• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1Latar Belakang

Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dan prioritas yang cukup tinggi bagi pemerintah Indonesia, terlebih dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini membuktikan bahwa pada masa yang akan datang intensitas dan penetrasi pembangunan perikanan akan semakin baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.

Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau besar dan beribu pulau kecil, memiliki banyak sungai dan wilayah perairan yang luas merupakan sebuah potensi yang cukup tinggi untuk pembangunan sektor perikanan (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor perikanan Indonesia memberikan kontribusi yang setiap tahunnya meningkat melalui kegiatan ekspor impor, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pembangunan perikanan Indonesia merupakan suatu usaha pengembangan perikanan di semua wilayah yang berpotensi. Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan air tawar dan perikanan air laut. Potensi perikanan air tawar masih terbuka lebar baik pada sawah, kolam, jaring apung, maupun keramba. Salah satu wilayah yang diuntungkan dengan melimpahnya sumberdaya air adalah propinsi Jawa Barat.

Jawa Barat merupakan propinsi yang mempunyai potensi sumberdaya yang melimpah dibandingkan dengan tiga propinsi lainnya di Pulau Jawa, baik usaha penangkapan maupun budidaya. Tercatat, propinsi ini memiliki 40 daerah aliran

sungai yang berpotensi menyediakan 81,4 miliar meter kubik air setiap tahun. Dengan kondisi itu, propinsi Jawa Barat mampu mendukung pemenuhan konsumsi masyarakat terhadap ikan dengan kegiatan utamanya adalah usaha perikanan budidaya air tawar. Produksi perikanan air tawar sekitar 53 persen didukung oleh hasil budidaya kolam yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat bagian selatan yaitu Kabupaten Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur.1

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yaitu perairan tangkap dan perairan budidaya. Potensi sumberdaya perikanan dan tingkat pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatannya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005

No Jenis Usaha Potensi Pemanfaatan %

1 Budidaya Air Tawar: a. Sawah Perikanan b. Kolam Air Tenang c. Kolam Air Deras d. Keramba e. Jaring Apung 31.011 Ha 8.684 Ha 343 unit 50 unit 10 unit 3.514,9 Ha 898,11 Ha 191,93 unit - - 11,33 10,34 55,96 0,00 0,00 2 Budidaya Air Payau

(Tambak) 1.400 Ha 30 Ha 2,14 3 Penangkapan di Perairan Umum: a. Rawa b. Sungai c. Situ d. Waduk 35 Ha 747,5 Km 149,6 Ha 3 Ha 10,50 Ha 224,25 Km 74,80 Ha 0,90 Ha 30 30 50 30 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.

Potensi perairan budidaya air tawar yang terdapat di Kabupaten Sukabumi belum dimanfaatkan secara optimal, terlihat pada Tabel 1 bahwa pemanfaatan lahannya masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat

1

www.kompas.com, Potensi Budidaya Ikan Air Tawar. (diakses 16 November 2007) www.dkp.go.id

3

pemanfaatan lahan untuk sawah perikanan baru mencapai 11,33 persen, tingkat pemanfaatan lahan untuk kolam air tenang baru mencapai 10,34 persen, tingkat pemanfaatan untuk kolam air deras baru mencapai 55,96 persen.

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di budidaya air tawar yang meliputi budidaya kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk budidaya dalam kolam air tenang 277,63 Ha, kolam air deras seluas 0,31 Ha, dan perikanan sawah seluas 1.284,00 Ha. Kecamatan Cisaat ini merupakan kecamatan dengan luas terbesar dalam budidaya perikanan air tawar dibanding dengan 44 kecamatan lainnya (Lampiran 2).

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kecamatan Cisaat terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran. Pada tahun 1992 di Kecamatan Cisaat mulai terjadi peralihan kegiatan budidaya ke usaha pembenihan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya permintaan benih ikan dari petani ikan pembesaran. Saat ini, lahan yang digunakan untuk kegiatan pembenihan seluas 1.360,42 Ha dan kegiatan pembesaran seluas 201,21 Ha.

Komoditas utama pembenihan ikan yang dilakukan oleh Kecamatan Cisaat salah satunya adalah ikan nila. Komoditas ikan nila cukup potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar internasional maupun domestik cukup tinggi khususnya varietas GIFT. Permintaan pasar internasional terhadap ikan nila GIFT dikhususkan untuk pembuatan fillet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa kenaikan ekspor untuk ikan nila GIFT cukup tinggi setiap tahunnya.

Tabel 2. Ekspor Indonesia terhadap Komoditas Ikan Nila GIFT Tahun 2005 – Mei 2007

Tahun Rincian Ekspor Impor Ekspor (Kg) Impor (Kg) Kenaikan (%) Kenaikan (%) Penurunan (%) 2005 185.302 1.605.574 - - - 2006 1.951.549 1.880.763 90,50 17,14 - 2007 7.260.508* 989.119 73,12 - 47,41 Sumber: BPS, 2006.

Keterangan: * = Sampai bulan Mei

Indonesia merupakan salah satu pemasok ikan nila GIFT terbesar dunia selain Cina, Thailand, dan Filipina. Semua negara pemasok ikan nila tersebut baru memenuhi setengahnya dari kebutuhan dunia, dan khususnya Indonesia baru melayani di bawah 0,1 juta ton per tahun2. Sedangkan kegiatan impor yang dilakukan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 adalah sebatas permintaan terhadap induk ikan nila GIFT, karena Indonesia belum cukup mampu menghasilkan induk ikan yang berkualitas.

Permintaan pasar domestik untuk ikan nila cukup tinggi baik untuk konsumsi ataupun industri seperti abon, kerupuk, terasi, dendeng dan bakso. Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu daerah sentra pembenihan ikan nila diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut. Oleh karena itu penyediaan benih ikan nila perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Dengan tersedianya benih ikan yang cukup maka akan mendukung budidaya pembesaran ikan nila. Sehingga penyediaan benih ikan merupakan langkah awal dalam menghasilkan ikan nila konsumsi yang berkualitas guna memenuhi permintaan pasar.

2

5

1.2Perumusan Masalah

Kabupaten Sukabumi sebagai daerah yang memiliki potensi budidaya air tawar khususnya komoditas ikan nila, belum dioptimalkan secara baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa penggunaan lahan belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila ini adalah sarana dan prasarana yang belum memadai (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006). Permasalahan yang menyangkut sarana salah satunya yaitu faktor produksi induk yang masih impor, sedangkan dalam hal prasarana yaitu pemasaran benih ikan. Adanya permasalahan tersebut tentunya berpengaruh dalam memperoleh hasil produksi yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi ikan nila yang relatif menurun mulai tahun 2004 hingga 2006 (Tabel 3). Pada tahun 2005 produksi ikan nila mengalami penurunan cukup tinggi hingga mencapai 41,15 persen. Sedangkan pada tahun 2006 produksi ikan nila meningkat namun rata-rata peningkatannya masih relatif kecil dibandingkan penurunan pada tahun 2005 yaitu hanya mencapai 2,46 persen. Sekitar 70 persen produksi ikan nila yang dihasilkan oleh Kabupaten Sukabumi tersebut berupa nila GIFT.

Tabel 3. Produksi Budidaya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004 - 2006 Tahun Jumlah (Ton) Penurunan (%) Kenaikan (%)

2004 9.710,77 - -

2005 5.714,75 41,15 -

2006 5.855,10 - 2,46

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.

Produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi harus lebih ditingkatkan lagi, mengingat skala pasokan ikan nila untuk ekspor cukup tinggi. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seperti daerah Jawa Barat yang baru terpenuhi 21 persen. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, target produksi nila tahun 2009 harus mencapai 195.000 ton dengan pendistribusian

produk untuk pasar domestik sebesar 70 persen (135.000 ton) dan ekspor sebesar 30 persen (60.000 ton). Oleh karena itu produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi khususnya kecamatan Cisaat sebagai sentra benih ikan nila perlu dioptimalkan secara efektif untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Seperti diketahui apabila terdapat masalah pada usaha pembenihan maka akan berpengaruh pada penyediaan benih bagi petani ikan pembesaran.

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dapat ditunjang dengan tersedianya faktor produksi atau sumberdaya secara kontinyu dalam jumlah yang tepat. Kuantitas faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang akan diperoleh. Ketidakefisienan proses produksi seperti penggunaan induk yang melebihi masa produktif diduga merupakan salah satu permasalahan yang ditimbulkan akibat ketidaktahuan petani ikan dalam mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya. Penggunaan induk melebihi masa produktif tentunya mempengaruhi jumlah pemberian pakan. Selain itu induk tersebut menjadi kurang produktif dalam menghasilkan benih, sehingga produksi optimal dan keuntungan maksimum tidak tercapai.

Melihat ketidakefisienan dalam penggunaan faktor-faktor produksi, maka dikeluarkannya aturan baku berupa Standar Nasional Indonesia produksi benih ikan nila. Aturan SNI dibuat mengingat ikan nila merupakan jenis ikan yang banyak diperdagangkan baik lokal maupun internasional. SNI ini memuat segala persyaratan produksi dan berbagai cara pengukuran. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan menjadi acuan bagi petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi secara optimal.

7

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor produksi apakah yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila.

2. Bagaimana alokasi penggunaan faktor-faktor produksi pada budidaya ikan nila agar tercapai kondisi yang optimal.

3. Berapa keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara optimal.

4. Bagaimana penggunaan input optimal berdasarkan analisis fungsi produksi bila dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.3Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila.

2. Menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal.

3. Menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien.

4. Menganalisis penggunaan input optimal berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Petani, sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

2. Penyuluh atau Pemerintah, sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau mengembangkan budidaya pembenihan perikanan air tawar.

3. Peneliti, sebagai media latihan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

Dokumen terkait