan kesibukan responden.

5.3 Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT

Usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat merupakan kegiatan pembenihan yang bersifat semi-intensif. Hal ini dikarenakan budidaya ikan tidak tergantung alam dan pengeringan kolam tidak perlu dilakukan setiap panen benih. Usaha pembenihan ikan nila meliputi kegiatan yang dimulai persiapan kolam, penebaran induk, pemberian pakan, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil produksi.

5.3.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam yang biasa dilakukan oleh pembudidaya ikan di Kecamatan Cisaat meliputi kegiatan pengeringan, pemberantasan hama, pengapuran serta pengisian air. Proses pengeringan kolam yaitu air disurutkan dengan cara membuka saluran pengeluaran secara keseluruhan. Kemudian dilakukan pemberantasan hama dengan cara membalik bagian tanah dasar, perbaikan pematang serta membersihkan rumput, lumut atau tanaman lainnya yang menempel pada pinggir pematang. Selanjutnya kolam dibiarkan kering selama ±

3 hari yang bertujuan untuk menguapkan amoniak (NH3) dan gas – gas beracun seperti H2S yang berasal dari feses ikan yang mengendap pada dasar kolam yang telah dibalik.

Pada hari ke tiga dilakukan pengapuran dengan dosis 40 kilogram/1000 meter persegi hingga 75 kilogram/1000 meter persegi. Kemudian kolam diisi air, tetapi tinggi air jangan terlalu dalam seperti pada kegiatan pembesaran ikan. Pada kegiatan pembenihan, pengisian air cukup dengan ketinggian 60 centimeter. Selama 2 – 3 hari kolam didiamkan sebelum digunakan untuk mencegah kondisi basa pada perairan akibat pengapuran yang berbahaya untuk induk. Sumber air yang biasa digunakan berasal dari berbagai sumber mata air di sekitar daerah Sukabumi yaitu sungai Cisarua (situgunung), Kaki Gunung Gede, Ciheulang, dan Cileungis.

5.3.2 Penebaran Induk

Penebaran induk dilakukan setelah pengolahan lahan telah diselesaikan. Jenis induk yang banyak digunakan adalah GIFT, karena jenis ini masih menjadi unggulan petani di Sukabumi. Jumlah induk yang ditebar harus disesuaikan dengan luasan kolam, karena hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan proses produksi. Proporsi antara induk jantan dan betina pun harus diperhatikan, karena proporsi betina selalu akan lebih besar dari jumlah jantannya. Induk jantan dan betina di Kecamatan Cisaat rata-rata satu berbanding empat dalam satu kolam.

Rata-rata padat penebaran induk di Kecamatan Cisaat adalah 193,48 kilogram per unit kolam. Satu kilogram induk ikan nila biasanya berisi tiga ekor dengan harga rata-rata sebesar Rp 6.000,00 per kilogram. Induk ikan ini bisa diperoleh dari koperasi perikanan dan BPBAT Sukabumi.

5.3.3 Pemberian Pakan

Pakan utama yang diberikan pada induk nila GIFT adalah pakan dedak, yang dicampur dengan pakan tambahan berupa pitik (kotoran anak ayam). Pakan

53

dedak dan pitik diberikan sebagai substitusi dari pakan pelet. Pemberian pakan ini adalah dengan mencampurkan dedak dan pitik dalam ember. Jenis dedak dan pitik yang digunakan dalam budidaya disajikan dalam Gambar 3.

(Gambar 3a). Jenis PakanDedak (Gambar 3b). Jenis Pakan Pitik Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari sekitar pukul 07.00 dan 16.00 WIB dan diberikan dengan cara disebar secara merata pada sekeliling kolam pemeliharaan (Gambar 4). Berat pakan dedak yang diberikan dalam sehari rata-rata sekitar 7 kilogram per rata-rata unit kolam, dan pakan pitik ayam sekitar 6 kilogram per rata-rata unit kolam.

5.3.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam usaha pembenihan ikan nila hanya berupa pemeliharaan kolam saja. Pemeliharaan kolam meliputi pengecekan saluran air, pemeliharaan pematang, dan pencabutan rerumputan di sekitar kolam. Pembudidaya melakukan pemeliharaan kolam dengan rata-rata waktu pemeliharaan berkisar antara 0,25 sampai 2 jam. Pemeliharaan kolam biasanya tidak dilakukan tiap hari, tetapi dilakukan jika keadaan kolam sudah kotor.

Pemeliharaan terhadap induk ikan nila sendiri tidak perlu dilakukan karena nila jarang terkena hama dan penyakit. Kegiatan pencegahan hama dan penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengolahan kolam yang meliputi pembalikan tanah dasar, perbaikan pematang, pembersihan rumput dan lumut yang menempel pada pematang, serta pengeringan.

5.3.5 Pemanenan

Pemanenan larva atau benih dilakukan 2 minggu setelah penebaran induk. Cara panen yang dilakukan oleh petani disebut panen total, karena benih tersebut dipanen secara keseluruhan. Ukuran benih yang dipanen itu berkisar antara 0,6 sampai 1 centimeter. Pemanenan larva dilakukan pada pagi hari dari mulai pukul 07.00 sampai 11.00 WIB, tetapi lebih baik dilakukan pagi hari. Peralatan yang digunakan adalah hapa dan waring berukuran 1 x 1 meter, ember, serta ayakan kecil. Proses pemanenan dimulai dengan cara menyerok/menyeser setiap satu meter pada sisi kolam menggunakan hapa. Larva yang terseser dimasukan kedalam ember yang telah berisi air. Pemanenan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar larva tidak shock sehingga menyebabkan kematian, yang berakibat pada berkurangnya jumlah hasil panen pembudidaya.

55

Larva kemudian dimasukan kedalam waring tetapi sebelumnya disaring terlebih dahulu menggunakan ayakan kecil dengan ukuran 0.2 milimeter. Larva dihitung dengan mengambil sampel satu sendok makan. Kisaran perhitungan satu sendok makan adalah 500 – 600 ekor larva. Jumlah larva yang dapat dipanen mencapai 50 sendok atau rata – rata 25.000 ekor. Tetapi lazimnya, petani akan langsung menimbang larva atau benih tersebut menggunakan gelas takar (satuan: liter). Peralatan yang digunakan untuk panen ikan disajikan pada Gambar 5.

±

(Gambar 5a). Hapa (Gambar 5b). Ayakan Kecil 5.3.6 Pemasaran

Pemasaran merupakan aspek yang cukup penting dalam keberhasilan suatu usaha budidaya perikanan, karena produk yang berkualitas tanpa ada pasar yang memadai, maka itu sia-sia saja. Pemasaran ini tentunya harus mempertimbangkan faktor jarak, biaya, dan ada tidaknya pembeli. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden di daerah penelitian, hampir sebagian besar (90%) pembudidaya ikan menjual benih ikan yang dihasilkan kepada pengumpul, walaupun ada juga beberapa pembudidaya yang langsung menjual hasil panennya tersebut ke petani pembesaran ataupun pasar (Pasar Ikan Cibaraja). Para pengumpul membeli benih ikan ini dengan cara datang ke rumah pembudidaya setelah larva dipanen, atau juga langsung melakukan pemanenan sendiri setelah mendapat persetujuan dari petani ikan. Benih ikan yang akan diangkut disimpan

dalam plastik, biasanya satu plastik memuat satu liter hingga lima liter tergantung jarak yang akan ditempuh. Biaya pengangkutan dan alat pengangkutan sepenuhnya ditanggung oleh pihak pengumpul.

Pembudidaya ikan di daerah penelitian pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran benih ikan yang dihasilkan. Karena pembudidaya sudah bekerjasama dengan pengumpul untuk membeli hasil panennya, yang mana pengumpul akan datang setiap dua minggu sekali untuk membeli benih. Alasan pembudidaya ikan tidak banyak menjual hasil penennya ke pasar adalah pertimbangan waktu dan biaya angkut yang dikeluarkan. Harga rata-rata yang ditawarkan oleh pengumpul adalah Rp 60.000,- untuk setiap liternya. Harga benih ikan nila di pasaran berkisar antara Rp 65.000 – 80.000,- untuk setiap liternya.

Benih ikan yang dibeli oleh pengumpul ini kemudian akan dipasarkan secara rutin ke daerah Cirata, Saguling dan Jatiluhur. Daerah-daerah tersebut merupakan sentra ataupun tempat khusus dalam pembesaran ikan nila. Benih ikan nila GIFT ini dikirim pula ke daerah Jakarta dan Banten. Pengiriman ke daerah tersebut biasanya terjadi pada petani tertentu yang sudah mempunyai langganan. Jalur pemasaran benih ikan nila GIFT di Kecamatan Cisaat dapat dilihat pada Gambar 6.

Pedagang Pengumpul

Sentra Pembesaran (Cirata / Saguling / Jatiluhur)

Petani Ikan Pembesaran Pasar Eceran Benih Ikan

(Pasar Ikan Cibaraja)

Pasar Eceran (Jakarta / Banten) Petani Ikan

BAB 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengujian Model

Ada beberapa asumsi utama yang harus dipenuhi secara ekonometrika dalam menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), karena bila ada pelanggaran terhadap asumsi OLS, maka diperlukan tindakan perbaikan pada model. Asumsi OLS yaitu normalitas, multikolinearitas dan otokorelasi.

1. Normalitas

Uji kenormalan pada model dapat dilihat dari gambar pada Normal Probabaility Plot of Residuals atau gambar plot kenormalan (Gambar 7).

0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Residual P e rc e n t

Gambar 7. Plot Kenormalan pada Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT Residual dapat dikatakan berasal dari sebaran normal apabila titik dalam grafik terletak di sekitar garis diagonal. Berdasarkan gambar plot kenormalan di atas dapat diketahui bahwa titik-titik dalam grafik terletak di sekitar garis diagonal, hal ini berarti residual berasal dari distribusi normal.

2. Multikolinearitas

Penilaian terhadap masalah multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). VIF merupakan suatu cara

mendeteksi multikolinearitas dengan melihat sejauh mana sebuah variabel dapat diterangkan oleh semua variabel lainnya dalam persamaan model. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model dugaan terdapat masalah multikolinearitas. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa model dugaan usaha pembenihan ikan nila tidak terdapat masalah multikolinearitas karena nilai VIF masing-masing variabel bernilai lebih kecil dari 10.

Tabel 13. Nilai VIF dari Faktor Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT di Kecamatan Cisaat, Tahun 2007

Variabel VIF Luas Kolam (X1) 9,140 Induk (X2) 3,184 Dedak (X3) 2,386 Pitik (X4) 1,215 Kapur (X5) 2,379 Tenaga Kerja (X6) 2,955

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007 3. Otokorelasi

Asumsi lain yang harus dipenuhi dalam metode OLS adalah tidak adanya otokorelasi. Otokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross section). Otokorelasi terjadi kebanyakan pada data deretan waktu (time series). Namun pada model fungsi produksi pembenihan ikan nila, data yang digunakan berupa data deretan ruang (cross section).

Untuk melihat ada tidaknya gejala otokorelasi dalam model fungsi produksi pembenihan ikan nila GIFT yaitu berdasarkan nilai Durbin Watson (DW). Pada model diperoleh nilai DW sebesar 2,31. Berdasarkan tabel statistik DW, dimana nilai k adalah 6, dan n = 40 diperoleh nilai du sebesar 1,64. Nilai du tersebut diperoleh pada taraf kepercayaan 90%. Nilai DW hasil perhitungan regresi dengan

59

metode OLS berada antara du dan (4-du), yaitu 1,64≤2,31≤2,36, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masalah otokorelasi tidak terjadi.

6.2 Analisis Fungsi Produksi

Faktor produksi yang diduga berpengaruh pada usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat adalah luas kolam (X1), induk ikan (X2), pakan dedak (X3), pakan pitik (X4), kapur (X5), dan tenaga kerja (X6). Faktor-faktor produksi tersebut akan diolah bersama jumlah produksi selama satu tahun (22 siklus), yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Pertimbangan menggunakan satu tahun yaitu berdasarkan pengangkatan induk dan pengeringan kolam yang dilakukan rata-rata setiap satu tahun sekali. Sepanjang tahun, induk yang ada di kolam budidaya akan terus berproduksi menghasilkan benih setiap 15 hari. Sehingga dalam satu tahun terdapat 22 kali panen benih, dengan masa istirahat kolam selama satu bulan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi pada Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT di Kecamatan Cisaat, Tahun 2007

Variabel Koefisien Regresi thitung

Luas Kolam (X1) 0,612 4,15* Induk (X2) 0,182 2,21* Pakan Dedak (X3) 0,110 1,67* Pakan Pitik(X4) 0,049 1,42* Kapur (X5) 0,005 0,09 Tenaga Kerja (X6) 0,082 0,43 Konstanta -1,70 R2 0,915 ttabel 1,282 Fhitung 59,55 Ftabel 2,36

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh nilai koefisien regresi dari keenam variabel yang diduga mempengaruhi output. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Ln Y = - 1.70 + 0.612 Ln X1 + 0.182 Ln X2 + 0.110 Ln X3 + 0.049 Ln X4 + 0.005 Ln X5 + 0.082 Ln X6

Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan lain yaitu persamaan kuadratik. Persamaan kuadratik ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah penyelesaian metode OLS. Persamaan tersebut sebagai berikut:

Y = 0,183 . (X1)0.612 . (X2)0.182 . (X3) 0.110 . (X4) 0.049 . (X5)0.005 . (X6)0.082

Tabel 14 menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) dengan menggunakan enam variabel bebas sebesar 0,915. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,5 persen variasi produksi usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan, antara lain luas kolam (X1), induk ikan (X2), pakan dedak (X3), pakan pitik (X4), kapur (X5), dan tenaga kerja (X6). Sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen menjelaskan bahwa variasi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi seperti hama dan penyakit. Ikan nila GIFT memang termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Namun, bukan berarti usaha pembenihan ikan nila sepenuhnya terbebas dari ancaman serangan hama dan penyakit.

Hasil uji F pada taraf kepercayaan 90 persen menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang dihasilkan sebesar 59,55 dan nilai Ftabel sebesar 2,36 artinya nilai Fhitung lebih besar dibandingkan nilai Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi tersebut mempunyai pengaruh yang nyata

61

terhadap produksi benih ikan nila. Hal ini dapat dilihat jika terjadi penambahan luas kolam, maka jumlah penggunaan induk ikan harus ditambah pula sesuai dengan proporsi penambahan luas kolam. Dengan menambah jumlah induk berarti

Dokumen terkait