• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN

NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT

KABUPATEN SUKABUMI

Oleh:

ENDAH SUTIAH

A14105539

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Di Bawah Bimbingan YAYAH K. WAGIONO.

Ikan nila merupakan sumber protein hewani non kolesterol yang disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Jenis ikan nila yang saat ini masih banyak dibudidayakan adalah nila GIFT. Komoditas ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar internasional maupun domestik cukup tinggi. Permintaan pasar internasional terhadap ikan nila gift dikhususkan untuk pembuatan fillet. Sedangkan permintaan pasar domestik terhadap ikan nila adalah untuk konsumsi dan bahan baku industri.

Kabupaten Sukabumi sebagai sentra perikanan air tawar, memiliki potensi yang cukup baik dalam mengembangkan produksi khususnya komoditas ikan nila. Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di kegiatan pembenihan ikan air tawar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peralihan kegiatan dari pembesaran ikan menjadi kegiatan pembenihan pada tahun 1992.

Ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sukabumi, namun produksi yang dihasilkan oleh petani belum maksimum. Hal ini terlihat bahwa terjadi penurunan produksi yang cukup tinggi pada tahun 2005. Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak (random sampling) pada 40 petani di lokasi penelitian. Data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada petani kemudian diolah dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Model tersebut dipilih peneliti karena memiliki berbagai kelebihan. Salah satunya adalah relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

(3)

jumlah waktu yang diperlukan tidak terlalu lama setiap harinya yaitu sekitar 0,44 HOK atau sekitar empat jam. Regresi pendugaan fungsi produksi yang dihasilkan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) adalah LN Y = - 1.70 + 0.612 LN X1 + 0.182 LN X2 + 0.110 LN X3 + 0.049 LN X4 + 0.005 LN X5 + 0.082 LN X6 yang ditransformasi kedalam bentuk kuadratik manjadi Y = 0,183 . (X1) 0.612

. (X2) 0.182 . (X3) 0.110 . (X4) 0.049 . (X5) 0.005 . (X6) 0.082. Adapun koefisien

determinasi (R2) dengan menggunakan enam variabel bebas sebesar 91,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,5 persen variasi produksi usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan. Sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen menjelaskan bahwa variasi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi.

Usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat berada pada kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah, berarti penggunaan input selama ini belum optimal. Hal ini terlihat dari rasio NPM dan BKM pada faktor-faktor produksi, yang memiliki nilai lebih dari satu (kolam, induk, kapur) dan kurang dari satu (dedak, pitik, tenaga kerja). Dengan analisis optimalisasi dapat diperoleh jumlah input optimal bagi setiap faktor produksi. Faktor produksi yang perlu ditambah penggunaannya adalah luas kolam, induk, dan kapur (NPM/BKM > 1). Sedangkan faktor produksi yang perlu dikurangi penggunaannya adalah pakan dedak, pitik, dan tenaga kerja (NPM/BKM <1).

Pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada keuntungan yang selama ini diterima petani (aktual). Hal tersebut dapat dilihat dari rasio penerimaan dan biaya (R/C). Rasio penerimaan dan biaya pada kondisi optimal sebesar 2,20 lebih besar dari kondisi aktual sebesar 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan optimalisasi produksi, maka akan tercapai tingkat keuntungan maksimum.

Kecamatan Cisaat sebagai sentra pembenihan ikan nila ternyata belum menerapkan SNI. Input optimal yang telah dihasilkan berdasarkan pendugaan fungsi produksi memberikan sedikit perbedaan jumlah dengan ketentuan SNI yang berlaku. Perbedaan itu terlihat pada penggunaan input induk dan kapur, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan. Perbedaan secara signifikan terlihat pada penggunaan jenis pakan yang digunakan, dimana penggunaan pakan dedak dan pitik lebih menguntungkan daripada pelet. Penggunaan pakan dedak dan pitik tersebut menghemat biaya sampai lima kali lipat dibandingkan dengan pakan pelet.

(4)

Oleh:

ENDAH SUTIAH

A14105539

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

Nama : Endah Sutiah NRP : A14105539

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K. Wagiono, MEc NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA.

Bogor, April 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukabumi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 24 April 1984. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari ayahanda yang bernama Endang Ismail dan ibunda yang bernama Haryati.

(8)

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya. Terima kasih Ya Allah Engkau telah mengizinkan hambaMu untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmaanirrohiim,

1. Teruntai rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah SAW.

2. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Bapak (Alm) terima kasih untuk semua doa, pengorbanan, harapan dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan, semoga Allah senantiasa mengasihi dan memuliakan Mama dan Bapak.

3. Ir. Yayah K.Wagiono, MEc selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk semua masukan, bimbingan dan perhatiannya selama ini, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada Ibu tercinta.

4. Muhammad Firdaus, Ph.d selaku dosen evaluator dan dosen penguji, terima kasih untuk semua masukannya.

5. Rahmat Yanuar, selaku dosen komisi pendidikan, terima kasih atas saran penulisan ilmiah.

6. Petani responden di Kecamatan Cisaat, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan terima kasih atas semua bantuannya yang telah diberikan.

7. Syahida Rizki Fadhilah yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi, terima kasih atas semuanya.

(10)

selama ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua (I LOVE YOU

ALL).

9. Seluruh teman-teman Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10.Pihak Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah membantu penulis.

Akhirnya semoga amal baik bapak/ibu, saudara serta sahabat-sahabat sekalian mendapatkan balasan dari Allah dengan yang lebih baik, amiin.

Bogor, April 2008

(11)

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN

NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT

KABUPATEN SUKABUMI

Oleh:

ENDAH SUTIAH

A14105539

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Di Bawah Bimbingan YAYAH K. WAGIONO.

Ikan nila merupakan sumber protein hewani non kolesterol yang disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Jenis ikan nila yang saat ini masih banyak dibudidayakan adalah nila GIFT. Komoditas ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar internasional maupun domestik cukup tinggi. Permintaan pasar internasional terhadap ikan nila gift dikhususkan untuk pembuatan fillet. Sedangkan permintaan pasar domestik terhadap ikan nila adalah untuk konsumsi dan bahan baku industri.

Kabupaten Sukabumi sebagai sentra perikanan air tawar, memiliki potensi yang cukup baik dalam mengembangkan produksi khususnya komoditas ikan nila. Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di kegiatan pembenihan ikan air tawar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peralihan kegiatan dari pembesaran ikan menjadi kegiatan pembenihan pada tahun 1992.

Ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sukabumi, namun produksi yang dihasilkan oleh petani belum maksimum. Hal ini terlihat bahwa terjadi penurunan produksi yang cukup tinggi pada tahun 2005. Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak (random sampling) pada 40 petani di lokasi penelitian. Data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada petani kemudian diolah dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Model tersebut dipilih peneliti karena memiliki berbagai kelebihan. Salah satunya adalah relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

(13)

jumlah waktu yang diperlukan tidak terlalu lama setiap harinya yaitu sekitar 0,44 HOK atau sekitar empat jam. Regresi pendugaan fungsi produksi yang dihasilkan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) adalah LN Y = - 1.70 + 0.612 LN X1 + 0.182 LN X2 + 0.110 LN X3 + 0.049 LN X4 + 0.005 LN X5 + 0.082 LN X6 yang ditransformasi kedalam bentuk kuadratik manjadi Y = 0,183 . (X1) 0.612

. (X2) 0.182 . (X3) 0.110 . (X4) 0.049 . (X5) 0.005 . (X6) 0.082. Adapun koefisien

determinasi (R2) dengan menggunakan enam variabel bebas sebesar 91,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,5 persen variasi produksi usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan. Sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen menjelaskan bahwa variasi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi.

Usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat berada pada kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah, berarti penggunaan input selama ini belum optimal. Hal ini terlihat dari rasio NPM dan BKM pada faktor-faktor produksi, yang memiliki nilai lebih dari satu (kolam, induk, kapur) dan kurang dari satu (dedak, pitik, tenaga kerja). Dengan analisis optimalisasi dapat diperoleh jumlah input optimal bagi setiap faktor produksi. Faktor produksi yang perlu ditambah penggunaannya adalah luas kolam, induk, dan kapur (NPM/BKM > 1). Sedangkan faktor produksi yang perlu dikurangi penggunaannya adalah pakan dedak, pitik, dan tenaga kerja (NPM/BKM <1).

Pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada keuntungan yang selama ini diterima petani (aktual). Hal tersebut dapat dilihat dari rasio penerimaan dan biaya (R/C). Rasio penerimaan dan biaya pada kondisi optimal sebesar 2,20 lebih besar dari kondisi aktual sebesar 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan optimalisasi produksi, maka akan tercapai tingkat keuntungan maksimum.

Kecamatan Cisaat sebagai sentra pembenihan ikan nila ternyata belum menerapkan SNI. Input optimal yang telah dihasilkan berdasarkan pendugaan fungsi produksi memberikan sedikit perbedaan jumlah dengan ketentuan SNI yang berlaku. Perbedaan itu terlihat pada penggunaan input induk dan kapur, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan. Perbedaan secara signifikan terlihat pada penggunaan jenis pakan yang digunakan, dimana penggunaan pakan dedak dan pitik lebih menguntungkan daripada pelet. Penggunaan pakan dedak dan pitik tersebut menghemat biaya sampai lima kali lipat dibandingkan dengan pakan pelet.

(14)

Oleh:

ENDAH SUTIAH

A14105539

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

Nama : Endah Sutiah NRP : A14105539

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K. Wagiono, MEc NIP. 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA.

Bogor, April 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukabumi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 24 April 1984. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari ayahanda yang bernama Endang Ismail dan ibunda yang bernama Haryati.

(18)

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya. Terima kasih Ya Allah Engkau telah mengizinkan hambaMu untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi.

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmaanirrohiim,

1. Teruntai rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah SAW.

2. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Bapak (Alm) terima kasih untuk semua doa, pengorbanan, harapan dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan, semoga Allah senantiasa mengasihi dan memuliakan Mama dan Bapak.

3. Ir. Yayah K.Wagiono, MEc selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk semua masukan, bimbingan dan perhatiannya selama ini, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada Ibu tercinta.

4. Muhammad Firdaus, Ph.d selaku dosen evaluator dan dosen penguji, terima kasih untuk semua masukannya.

5. Rahmat Yanuar, selaku dosen komisi pendidikan, terima kasih atas saran penulisan ilmiah.

6. Petani responden di Kecamatan Cisaat, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan terima kasih atas semua bantuannya yang telah diberikan.

7. Syahida Rizki Fadhilah yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi, terima kasih atas semuanya.

(20)

selama ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua (I LOVE YOU

ALL).

9. Seluruh teman-teman Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10.Pihak Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah membantu penulis.

Akhirnya semoga amal baik bapak/ibu, saudara serta sahabat-sahabat sekalian mendapatkan balasan dari Allah dengan yang lebih baik, amiin.

Bogor, April 2008

(21)

DAFTAR ISI

2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI) Untuk Produksi Benih Ikan Nila... 20

2.4 Studi Terdahulu... 25

BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 27

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1 Teori Produksi... 27

3.1.2 Model Fungsi Produksi ... 28

3.1.3 Skala Usaha... 30

3.1.4 Efisiensi Ekonomi (Optimalisasi) ... 31

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

BAB 4 METODE PENELITIAN... 36

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Jenis dan Sumber data... 36

4.3 Metode Penarikan Sampel... 36

4.4 Metode Analisis Data... 37

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 38

4.4.2 Analisis Optimalisasi ... 42

BAB 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 44

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

(22)

5.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi ... 45 5.2 Karakteristik Responden ... 46 5.2.1 Usia ... 46 5.2.2 Tingkat Pendidikan ... 47 5.2.3 Pengalaman Usaha ... 48 5.2.4 Jumlah Anggota Keluarga... 50 5.2.5 Luas Kolam Budidaya... 50 5.3 Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift ... 51 5.3.1 Persiapan Kolam ... 51 5.3.2 Penebaran Induk... 52 5.3.3 Pemberian Pakan... 52 5.3.4 Pemeliharaan ... 54 5.3.5 Pemanenan ... 54 5.3.6 Pemasaran ... 55 BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 57 6.1 Pengujian Model ... 57 6.2 Analisis Fungsi Produksi ... 59 6.3 Analisis Skala Usaha... 63 6.4 Analisis Optimalisasi ... 65 6.5 Analisis Keuntungan ... 71 6.6 Penerapan SNI... 74 6.7 Perbandingan Kegiatan Pembenihan dengan Pembesaran

Ikan Nila... 79 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 82 7.1 Kesimpulan ... 82 7.2 Saran... 83

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatannya

di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005... 2 2. Ekspor Indonesia terhadap Komoditas Ikan Nila

Tahun 2005 – Mei 2007 (Kg) ... 4 3. Produksi Budidaya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi

Tahun 2004 – 2006 ... 5 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Cisaat Bulan Agustus Tahun 2007 ... 45 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Bulan Agustus

Tahun 2007 ... 46 6. Sebaran Jumlah Responden Menurut Usia Tahun 2007 ... 47 7. Sebaran Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2007 ... 47 8. Sebaran Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan Tentang

Budidaya Ikan Nila Tahun 2007 ... 48 9. Sebaran Jumlah Responden Menurut Pengalaman Tahun 2007 ... 49 10. Sebaran Pertemuan Responden dengan Penyuluh Tahun 2007 ... 49 11. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Tahun 2007... 50 12. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Luas Kolam

Tahun 2007 ... 50 13. Nilai VIF dari Faktor Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift

di Kecamatan Cisaat Tahun 2007 ... 58 14. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Pada Usaha Pembenihan

Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007 ... 59 15. Rasio NPM/BKM Faktor-faktor Produksi Pada Usaha Pembenihan

Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007 ... 65 16. Penggunaan Input Optimal Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift

di Kecamatan Cisaat Tahun 2007 ... 68 17. Penggunaan Input Optimal untuk Satu Siklus Produksi (2 minggu)

Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat

(24)

18. Analisis Keuntungan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di

Kecamatan Cisaat Tahun 2007 ... 71 19. Perbandingan Input Optimal Pembenihan Ikan Nila Gift Berdasarkan

Pendugaan Fungsi Produksi dan SNI dengan Rata-rata Luasan Kolam

1.775,00 m2 Per Tahun... 75 20. Analisa Keuntungan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Berdasarkan

Pendugaan Fungsi Produksi dan Penerapan SNI Pada Rata-rata

Luasan 1.775,00 m2... 78 21. Perbandingan Keuntungan Antara Kegiatan Pembenihan dan

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(26)

1. Neraca Perdagangan Komoditas Perikanan tahun 2000-2006 (US $) ... 87 2. Data Sebaran Kegiatan Budidaya ditiap Kecamatan Tahun 2006 ... 88 3. Karakteristik Pembudidaya Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat

Tahun 2007 ... 89 4. Data Produksi dan Faktor Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila

Gift Selama Satu Tahun Produksi di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 90 5. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift

Dengan Metode Kuadrat Terkecil Tahun 2007... 91 6. Perhitungan Rasio antara NPM dan BKM Usaha Pembenihan Ikan

Nila Gift Per Luasan Rata-rata Kolam Tahun 2007... 93 7. Perhitungan Input Optimal Berdasarkan Satu Siklus Produksi

(15 hari) Tahun 2007... 95 8. Perhitungan Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift

Tahun 2007 ... 96 9. Perhitungan Input Optimal Berdasarkan Standar Nasional Indonesia

Pada Luasan Kolam1.775,00 m2... 97 10. Perhitungan Kegiatan Pembesaran... 98 11. Gambaran Keadaan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kecamatan

(27)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dan prioritas yang cukup tinggi bagi pemerintah Indonesia, terlebih dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini membuktikan bahwa pada masa yang akan datang intensitas dan penetrasi pembangunan perikanan akan semakin baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.

Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau besar dan beribu pulau kecil, memiliki banyak sungai dan wilayah perairan yang luas merupakan sebuah potensi yang cukup tinggi untuk pembangunan sektor perikanan (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor perikanan Indonesia memberikan kontribusi yang setiap tahunnya meningkat melalui kegiatan ekspor impor, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pembangunan perikanan Indonesia merupakan suatu usaha pengembangan perikanan di semua wilayah yang berpotensi. Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan air tawar dan perikanan air laut. Potensi perikanan air tawar masih terbuka lebar baik pada sawah, kolam, jaring apung, maupun keramba. Salah satu wilayah yang diuntungkan dengan melimpahnya sumberdaya air adalah propinsi Jawa Barat.

(28)

sungai yang berpotensi menyediakan 81,4 miliar meter kubik air setiap tahun. Dengan kondisi itu, propinsi Jawa Barat mampu mendukung pemenuhan konsumsi masyarakat terhadap ikan dengan kegiatan utamanya adalah usaha perikanan budidaya air tawar. Produksi perikanan air tawar sekitar 53 persen didukung oleh hasil budidaya kolam yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat bagian selatan yaitu Kabupaten Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur.1

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yaitu perairan tangkap dan perairan budidaya. Potensi sumberdaya perikanan dan tingkat pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatannya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005

No Jenis Usaha Potensi Pemanfaatan %

1 Budidaya Air Tawar: a. Sawah Perikanan b. Kolam Air Tenang c. Kolam Air Deras

3 Penangkapan di Perairan Umum: Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.

Potensi perairan budidaya air tawar yang terdapat di Kabupaten Sukabumi belum dimanfaatkan secara optimal, terlihat pada Tabel 1 bahwa pemanfaatan lahannya masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat

1

(29)

3

pemanfaatan lahan untuk sawah perikanan baru mencapai 11,33 persen, tingkat pemanfaatan lahan untuk kolam air tenang baru mencapai 10,34 persen, tingkat pemanfaatan untuk kolam air deras baru mencapai 55,96 persen.

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di budidaya air tawar yang meliputi budidaya kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk budidaya dalam kolam air tenang 277,63 Ha, kolam air deras seluas 0,31 Ha, dan perikanan sawah seluas 1.284,00 Ha. Kecamatan Cisaat ini merupakan kecamatan dengan luas terbesar dalam budidaya perikanan air tawar dibanding dengan 44 kecamatan lainnya (Lampiran 2).

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kecamatan Cisaat terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran. Pada tahun 1992 di Kecamatan Cisaat mulai terjadi peralihan kegiatan budidaya ke usaha pembenihan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya permintaan benih ikan dari petani ikan pembesaran. Saat ini, lahan yang digunakan untuk kegiatan pembenihan seluas 1.360,42 Ha dan kegiatan pembesaran seluas 201,21 Ha.

(30)

Tabel 2. Ekspor Indonesia terhadap Komoditas Ikan Nila GIFT Tahun 2005 – Mei 2007

Tahun Rincian Ekspor Impor Ekspor

Keterangan: * = Sampai bulan Mei

Indonesia merupakan salah satu pemasok ikan nila GIFT terbesar dunia selain Cina, Thailand, dan Filipina. Semua negara pemasok ikan nila tersebut baru memenuhi setengahnya dari kebutuhan dunia, dan khususnya Indonesia baru melayani di bawah 0,1 juta ton per tahun2. Sedangkan kegiatan impor yang dilakukan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 adalah sebatas permintaan terhadap induk ikan nila GIFT, karena Indonesia belum cukup mampu menghasilkan induk ikan yang berkualitas.

Permintaan pasar domestik untuk ikan nila cukup tinggi baik untuk konsumsi ataupun industri seperti abon, kerupuk, terasi, dendeng dan bakso. Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu daerah sentra pembenihan ikan nila diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut. Oleh karena itu penyediaan benih ikan nila perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Dengan tersedianya benih ikan yang cukup maka akan mendukung budidaya pembesaran ikan nila. Sehingga penyediaan benih ikan merupakan langkah awal dalam menghasilkan ikan nila konsumsi yang berkualitas guna memenuhi permintaan pasar.

2

(31)

5

1.2Perumusan Masalah

Kabupaten Sukabumi sebagai daerah yang memiliki potensi budidaya air tawar khususnya komoditas ikan nila, belum dioptimalkan secara baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa penggunaan lahan belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila ini adalah sarana dan prasarana yang belum memadai (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006). Permasalahan yang menyangkut sarana salah satunya yaitu faktor produksi induk yang masih impor, sedangkan dalam hal prasarana yaitu pemasaran benih ikan. Adanya permasalahan tersebut tentunya berpengaruh dalam memperoleh hasil produksi yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi ikan nila yang relatif menurun mulai tahun 2004 hingga 2006 (Tabel 3). Pada tahun 2005 produksi ikan nila mengalami penurunan cukup tinggi hingga mencapai 41,15 persen. Sedangkan pada tahun 2006 produksi ikan nila meningkat namun rata-rata peningkatannya masih relatif kecil dibandingkan penurunan pada tahun 2005 yaitu hanya mencapai 2,46 persen. Sekitar 70 persen produksi ikan nila yang dihasilkan oleh Kabupaten Sukabumi tersebut berupa nila GIFT.

Tabel 3. Produksi Budidaya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004 - 2006 Tahun Jumlah (Ton) Penurunan (%) Kenaikan (%)

2004 9.710,77 - -

2005 5.714,75 41,15 -

2006 5.855,10 - 2,46

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.

(32)

produk untuk pasar domestik sebesar 70 persen (135.000 ton) dan ekspor sebesar 30 persen (60.000 ton). Oleh karena itu produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi khususnya kecamatan Cisaat sebagai sentra benih ikan nila perlu dioptimalkan secara efektif untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Seperti diketahui apabila terdapat masalah pada usaha pembenihan maka akan berpengaruh pada penyediaan benih bagi petani ikan pembesaran.

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dapat ditunjang dengan tersedianya faktor produksi atau sumberdaya secara kontinyu dalam jumlah yang tepat. Kuantitas faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang akan diperoleh. Ketidakefisienan proses produksi seperti penggunaan induk yang melebihi masa produktif diduga merupakan salah satu permasalahan yang ditimbulkan akibat ketidaktahuan petani ikan dalam mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya. Penggunaan induk melebihi masa produktif tentunya mempengaruhi jumlah pemberian pakan. Selain itu induk tersebut menjadi kurang produktif dalam menghasilkan benih, sehingga produksi optimal dan keuntungan maksimum tidak tercapai.

(33)

7

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor produksi apakah yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila.

2. Bagaimana alokasi penggunaan faktor-faktor produksi pada budidaya ikan nila agar tercapai kondisi yang optimal.

3. Berapa keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara optimal.

4. Bagaimana penggunaan input optimal berdasarkan analisis fungsi produksi bila dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.3Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila.

2. Menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal.

3. Menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien.

(34)

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Petani, sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

2. Penyuluh atau Pemerintah, sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau mengembangkan budidaya pembenihan perikanan air tawar.

(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dengan warna putih kehitaman. Ikan nila merupakan sumber protein hewani non kolesterol yang disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Ikan nila ini merupakan hasil budidaya, sehingga pasokannya bisa diperoleh setiap saat tanpa terpengaruh musim.Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

(36)

besar, sehingga pembudidayaannya sangat mudah dan tahan terhadap serangan penyakit.3

Ikan nila dapat dibudidayakan di kolam air tenang, kolam air deras, jaring apung, maupun di keramba (BPBAT, 2007). Kegiatan budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pendederan, dan pembesaran.

1. Pembenihan

Pembenihan adalah rangkaian kegiatan mulai pengeluaran telur dari induk betina hingga berubahnya telur tersebut menjadi larva. Ukuran larva ini sekitar 0,5 hingga 1 centimeter, dan satuan yang digunakan biasanya dinyatakan dalam liter. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembenihan berkisar antara 10 hingga 20 hari. Ukuran kolam pembenihan minimal 400 m2 yaitu bisa kolam tanah atau kolam tembok dengan dasar tanah.

2. Pendederan

Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan I dan pendederan II. Jangka waktu pendederan I selama dua hingga tiga minggu dan pendederan II sekitar tiga minggu. Tujuan pendederan secara bertahap antara lain untuk memperoleh ikan yang ukurannya seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberikan kesempatan ikan untuk mendapatkan makanan sehingga pertumbuhannya juga seragam. Jika benih ikan nila hanya didederkan satu tahap, dikhawatirkan diperoleh hasil yang ukurannya tidak seragam karena padat penebarannya cukup tinggi. Ukuran ikan yang dihasilkan pada pendederan I

3

(37)

11

sekitar 3-5 cm, sedangkan pada pendederan II sekitar 8-12 cm. Satuan yang biasa digunakan untuk mengukur produksi dari kegiatan pendederan adalah dalam kilogram. Luas kolam untuk pendederan ini biasa dilakukan pada 1.000 hingga 2.000 m2.

3. Pembesaran

Kegiatan pembesaran adalah kegiatan pemeliharaan ikan hasil panen dari pendederan II untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi. Ukuran ikan yang dipanen selama pemeliharaan atau sekitar 3-6 bulan adalah 150-250 gram/ekor (untuk ukuran domestik) dan 500-600 gram/ekor untuk pasar ekspor. Pembesaran ikan nila bisa dilakukan secara monokultur ataupun polikultur. Pembesaran secara monokultur yaitu pemeliharaan ikan secara tunggal berupa nila saja, sedangkan sistem polikultur yaitu pemeliharaan ikan nila yang dicampur dengan jenis ikan lain. Pembesaran ikan nila ini umumnya dilakukan di kolam, kolam air deras, KJA (Keramba Jaring Apung), keramba dan tambak.

2.1.1Nila GIFT

(38)

Nila GIFT mempunyai karakteristik genetik yang lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas (tingkat kesuburan untuk menghasilkan sejumlah telur) lebih tinggi. Dalam waktu 5 - 6 bulan ikan nila GIFT mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 gram. Daya tahan tubuh yang lebih baik memungkinkan nila GIFT lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas air yang tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Ikan nila GIFT telah dinobatkan sebagai ikan abad 21 dalam suatu konferensi masyarakat perikanan sedunia yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1996. Hal ini didorong oleh semakin digemarinya spesies nila GIFT oleh masyarakat di banyak negara dan didukung oleh kemampuan pertumbuhannya yang sangat cepat.

2.1.2Pembenihan

Menurut Arie (2003) kegiatan pembenihan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, dimana dalam memilih benih ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain:

a. Bentuk benih normal

b. Benih harus berasal dari induk yang jelas asal-usulnya.

c. Terasa lembut apabila dipegang yang berarti benih tersebut masih muda dan bila dipelihara dapat tumbuh dengan cepat.

d. Benih harus tersedia secara kontinu sesuai kebutuhan

(39)

13

ikan nila menurut Arie (2003), dapat ditempuh melalui tiga sistem pembenihan, yaitu:

1. Pembenihan Sistem Ekstensif

Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang, input produksinya sangat sederhana, biasa dilakukan dikolam air tawar, dan pengairannya tergantung pada musim hujan. Sistem pembenihan ini memiliki ciri khas tersendiri, terutama dari konstruksi kolam dan cara panennya. Sistem ini tergolong tradisional, namun menghasilkan benih cukup banyak untuk sekali pemijahan. Hasil benih sangat tergantung dari keadaan kolam sesuai dengan fungsinya. Pemanenan biasanya dilakukan selama sebulan, bahkan ada yang dua bulan dengan ukuran benih yang sudah agak besar, yaitu 2-3 cm, namun ada pula yang memanen saat benih masih kecil atau berukuran 8-12 mm. Dengan cara ini dapat diperoleh beberapa keuntungan, yaitu proses produksi lebih cepat dan benih dapat dijual mahal.

2. Pembenihan Semi-Intensif

(40)

3. Pembenihan Intensif

Sistem pemeliharaam intensif adalah sistem pemeliharaan ikan yang paling modern. Pembenihan intensif merupakan cara mendapatkan benih yang sebagian besar pengelolaan dilakukan oleh manusia. Dalam sistem ini umumnya sudah dilakukan manipulasi lingkungan atau penambahan jumlah dan jenis sarana produksi yang digunakan. Dengan demikian dalam areal yang sempit dapat dilakukan aktivitas budidaya yang lebih besar dan cocok untuk lahan yang relatif sempit. Pemanenan dari sistem ini bukan larva atau benih, melainkan telur. Telur diambil dari induk betina yang sedang mengeram. Kelebihan dari sistem ini diantaranya tidak memerlukan tempat yang luas, proses pemijahan lebih cepat, hasilnya lebih tinggi dan benihnya tunggal kelamin.

2.1.3Pemanenan Benih

Pemanenan dan penanganan benih memerlukan kecermatan, khususnya pada benih yang masih kecil. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi. Menurut Arie (2003) di Indonesia terdapat dua cara panen, yaitu panen sebagian dan panen total.

1. Panen Sebagian

Panen sebagian biasanya menggunakan alat berupa anco. Anco dipasang di dalam kolam. Di dalam anco ditaburkan sedikit pakan agar benih ikan berkumpul diatas anco itu. Setelah benih terkumpul, anco diangkat, kemudian benih diambil. Anco digunakan bila ingin menangkap benih dalam jumlah sedikit.

2. Panen Total

(41)

15

menampung benih disediakan wadah-wadah yang lebih besar, seperti bak-bak semen di dalam ruangan (terutama pada usaha pembenihan skala besar), dan beberapa buah hapa. Saat panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga mencapai ketinggian 10-30 cm. Pada saat itu, pemanen turun dalam kolam untuk mengatur sisa air agar mengalir kearah pintu pembuangan melalui parit (kemalir) yang terdapat di tengah dasar kolam. Kemudian benih ikan digiring perlahan-lahan kearah parit (kemalir). Pemanenan harus dilakukan hati-hati agar tubuh benih tidak lecet.

Benih yang dipanen dimasukkan dalam ember dan ditampung dalam hapa besar. Hapa ini dipasang tidak jauh dari lokasi panen. Air harus tetap mengalir dalam hapa, tetapi bukan air dari kolam yang sedang dipanen agar benih tidak stres (Arie, 2003).

Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Apabila menggunakan Waring, bahannya harus kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kain terilin atau bahan nilon halus. Penampungan dalam hapa tidak boleh terlalu padat karena menyebabkan ikan mabuk. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih hasil panen dibiarkan selama semalam agar segar kembali (Arie, 2003).

2.1.4Pengangkutan Benih

(42)

1. Pengangkutan Sistem Terbuka

Pengangkutan ini merupakan cara angkut air dalam wadah angkutnya dapat kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya dapat dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh singkat. Alat angkutnya dapat berupa keramba atau ember. Sebenarnya cara ini sangat cocok untuk pengangkutan ikan ukuran konsumsi karena sirip-siripnya tidak akan menganggu alat angkut, oleh karena itu pengangkutan benih pun masih dapat ditolerir.

2. Pengangkutan Sistem Tertutup

Pengangkutan ini merupakan sistem angkut yang air dalam wadah angkutnya tidak kontak langsung dengan udara. Agar kebutuhan oksigen terpenuhi, setiap wadah diisi air dan oksigen dengan perbandingan sama.

Sistem ini sangat cocok untuk pengangkutan benih ukuran kecil karena wadah angkutnya tidak terganggu oleh siripnya. Ikan ukuran konsumsi tidak cocok digunakan karena sisip dapat merusak wadah angkut. Jarak angkutnya dapat jauh atau waktu tempuhnya sekitar 8 - 12 jam. Wadah yang digunakan adalah kantung plastik lebar 40 - 50 cm dan tinggi 60 - 80 cm dengan ketebalan 0,2 - 0,4 mm.

Pengangkutan tertutup ini dipengaruhi oleh waktu, kepadatan, dan cara pengemasannya. Waktu pengangkutan yang baik adalah pagi atau malam hari. Untuk itu, lama pengangkutannya pun harus diperhitungkan agar suhu udara tetap rendah selama pengangkutan.

(43)

17

dengan panjang sekitar satu meter. Selanjutnya kantung ini diisi dengan air 20 liter dan diikuti pemasukan benih. Apabila seluruh benih sudah dimasukkan, kantung diisi oksigen sebanyak 20 liter dan diikat karet sampai rapat, agar tidak ada kebocoran sedikitpun. Jumlah oksigen tersebut dapat bertahan hingga 8 - 10 jam.

2.2Faktor Produksi

Sumberdaya merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan usahatani, karena merupakan salah satu subsistem yang menentukan jumlah output yang dikeluarkan. Sumberdaya yang digunakan pada usaha pembenihan ikan nila dapat diklasifikasikan menjadi tanah / lahan, tenaga kerja, modal, pakan , obat, jenis induk, kapur dan sebagainya.

Faktor Tanah / Lahan

Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Peranan tanah sebagai faktor produksi dipengaruhi oleh beberapa hal:

1. Luas Lahan

Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan untuk kegiatan budidaya maka semakin tinggi produksi dan pendapatan persatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal berikut:

(44)

b. Luas lahan perikanan adalah jumlah seluruh tanah (kolam) yang digunakan untuk budidaya ikan.

2. Lokasi Lahan

Lokasi lahan usahatani merupakan kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi.

3. Fasilitas – fasilitas

Keberadaan fasilitas-fasilitas lain berupa sungai (pengairan) sangat membantu dalam meningkatkan produksi.

Tenaga Kerja

Faktor kerja dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau banyak tergantung dari besaran usaha. Tenaga kerja untuk budidaya perikanan dapat berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan luar keluarga antara lain komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja).

Peranan anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam usahatani sangat berarti, karena akan ada penghematan biaya dibanding memperkerjakan tenaga luar. Tenaga luar ini sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya waktu kerja, kecakapan dan umur tenaga kerja.

Modal dan Peralatan

(45)

19

dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau untuk meningkatkan pendapatan.

Pakan

Pakan yang biasanya dipakai untuk pembenihan ikan nila adalah berupa pelet, popur, dan dedak. Adapun merek dan jenis pakan yang dipakai untuk pembenihan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi, misal memilih pelet bermerek ”Surya” dikarenakan kandungan nutrisinya yang cukup tinggi.

Obat

Obat diberikan apabila pada kegiatan pembenihan tersebut terdapat hama atau penyakit yang menyerang. Jenis obat yang diberikan tergantung dari jenis hama atau jenis penyakit yang menyerang ikan nila.

Jenis Induk

Induk benih untuk ikan nila tentunya mempunyai varietas yang beragam. Induk benih ini bisa saja didapatkan dari hasil perkawinan beberapa sumber genetik yang menghasilkan varietas baru yang cukup unggul dari tetuanya. Pemilihan induk harus dilakukan secara selektif agar kualitas benih yang dihasilkan bermutu.

Kapur

(46)

2.3Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Produksi Benih Ikan Nila

Standar Nasional Indonesia untuk produksi benih ikan nila hitam telah dikeluarkan sejak tahun 1999 dengan nomor SNI 01-6141-1999. Standar produksi benih ikan nila hitam diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan standar sesuai dengan Keppres RI No.13 tahun 1997. Standar produksi benih ikan nila disusun sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance), mengingat produk ini banyak diperdagangkan serta mempunyai pengaruh terhadap mutu produk akhir yang dihasilkan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu.

Pembuatan standar untuk produksi benih nila dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen induk/benih, penakar, dan instansi yang memerlukan. Selain itu juga digunakan untuk pembinaan mutu dan sertifikasi. Standar yang dibuat untuk produksi benih ini diantaranya meliputi persyaratan produksi dan berbagai cara pengukuran yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan.

A. Persyaratan Produksi

Persyaratan produksi ini mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan pembenihan mulai dari pra produksi, proses produksi hingga pemanenan.

ƒ Pra Produksi

(47)

21

1. Lokasi

Lokasi Perkolaman:

• Kawasan Perkolaman : bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran.

• Jenis Tanah : tanah liat berpasir (sandy clay dengan perbandingan 3:2).

• Ketinggian Lahan : 0 – 1000 meter di atas permukaan laut.

Lokasi Jaring Apung:

• Lokasi : terletak di waduk, danau dengan ketinggian < 700 meter dari

permukaan laut.

• Kedalaman Air : minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah.

• Luas Areal Pemasangan Jaring : maksimal 10% dari luas potensial dan luas

jaring maksimal 10% dari luas areal pemasangan jaring.

• Kekuatan Arus Dasar : (20 – 40) cm/detik.

2. Sumber Air

• Jernih tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

• Suplai pemasukan dan pembuangan air berupa pipa, pralon, bis beton atau

saluran tembok kedap air. 3. Wadah Produksi

• Bak semen ukuran minimal (5 x 2 x 1,25) m3 , atau

• Kolam tanah dengan luas minimum 500 m2, kedalaman air 60 cm.

• Wadah pemijahan dan penetasan telur : hapa ukuran (6 x 3 x 1,25), wadah

corong dengan diameter atas 30 cm dan bawah 15 cm serta tinggi 45 cm. 4. Induk

(48)

5. Bahan

• Pakan : pelet, kandungan protein 20% - 25% dan lemak 6% - 8%.

• Pupuk : organik (pupuk kandang)

• Bahan kimia dan obat-obatan: kapur, antibiotik, biru metilena, organo fosfat,

kalium permanganat. 6. Peralatan

• Hapa

• Pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, pH-meter).

• Peralatan lapangan (timbangan, waring, ember, lambit).

ƒ Proses Produksi

Proses produksi adalah rangkaian kegiatan budidaya pembenihan dengan memperhatikan segala aturan budidaya untuk menghasilkan produksi maksimal. Aturan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kualitas air media pemijahan dan penetasan telur

Suhu : 25ºC - 30ºC

Nilai pH : 6,5-8,5

Kandungan Oksigen Terlarut : minimal 5 mg/l Ketinggian air : 50 – 70 cm Kecerahan sechi disk : > 50 cm 2. Penggunaan bahan

Pakan : Dosis Pakan 2%, dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari

(49)

23

3. Padat tebar induk : pada bak 5 ekor/m2, pada kolam 1 ekor/2 m2, dan pada hapa 5 ekor/m2.

4. Nisbah kelamin = jantan: betina = 1: 3 dengan rata-rata bobot tubuh 400 gram. 5. Produksi larva : 500 – 750 larva per ekor induk per satu periode. Sedangkan

jumlah induk yang memijah dalam satu periode adalah 60% dari total jumlah induk betina.

6. Waktu pemeliharaan : 10 – 15 hari

ƒ Pemanenan

Pemanenan adalah kegiatan pemungutan hasil proses produksi benih ikan. Standar ukuran benih nila sekitar 0,6 – 0,7 centimeter.

B. Cara Pengukuran dan pemeriksaan

Dalam penetapan standar produksi benih, perlu adanya cara pengukuran yang tepat dalam menentukan penggunaan input produksi. Pengukuran yang tepat dalam budidaya dapat membuat penggunaan input menjadi optimal, sehingga petani memperoleh keuntungan maksimal. Berbagai pengukuran yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan telah disesuaikan dengan standar yang ada, antara lain:

ƒ Cara mengukur suhu, pH air dan ketinggian air

(50)

ƒ Cara menentukan jumlah pakan

Cara menentukan jumlah pakan dilakukan dengan menggunakan bobot rata-rata ikan dikalikan dengan jumlah populasi ikan yang ditanam, kemudian dikalikan dengan persentase pakan yang telah diberikan per hari. Satuan dalam gram atau kilogram.

ƒ Cara menentukan jumlah kapur

Cara menentukan jumlah kapur adalah dengan mengalikan dosis kapur per meter persegi dengan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.

ƒ Cara menentukan jumlah padat tebar benih

Cara menentukan jumlah padat tebar benih adalah dengan cara mengalikan jumlah benih yang ditebar per satuan meter persegi dengan luas kolam budidaya.

ƒ Cara menentukan waktu pemeliharaan

Cara menentukan waktu pemeliharaan dilakukan dengan mencatat waktu mulai benih tebar sampai dengan saat panen.

ƒ Cara mengukur bobot badan

Cara mengukur bobot badan adalah menimbang benih dengan menggunakan timbangan analitis yang dinyatakan dalam gram atau miligram.

ƒ Cara mengukur panjang total

(51)

25

2.4Studi Terdahulu

Penelitian mengenai ikan nila sebelumnya sudah pernah dilakukan, terutama nila GIFT. Kusdanu (2004) pernah mengkaji mengenai prospek pengembangan usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan menggunakan metode perhitungan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Berdasarkan perhitungan analisis usaha menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan kepemilikan rata-rata 20 unit kolam lebih menguntungkan daripada kepemilikan rata-rata 8 unit kolam, walaupun begitu usaha ini dinyatakan layak untuk diusahakan selama umur proyek. Sama halnya dengan Irianni (2006) yang melakukan analisis kelayakan finansial pembenihan dan pendederan ikan nila, dimana produk dan alat analisis yang digunakan sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal kegiatan budidaya yaitu pembenihan, pendederan atau pembesaran.

Mardliyah (2002) melakukan penelitian mengenai tingkat produktivitas usaha pembenihan nila GIFT dengan memperbandingkan pola polikultur dengan monokultur. Perbandingan kedua pola tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi petani dalam pengambilan keputusan. Metode yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani untuk menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pola usaha tersebut menguntungkan, namun usaha pembenihan dengan pola polikultur di Desa Kutasirna memiliki keuntungan yang lebih besar daripada pola monokultur.

(52)

Cobb-Douglas dan analisis kelayakan dilakukan dengan menghitung NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input variabel yang berpengaruh nyata adalah volume jaring apung, benih, pakan, dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis finansialnya usaha tersebut layak dengan nilai Net B/C sebesar 12,83. Sama halnya dengan penelitian Kesuma (2006) mengenai optimalisasi produksi ikan konsumsi air tawar dengan menggunakan linier programming, dimana sumberdaya yang diduga tidak habis terpakai yaitu faktor lahan, tenaga kerja, benih lele, pupuk, kapur, obat-obatan, pakan singkong dan pakan pelet. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka petani dapat melakukan optimalisasi terhadap tingkat penggunaanya agar produksi bisa ditingkatkan.

(53)

BAB 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3.1Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1Teori Produksi

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (Soekartawi,1994). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan adalah biasanya berupa input. Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = f (X1,X2,X3,X4....,Xn)

Dimana : Y = Jumlah produksi

Xn = Faktor – faktor produksi

Gambar 1. Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi

Output (y)

III I II

Input (x) TP

x PR y

(54)

Keterangan : Y : Total Produksi X : Input Variabel PT : Produksi total PR : Produksi rata-rata PM : Produk marginal

Gambar 1 menggambarkan fungsi produksi hubungan antara satu input dengan satu output. Dari fungsi ini juga dapat digambarkan produk marjinal (marginal product atau MP) dan produk rata-rata (average product atau AP). MP adalah tambahan produksi per satuan tambahan input, sedangkan AP adalah produksi per satuan input.

Fungsi produksi ini dibagi menjadi tiga daerah produksi yaitu daerah I (stage I) di sebelah kiri titik AP maksimum dengan elastisitas produksi lebih besar dari satu, daerah II (stage II) diantara AP maksimum dan MP = 0 dengan elastisitas produksi antara nol dan satu, dan daerah III (stage III ) disebelah kanan MP = 0 (MP>0) dengan elastisitas produksi lebih kecil dari nol. Daerah II disebut dearah rasional karena jika beroperasi ditahap ini maka akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Sedangkan Daerah I dan III disebut daerah tidak rasional, karena hanya manajer (petani) yang tidak rasional yang akan memproduksi atau beroperasi pada tahap ini.

3.1.2Model Fungsi Produksi

(55)

29

faktor produksi yang digunakan mewakili variabel-variabel yang mempunyai hasil produksi.

Ada empat alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai para peneliti (Soekartawi,1994), yaitu:

1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear.

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.

Menurut Soekartawi (1994), kesulitan yang umum dijumpai dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Variabel yang Keliru

Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga sekaligus mendorong terjadinya multikolinearitas variabel independen. 2. Kesalahan Pengukuran Variabel

Kesalahan pengukuran variabel terletak pada validitas data. Apakah data dipakai ekstrim keatas atau kebawah. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Bias terhadap Variabel Manajemen

(56)

variabel independen dalam pendugaan Cobb-Douglas. Alasannya adalah variabel ini erat hubungannya dengan variabel independen lain, karena variabel manajemen erat hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam mengalokasikan variabel masukan-keluaran, maka variabel ini dalam fungsi pendugaan akan menghasilkan dugaan yang bias.

4. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah apabila dua atau lebih variabel penjelas dalam fungsi pendugaan mempunyai korelasi yang tinggi.

5. Data

Data tidak boleh ada yang bernilai nol karena logaritma dari bilangan yang bernilai nol atau negatif adalah tidak terhingga.

3.1.3Skala Usaha (Return to Scale)

Skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang (decreasing return to scale), kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale), atau kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale). Skala usaha dapat ditunjukkan dengan menggunakan penjumlahan koefisien regresi dari suatu fungsi produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga bentuk skala usaha dalam proses produksi, yaitu:

1. Decreasing Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi lebih kecil dari satu atau (b1 + b2 + ...+ bn < 1), artinya bahwa penambahan faktor produksi

(57)

31

2. Constant Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi sama dengan satu atau (b1 + b2 + ... + bn = 1), artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi

akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

3. Increasing Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi lebih besar dari satu atau (b1 + b2 + ... + bn > 1), artinya bahwa proporsi penambahan faktor

produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. 3.1.4Efisiensi Ekonomi (Optimalisasi)

Prinsip efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Menurut Soekartawi (1994), efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Dalam terminologi ilmu ekonomi pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Efisiensi teknis, suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum.

2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga), jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan.

3. Efisiensi Ekonomi, jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

(58)

tercapainya keuntungan maksimum dipenuhi apabila produksi yang terjadi berada pada daerah II dalam kurva produksi yaitu pada saat elastisitas produksinya bernilai nol dan satu ( 0 <Ep < 1). Sehingga pada saat keuntungan maksimum telah tercapai, berarti faktor-faktor produksi telah digunakan secara efisien.

Syarat kecukupan yang disebut sebagai indikator pilihan, menunjukkan pencapaian tujuan individu atau sosial. Syarat kecukupan untuk mencapai efisiensi tingkat tertinggi atau tingkat produksi optimal adalah nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM). Untuk mencapai tingkat produksi yang optimum dimana tercapai efisiensi ekonomis, maka perlu memasukkan variabel harga yaitu harga faktor produksi dan harga produksi.

Bila jumlah produk yang dihasilkan disimbolkan Y, sedangkan Py dalah harga satuan dari produk tersebut dan xi adalah jumlah faktor produksi yang digunakan dengan harga per satuan adalah Pxi, maka keuntungan adalah selisih nilai produksi yang dihasilkan dengan nilai faktor produksi yang digunakan.

π = TVP - TC

π = TVP -TVC - TFC π = P. Y- ∑ ri .Xi - TFC

dimana:

π = Keuntungan

TVP = Total Value Product (Total penerimaan produk) TVC = Total Variable Cost (Biaya variabel total) Y = Output

(59)

33

ri = Harga input ke-i

TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap total)

Keuntungan maksimum dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan bernilai nol, atau dirumuskan sebagai berikut:

∂π / ∂Xi = Py. (∂y/ ∂Xi) – Pxi = 0

Py. (∂y / ∂Xi ) = Pxi

Py PMxi = Pxi

NPMxi = Pxi

Dimana:

Py = Harga produk

Pxi = Harga faktor produksi ke –i = Biaya Korbanan Marjinal faktor

produksi ke i (BKMxi)

PMxi = Produk Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i

NPMxi = Nilai Produk Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i

Apabila faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

NPM = BKM NPM/BKM = 1

3.2Kerangka Pemikiran Operasional

(60)

karena itu pembudidaya ikan di Kecamatan Cisaat perlu meninjau kembali usaha yang dilakukan sudah efisien atau belum, yaitu dengan melakukan perencanaan produksi optimal. Perencanaan produksi optimal ini akan dilakukan pada faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses budidaya, diantaranya luas kolam, jumlah induk, pakan dedak, pitik, kapur dan jumlah tenaga kerja.

Produksi optimal dapat diperoleh dengan melakukan analisis optimalisasi terhadap penggunaan faktor-faktor produksi. Faktor produksi tersebut akan dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, analisis efisiensi dan analisis keuntungan. Fungsi produksi Cobb-Douglas ini akan menghasilkan model pendugaan untuk menentukan faktor-faktor produksi apa saja yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan pembenihan ikan nila. Analisis efisiensi dilakukan dengan menghitung rasio NPM/BKM sehingga diperoleh jumlah input optimal untuk setiap faktor produksi. Sedangkan untuk memperoleh informasi mengenai selisih antara penerimaan dan biaya dari kegiatan pembenihan, maka dilakukan analisis keuntungan.

(61)

35

Usaha Pembenihan Ikan Nila GIFT Kecamatan Cisaat Masalah :

- Produksi turun, sedangkan Permintaan Tinggi

- Sarana dan Prasarana belum optimal

Hasil Analisis Optimalisasi

Faktor Produksi

(62)

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cisaat merupakan daerah yang membudidayakan perikanan ikan nila terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Luasan Kecamatan ini untuk budidaya perikanan mencapai 36,45 persen dari 4.285,374 Ha, dengan jumlah pembudidaya sekitar 53,04 persen. Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai April 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan yaitu dengan wawancara langsung kepada petani ikan sesuai dengan format kuisioner yang telah dirancang sebelumnya.

Data sekunder merupakan data pendukung untuk melengkapi data primer yang berasal dari Departemen Perikanan dan Kelautan, Dinas Perikanan Daerah, Badan Pusat Statistik, Balai Riset Pengembangan Budidaya Air Tawar, Balai Benih Air Tawar, dan literatur lain yang terkait.

4.3 Metode Penarikan Sampel

(63)

37

dan Kutasirna. Pemilihan desa tersebut didasarkan bahwa daerah-daerah tersebut merupakan sentra ikan nila GIFT baik untuk kegiatan pembenihan, pendederan maupun pembesaran. Proporsi pengambilan sampel di tiga desa tersebut akan disesuaikan dengan ketersediaan jumlah petani yang melakukan kegiatan pembenihan. Jumlah responden sebanyak 21 petani diambil dari desa Salajambe, kemudian Cibolang kaler sebanyak 11 petani dan Kutasirna sebanyak 8 petani. Jumlah sampel yang diambil adalah 40 petani dengan alasan bahwa syarat pengambilan sampel usahatani minimal berjumlah 30 agar mendapatkan hasil yang relevan (Walpole, 1992).

Responden adalah para petani yang melakukan kegiatan pembenihan ikan nila varietas GIFT, dengan asumsi teknologi yang digunakan relatif sama. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat sebelum menggunakan persamaan Cobb-Douglas, yaitu perlu adanya asumsi bahwa teknologi yang digunakan relatif sama seperti teknik budidaya dan penggunaan faktor produksi.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah pertama, menyiapkan daftar petani yang menjadi anggota populasi (kerangka sampling). Kedua, menentukan jumlah responden yaitu sebanyak 40 orang. Ketiga, mengambil data-data yang diperlukan dari responden.

4.4 Metode Analisis Data

Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data yang dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: 1. Tahap editing, yaitu merekap kembali catatan sesuai dengan data dan informasi

(64)

2. Tahap tabulasi adalah kegiatan penyusunan dan pengklasifikasian data dalam bentuk tabel agar lebih mudah dipahami.

3. Tahap pengolahan data adalah proses pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan program Minitab.

4. Tahap interpretasi data adalah analisis deskriptif mengenai output komputer yang telah dihasilkan.

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis fungsi produksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja, dan modal, dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh. Diantara fungsi produksi yang umum dibahas dan digunakan oleh para peneliti adalah fungsi produksi Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi budidaya pembenihan ikan nila GIFT dalam satu tahun produksi dengan penggunaan faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb- Douglas adalah sebagai berikut :

Ln Y = Lna + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3+ b4LnX4+ b5LnX5+ b6LnX6

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis dalam bentuk kuadratik dan diolah dengan menggunakan regresi berganda. Maka model fungsi produksi ikan nila dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = aX1b1X2b2X3b3 X4b4X5b5 X6b6

Dimana :

(65)

39

a = Nilai Konstanta b = Koefisien Regresi X1 = Luas kolam (m2)

X2 = Induk Nila GIFT (kg)

X3 = Pakan Dedak(kg)

X4 = Pakan Pitik (kg)

X5 = Kapur (kg)

X6 = Tenaga Kerja (HOK)

Nilai konstanta (’a’) merupakan bilangan yang nilainya tetap. Sedangkan koefisien regresi (’b’) digunakan untuk mengukur perubahan nilai rata-rata Y yang diakibatkan oleh perubahan variabel X, atau dapat dikatakan bahwa ’b’ adalah efek langsung dari setiap unit perubahan variabel X terhadap nilai rata-rata Y (Sarwoko, 2007).

Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan mudah dapat diselesaikan dengan cara regresi. Penyelesaian dengan regresi pada fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum peneliti menggunakan fungsi Cobb-Douglas, antara lain:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.

(66)

berarti bahwa fungsi tersebut terhindar dari kelemahan yang ada. Umumnya kelemahan fungsi Cobb-Douglas terletak pada permasalahan yang melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square), misalnya kesalahan pengukuran variabel, multikolinieritas, dan sebagainya. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model OLS agar model yang dihasilkan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu:

1. Model analisis adalah linier dan komponen error/residual berasal dari distribusi normal. Jika residual berasal dari distribusi normal maka nilai-nilai data (titik-titik dalam grafik akan terletak di sekitar garis diagonal. Sedangkan jika residual tidak berasal dari distribusi normal maka nilai-nilai data akan terpencar jauh dari garis diagonal.

2. Tidak terdapat multikolineritas diantara independent variable.

Multikolinearitas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier diantara peubah bebas (independent variable).

3. Tidak ada otokorelasi. Otokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross section).

Suatu model yang telah memenuhi asumsi-asumsi di atas maka dapat digunakan uji statistik sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Cisaat Bulan Agustus Tahun 2007
Gambar 4. Pemberian Pakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui faktor yang paling memberikan kontribusi terhadap jumlah produksi ikan Nila di Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun...

Permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo secara tradisional adalah hasil produksi dan kualitas dari hasil produksi pembenihan ikan lele

Chrisman B.H.Siregar:Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan nila, 2000 USU e-Repository © 2008... Chrisman B.H.Siregar:Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

Hasil penelitian ini nantinya akan diperoleh data dan informasi yang memadai untuk mengetahui proses pembenihan ikan nila dan apakah usaha pembenihan ikan nila

1) Teknik pembenihan ikan nila GMT yang dilakukan responden memakai sistem pembenihan semi-intensif dengan teknik pemijahannya secara massal dan teknik pemanenannya panen

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Aspek finansial dari usaha pembenihan ikan nila selama satu bulan ini bisa dikatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan, terlihat dari nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan teknik pembenihan ikan nila nirwana Oreochromis niloticus yang dilakukan di Balai Benih Ikan Cibiru mencakup beberapa proses yaitu pemeliharaan induk,

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai potensi pengembangan bisnis ikan nila, mengenalkan olahan ikan nila kecil bernama crispy baby fish sebagai