• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori relevan yang diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori ini digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Kerangka pemikiran teoritis mengenai analisis kelayakan mencakup teori mengenai studi kelayakan, aspek-aspek studi kelayakan, umur bisnis, teori biaya dan manfaat serta analisis sensitivitas dan switching value.

13 Studi Kelayakan

Bisnis merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2010). Sedangkan Umar (2009) mendefinisikan bisnis sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Kegiatan investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal dalam suatu bisnis, diharapkan dapat memberikan keuntungan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Beberapa alternatif dalam bisnis memberikan manfaat yang berbeda-beda, sehingga penting bagi pemilik modal untuk mengetahui tingkat manfaat yang diperoleh, memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada dan mengurangi pemborosan sumberdaya. Agar manfaat tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang seefisien mungkin, diperlukan adanya studi kelayakan untuk menilai apakah bisnis tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Selain itu, dana investasi yang cukup besar serta banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan suatu proyek, menjadi alasan lain perlunya dilakukan studi kelayakan bisnis (Pasaribu, 2012).

Nurmalina et al (2010) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan suatu penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan penilaian apakah kegiatan investasi tersebut layak untuk dijalankan. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis ini dikaji secara mendalam dengan menggunakan metode-metode tertentu yang dilihat dari berbagai aspek (Kasmir dan Jakfar, 2010). Tidak hanya pada bisnis yang baru dibangun, analisis studi kelayakan juga dilakukan pada saat bisnis dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2009).

Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Analisis kelayakan terdiri dari dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, sehingga penilaian harus dilakukan secara keseluruhan untuk memperoleh hasil analisis yang terintergrasi satu sama lain. Jika salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir dan Jakfar, 2010). Perubahan atas keputusan yang diambil pada suatu aspek akan mempengaruhi aspek yang lainnya (Gittinger, 1986). Hasil yang diperoleh dari analisis aspek- aspek yang saling berkaitan tersebut dapat dijadikan bahan kajian untuk menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan, saat ini maupun dimasa yang akan datang.

Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung pada karakteristik dari masing-masing bisnis. Dalam penelitian ini aspek yang dibahas adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, aspek lingkungan dan aspek finansial saja.

14

Aspek Pasar

Pasar merupakan hal utama yang harus perhatikan dalam memulai suatu bisnis, karena pada akhirnya produk yang dihasilkan harus dipasarkan untuk memperoleh pengembalian atas biaya dan korbanan yang telah dikeluarkan, dengan harapan memperoleh keuntungan. Dengan mengetahui pasar mana yang dituju, maka pemilik modal atau pebisnis dapat mengetahui seberapa besar market share, peluang dan prospek bisnis tersebut dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2010). Menurut para ahli, pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran sehingga terbentuklah harga yang berdasarkan atas kesepakatan bersama (Umar 2009).

Gittinger (1986) mengemukakan bahwa yang termasuk dalam aspek pasar suatu bisnis adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan. Beberapa kajian yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran (Husnan dan Muhammad, 2005) antaralain adalah :

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan mengenai proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al. 2010).

Menurut Gittinger JP (1986), analisa dalam aspek teknis meliputi penyediaan input dan hasil produksi (output) berupa barang dan jasa. Diperlukan kerangka kerja atau alur produksi yang jelas supaya analisa dapat dilakukan secara teliti, karena analisa bisnis secara keseluruhan hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.

Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi bisnis, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, layout dan proses produksi termasuk layout bangunan, serta jenis teknologi yang digunakan (Husnan dan Muhammad, 2005).

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa

15 pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing- masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa angota direksi dan tenaga inti (Nurmalina et al 2010).

Kajian dalam aspek ini menyangkut kemampuan manusia untuk menjalankan kegiatan administrasi dalam ukuran maksimal (Pasaribu, 2012). Organisasi bisnis, baik struktur maupun prosedur dan wewenang dalam organisasi disesuaikan dengan kemampuan manajerial atau keahlian staf/pekerja dalam mengelola bisnis. Selain kegiatan operasional manajemen bisnis, penilaian terhadap seberapa cepat aspek-aspek tersebut akan diselesaikan juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan.

Hal-hal yang menjadi bahan kajian dalam aspek hukum terdiri dari pelaksana bisnis (bentuk badan usaha dan identitas pelaksana bisnis), jaminan- jaminan yang disediakan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha (Umar 2009).

Aspek Ekonomi dan Sosial

Penilaian pada aspek ini adalah mengenai seberapa besar bisnis mempunyai dampak secara ekonomi dan sosial terhadap masyarakat keseluruhan. Dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat meliputi tersedianya sarana prasarana seperti jalan, penerangan, air, tempat kesehatan, dan pendidikan (Kasmir dan Jakfar, 2010). Penting bagi pelaku bisnis untuk memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan, agar antara bisnis dengan masyarakat dapat hidup saling menguntungkan (Umar 2009).

Aspek Lingkungan

Pelaku bisnis yang merencanakan dan menjalankan suatu bisnis juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar, baik dampak negatif maupun dampak positif. Pasaribu (2012) menyatakan, tidak jarang adanya importer yang mempersyaratkan produk yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan persyaratan lingkungan terhadap alam sekitar. Analisis mengenai aspek lingkungan bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya karena mengakibatkan pencemaran yang merugikan lingkungan hidup (Umar 2009).

Pengetahuan yang dibutuhkan mengenai aspek ekonomi dalam suatu bisnis adalah apakah bisnis tersebut memberikan kontribusi nyata secara makro terhadap pembangunan ekonomi, seperti peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan dari pajak bagi pemerintah pusat maupun daerah.

Aspek Finansial

Secara finansial suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut menguntungkan. Kadariah et al (1999) mengemukakan bahwa analisis finansial memiliki arti penting dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam kegiatan bisnis. Sebab, tidak ada gunanya melaksanakan bisnis yang menguntungkan dilihat dari perekonomian sebagai keseluruhan jika para

16

petani yang melaksanakan bisnis tersebut tidak bertambah baik keadaannya. Penilaian dilakukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, besarnya pendapatan, sumber pembiayaan, lama pengembalian investasi maupun tingkat suku bunga yang berlaku (Kasmir dan Jakfar, 2010).

Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah di- discount dari arus manfaat biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah et al. 1999). Terdapat beberapa kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu bisnis untuk dilaksanakan. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dengan biaya (Kadariah et al. 1999). Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlabih dahulu tingkat bunga yang relevan. Suatu bisnis dikatakan memberikan keuntungan jika jumlah seluruh manfaat yang diterima melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV > 0.

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yaitu perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif (Pasaribu, 2012). Suatu bisnis dikatakan layak bila nilai

Net B/C lebih besar dari satu. 3. Internal rate of Return (IRR) yaitu tingkat Discount Rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi yang ditanamkan (Kadariah et al (1999). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (Nurmalina et al. 2010).

4. Payback Period (PP) yaitu jangka waktu (periode) yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Umar, 2009). Metode ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang hasilnya merupakan satuan waktu. Semakin cepat modal kembali, maka semakin baik bisnis tersebut untuk dilaksanakan.

Umur Bisnis

Menurut Nurmalina et al (2010) panjang umur bisnis dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis tersebut. Penentuan umur bisnis dimaksudkan untuk mengetahui batasan waktu yang dimiliki bisnis untuk dapat mengembalikan manfaat investasi yang telah dikeluarkan. Beberapa pendekatan untuk menentukan panjangnya umur bisnis antara lain :

1. Umur ekonomis. Ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira- kira sama dengan umur ekonomis dari asset terbesar yang ada dalam suatu bisnis. Jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan.

2. Umur teknis. Bisnis besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah memakai umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi dengan adanya penemuan teknologi baru. 3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur

bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah itu jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka

17 present value-nya akan kecil sekali, karena nilai DF-nya kecil mendekati nol.

Teori Biaya dan Manfaat

Analisa ekonomi dalam suatu bisnis dilakukan untuk mebandingkan biaya- biaya dengan manfaat yang diterima dan menentukan bisnis yang mempunyai keuntungan yang layak. Gittinger JP (1986) mendefinisikan biaya sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan dan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan. Biaya merupakan pengeluaran yang dapat mengurangi manfaat yang diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Pada dasarnya komponen-komponen biaya terdiri dari :

1. Barang-barang fisik. Tidak sulit untuk menentukan barang-barang dalam bentuk fisik yang dibutuhkan, hanya saja masalah teknik dalam perencanaan dan tujuan sering menjadi kendala yang dihadapi pelaku bisnis (Gittinger JP (1986). Barang-barang fisik tersebut antaralain input material, mesin dan peralatan, benih, pupuk, obat-obatan, dan input fisik lainnya.

2. Tenaga kerja. Identifikasi komponen tenaga kerja dalam bisnis pertanian juga tidak sulit. Secara umum tenaga kerja dibedakan menjadi dua landasan, yakni tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik (Nurmalina et al (2010)

3. Tanah. Komponen biaya ini tidak dapat habis terpakai selama umur bisnis. 4. Biaya tak terduga. Pengeluaran biaya tak terduga didasarkan pada kesalahan

cara mengestimasi pengeluaran suatu proyek (Pasaribu 2012). Biaya tak terduga dibedakan menjadi biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga.

5. Sunk Cost. Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada waktu sebelum bisnis dilaksanakan, biaya ini tidak dapat dihindari pengeluarannya karena umumnya yang diperhitungkan merupakan biaya yang dikeluarkan pada masa akan datang.

Menurut Nurmalina et al (2010), manfaat terdiri dari tiga macam yaitu manfaat yang dapat diukur (tangible benefit), manfaat yang dirasakan diluar bisnis itu sendiri (indirect or secondary benefit), dan manfaat yang riil ada tapi sulit diukur (intangible benefit).

Analisis kelayakan bisnis secara finansial menggunakan analisis biaya dan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung dan dapat diukur sebagai akibat langsung terhadap bisnis yang dijalankan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya investasi, biaya operasional, pajak, bunga dan modal pinjaman serta biaya lainnya. Sedangkan manfaat yang diterima antaralain nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan nilai sisa (Nurmalina et al 2010).

Laporan laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2010). Laporan ini menunjukkan hasil-hasil operasi selama periode akuntansi tersebut (Gittinger JP (1986). Adanya laporan laba rugi digunakan selain untuk memudahkan dalam menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh, laporan laba rugi juga digunakan untuk menghitung penjualan minimum baik dari kuantitas maupun nilai uang dari bisnis tersebut

18

(Nurmalina et al (2010). Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan laba rugi terdiri dari pendapatan (penjualan produksi), Harga Pokok Penjualan (HPP), biaya operasi yang terdiri dari biaya umum, penjualan, sewa dan administrasi. Laba sebelum pajak (Earning Before Tax/EBT) diperoleh dari selisih kedua komponen penerimaan dan pengeluaran tersebut, serta biaya bunga pinjaman (jika ada). Perhitungan biaya penyusutan dari barang investasi digunakan untuk memperoleh pendapatan bersih bisnis. Besarnya pajak yang harus dibayar ditentukan berdasarkan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setelah perhitungan pajak, maka akan diketahui besar laba bersih yang diterima selama umur bisnis.

Aliran Kas

Laporan perubahan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu. Sumber-sumber kas beserta penggunaannya yang menjadi alasan terjadinya perubahan dalam aliran kas dapat dilihat dalam laporan cashflow (Umar 2009). Menurut (Nurmalina et al (2010), suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), manfaat bersih (net benefit), dan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) bila diperlukan.

Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Menurut Gittinger JP (1986) analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung dalam menganalisa pengaruh-pengaruh risiko yang ditannggung dan ketidakpastian dalam analisa bisnis. Hal senada juga diungkapkan oleh Kadariah et al (1999) yang menyatakan bahwa analisis bisnis didasarkan pada proyeksi- proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan datang.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat seberapa besar dampak yang terjadi jika terjadi perubahan dalam input yang digunakan dan output yang dihasilkan. Pasaribu (2012) mengemukakan bahwa perubahan yang biasa terjadi meliputi fluktuasi harga, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, penurunan jumlah produksi maupun kemunduran waktu pelaksanaan produksi. Sensitivitas bisnis terhadap perubahan–perubahan tersebut mempengaruhi kelayakan suatu bisnis melalui nilai hasil kriteria investasi yang diperoleh. Pada sektor-sektor pertanian, usaha biasanya sensitif terhadap perubahan atau fluktuasi harga input dan output, keterlambatan pelaksanaan maupun volume produksi (Gittinger JP 1986).

Suatu variasi pada analisa sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Bisnis dikatakan tetap layak untuk dijalankan apabila perubahan yang terjadi tidak melebihi nilai dari kriteria investasi. Analisis dengan nilai pengganti mengacu pada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0).

19 Kerangka Pemikiran Operasional

Ikan nila merupakan ikan salah satu jenis ikan yang diminati petani budidaya ikan air tawar. Kabupaten Sukabumi memiliki potensi untuk melakukan budidaya perikanan air tawar. Banyaknya petani budidaya ikan nila menjadikan daerah ini sebagai salah satu sentra produksi ikan nila di Jawa Barat. Sebagian besar petani diwilayah ini yang merupakan petani pembesaran ikan nila membutuhkan input berupa benih ikan nila untuk kegiatan produksi dalam jumlah besar. Tidak hanya itu, petani-petani pembesaran ikan nila di luar daerah bahkan dari luar pulau seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi juga memasok benih ikan nila dari petani pembenihan di Sukabumi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang usaha pembenihan ikan nila terbuka lebar.

Namun potensi dan peluang ini tidak lantas menghindarkan petani ikan, termasuk petani ikan di Kelompok tani Buni Sari lepas dari berbagai kendala. Semakin tingginya harga pakan menjadi salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh petani. Kendala lainnya adalah turunnya produksi benih karena faktor cuaca yang mengganggu kestabilan kondisi atau kualitas air. Kendala- kendala tersebut tentu mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani. Biaya- biaya yang dikeluarkan selama umur usahan harus disesuaikan dengan tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani. Oleh karena adanya permasalahan yang dihadapi petani, diperlukan analisis kelayakan menilai dan melihat apakah pengusahaan benih ikan nila layak untuk dijalankan dan pengusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani. Analisis dilakukan menggunakan tiga skenario, yakni skenario I (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva ikan) dan skenario II (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva dan benih 2-3 cm) dan skenario III (usaha pembenihan yang menghasilkan output berupa larva, benih 2-3 cm dan benih 3-5 cm).

Dalam melakukan analisis kelayakan perlu dilakukan mengenai aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kegiatan pengusahaan benih ikan nila, yakni analisis non finansial dan finansial. Aspek non finansial yang dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. Sedangkan analisis aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan investasi yakni Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Selain perhitungan kriteria investasi, dilakukan analisis sensitivitas switching value untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang masih dapat diterima dalam pengusahaan pembenihan ikan nila. Perubahan yang dikaji adalah perubahan harga pitik dan penurunan jumlah produksi benih ikan nila. Agar ketiga skenario dapat dibandingkan, maka digunakan dasar perbandingan yang sama, yaitu rata- rata induk nila yang diinvestasikan. Apabila hasil evaluasi kelayakan menunjukkan bahwa pengusahaan pembenihan ikan nila layak untuk dilaksanakan, maka usaha ini dapat tetap dilaksanakan. Namun apabila hasil menunjukkan bahwa usaha tidak layak dijalankan, maka perlu dilakukan evaluasi atau saran terhadap usaha tersebut. Gambaran mengenai alur pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

20

Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT

Dokumen terkait