• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pembenihan Ikan Nila GMT yang dilakukan oleh Kelompok Tani Buni Sari. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiga skenario yang didasarkan pada karaketistik responden yang menghasilkan output produksi yang berbeda sebagai sumber penerimaan usaha. Analisis yang dilakukan dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow) dan analisis switching value. Data dan informasi mengenai penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) terkait dengan kegiatan usaha diolah dalam bentuk laporan cash flow untuk mengetahui besar manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, yakni 16 periode. Umur usaha ini ditentukan berdasarkan umur ekonomis induk ikan yang merupakan teknologi unggulan yang digunakan dalam kegiatan produksi. Dasar untuk membandingkan ketiga skenario adalah rata-rata induk nila yang dibudidayakan. Skenario I (384 induk betina dan 53 induk jantan), skenario II (375 induk betina dan 38 induk jantan), skenario III (469 induk betina dan 47 induk jantan). Perbandingan antara induk jantan dengan induk betina pada ketiga skenario adalah 1:10. Hasil pengukuran cashflow dianalisa menggunakan pendekatan kelayakan empat kriteria investasi untuk mengetahui kelayakan finansial pengusahaan benih Ikan Nila GMT. Keempat kriteria investasi tersebut adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Payback Period (PP).

Arus Pengeluaran dan Penerimaan

Pada analisis kelayakan pengusahaan benih ikan nila GMT pada Kelompok Tani Buni Sari dilakukan perhitungan biaya dan manfaat yang digunakan. Perhitungan menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah lokasi penelitian. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran yang dalam kegiatan pengusahaan benih ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari meliputi biaya investasi dan biaya operasional.

42

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha untuk membeli asset-asset yang dimanfaatkan selama proses produksi. Biaya investasi yang diperhitungkan dalam analisis arus tunai (cash flow) terdiri dari :

1. Biaya investasi yang dikeluarkan pada periode pertama usaha. 2. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada saat periode berjalan.

Biaya investasi dihitung pada periode pertama usaha. Adapun rincian biaya investasi yang dikeluarkan pada ketiga skenario dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rincian biaya investasi skenario I, skenario II, dan skenario III pada

pengusahaan pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari

Uraian Skenario I Skenario II Skenario III Induk Jantan 1,330,970 937,500 1,173,077 Induk Betina 594,010 644,531 595,562 Cangkul 52,500 65,000 72,500 Ember 26,406 39,375 60,000 Happa (Jaring) 157,850 171,050 155,000 Waring a. Kasar 20,000 15,667 25,000 b. Halus 35,156 25,625 33,750 Pipa Paralon a. 4 inch 194,000 158,222 386,250 b. 3 inch 84,375 88,889 0 Sambungan Paralon a. L 17,472 6,125 12,000 b. T 22,188 21,000 16,000 c. Lurus 12,500 15,125 30,250 Literan 20,400 17,333 30,250 Serokan a. Kasar 41,000 63,889 42,500 b. Halus 60,938 43,750 90,000 Sorongan 27,422 29,688 30,000 Parang 25,625 26,250 32,500 Gergaji 43,333 25,000 45,000 Handphone 400,000 550,000 1,000,000 TOTAL 3,166,144 2,394,019 2,829,639 Sumber : Data primer (diolah, 2013)

Pengusahaan pembenihan ikan nila GMT Kelompok Tani Buni Sari menggunakan jenis investasi yang sama, hanya saja jumlah unit dan harga yang digunakan pada setiap skenario berbeda. Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan nila GMT pada skenario I adalah sebesar Rp. 3.166.144,00 (Lampiran 4), skenario II sebesar Rp. 2.394.019,00 (Lampiran 5), dan skenario III adalah sebesar Rp. 2.829.639,00 (lampiran 6). Sedangkan biaya

43 reinvestasi yang dikeluarkan pada skenario I sebesar Rp. 40.400,00; skenario II sebesar Rp. 166.264,00; dan skenario III sebesar Rp. 88.750,00. Peralatan yang termasuk kedalam biaya reinvestasi adalah waring, literan, sorongan dan serokan. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan selama kegiatan operasional pengusahaan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden selama satu periode dengan atau tidak adanya produksi yang dilakukan. Besaran biaya yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ini untuk setiap periode adalah biaya pitik induk ikan dan biaya sewa lahan. Pitik merupakan campuran dari sisa-sisa pelet dan kotoran ayam yang berasal dari kandang ayam.

a. Skenario I (Pemijahan)

Biaya tetap yang dikeluarkan berasal dari rata-rata penggunaan pitik untuk induk ikan, yakni 13,5 karung dengan biaya sebesar Rp. 328.974,00. Sewa lahan untuk setiap periode sebesar Rp. 81.250,00. Sehingga total Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I untuk setiap periode adalah sebesar Rp. 410.224,00. b. Skenario II (Pemijahan dan Pendederan Larva)

Pada skenario II, besar biaya tetap yang dikeluarkan untuk setiap periode sebesar Rp. 455.000,00. Biaya-biaya tersebut meliputi rata-rata penggunaan pakan sebanyak 14 karung dengan biaya sebesar Rp. 280.000,00 dan sewa lahan sebesar Rp. 175.000,00.

c. Skenario III (Pemijahan dan Pendederan Larva dan Benih 2-3 cm)

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk setiap periode pada skenario III adalah sebesar Rp. 1.030.000,00. Biaya tersebut berasal dari rata-rata pengunaan pitik untuk induk sebanyak 22,5 karung dengan biaya sebesar Rp. 405.000,00 serta rata-rata sewa lahan sebesar Rp. 625.000,00 untuk setiap periode.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya jumlah produksi, artinya besaran biaya tersebut dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan nila GMT adalah pitik untuk benih, pelet, garam, pupuk kandang, pupuk urea, transportasi, komunikasi, upah tenaga kerja dan packaging. Dari semua biaya tersebut, biaya pitik dan upah tenaga kerja merupakan biaya dengan pengaruh yang cukup besar terhadap usaha pembenihan di Kelompok Tani Buni Sari. Besaran biaya variabel yang dikeluarkan pada setiap skenario berbeda satu dengan yang lainnya, karena rata-rata produksi dan kebutuhan setiap skenario tidaklah sama. Total biaya variabel dalam satu periode berjalan pada skenario I sebesar Rp. 422.147,00; skenario II sebesar Rp. 1.063.063,00 dan skenario III sebesar Rp. Rp. 2.003.692,00. Rincian biaya variabel untuk ketiga skenario dapat dilihat pada Lampiran 7, Lampiran 8 dan Lampiran 9.

a. Pakan

Pakan benih nila yang digunakan oleh petani responden terdiri dari dua macam, yakni pitik dan pelet Pitik dan pelet diperoleh dari kios-kios yang

44

menjual kebutuhan budidaya perikanan yang berada didaerah sekitar lokasi usaha. Selain sumber makanan, pitik juga dapat meningkatkan kesuburan kolam melalui kotoran ayam sebagai pupuk kandang yang merangsang pertumbuhan pakan alami. Jenis pelet yang digunakan untuk benih adalah pelet halus dengan merk shinta dan pengli.

Kebutuhan rata-rata pitik untuk satu siklus pemijahan skenario II sebanyak 4,7 karung untuk pemijahan dan 6 karung untuk pembenihan dengan harga rata- rata Rp. 20.000,00 per karung. Sedangkan skenario III membutuhkan pitik sebanyak 7,5 karung untuk pemijahan dan pembenihan dengan harga rata-rata Rp. 18.000 per karung. Berat satu karung pitik kurang lebih sekitar 15 kilogram. Total biaya variabel pitik pada skenario II sebesar Rp. 110.000,00 untuk periode pertama dan Rp. 330.000,00 untuk periode selanjutnya. Total biaya variabel pitik pada Skenario III sebesar Rp. Rp. 168.000,00 untuk periode pertama dan Rp. 540.000,00 untuk periode selanjutnya.

Sebagai pakan tambahan, pelet hanya digunakan oleh petani pada skenario II dan III sebagai makanan untuk merangsang pertumbuhan benih ikan agar benih dapat berkembang lebih cepat. Rata-rata penggunaan pelet oleh petani responden pada skenario II sebanyak 12,2 kilogram dengan rataan harga Rp. 6.500,00 dan skenario III sebanyak 13 kilogram dengan rataan harga Rp. 7.500,00 untuk satu siklus produksi benih ukuran 2-3 cm dan 3-5 cm. Periode pertama budidaya skenario II membutuhkan biaya pelet sebesar Rp. 79.788,00 dan periode selanjutnya sebesar Rp. 239.363,00. Skenario III membutuhkan biaya sebesar Rp. 91.406,00 pada periode pertama, dan Rp. 290.625,00 pada periode berjalan. b. Garam

Pemberian garam digunakan pada saat ikan nila terserang penyakit. Penyakit yang biasanya menyerang nila adalah penyakit bintik putih (white spot) yang lebih sering menyerang pada musim hujan. Jumlah garam yang diperlukan berkisar antara 5-10 kilogram untuk satu kolam ikan. Pemberian garam dilakukan dengan cara menebar garam secara merata keseluruh permukaan kolam. Penggunaan garam berkisar antara Rp. 1.800,00 hingga Rp. 2.500,00 dalam satu periode.

c. Pupuk Kandang dan Pupuk Urea

Pemupukan baik pada kolam pemijahan maupun pembenihan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami sebagai sumber makanan ikan nila. Penggunaan pupuk kandang dan urea tidak dilakukan pada setiap siklus budidaya benih. Sebagian besar petani memupuk kolam dalam rentang waktu 3 siklus atau tiga kali panen. Bobot satu karung pupuk kandang sebagai pupuk dasar ini adalah 25 kilogram. Pupuk kandang yang digunakan untuk satu periode skenario I sebanyak satu karung, skenario II sebanyak 2 karung dan skenario III sebanyak 3 karung. Total biaya pupuk skenario I sebesar Rp. 10.000,00; skenario II sebesar Rp. 22.500,00; dan skenario III sebesar Rp. 33.300,00.

Pupuk tambahan yang digunakan merupakan pupuk urea dengan penggunaan rata-rata lima kilogram sekali pakai untuk satu kolam ikan. Harga satu kilogram pupuk urea berkisar antara Rp. 2.000,00 hingga Rp. 2.500,00. Sehingga rata-rata total biaya pupuk untuk satu periode adalah sebesar Rp. 8.300,00 (skenario I), Rp. 23.500,00 (skenario II), dan Rp. 23.333 (skenario III). d. Transportasi

45 Biaya transportasi diperuntukkan bagi biaya ojeg untuk membawa pakan yang dibeli. Tarif ojeg dihitung berdasarkan jumlah karung yang dibawa, yakni berkisar antara Rp. 2.000,00 hingga Rp. 2.500,00 per karung. Perhitungan biaya transportasi menggunakan banyaknya jumlah karung pitik yang digunakan petani responden dalam satu periode. Satu periode berjalan membutuhkan total biaya transportasi sebesar Rp. 39.656,00 untuk skenario I, Rp. 66.000,00 untuk skenario II, dan Rp. 117.000,00 untuk skenario III.

e. Komunikasi

Biaya komunikasi digunakan antar petani responden dengan ketua kelompok. Biaya yang dikeluarkan selalu berubah-ubah, karena petani tidak selalu menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan petani lainnya. Biaya komunikasi yang dikeluarkan oleh tiap petani diasumsikan sebesar Rp. 1.000,00 per sekali panen (satu siklus). Rata-rata biaya komunikasi yang dikeluarkan untuk satu periode berjalan pada skenario I adalah sebesar Rp. 3.000,00, skenario II sebesar Rp. 6.000,00, dan skenario III sebesar Rp. 7.000,00. f. Upah Tenaga Kerja

Sebagian besar petani responden menggunakan tenaga kerja untuk proses panen dan persiapan kolam. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak satu orang tenaga kerja. Dalam satu hari orang kerja (HOK) terdapat lima jam kerja, dimana perhitungan biaya menggunakan HOK yang hanya diperuntukkan bagi kegiatan budidaya pembenihan ikan nila. Rata-rata upah yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 25.000,00 per HOK. Total biaya tenaga kerja untuk setiap periode berjalan sebesar Rp. 350.000,00 (skenario I dan II) dan Rp. 1.003.125,00 (skenario III).

g. Packaging

Kegiatan packaging merupakan kegiatan akhir dalam satu siklus produksi. Kegiatan tersebut membutuhkan kantong plastik plastik, karet gelang dan gas oksigen. Kantong plasik terdiri dari dua macam ukuran. Ukuran pertama yakni 40 x 60 cm untuk output larva dan benih 2-3 cm dan ukuran kedua yakni 50 x 85 cm untuk output 3-5 cm. Dua kantong plastik dapat menampung sekitar lima liter benih. Satu kilogram plastik berisi 56 kantong dengan harga Rp. 22.00,00 (uk. 40x60 cm) dan Rp. 28.000,00 (uk. 50x85 cm). Benih ikan yang telah ditempatkan dalam kantong plastik diberi oksigen, lalu diikat menggunakan karet. Selama satu minggu, Kelompok Tani Buni Sari menghabiskan 3 buah tabung gas isi ulang dengan harga Rp. 70.000,00 per tabung. Harga satu kilogram karet gelang sebesar Rp. 50.000,00, diasumsikan berisi sebanyak 2.000 buah karet gelang. Penggunaan karet gelang disesuaikan dengan jumlah plastik yang digunakan, yakni dua karet gelang untuk dua kantong plastik. Skenario I membutuhkan biaya packaging sebesar Rp. 9.431,00; skenario II sebesar Rp. 23.825,00; dan skenario III sebesar Rp. 38.201,00 selama satu periode berjalan. Arus Penerimaan

Petani responden memperoleh penerimaan dari penjualan output selama umur usaha dan induk afkir yang dijual pada akhir usaha. Besar output yang dijual merupakan hasil produksi rata-rata yang dihasilkan petani pada masing- masing skenario. Penerimaan dari penjualan output diasumsikan sama dalam setiap periode. Petani responden menggunakan satuan liter dalam menghitung hasil panen. Harga jual satu liter larva ditingkat petani sebesar Rp. 100.000,00.

46

Perhitungan harga untuk benih ukuraan 2-3 cm dan 3-5 cm dikonversikan kedalam ekor. Harga benih ukuran 2-3 cm sebesar Rp. 20,00 per ekor dengan SR 88 persen, dan harga benih ukuran 3-5 cm sebesar Rp. 30,00 per ekor dengan SR 77 persen. Nilai Survival Rate (SR) atau tingkat hidup benih ikan nila diperoleh dari persentase perhitungan jumlah ikan yang dipanen dibandingkan dengan yang ditebar.

a. Skenario I

Arus penerimaan skenario I berasal dari penjualan larva ikan nila GMT. Periode pertama hanya dilakukan satu kali panen larva, sedangkan periode selanjutnya dilakukan 3 kali panen larva. Berdasarkan perhitungan, rata-rata 53 induk jantan dan 384 induk betina menghasilkan ± lima liter larva dan satu liter benih bongsor (ukuran 2-3 cm) untuk satu kali panen. Penjualan output berdasarkan harga yang berlaku untuk setiap ukuran benih. Penerimaan petani responden pada skenario ini sebesar Rp. 541.842,00 untuk periode pertama dan Rp. 1.625.526,00 untuk periode berjalan. Rincian penerimaan skenario I dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rincian penerimaan skenario I

Ukuran Penerimaan (Rp)

Periode Pertama Periode Selanjutnya

Larva 486,842 1,460,526

Benih 2-3 cm 55,000 165,000

Total 541,842 1,625,526

Sumber : Data primer (diolah, 2013)

b. Skenario II

Penerimaan petani responden pada skenario II berasal dari penjualan larva dan benih ukuran 2-3. Selama satu periode berjalan, panen larva dilakukan sebanyak tiga kali dan panen benih 2-3 cm sebanyak 3 kali. Dari 38 induk jantan dan 375 induk betina (jumlah rataan) yang digunakan, dapat menghasilkan rata- rata empat liter larva untuk satu kali panen. Input budidaya pembenihan ukuran 2-3 cm yang digunakan berupa larva ikan nila, sehingga penebaran larva sebagai input dilakukan setelah panen pada kolam pemijahan. Oleh karena itu, pada periode pertama belum ada panen benih ukuran 2-3 cm. Rata-rata larva yang ditanam dalam setiap siklus sebanyak empat liter, dengan panen benih bongsor (ukuran 2-3 cm) sebanyak tiga liter. Penerimaan petani responden pada skenario ini adalah sebesar Rp. 250.000,00 pada periode pertama dan Rp. 3.436.500,00 pada periode selanjutnya (Tabel 12).

Tabel 12. Rincian penerimaan skenario II

Ukuran Penerimaan (Rp)

Periode Pertama Periode Selanjutnya

Larva 250,000 750,000

Benih 2-3 cm 0 2,479,500

Benih 3-5 cm 0 207,000

Total 250,000 3,436,500

47 c. Skenario III

Sumber penerimaan petani responden pada skenario III ada tiga, yaitu penjualan larva, output 2-3 cm dan output 3-5 cm. Untuk satu periode berjalan, panen larva dan benih ukuran 2-3 dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali. Berbeda halnya dengan benih ukuran 3-5 yang membutuhkan waktu produksi ± 30 hari , sehingga jumlah panen benih dalam satu periode tidak selalu sama, yaitu satu atau dua kali panen. Pada periode pertama, petani hanya melakukan panen larva sebanyak satu kali karena dikolam pendederan, benih baru ditebar setelah panen pertama larva (input dikolam pendederan). Petani responden pada skenario ini memperoleh penerimaan sebesar Rp. 909.091,00 pada periode pertama, Rp. 5.449.073 (satu kali panen 3-5 cm), dan Rp. 5.930.873 (dua kali panen) pada periode selanjutnya. Rincian penerimaan petani responden pada skenario III dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rincian penerimaan skenario III

Ukuran Penerimaan (Rp) Periode Pertama Periode (1 kali panen) Periode (2 kali panen) Larva 909,091 2,727,273 2,727,273 Benih 2-3 cm 0 2.240,000 2.240,000 Benih 3-5 cm 0 481,800 963,600 Total 909,091 5,449,073 5,930,873 Sumber : Data primer (diolah, 2013)

Komponen penerimaan (inflow) lainnya adalah nilai sisa (salvage value). Nilai sisa merupakan biaya modal investasi yang dikeluarkan, dimana biaya tersebut tidak habis terpakai (umur ekonomis) selama umur usaha. Investasi yang memberikan nilai sisa pada ketiga skenario adalah pipa paralon dan handphone. Nilai sisa pada skenario I sebesar Rp. 356.033,00, skenario II sebesar Rp. 381.022,00, dan skenario III sebesar Rp. 642.000,00.

Analisis Laba Rugi

Perhitungan pada analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui besaran laba atau rugi yang diterima oleh petani pada setiap periode selama umur usaha. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan dan pajak penghasilan usaha. Biaya penyusutan diperoleh dari perhitungan antara nilai beli, nilai sisa dan umur ekonomis investasi dengan menggunakan metode garis lurus. Total biaya penyusutan pada skenario I sebesar Rp. 161.069,00 skenario II sebesar Rp. 152.853,00, dan skenario III sebesar Rp.177.005,00. Hasil analisis laba rugi dari skenario I, skenario II, dan skenario II dapat dilihat pada Tabel 14.

48

Tabel 14. Hasil analisis laba rugi pada skenario I, skenario II, dan skenario III

Periode Nilai (Rp)

Skenario I Skenario II Skenario III

1 -150,975 -514,556 -615,587 2 474,065 1,324,188 1,678,783 3 474,065 1,324,188 2,001,920 4 474,065 1,324,188 1,678,783 5 474,065 1,324,188 2,001,920 6 474,065 1,324,188 1,678,783 7 474,065 1,324,188 2,001,920 8 474,065 1,324,188 1,678,783 9 474,065 1,324,188 2,001,920 10 474,065 1,324,188 1,678,783 11 474,065 1,324,188 2,001,920 12 474,065 1,324,188 1,678,783 13 474,065 1,324,188 2,001,920 14 474,065 1,324,188 1,678,783 15 474,065 1,324,188 2,001,920 16 474,065 1,324,188 1,678,783

Sumber : Data proyeksi (diolah, 2013)

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa penerimaan periode pertama pada setiap skenario bernilai negatif. Perolehan nilai negatif ini dikarenakan pada awal periode, petani responden hanya melakukan satu kali panen larva dan benih 2-3 cm, bahkan untuk pendederan 3-5 cm belum ada pemanenan benih. Sementara itu, biaya operasioal kegiatan sudah dikeluarkan sejak pertama kali tanam input yakni induk dan larva ikan nila. Pada periode selanjutnya, dengan pola tanam yang teratur, petani responden pada ketiga skenario akan mendapatkan penerimaan yang sama, yakni sebesar Rp. 474.065,00 pada skenario I, penerimaan sebesar Rp. 1.324.188,00 pada skenario II, dan penerimaan sebesar Rp. 1.678.783.00 (satu kali panen) dan Rp. 2.001.920,00 (dua kali panen) pada skenario III. Rincian analisis rugi laba pada skenario I dapat dilihat pada Lampiran 10, rincian analisis rugi laba pada skenario II dapat dilihat pada Lampiran 11, dan rincian analisis rugi laba pada skenario III dapat dilihat pada Lampiran 12.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini menggunakan empat kriteria investasi, yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Seluruh petani responden menggunakan modal sendiri, bukan dari modal pinjaman, sehingga tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan cashflow adalah tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia bulan Maret 2013. Perhitungan pajak dalam analisis cashflow diambil dari nilai pajak yang terdapat pada laporan laba rugi. Pajak penghasilan yang digunakan mengacu pada UU RI No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a yaitu pajak pendapatan sebesar 25 persen, yang mulai berlaku sejak tahun 2010. Perhitungan kelayakan finansial menggunakan manfaat bersih yang

49 diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap periode, dan dikurangi pajak yang besarannya ditentukan berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan. Analisis Kelayakan Finansial Skenario I

Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada skenario I, yakni untuk kegiatan pemijahan ikan nila GMT pada Kelompok Tani Buni Sari dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Kelayakan finansial skenario I

Kriteria Investasi Hasil

NPV Rp 2,869,305

Net B/C 1.902

IRR 17%

PP 6

Sumber : Data proyeksi (diolah, 2013)

Kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT pada skenario I menghasilkan NPV lebih besar dari nol , yakni sebesar Rp 2.869.305,00 yang artinya bahwa pengusahaan ini layak untuk dijalankan. Disisi lain, nilai NPV ini dapat menyatakan jumlah manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan nila GMT dengan output larva ikan selama umur proyek terhadap tingkat bunga yang berlaku, yaitu 5,75 persen. Nilai net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,902 yang menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C sama dengan 1,902 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,902 rupiah. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh sebesar 17 persen menyatakan bahwa usaha pembenihan pada skenario I layak dijalankan, karena memiliki tingkat pengembalian internal usaha sebesar 17 persen dimana nilai ini lebih besar dari discount rate yang berlaku, yaitu 5,75 persen. Kegiatan pembenihan pada skenario I memiliki periode pengembalian biaya investasi selama enam periode. Waktu pengembalian investasi yang lebih cepat sebelum umur usaha berakhir, menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Rincian laporan cashflow skenario I dapat dilihat pada Lampiran 13.

Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada skenario II, yakni untuk kegiatan pemijahan dan pendederan larva ikan nila GMT pada Kelompok Tani Buni Sari dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kelayakan finansial skenario II

Kriteria Investasi Hasil

NPV Rp 13.624,745,00

Net B/C 5.204

IRR 51%

PP 3

50

Berdasarkan Tabel 19, hasil perhitungan pada analisis kelayakan skenario II (pemijahan dan pendederan larva) diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol, yaitu sebesar Rp 13.624.745,00 yang artinya usaha pada skenario II ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV ini juga menunjukkan besaran manfaat bersih yang diterima oleh petani dari usaha pembenihan ikan nila selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 5,75 persen. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, yaitu sebesar 5,204 persen yang artinya, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek dapat memberikan manfaat bersih sebesar 5,204 rupiah sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 51 persen menunjukkan tingkat pengembalian usaha ini terhadap investasi lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar 5,75 persen. Berdasarkan kriteria IRR, usaha ini layak untuk dijalankan. Waktu yang dibutuhkan usaha ini untuk mengembalikan biaya investasi yang ditanam adalah selama tiga periode. Rincian perhitungan kriteria investasi skenario II dalam bentuk laporan cashflow dapat dilihat pada Lampiran 14.

Analisis Kelayakan Finansial Skenario III

Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada skenario III, yakni untuk kegiatan pemijahan, pendederan larva dan benih ukuran 2-3 cm ikan nila GMT pada Kelompok Tani Buni Sari dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Kelayakan finansial pada skenario III

Kriteria Investasi Hasil

NPV Rp 15,428,884,00

Net B/C 4.82

IRR 46 %

PP 3

Sumber : Data proyeksi (diolah, 2013)

Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum dalam Tabel 20, dapat dilihat bahwa kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila pada skenario III layak untuk dijalankan, dimana hasil perhitungan memenuhi persyaratan keempat kriteria kelayakan investasi. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 15.428.884,00, artinya usaha pembenihan ikan nila skenario III ini memberikan manfaat yang positif selama umur usaha terhadap tingkat bunga deposito yang berlaku, yaitu 5,75 persen. Disamping itu nilai Net B/C sebesar 4,82 yang lebih besar dari satu menyatakan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 4,82 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar daripada tingkat discount rate yang berlaku, nilai tersebut sebesar 46 persen. Nilai ini menyatakan bahwa usaha pembenihan pada skenario III ini mempunyai

Dokumen terkait