• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEMBENIHAN

IKAN NILA GMT DI KELOMPOK TANI BUNI SARI,

CARINGIN WETAN, SUKABUMI

AMELIA QODARIYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

AMELIA QODARIYAH. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT, di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.

Analisis kelayakan merupakan salah satu bentuk analisa untuk menilai kelayakan dari suatu kegiatan usaha dan tingkat keuntungan bagi petani sebagai pengembalian atas investasi atau modal yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan berdasarkan non finansial dan aspek finansial pada pengusahaan pembenihan ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia) yang terbagi dalam tiga skenario. Disamping itu, dilakukan juga analisis mengenai tingkat kepekaan sebagai akibat adanya perubahan dalam suatu variabel usaha. Pemilihan responden sebanyak 14 orang petani ikan menggunakan teknik purposive. Data diolah menggunakan program Microsoft excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi. Perhitungan biaya dan manfaat disusun dalam bentuk cash flow. Secara finansial dan non finansial, kegiatan pengusahaan pembenihan pada ketiga skenario layak untuk dilakukan. Empat kriteria investasi yakni NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period menunjukkan hasil yang melebihi standar kelayakan suatu usaha. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan jumlah produksi benih ikan nila GMT memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan peningkatan harga pitik.

Kata kunci : kelayakan, nila, investasi, pembenihan, GMT

ABSTRACT

AMELIA QODARIYAH. Analysis of Feasibility of the Operation of Tilapia GMT Hatcheries by Farmers Group Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi. Supervised by RACHMAT PAMBUDY.

The feasibility analysis is one of form analysis to assess the feasibility of a business activity and profitability for farmers as return on investment or capital employed. The purpose of this study was to analyze the feasibility based on non-financial and non-financial aspects of the operation of tilapia GMT (Genetically Male Tilapia) hatcheries that are divided into three scenarios. In addition, the analysis was also performed on the level of sensitivity as a result of a change in a variable effort. The selection of respondents were 14 fish farmers using purposive technic. The data were processed using Microsoft Excel program that presented in tabulated form. The calculation of costs and benefits are arranged in the form of cash flow. Financially and non-financially, the operation of fish hatcheries in the third scenario feasible was done. Four investment criterias include NPV, Net B / C, IRR, and Payback Period showed results that exceed eligibility standards of a business. Sensitivity analysis showed that the decrease in the number of tilapia seed production quantities GMT had a bigger impact than the increase in Pitik prices.

(6)

RINGKASAN

AMELIA QODARIYAH. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang besar memiliki potensi ekonomi yang cukup besar disektor perikanan. Pada dasarnya sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap (capture fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture). Salah satu upaya menghindari adanya eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya perikanan di alam, serta dalam rangka meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi permintaan konsumsi ikan dimasyarakat adalah dengan mengembangkan sektor perikanan budidaya.

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang menjadi target peningkatan produksi yang dicanangkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 nanti. Proses budidaya yang relatif mudah, mudah berkembang biak, mudah mengalami perubahan genetika, pengadaan pakan yang relatif mudah, dan serta kemampuan bertahan hidup yang cukup baik diberbagai perairan menempatkan ikan nila sebagai salah satu jenis ikan yang diminati para petani budidaya ikan air tawar.

Kabupaten Sukabumi yang merupakan sentra produksi ikan nila. Sebagian besar petani ikan di wilayah ini yang merupakan petani pembesaran, memberikan peluang usaha bagi petani budidaya pembenihan. Kelompok Tani Buni Sari yang berlokasi di Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi melakukan kegiatan pengusahaan budidaya benih ikan nila. Benih ikan nila yang dibudidayakan adalah ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia) dengan keunnggulan berupa ukuran benih yang dihasilkan seragam dan tumbuh lebih cepat dibandingkan populasi nila biasa.

Kegiatan pengusahaan yang dilakukan yakni pemijahan dan pembenihan menghasilkan output dengan ukuran benih ikan yang berbeda. Biaya yang dikeluarkan oleh petani pada awal usaha disertai dengan kendala-kendala yang ada, memerlukan adanya analisis kelayakan untuk menilai apakah kegiatan pengusahaan ini layak untuk dijalankan dan dapat tidaknya memberikan keuntungan bagi petani sebagai pengembalian atas investasi yang digunakan. Analisis tersebut dilakukan menggunakan tiga skenario, yaitu skenario I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm). Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan) pengusahaan pembenihan ikan nila GMT Kelompok Tani Buni Sari (2) Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan pembenihan ikan nila GMT Kelompok Tani Buni Sari menggunakan empat kriteria investasi (3) Menganalisis tingkat kepekaan jika terjadi peningkatan perubahan harga pakan dan penurunan jumlah produksi.

(7)

Sukabumi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan purposive sampling. Pengolahan data menggunakan microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Data yang digunakan merupakan hasil rata-rata petani dalam setiap skenario. Perhitungan biaya dan manfaat dalam bentuk cashflow.

Adanya perbedaan antara permintaan dengan penawaran menunjukkan besarnya potensi bagi usaha pembenihan ikan nila. Jumlah benih yang mampu diproduksi petani benih di Kelompok Tani Buni Sari yang hanya berkisar dua hingga tiga juta ekor benih setiap bulannya tidak dapat memenuhi permintaan tiga pedagang pengumpul yakni sebesar lima hingga enam juta ekor benih. Secara teknis, kegiatan budidaya masih layak dilakukan. Ketersediaan induk dan input lainnya berupa pakan yang masih mudah diperoleh, penggunaan tenaga kerja sendiri dan masyarakat sekitar lokasi usaha, kondisi kualitas air kolam yang memadai, proses produksi secara sederhana yang relatif mudah, dan akses lokasi yang mendukung kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari. Pengelolaan dalam organisasi kelompok dengan struktur organisasi yang sederhana dilakukan dengan baik dan dapat memberikan manfaat kepada petani. Peluang kerja dan dan kontribusi terhadap kegiatan perdagangan di pasar input juga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Kegiatan pengusahaan pembenihan ini tidak memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar.

Secara finansial pengusahaan yang dilakukan pada ketiga skenario layak untuk dilakukan. Empat kriteria investasi menunjukkan hasil yang melebihi standar kelayakan suatu usaha. Nilai NPV yang dihasilkan pada ketiga skenario lebih dari nol menyatakan bahwa investasi yang ditanam pada 16 periode yang akan datang memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.869.305,00 (skenario I), Rp. 13.624.745,00 (skenario II), dan 15.428.884,00 (skenario III). Net B/C yang dihasilkan pada skenario I sebesar 1,902; skenario II sebesar 5.204, dan skenario III sebesar 4,823 menyatakan bahwa setiap Rp. 1,00 investasi yang ditanam akan memberikan keuntungan sebesar nilai tesebut. Persentase IRR menyatakan tingkat kemampuan usaha untuk mengembalikan modal dalam tingkat bunga (discount rate) sebesar 5,75 persen. IRR pada ketiga skenario melebihi nilai discount rate yang berlaku, yaitu sebesar 17 persen (skenario I), sebesar 51 persen (skenario II), dan sebesar 46 persen (skenario III). Waktu pengembalian modal usaha (Payback Period) skenario I selama enam periode, skenario II dan skenario III selama tiga periode.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEMBENIHAN

IKAN NILA GMT DI KELOMPOK TANI BUNI SARI,

CARINGIN WETAN, SUKABUMI

AMELIA QODARIYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi

Nama : Amelia Qodariyah

NIM : H34104112

Disetujui oleh

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai April 2013 ini adalah kelayakan, dengan judul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Sukabumi”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen evaluator kolokium, Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS dan Ir. Harmini, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang, Dra. Yusalina, M.Si selaku pembimbing akademik, Feryanto William Karo-Karo, SP. M.Si dan seluruh staf pengajar serta secretariat Alih Jenis Agribisnis. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Asmadi dan Sudarwati) dan adik (Putri Sakinah, Shidqi Adiatma, dan Asih Mauizah) atas perhatian, dukungan moril dan materiil serta doa yang diberikan, Bapak Abas Sutisna, Bapak Sudarwin dan para petani pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari yang telah bersedia untuk memberikan informasi dan keadaan mengenai kegiatan pengusahaan pembenihan, Bapak Hamonangan Marbun dan Ibu Ai Lilah Yunani atas dukungan, bantuan dan tempat tinggal. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Rezkyan Eki Ellanda, Dameria Novandina, Winda Pratiwi, Henry Jonathan, Benedictus Victor Simatupang, Amanda Aulia Akbar, Deliana Caroline Hasiani, dan Sudarsono, Dhinny Rizky Amalia, Reni Astuti, Novi Ratna Ayuningsih, Rika Sulastri, Kartika Kirana, Endah Fitri Maharani, Rina, Viki, Lisa, Tasya, Pinta dan sahabat-sahabat dekat lainnya atas sharing pengetahuan dan motivasi yang diberikan.

Bogor, Mei 2013

(13)
(14)

viii

Potensi Sumberdaya Manusia 28

Sumberdaya Sarana dan Prasarana . 30

Gambaran Umum Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT Kelompok Tani Buni Sari 31

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 32

Analisis Aspek Pasar 32

Keadaan Permintaan dan Penawaran Benih Ikan Nila GMT 32

Saluran Pemasaran 33

Analisis Aspek Teknis 34

Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT 34

Teknologi yang digunakan 36

Proses Produksi 36

Analisis Aspek Manajemen . 39

Analisis Aspek Sosial Ekonomi 40

Analisis Aspek Lingkungan 40

ANALISIS ASPEK FINANSIAL 41

Arus Pengeluaran dan Penerimaan 41

Arus Pengeluaran (Outflow) 41

Arus Penerimaan . 45

Analisis Laba Rugi 47

Analisis Kelayakan Finansial 48

Analisis Kelayakan Finansial Skenario I. 49

Analisis Kelayakan Finansial Skenario II 49

Analisis Kelayakan Finansial Skenario III 50

Switching Value (Nilai Pengganti) 51

KESIMPULAN DAN SARAN 52

Kesimpulan 52

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 53

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Konsumsi ikan per kapita di Indonesia Tahun 2007-2011 2 2 Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama di Indonesia, 3 3 Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten 4 4 Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) perikanan budidaya di 5 5 Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan jenis 28 6 Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan mata

pencaharian, Tahun 2012 29

7 Jumlah KK di Kecamatan Caringin berdasarkan status penguasaan 29 8 Karakteristik petani responden budiaya ikan nila GMT di Kelompok 30 9 Kondisi air kolam wilayah Desa Caringin Wetan untuk komoditas 35 10 Rincian biaya investasi skenario I, skenario II, dan skenario III pada 42

11 Rincian penerimaan skenario I 46

12 Rincian penerimaan skenario II 46

13 Rincian penerimaan skenario III 47

14 Hasil analisis laba rugi pada skenario I, skenario II, dan skenario III 48

15 Kelayakan finansial skenario I 49

16 Kelayakan finansial skenario II 49

17 Kelayakan finansial pada skenario III 50

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengusahaan

pembenihan ikan nila GMT 20

2 Saluran pemasaran benih ikan nila GMT 34

3 Struktur organisasi Kelompok Tani Buni Sari 39

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pola tanam pemijahan (output larva) 57

2 Pola tanam pendederan benih 2-3 cm 58

3 Pola tanam pendederan benih 3-5 cm 59

4 Rincian biaya investasi skenario I 60

5 Rincian biaya investasi skenario II 61

6 Rincian biaya investasi skenario II 62

7 Rincian biaya variabel skenario I 63

8 Rincian biaya variabel skenario II 63

9 Rincian biaya variabel skenario III 63

10 Laporan laba rugi skenario I pengusahaan pembenihan ikan nila GMT 64 11 Laporan laba rugi skenario II pengusahaan pembenihan ikan nila GMT 65 12 Laporan laba rugi skenario III pembenihan ikan nila GMT 66

13 Cashflow skenario I pembenihan ikan nila GMT 67

14 Cashflow skenario II pembenihan ikan nila GMT 68

15 Cashflow skenario III pembenihan ikan nila GMT 69

16 Dokumentasi penelitian 70

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang terdiri dari 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Kemendagri, 2010). Banyaknya pulau menjadikan Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km2. Sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa banyaknya, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang cukup besar disektor perikanan.

Sektor perikanan memberikan sumbangsih dalam meningkatkan devisa negara. Kontribusi yang diberikan terhadap devisa negara lebih besar dibandingkan sektor pertanian lainnya. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor perikanan pada triwulan III tahun 2011 mencapai 19,85 persen atau berada pada urutan kedua setelah bahan makanan.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor perikanan Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia tahun 2011 mencapai US$ 3,5 juta atau meningkat sebesar 22,95 persen dibandingkan nilai ekspor tahun 2010 yang hanya mencapai US$ 2,8 juta. Negara yang menjadi tujuan ekspor produk perikanan Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Kondisi ini menggambarkan bahwa terdapat peluang yang cukup besar bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan volume ekspor komoditas perikanan1.

Pada dasarnya sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap (capture fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture). Kementrian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa volume dan nilai produksi perikanan di Indonesia, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, volume produksi perikanan Indonesia mencapai 11,6 juta ton, meningkat sebesar 1,8 juta ton dari tahun 2009 yang hanya sebesar 9,8 juta ton. Perikanan tangkap (laut dan umum) mencapai jumlah produksi sebesar 5,3 juta ton. Sedangkan nilai perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, keramba dan jaring apung) adalah sebesar 6,3 juta ton.

Perairan Indonesia memiliki potensi Maximum Sustainable Yield (MSY) atau total potensi produksi lestari sebesar 6,5 juta ton per tahun. Namun jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) 1995, adalah sebesar 80 persen dari MSY atau 5,2 juta ton per tahun. Sebagai upaya menghindari adanya kelebihan tangkap atau eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya perikanan yang ada di alam, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk mengembangkan perikanan budidaya baik di laut maupun di darat2. Selain itu, melalui perikanan budidaya pula diharapkan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan guna memenuhi permintaan konsumsi ikan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Perikanan budidaya

1

Ditjen Perikanan Budidaya,2012. KKP Targetkan Ekspor Perikanan 2012 US$ 4,2 Juta. http://www.djpb.kkp.go.id. [Diakses pada tanggal 02 Oktober 2012]

2

(20)

2

air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis perikanan budidaya yang potensial mulai disadari dan berkembang baik pada era 1990-an (Nugroho e, Kristanto AH 2011).

Kebutuhan manusia dengan konsumsi ikan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya (Tabel 1).

Tabel 1. Konsumsi ikan per kapita di Indonesia Tahun 2007-2011

Rincian - Item Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

*angka sementara

Berdasarkan data KKP, tingkat konsumsi ikan nasional dari tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Konsumsi ikan pada tahun 2010 mencapai 30,48 kg per kapita per tahun, meningkat sebesar 4,81 persen pada tahun 2011 yakni sebesar 31,64 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menyadari pentingnya kebutuhan konsumsi ikan yang merupakan sumber protein hewani. Berbagai program telah dijalankan oleh pemerintah guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan, diantaranya adalah program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan), mengadakan Hari Makan Ikan yang dilaksanakan pada tanggal 18 setiap bulan, dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan).3

Sebagai salah satu jenis lauk pauk dalam kategori makanan empat sehat lima sempurna, ikan merupakan salah satu makan yang sangat penting untuk dikonsumsi setiap hari. Kandungan protein tinggi sebesar 13-20 persen, sangat baik untuk membantu pertumbuhan sel otak. Sumber gizi lainnya yakni vitamin, baik yang larut dalam air (vitamin B6, B12, biotin dan niacin) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A dan D), mineral (yodium, phospor, besi dan kalsium), omega-3 yang baik untuk kesehatan mata, dan juga asam lemak tak jenuh yang berguna untuk menurunkan kadar lemak dalam darah.

Salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan protein tinggi tetapi rendah lemak, bahkan tidak mengandung karbohidrat adalah ikan nila. Cita rasa daging yang khas, tebal dan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat menjadikan ikan nila digemari masyarakat sebagai ikan konsumsi. Ikan nila juga termasuk salah satu dari sepuluh jenis ikan konsumsi yang menjadi target peningkatan produksi yang dicanangkan oleh KKP pada tahun 2014 nanti.

Kementrian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama, produksi ikan nila mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi pada tahun 2011 sebesar 481,440 ton ikan nila meningkat sebesar 3,72 persen dari tahun 2010 yang hanya sebesar 464,161 ton.

3

(21)

3 Peningkatan produksi ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap komoditas ikan nila, sehingga para pengusaha ikan air tawar membudidayakan ikan nila dalam jumlah yang lebih besar. Proses budidaya yang relatif mudah, mudah berkembang biak, mudah mengalami perubahan genetika, pengadaan pakan yang relatif mudah, dan serta kemampuan bertahan hidup yang cukup baik diberbagai perairan menempatkan ikan nila sebagai salah satu jenis ikan yang diminati para petani budidaya ikan air tawar (Saparinto C, Susiana R 2011). Data produksi perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama di Indonesia, Tahun 2007-2011 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

*angka sementara

Salah satu daerah penghasil budidaya ikan nila terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, dengan jumlah produksi sebesar 755.146.080 ton pada tahun 2011. Jumlah produksi ikan nila yang dihasilkan di daerah Jawa Barat merupakan nilai produksi tertinggi di Indonesia. Ikan nila merupakan jenis ikan yang paling banyak diproduksi dari perikanan budidaya di Jawa Barat4.

Kabupaten Sukabumi merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang menjadi sentra produksi ikan nila, baik budidaya pembesaran maupun pembenihan. Sebagian besar petani ikan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang merupakan petani pembesaran, memberikan peluang usaha bagi petani budidaya pembenihan. Petani pembesaran untuk ikan konsumsi tentu membutuhkan input berupa benih ikan yang dapat diperoleh dari petani budidaya pembenihan. Selain dipasarkan di pasar lokal, sebagian besar produksi benih ikan di Jawa Barat

4

(22)

4

dikirim keluar daerah seperti Kalimantan Selatan dan Jawa Timur karena tingginya permintaan5.

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, perkembangan produksi benih ikan budidaya, khususnya benih ikan nila mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 3).

Tabel 3. Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten Sukabumi, Tahun 2007-2011

Jenis ikan Jumlah Produksi per Tahun (ribu ekor)

2007 2008 2009 2010 2011 Ikan mas 257,113.93 268,180.65 381,184.37 384,047.06 376,288.77 Nila 756,946.61 816,969.38 998,670.84 921,190.77 966,164.93 Nilem 41.31 17.02 8.84 7.27 10.46 Gurame 87.04 935.15 270.01 658.71 1,847.00

Tawes 34.65 14.39 7.33 6.94 6.65

Patin 7,548.00 4,049.75 834.86 2,157.66 3,390.44 Bawal 31,450.00 10,111.00 2,652.76 7,622.45 40,730.98 Lele 8,812.80 9,515.47 9,252.29 10,422.65 15,907.71 Sepat siam 16.52 6.94 3.35 2.86 0.04 Tambakan 55.76 23.43 19.99 7.84 4.99 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010)

*) Data diolah

Berdasarkan data pada tabel 3, ikan nila menempati urutan pertama sebagai benih ikan budidaya yang paling banyak diproduksi oleh petani ikan di Sukabumi. Dibandingkan dengan jenis ikan budidaya lainnya, seperti ikan mas, bawal, lele, patin dan gurame, jumlah produksi benih ikan nila memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Jumlah produksi setiap tahunnya meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan produksi sebesar 77.480 ribu ekor dari tahun 2009 yang tadinya sebesar 998.670 ribu ekor menjadi 921.190 ribu ekor pada tahun 2010. Tahun selanjutnya yakni 2011, petani menunjukkan kembali gairah budidaya benih ikan nila dengan meningkatnya produksi benih ikan sebesar 966.164 ribu ton ikan.

Kecamatan Caringin merupakan salah satu daerah dengan petani budidaya pembenihan ikan terbanyak di Kabupaten Sukabumi setelah Kecamatan Cisaat dan Surade. Benih ikan, khususnya ikan nila cocok dibudidayakan di daerah ini, karena suhu udara di Caringin yang cukup dingin sehingga cepat memicu benih ikan untuk tumbuh besar. Kecamatan Caringin menempati urutan ketiga teratas setelah Cisaat dan Surade sebagai kecamatan yang memiliki jumlah pembudidaya benih ikan nila terbanyak, yakni 565 RTP (Tabel 4).

5

(23)

5 Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) perikanan budidaya di

Kabupaten Sukabumi Tahun 2010

Kecamatan Budidaya (RTP)

Jumlah Pembesaran Pembenihan Ikan Hias

Caringin 15 565 5 585

Cidahu 524 193 4 721

Cisaat 571 914 6 1492

Curug Kembar 802 425 1227

Jampangkulon 414 330 744

Kadudampit 643 231 65 939

Kebonpedes 319 93 412

Sukabumi 433 60 4 497

Sukaraja 986 114 1100

Surade 606 663 1269

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010) *) Data diolah

Budidaya pembesaran yang membutuhkan input berupa benih-benih ikan memberikan peluang kepada usaha budidaya pembenihan. Namun peluang besar yang dimiliki oleh petani pembenihan tidak menjamin keberlangsungan usaha yang dijalani oleh para petani. Harga input/pakan yang terus naik, kondisi cuaca yang tidak mendukung sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan produksi seringkali menjadi kendala yang harus dihadapi petani. Kegiatan pengusahaan budidaya oleh para petani ini tentu bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dan mempertahankan keberlangsungan hidup usaha yang dijalankan. Oleh karena itu, perlu adanya analisis kelayakan pengusahaan pembenihan ikan, khususnya ikan nila untuk dapat membantu petani menyusun alternatif-alternatif yang baik dan mengambil keputusan yang tepat agar kegiatan yang dilakukan dapat memberikan keuntungan maksimal. Hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan analisis non finansial dan finansial melalui beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

Perumusan Masalah

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan produksi budidaya pembesaran ikan ukuran konsumsi adalah ketersediaan jumlah benih dan kualitas benih ikan yang baik. Risiko kegagalan atau kerugian yang dihadapi petani dapat diminimalisasi dengan penggunaan benih ikan yang berkualitas. Benih yang baik akan menghasilkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat dengan ukuran maksimal dan tahan terhadap serangan penyakit.

(24)

6

Wetan, Kecamatan Caringin. Berdiri sejak tahun 1995, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Buni Sari yang diketuai oleh Bapak Abas ini memiliki pengetahuan yang cukup mengenai teknis budidaya ikan nila melalui informasi yang diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh dinas perikanan setempat. Benih ikan nila yang dibudidayakan adalah ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Nila GMT merupakan benih unggul hasil perkawinan dari ikan nila GESIT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dengan ikan nila betina normal. Anakan ini memiliki ukuran seragam dan tumbuh lebih cepat dibandingkan populasi ikan nila biasa.

Kegiatan pengusahaan ikan nila yang dilakukan petani di Kelompok Tani Buni Sari terdiri dari kegiatan pemijahan dan pendederan. Seluruh petani lebih memilih untuk membudidayakan benih ikan nila dibandingkan dengan pembesaran ikan nila untuk ukuran konsumsi. Umur produksi dengan waktu panen yang relatif lebih singkat menjadi alasan petani untuk melakukan budidaya benih ikan nila. Dengan waktu panen yang singkat, petani dapat dengan cepat memperoleh uang hasil penjualan benih ikan yang kemudian dapat digunakan kembali sebagai modal untuk usaha selanjutnya. Secara teknis, budidaya pembenihan relatif lebih mudah dibandingkan dengan budidaya pembesaran. Selain itu juga sebagai upaya meminimalisasi risiko kerugian yang mungkin terjadi akibat kegagalan selama masa produksi, seperti adanya serangan hama penyakit.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani ikan adalah biaya produksi yang meningkat. Input produksi berupa pakan yakni pitik ataupun pelet yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya, baik pakan untuk induk maupun benih ikan lebih sering mengalami kenaikan daripada penurunan harga. Tingginya biaya produksi ini tentu akan berdampak pada berkurangnya pendapatan yang diperoleh petani.

Kendala lainnya adalah pada saat musim hujan. Meskipun air permukaan tersedia cukup banyak untuk mengairi kolam ikan, namun frekuensi turunnya hujan yang sering dan tidak menentu menyebabkan adanya perubahan terhadap kondisi atau kualitas air. Salah satunya adalah suhu air kolam yang tidak menentu dapat mempengaruhi kualitas bahkan kelangsungan hidup benih ikan nila. Tingkat kematian yang tinggi mempengaruhi jumlah benih yang hidup hingga masa panen tiba. Tidak hanya musim hujan, pada musim kemarau juga memberikan kendala tersendiri bagi petani. Produksi benih ikan nila di wilayah ini mempunyai potensi turun pada musim kemarau akibat minimnya sumber air permukaan yang dijadikan pasokan air bagi kolam-kolam pembenihan dan pendederan ikan. Kecilnya debit air yang mengalir ke dalam kolam sehingga sirkulasi udara dalam air menurun, menyebabkan terjadinya penurunan produksi, yang berdampak pada menurunnya penerimaan atas penjualan hasil produksi.

(25)

7 oleh petani responden layak untuk dijalankan dan dapat tidaknya memberikan keuntungan bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dengan jumlah input dan output yang berbeda disertai kendala yang dihadapi oleh petani, dapat diketahui melalui analisis beberapa kombinasi pengusahaan benih ikan nila. Kombinasi tersebut tersusun dalam tiga skenario, yakni skenario I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm). Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kelayakan non-finansial usaha pembenihan Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan?

2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi pada skenario I, skenario II dan skenario III?

3. Bagaimana pengaruhnya (tingkat kepekaan) jika terjadi perubahan-perubahan yakni peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan non finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan?

2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan, Kec. Caringin Sukabumi pada skenario I, skenario II dan skenario III?

3. Menganalisis pengaruh (tingkat kepekaan) jika terjadi perubahan-perubahan yakni peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi?

Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pihak-pihak yang berkepentingan sebagai tambahan informasi dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Petani usaha budidaya benih ikan nila GMT, khususnya Kelompok Tani Buni Sari sebagai salah satu rekomendasi untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan usaha yang telah dijalankan.

(26)

8

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada Kelompok Tani Buni Sari di Desa Caringin Wetan, Kec.Caringin Kab.Sukabumi yang mengusahakan pembenihan ikan nila GMT sebagai komoditas utama. Penelitian difokuskan pada penilaian kelayakan investasi dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan dan aspek finansial. Aspek finansial menggunakan perhitungan kriteria kelayakan investasi meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Penelitian dilakukan menggunakan tiga skenario, yakni skenario I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm).

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Perikanan Budidaya

Usaha budidaya perikanan air tawar telah banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat yang sejak dulu terkenal sebagai wilayah pusat pengembangan agribisnis perikanan air tawar (Nugroho & Kristanto 2011). Usaha ini menyerap cukup banyak tenaga kerja sebagai petani budidaya sebanyak 3,25 juta orang pada tahun 2010 (KKP, 2011). Kegiatan budidaya ikan dibagi kedalam dua segmen, yakni pembenihan dan pembesaran. Kedua segmen ini memiliki ketergantungan satu sama lain, dimana benih yang dihasilkan pada budidaya pembenihan akan masuk pada segmen pembesaran dengan hasil akhir berupa ikan konsumsi (Saparinto C, Susiana R 2011). Salah komoditas kegiatan budidaya yang potensial adalah budidaya pembenihan Ikan Nila GMT.

Ikan Nila

Ikan nila pertama kali masuk ke Indonesia yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969 yang didatangkan dari Taiwan. Penyebaran ikan nila di Indonesia cukup luas, hampir semua pulau di Indonesia terdapat ikan nila, karena ikan ini dikenal cukup mudah untuk dibudidayakan. Budiaya ikan nila yang telah berkembang di Indonesia antara lain adalah pemeliharaan ikan nila dalam kolam air tenang, kolam air deras, mina padi, longyam, hampang, dan budidaya keramba (Prahasta A, Masturi H 2009).

(27)

9 bahan-bahan lainnya yang dinilai layak oleh petani (Idaman, 2008). Pengetahuan mengenai sifat ikan, budidaya dan pasca panen diperlukan oleh pengusaha budidaya, agar budidaya yang dilakukan tidak menemui banyak kesulitan dan kerugian.

Pembenihan Ikan Nila

Ikan nila dapat dipijahkan secara alami maupun buatan, dimana pada pemijahan alami tidak ada campur tangan manusia serta berlangsung secara kelompok dimana sejumlah induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang sama (Fakhruzzaman 2010). Rangkaian kegiatan pembenihan terdiri dari persiapan induk, pemeliharaan, pemijahan, pemupukan dan panen benih ikan nila. 1. Persiapan Induk

Berhasilnya suatu pembenihan sangat dipengaruhi oleh keadaan induk penghasil benih, apabila induk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, maka benih yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang baik (Sumitra U, 2004). Untuk menghindari terjadinya pemijahan liar, maka sebelum dipijahkan induk jantan dan betina ditempatkan pada kolam yang terpisah dengan padat tebar berkisar antara 2-4 ekor/m2.

2. Pemeliharaan

Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan sperma) ikan yang dilakukan selama ± 2 minggu. Calon induk ikan nila yang akan dipijahkan untuk pertama kali, pemeliharaan dilakukan selama 1-2 bulan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari sebanyak tiga persen dari bobot tubuh induk. Masa produktif ikan nila berkisar antara 1,5 – 2 tahun, jika lebih dari itu induk ikan nila sudah tidak produktif lagi (induk afkir).

3. Pemijahan

Pemijahan merupakan proses peletakan telur atau perkawinan antara induk nila jantan dan betina. Induk jantan dan betina yang sudah matang gonad ditempatkan ke dalam kolam secara bersamaan dengan perbandingan 1 : 3, yang artinya untuk penebaran 1 ekor jantan, ditebar 3 ekor betina. Kepadatan kolam sebanyak satu ekor/m2. Pemijahan terjadi selama 10-15 menit. Dua hari setelah pemijahan, telur yang dierami didalam mulut induk betina akan menetas menghasilkan larva. Larva masih berada didalam mulut induknya hingga akhirnya larva tersebut dikeluarkan untuk mencari makan sendiri. Ikan nila termasuk jenis ikan parental care, artinya induk menjaga larva ikan untuk tetap berada didekatnya hingga larva siap mencari makan sendiri (Fakhruzzaman 2010). Ikan nila memijah sebanyak dua kali dalam rentang waktu dua bulan, jadi terjadi pemijahan sebanyak 24 kali selama masa produktif Ikan Nila Wanayasa. (Iriani R, 2009).

4. Pemupukan

(28)

10

naluriah, induk ikan akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak untuk dapat hidup dengan mencari makan sendiri.

5. Pemanenan

Larva yang dipanen biasanya berukuran panjang 0,9-11 mm. Larva yang telah menetas segera dipindahkan ke kolam pendederan awal dengan padat tebar berkisar antara 100-200 ekor benih/m2. Selanjutnya larva dipelihara (didederkan) hingga mencapai ukuran tertentu. Ukuran tersebut adalah kebul yakni benih 2-3 cm, ukuran gabar untuk benih 3-5 cm dan ukuran belo untuk benih 5-8 cm. Larva yang baru menetas, diasuh oleh induk betina selama ± 7-10 hari, dimana larva-larva tersebut hidup atau berada tidak jauh dari induknya. Benih ukuran kebul baru diperoleh dengan masa pelihara selama 10-15 hari setelah larva menetas. Selama 15 hingga 20 hari kemudian barulah benih berukuran kebul tersebut mencapai ukuran 3-5 cm (gabar).

Agribisnis Ikan Nila

Terjaminnya pemasaran dari produk yang dihasilkan memegang peranan penting dalam menjamin kesuksesan dan kesinambungan suatu bisnis. Tersedianya pasar dengan permintaan dan daya serap yang baik mempengaruhi harga ikan di pasaran dan kelangsungan budidaya. Ikan nila memiliki peluang yang cukup baik dan terbuka, baik di pasar lokal maupun ekspor. Berbeda dengan kebutuhan pasar lokal yang lebih besar pada ikan nila konsumsi ukuran agak kecil, ikan nila dalam bentuk fillet lebih diminati oleh pasar luar negeri, seperti Jepang, Singapura, Hongkong, Eropa dan Amerika (Saparinto C, Susiana R 2011).

Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil budidaya ikan nila terbesar ketiga setelah Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara. Kabupaten sukabumi yang berada di Provinsi Jawa Barat memiliki banyak petani pembudidaya ikan nila, khususnya budidaya pembesaran. Besarnya permintaan benih dari petani pembesaran tidak serta merta menjadikan semua jenis usaha pembenihan ikan nila memiliki jumlah permintaan yang sama. Idaman, (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki nilai penawaran dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan benih ikan nila lainnya, permintaan ini dipengaruhi oleh kuantitas ikan nila dengan ukuran tersebut per kilogram, kuantitas ikan konsumsi, harga benih dan musim kemarau. Sedangkan penawaran benih ikan nila dipengaruhi oleh kuantitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm satu bulan sebelumnnya dan benih ikan nila ukuran kurang dari 3cm, serta musim kemarau.

(29)

11 Benih ikan dengan kualitas yang baik akan menghasilkan ikan ukuran konsumsi dengan kualitas yang baik pula. Kualitas tersebut akan tetap terjaga jika penanganan pasca panen yang dilakukan tepat hingga sampai ke tangan konsumen. Mutu ikan dapat terus dipertahankan jika ikan tersebut ditangani dengan hati-hati, termasuk ikan nila. Munandar et al melakukan penelitian mengenai Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Penyimpanan Suhu Rendah dengan Perlakuan Cara Kematian dan Penyiangan. Penilaian kualitas ikan setelah dilakukan perlakuan dilihat dari perubahan pre rigor (terlepasnya lender dari kelenjar dibawah permukaan kulit), jumlah bakteri yang tumbuh pada ikan, fluktuasi nilai pH pada ikan, dan tingkat kesegaran ikan. Perlakuan ikan dengan cara menusuk ikan agar mati, kemudian dilakukan penyiangan dan disimpan pada suhu chilling (0-5 0C) menjadikan mutu ikan bertahan lebih lama dibandingkan jika dilakukan perlakuan lainnya, antaralain dengan mati ditusuk tanpa penyiangan, mati menggelepar tanpa penyiangan serta mati menggelepar tanpa penyiangan. Kualitas ikan yang baik dan tahan lama memberikan nilai tambah bagi bisnis penjualan ikan.

Kajian Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan

Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, dengan jenis komoditas yang berbeda antaralain ikan nila merah, ikan nila gesit, ikan lele sangkuriang, ikan lele dumbo dan ikan kerapu macan.

(30)

12

Analisis kelayakan dilakukan baik pada bisnis yang baru dibangun maupun yang telah dijalankan. Pada bisnis yang sedang berjalan, pengembangan bisnis dengan skala yang lebih besar merupakan kasus yang sering ditemui dilapangan. Investasi yang ditanam membutuhkan biaya yang tidak sedikit tersebut menjadi alasan diperlukannya suatu analisis kelayakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian. Selain itu, terbatasnya modal yang dimiliki oleh pemilik usaha menjadi kendala lain yang dihadapi oleh pelaku bisnis. Penyediaan modal yang bersumber dari modal pinjaman ataupun penanaman modal oleh investor membutuhkan dilakukannya suatu analisis kelayakan. Penggunaan rancangan pilihan alternatif atau seringkali disebut dengan skenario, akan membantu kegiatan analisis. Seperti yang dilakukan oleh Sutrisno (2012) dan Fakhruzzaman (2010) yang menggunakan beberapa skenario berupa modal sendiri dan modal pinjaman pada usaha budidaya pembenihan ikan. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan skenario yang membandingkan kelayakan investasi pada dua kegiatan budidaya ikan, yakni pendederan I dan pendederan II ikan Nila GMT.

Kendala lainnya yang dihadapi dalam kegiatan pengusahaan budidaya perikanan adalah perubahan-perubahan baik dari lingkungan eksternal, maupun internal. Usaha budidaya perikanan sensitif dengan terjadinya perubahan harga jual output, penurunan produksi output dan kenaikan biaya pakan, Sutrisno (2012), Fakhruzzaman (2010). Penelitian ini hanya akan mengkaji perubahan terhadap perubahan harga input dan penurunan jumlah produksi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pitanto (2012). Dari penelitian-penelitian yang dilakukan terdapat beberapa persamaan mengenai aspek-aspek yang dikaji, yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial lingkungan, penggunaan kriteria investasi dalam aspek kelayakan secara finansial (NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period), serta analisis switching value. Sedangkan perbedaan terletak pada narasumber, lokasi dan jenis komoditas yang dianalisis, serta penggunaan beberapa skenario untuk mengetahui kombinasi usaha yang memberikan keuntungan paling tinggi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(31)

13 Studi Kelayakan

Bisnis merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2010). Sedangkan Umar (2009) mendefinisikan bisnis sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Kegiatan investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal dalam suatu bisnis, diharapkan dapat memberikan keuntungan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Beberapa alternatif dalam bisnis memberikan manfaat yang berbeda-beda, sehingga penting bagi pemilik modal untuk mengetahui tingkat manfaat yang diperoleh, memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada dan mengurangi pemborosan sumberdaya. Agar manfaat tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang seefisien mungkin, diperlukan adanya studi kelayakan untuk menilai apakah bisnis tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Selain itu, dana investasi yang cukup besar serta banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan suatu proyek, menjadi alasan lain perlunya dilakukan studi kelayakan bisnis (Pasaribu, 2012).

Nurmalina et al (2010) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan suatu penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan penilaian apakah kegiatan investasi tersebut layak untuk dijalankan. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis ini dikaji secara mendalam dengan menggunakan metode-metode tertentu yang dilihat dari berbagai aspek (Kasmir dan Jakfar, 2010). Tidak hanya pada bisnis yang baru dibangun, analisis studi kelayakan juga dilakukan pada saat bisnis dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2009).

Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Analisis kelayakan terdiri dari dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, sehingga penilaian harus dilakukan secara keseluruhan untuk memperoleh hasil analisis yang terintergrasi satu sama lain. Jika salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir dan Jakfar, 2010). Perubahan atas keputusan yang diambil pada suatu aspek akan mempengaruhi aspek yang lainnya (Gittinger, 1986). Hasil yang diperoleh dari analisis aspek-aspek yang saling berkaitan tersebut dapat dijadikan bahan kajian untuk menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan, saat ini maupun dimasa yang akan datang.

(32)

14

Aspek Pasar

Pasar merupakan hal utama yang harus perhatikan dalam memulai suatu bisnis, karena pada akhirnya produk yang dihasilkan harus dipasarkan untuk memperoleh pengembalian atas biaya dan korbanan yang telah dikeluarkan, dengan harapan memperoleh keuntungan. Dengan mengetahui pasar mana yang dituju, maka pemilik modal atau pebisnis dapat mengetahui seberapa besar market share, peluang dan prospek bisnis tersebut dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2010). Menurut para ahli, pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran sehingga terbentuklah harga yang berdasarkan atas kesepakatan bersama (Umar 2009).

Gittinger (1986) mengemukakan bahwa yang termasuk dalam aspek pasar suatu bisnis adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan. Beberapa kajian yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran (Husnan dan Muhammad, 2005) antaralain adalah :

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan mengenai proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al. 2010).

Menurut Gittinger JP (1986), analisa dalam aspek teknis meliputi penyediaan input dan hasil produksi (output) berupa barang dan jasa. Diperlukan kerangka kerja atau alur produksi yang jelas supaya analisa dapat dilakukan secara teliti, karena analisa bisnis secara keseluruhan hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.

Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi bisnis, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, layout dan proses produksi termasuk layout bangunan, serta jenis teknologi yang digunakan (Husnan dan Muhammad, 2005).

Aspek Manajemen dan Hukum

(33)

15 pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa angota direksi dan tenaga inti (Nurmalina et al 2010).

Kajian dalam aspek ini menyangkut kemampuan manusia untuk menjalankan kegiatan administrasi dalam ukuran maksimal (Pasaribu, 2012). Organisasi bisnis, baik struktur maupun prosedur dan wewenang dalam organisasi disesuaikan dengan kemampuan manajerial atau keahlian staf/pekerja dalam mengelola bisnis. Selain kegiatan operasional manajemen bisnis, penilaian terhadap seberapa cepat aspek-aspek tersebut akan diselesaikan juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan.

Hal-hal yang menjadi bahan kajian dalam aspek hukum terdiri dari pelaksana bisnis (bentuk badan usaha dan identitas pelaksana bisnis), jaminan-jaminan yang disediakan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha (Umar 2009).

Aspek Ekonomi dan Sosial

Penilaian pada aspek ini adalah mengenai seberapa besar bisnis mempunyai dampak secara ekonomi dan sosial terhadap masyarakat keseluruhan. Dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat meliputi tersedianya sarana prasarana seperti jalan, penerangan, air, tempat kesehatan, dan pendidikan (Kasmir dan Jakfar, 2010). Penting bagi pelaku bisnis untuk memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan, agar antara bisnis dengan masyarakat dapat hidup saling menguntungkan (Umar 2009).

Aspek Lingkungan

Pelaku bisnis yang merencanakan dan menjalankan suatu bisnis juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar, baik dampak negatif maupun dampak positif. Pasaribu (2012) menyatakan, tidak jarang adanya importer yang mempersyaratkan produk yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan persyaratan lingkungan terhadap alam sekitar. Analisis mengenai aspek lingkungan bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya karena mengakibatkan pencemaran yang merugikan lingkungan hidup (Umar 2009).

Pengetahuan yang dibutuhkan mengenai aspek ekonomi dalam suatu bisnis adalah apakah bisnis tersebut memberikan kontribusi nyata secara makro terhadap pembangunan ekonomi, seperti peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan dari pajak bagi pemerintah pusat maupun daerah.

Aspek Finansial

(34)

16

petani yang melaksanakan bisnis tersebut tidak bertambah baik keadaannya. Penilaian dilakukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, besarnya pendapatan, sumber pembiayaan, lama pengembalian investasi maupun tingkat suku bunga yang berlaku (Kasmir dan Jakfar, 2010).

Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah di-discount dari arus manfaat biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah et al. 1999). Terdapat beberapa kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu bisnis untuk dilaksanakan. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dengan biaya (Kadariah et al. 1999). Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlabih dahulu tingkat bunga yang relevan. Suatu bisnis dikatakan memberikan keuntungan jika jumlah seluruh manfaat yang diterima melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV > 0.

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yaitu perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif (Pasaribu, 2012). Suatu bisnis dikatakan layak bila nilai

Net B/C lebih besar dari satu. 3. Internal rate of Return (IRR) yaitu tingkat Discount Rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi yang ditanamkan (Kadariah et al (1999). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (Nurmalina et al. 2010).

4. Payback Period (PP) yaitu jangka waktu (periode) yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Umar, 2009). Metode ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang hasilnya merupakan satuan waktu. Semakin cepat modal kembali, maka semakin baik bisnis tersebut untuk dilaksanakan.

Umur Bisnis

Menurut Nurmalina et al (2010) panjang umur bisnis dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis tersebut. Penentuan umur bisnis dimaksudkan untuk mengetahui batasan waktu yang dimiliki bisnis untuk dapat mengembalikan manfaat investasi yang telah dikeluarkan. Beberapa pendekatan untuk menentukan panjangnya umur bisnis antara lain :

1. Umur ekonomis. Ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari asset terbesar yang ada dalam suatu bisnis. Jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan.

2. Umur teknis. Bisnis besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah memakai umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi dengan adanya penemuan teknologi baru. 3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur

(35)

17 present value-nya akan kecil sekali, karena nilai DF-nya kecil mendekati nol.

Teori Biaya dan Manfaat

Analisa ekonomi dalam suatu bisnis dilakukan untuk mebandingkan biaya-biaya dengan manfaat yang diterima dan menentukan bisnis yang mempunyai keuntungan yang layak. Gittinger JP (1986) mendefinisikan biaya sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan dan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan. Biaya merupakan pengeluaran yang dapat mengurangi manfaat yang diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Pada dasarnya komponen-komponen biaya terdiri dari :

1. Barang-barang fisik. Tidak sulit untuk menentukan barang-barang dalam bentuk fisik yang dibutuhkan, hanya saja masalah teknik dalam perencanaan dan tujuan sering menjadi kendala yang dihadapi pelaku bisnis (Gittinger JP (1986). Barang-barang fisik tersebut antaralain input material, mesin dan peralatan, benih, pupuk, obat-obatan, dan input fisik lainnya.

2. Tenaga kerja. Identifikasi komponen tenaga kerja dalam bisnis pertanian juga tidak sulit. Secara umum tenaga kerja dibedakan menjadi dua landasan, yakni tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik (Nurmalina et al (2010)

3. Tanah. Komponen biaya ini tidak dapat habis terpakai selama umur bisnis. 4. Biaya tak terduga. Pengeluaran biaya tak terduga didasarkan pada kesalahan

cara mengestimasi pengeluaran suatu proyek (Pasaribu 2012). Biaya tak terduga dibedakan menjadi biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga.

5. Sunk Cost. Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada waktu sebelum bisnis dilaksanakan, biaya ini tidak dapat dihindari pengeluarannya karena umumnya yang diperhitungkan merupakan biaya yang dikeluarkan pada masa akan datang.

Menurut Nurmalina et al (2010), manfaat terdiri dari tiga macam yaitu manfaat yang dapat diukur (tangible benefit), manfaat yang dirasakan diluar bisnis itu sendiri (indirect or secondary benefit), dan manfaat yang riil ada tapi sulit diukur (intangible benefit).

Analisis kelayakan bisnis secara finansial menggunakan analisis biaya dan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung dan dapat diukur sebagai akibat langsung terhadap bisnis yang dijalankan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya investasi, biaya operasional, pajak, bunga dan modal pinjaman serta biaya lainnya. Sedangkan manfaat yang diterima antaralain nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan nilai sisa (Nurmalina et al 2010).

Laporan laba Rugi

(36)

18

(Nurmalina et al (2010). Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan laba rugi terdiri dari pendapatan (penjualan produksi), Harga Pokok Penjualan (HPP), biaya operasi yang terdiri dari biaya umum, penjualan, sewa dan administrasi. Laba sebelum pajak (Earning Before Tax/EBT) diperoleh dari selisih kedua komponen penerimaan dan pengeluaran tersebut, serta biaya bunga pinjaman (jika ada). Perhitungan biaya penyusutan dari barang investasi digunakan untuk memperoleh pendapatan bersih bisnis. Besarnya pajak yang harus dibayar ditentukan berdasarkan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setelah perhitungan pajak, maka akan diketahui besar laba bersih yang diterima selama umur bisnis.

Aliran Kas

Laporan perubahan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu. Sumber-sumber kas beserta penggunaannya yang menjadi alasan terjadinya perubahan dalam aliran kas dapat dilihat dalam laporan cashflow (Umar 2009). Menurut (Nurmalina et al (2010), suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), manfaat bersih (net benefit), dan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) bila diperlukan.

Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Menurut Gittinger JP (1986) analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung dalam menganalisa pengaruh-pengaruh risiko yang ditannggung dan ketidakpastian dalam analisa bisnis. Hal senada juga diungkapkan oleh Kadariah et al (1999) yang menyatakan bahwa analisis bisnis didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan datang.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat seberapa besar dampak yang terjadi jika terjadi perubahan dalam input yang digunakan dan output yang dihasilkan. Pasaribu (2012) mengemukakan bahwa perubahan yang biasa terjadi meliputi fluktuasi harga, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, penurunan jumlah produksi maupun kemunduran waktu pelaksanaan produksi. Sensitivitas bisnis terhadap perubahan–perubahan tersebut mempengaruhi kelayakan suatu bisnis melalui nilai hasil kriteria investasi yang diperoleh. Pada sektor-sektor pertanian, usaha biasanya sensitif terhadap perubahan atau fluktuasi harga input dan output, keterlambatan pelaksanaan maupun volume produksi (Gittinger JP 1986).

(37)

19 Kerangka Pemikiran Operasional

Ikan nila merupakan ikan salah satu jenis ikan yang diminati petani budidaya ikan air tawar. Kabupaten Sukabumi memiliki potensi untuk melakukan budidaya perikanan air tawar. Banyaknya petani budidaya ikan nila menjadikan daerah ini sebagai salah satu sentra produksi ikan nila di Jawa Barat. Sebagian besar petani diwilayah ini yang merupakan petani pembesaran ikan nila membutuhkan input berupa benih ikan nila untuk kegiatan produksi dalam jumlah besar. Tidak hanya itu, petani-petani pembesaran ikan nila di luar daerah bahkan dari luar pulau seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi juga memasok benih ikan nila dari petani pembenihan di Sukabumi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang usaha pembenihan ikan nila terbuka lebar.

Namun potensi dan peluang ini tidak lantas menghindarkan petani ikan, termasuk petani ikan di Kelompok tani Buni Sari lepas dari berbagai kendala. Semakin tingginya harga pakan menjadi salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh petani. Kendala lainnya adalah turunnya produksi benih karena faktor cuaca yang mengganggu kestabilan kondisi atau kualitas air. Kendala-kendala tersebut tentu mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usahan harus disesuaikan dengan tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani. Oleh karena adanya permasalahan yang dihadapi petani, diperlukan analisis kelayakan menilai dan melihat apakah pengusahaan benih ikan nila layak untuk dijalankan dan pengusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani. Analisis dilakukan menggunakan tiga skenario, yakni skenario I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm).

(38)

20

Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Buni Sari yang terletak di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Caringin merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra produksi budidaya pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi. Para petani budidaya yang tergabung dalam Kelompok Tani Buni Sari di Kecamatan Caringin memiliki pengalaman yang cukup mengenai budidaya pembenihan ikan nila karena telah

Melanjutkan kegiatan pengusahaan pembenihan yang telah dijalankan

Alternatif Switching Value

Analisis Non Finansial :

• Aspek Pasar

• Aspek Teknis

• Aspek Manajemen

• Aspek Sosial dan Ekonomi

• Aspek Lingkungan

Analisis Finansial :

• NPV

• Net B/C

• IRR

• PP

Alternatif Skenario

Potensi Pengusahaan Benih Ikan Nila :

• Budidaya yang relatif mudah

• Permintaan benih ikan nila tinggi

Kendala :

• Harga pitik

• Turunnya jumlah produksi

• Perputaran uang yang cepat

• Investasi awal

Skenario II : Skenario II Skenario III :

Layak Tidak Layak

(39)

21 melakukan usaha tersebut sejak tahun 1995. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Januari sampai Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuesioner kepada responden. Data-data primer yang dibutuhkan meliputi :

1. Data gambaran umum usaha, lokasi pengusahaan, aktifitas produksi, input yang digunakan dan output yang dihasilkan, organisasi usaha, saluran pemasaran, keuangan dan hal-hal lainnya yang terkait dengan usaha budidaya Ikan Nila GMT.

2. Data komponen biaya investasi, biaya operasional, harga jual produk, volume produksi dan reallisasi penjualan benih Ikan Nila GMT.

Sedangkan untuk data sekunder yang digunakan sebagai pelengkap dan penunjang diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian, baik dari buku, artikel, internet, penelitian terdahulu yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, maupun dari instansi terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Balai Besar Pengembangan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, dan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Caringin.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam metode ini, anggota populasi dipilih sebagai sampel untuk memenuhi tujuan tertentu. Pertimbangan menggunakan metode ini karena pengambilan sampel dengan sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan.

Pada penelitian ini menggunakan 14 responden yang merupakan anggota Kelompok Tani Buni Sari. Responden adalah petani pembenihan Ikan Nila GMT yang menggunakan input berupa induk Ikan Nila Gesit (induk unggul) yang dibeli dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sebagai investasi usaha. Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah larva, benih ukuran 2-3 cm dan benih ukuran 3-5 cm.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

(40)

22

kriteria investasi, meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani, yakni biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan benih ikan nila. Data kuantitatif dari informasi yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kebutuhan skenario, lalu diolah menggunakan komputer yaitu program Microsoft Excel. Data yang digunakan merupakan data hasil rata-rata untuk setiap skenario. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi sehingga mempermudah dalam melakukan analisis data secara deskriptif. Perhitungan biaya dan manfaat yang diperoleh dari usaha pembenihan Ikan Nila GMT disusun dalam bentuk cashflow.

Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengetahui besarnya dan permintaan benih ikan nila dan peluang pengembangan usaha pembenihan ikan nila dimasa yang akan datang. Selain mengetahui besarnya permintaan, aspek pasar juga mengkaji mengenai harga output produksi, distribusi (saluran pemasaran), besarnya penawaran serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh petani benih ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari.

Analisis Aspek Teknis

Penilaian dalam aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan implementasinya secara teknis layak untuk dilaksanakan. Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi pengusahaan benih ikan nila, ketersediaan lahan, bagaimana teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembenihan dan pendederan ikan nila, pemilihan jenis teknologi, mesin dan peralatan sarana penunjang yang digunakan. Secara teknis usaha pembenihan ikan nila dikatakan layak apabila hal-hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam kegiatan budidaya, distribusi dan pemeliharaan.

Analisis Aspek Manajemen

Analisis dalam aspek manajemen menjelaskan mengenai pengelolaan usaha pembenihan ikan nila GMT yang meliputi struktur organisasi, jumlah anggota, wewenang dan tanggungjawab anggota serta pelaksanaan kegiatan usaha budidaya di Kelompok Tani Buni Sari. Kegiatan usaha dikatakan layak apabila pengelolaan usaha yang dilakukan seperti kegiatan penyediaan input, produksi, distribusi dan penjualan produk, dilakukan dengan baik sehingga tujuan yang memberikan keuntungan baik bagi organisasi maupun para anggota dapat tercapai.

Analisis Aspek Sosial Ekonomi

Analisis aspek sosial dan ekonomi dilakukan dengan menilai bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan pengusahaan budidaya benih ikan nila oleh Kelompok Tani Buni Sari terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dikatakan layak apabila memberikan manfaat atau dampak yang baik (positif).

Analisis Aspek Lingkungan

(41)

23 usaha dijalankan. Kegiatan usaha pembenihan ikan nila ini dikatakan layak dijalankan apabila lingkungan hidup yang ada disekitar lokasi pengusahaan tidak mengalami kerusakan, atau jika pelaku usaha dapat mengantisipasi dengan meminimalkan kerusakan yang mungkin terjadi.

Analisis Finansial

Analisis kelayakan usaha secara finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dalam menjalankan usaha sehingga dapat diukur layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Perhitungan yang dilakukan meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat berupa keuntungan dari hasil penjualan output. Analisis dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cashflow), serta perhitungan menggunakan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present value (NPV), Net Benefit Per Cost ( Net B/C), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternatif usaha dari suatu investasi.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih merupakan selisisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku/relevan. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan ini adalah dalam satuan mata uang Rupiah (Rp).

1. Jika NPV > 0, artinya usaha dinyatakan layak

2. Jika NPV = 0, artinya usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan

3. Jika NPV < 0, artinya usaha dinyatakan tidak layak 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

(42)

24

Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke t Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t N = umur ekonomis proyek

i = tingkat suku bunga (DR) (%) t = waktu ( t = 0,1,2,3,… n) Kriteria penilaian berdasarkan Net B/C :

1. Jika Net B/C > 1, artinya usaha layak dijalankan

2. Jika Net B/C = 1, artinya usaha mengembalikan sebesar biaya 3. Jika Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak dijalankan

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku bunga dari usahapembenihan ikan nila GMT yang menghasilkan NPV = 0. Analisis IRR bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian usaha pembenihan ikan nila atau tingkat keuntungan yang diperoleh terhadap investasi yang telah ditanamkan. Besaran kriteria ini dinyatakan dalam satuan persen (%).

Pada umumnya, perhitungan tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi diantara tingkat Discount Rate (DR) yang lebih rendah (NPV negatif) dengan DR yang lebih tinggi (NPV positif). Rumus menghitung IRR adalah sebagai berikut :

i1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

Kriteria penilaian berdasarkan IRR :

1. Jika IRR > tingkat DR, artinya usaha layak dijalankan 2. Jika IRR < tingkat DR, artinya usaha tidak layak dijalankan 4. Payback Period (PP)

Gambar

Gambaran Umum Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT
Tabel 2.  Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama di Indonesia,    Tahun 2007-2011
Tabel 3.  Produksi benih ikan budidaya menurut jenis ikan di Kabupaten
Tabel 4.  Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) perikanan budidaya di    Kabupaten Sukabumi Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai

Jenis penelitian mengenai Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Masa Pendudukan Jepang di Salatiga 1942-1945 ini lebih menekankan pada masalah proses, maka bentuk

[r]

hukum bagi konsumen di Indonesia dalam rangka ASEAN Economic Comunnity (AEC) 2015, bagaimana pengaturan perlindungan konsumen yang diatur ASEAN Economic Community

Tingkat suku bunga kredit investasi periode sebelumnya, perekonomian periode tertentu, perekonomian periode sebelumnya, jumlah uang beredar periode tertentu, dan jumlah

SYAIKHUNA Volume 8 Nomor 2 Oktober 2017 183 Sebenarnya jika diperhatikan dengan seksama uraian-uraiannya, maka akan terlihat bahwa dasar penafsiran al-Razi pada ayat ini

Integritas struktur teras prismatik lebih tahan terhadap kejadian yang tidak dikehendaki, sedangkan pergerakan bertahap dari matrik bahan bakar dapat terjadi dalam desain teras

[r]