• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Buni Sari yang terletak di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Caringin merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra produksi budidaya pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi. Para petani budidaya yang tergabung dalam Kelompok Tani Buni Sari di Kecamatan Caringin memiliki pengalaman yang cukup mengenai budidaya pembenihan ikan nila karena telah

Melanjutkan kegiatan pengusahaan pembenihan yang telah dijalankan

Alternatif Switching Value

Analisis Non Finansial :

• Aspek Pasar

• Aspek Teknis

• Aspek Manajemen

• Aspek Sosial dan Ekonomi

• Aspek Lingkungan Analisis Finansial : • NPV • Net B/C • IRR • PP Alternatif Skenario

Potensi Pengusahaan Benih Ikan Nila :

• Budidaya yang relatif mudah

• Permintaan benih ikan nila tinggi Kendala :

• Harga pitik

• Turunnya jumlah produksi

• Perputaran uang yang cepat

• Investasi awal

Skenario II : Skenario II Skenario III :

Layak Tidak Layak

Melakukan evaluasi dan perbaikan pada aspek-aspek yang tidak layak

21 melakukan usaha tersebut sejak tahun 1995. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Januari sampai Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuesioner kepada responden. Data-data primer yang dibutuhkan meliputi :

1. Data gambaran umum usaha, lokasi pengusahaan, aktifitas produksi, input yang digunakan dan output yang dihasilkan, organisasi usaha, saluran pemasaran, keuangan dan hal-hal lainnya yang terkait dengan usaha budidaya Ikan Nila GMT.

2. Data komponen biaya investasi, biaya operasional, harga jual produk, volume produksi dan reallisasi penjualan benih Ikan Nila GMT.

Sedangkan untuk data sekunder yang digunakan sebagai pelengkap dan penunjang diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian, baik dari buku, artikel, internet, penelitian terdahulu yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, maupun dari instansi terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Balai Besar Pengembangan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, dan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Caringin.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam metode ini, anggota populasi dipilih sebagai sampel untuk memenuhi tujuan tertentu. Pertimbangan menggunakan metode ini karena pengambilan sampel dengan sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan.

Pada penelitian ini menggunakan 14 responden yang merupakan anggota Kelompok Tani Buni Sari. Responden adalah petani pembenihan Ikan Nila GMT yang menggunakan input berupa induk Ikan Nila Gesit (induk unggul) yang dibeli dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sebagai investasi usaha. Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah larva, benih ukuran 2-3 cm dan benih ukuran 3-5 cm.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial, meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan yang dijelaskan secara deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan mengkaji kelayakan finansial usaha berdasarkan

22

kriteria investasi, meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani, yakni biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan benih ikan nila. Data kuantitatif dari informasi yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kebutuhan skenario, lalu diolah menggunakan komputer yaitu program Microsoft Excel. Data yang digunakan merupakan data hasil rata-rata untuk setiap skenario. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi sehingga mempermudah dalam melakukan analisis data secara deskriptif. Perhitungan biaya dan manfaat yang diperoleh dari usaha pembenihan Ikan Nila GMT disusun dalam bentuk cashflow.

Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengetahui besarnya dan permintaan benih ikan nila dan peluang pengembangan usaha pembenihan ikan nila dimasa yang akan datang. Selain mengetahui besarnya permintaan, aspek pasar juga mengkaji mengenai harga output produksi, distribusi (saluran pemasaran), besarnya penawaran serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh petani benih ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari.

Analisis Aspek Teknis

Penilaian dalam aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan implementasinya secara teknis layak untuk dilaksanakan. Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi pengusahaan benih ikan nila, ketersediaan lahan, bagaimana teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembenihan dan pendederan ikan nila, pemilihan jenis teknologi, mesin dan peralatan sarana penunjang yang digunakan. Secara teknis usaha pembenihan ikan nila dikatakan layak apabila hal-hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam kegiatan budidaya, distribusi dan pemeliharaan.

Analisis Aspek Manajemen

Analisis dalam aspek manajemen menjelaskan mengenai pengelolaan usaha pembenihan ikan nila GMT yang meliputi struktur organisasi, jumlah anggota, wewenang dan tanggungjawab anggota serta pelaksanaan kegiatan usaha budidaya di Kelompok Tani Buni Sari. Kegiatan usaha dikatakan layak apabila pengelolaan usaha yang dilakukan seperti kegiatan penyediaan input, produksi, distribusi dan penjualan produk, dilakukan dengan baik sehingga tujuan yang memberikan keuntungan baik bagi organisasi maupun para anggota dapat tercapai.

Analisis Aspek Sosial Ekonomi

Analisis aspek sosial dan ekonomi dilakukan dengan menilai bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan pengusahaan budidaya benih ikan nila oleh Kelompok Tani Buni Sari terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dikatakan layak apabila memberikan manfaat atau dampak yang baik (positif).

Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan dilakukan untuk menilai pengaruh yang ditimbulkan terhadap lingkungan hidup berkenaan dengan adanya suatu kegiatan

23 usaha dijalankan. Kegiatan usaha pembenihan ikan nila ini dikatakan layak dijalankan apabila lingkungan hidup yang ada disekitar lokasi pengusahaan tidak mengalami kerusakan, atau jika pelaku usaha dapat mengantisipasi dengan meminimalkan kerusakan yang mungkin terjadi.

Analisis Finansial

Analisis kelayakan usaha secara finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dalam menjalankan usaha sehingga dapat diukur layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Perhitungan yang dilakukan meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat berupa keuntungan dari hasil penjualan output. Analisis dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cashflow), serta perhitungan menggunakan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present value (NPV), Net Benefit Per Cost ( Net B/C), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternatif usaha dari suatu investasi.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih merupakan selisisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku/relevan. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan ini adalah dalam satuan mata uang Rupiah (Rp).

NPV =

( )

=

+

n t t

i

Ct

Bt

1

1

Keterangan : Bt = manfaat yang diterima pada tahun t Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun t T = tahun kegiatan bisnis ( t = 0,1,2,3 … n ) I = tingkat Discount Rate/DR (%)

N = jumlah tahun (usia ekonomis) bisnis Kriteria penilaian berdasarkan NPV :

1. Jika NPV > 0, artinya usaha dinyatakan layak

2. Jika NPV = 0, artinya usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan

3. Jika NPV < 0, artinya usaha dinyatakan tidak layak 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C Ratio adalah rasio antara nilai sekarang manfaat bersih yang bernilai positif dengan nilai sekarang manfaat bersih yang bernilai negatif (rasio antara NPV positif dengan NPV negatif). Net B/C menyatakan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Berikut adalah rumus untuk menghitung Net B/C Ratio :

24 Net B/C =

( )

( )

= = + − + − n t t n t t i Ct Bt i Ct Bt 1 1 1 1 atau

= = − + n t n i NPV NPV 1 1 ) ( ) (

Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke t Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t N = umur ekonomis proyek

i = tingkat suku bunga (DR) (%) t = waktu ( t = 0,1,2,3,… n) Kriteria penilaian berdasarkan Net B/C :

1. Jika Net B/C > 1, artinya usaha layak dijalankan

2. Jika Net B/C = 1, artinya usaha mengembalikan sebesar biaya 3. Jika Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak dijalankan

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku bunga dari usahapembenihan ikan nila GMT yang menghasilkan NPV = 0. Analisis IRR bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian usaha pembenihan ikan nila atau tingkat keuntungan yang diperoleh terhadap investasi yang telah ditanamkan. Besaran kriteria ini dinyatakan dalam satuan persen (%).

Pada umumnya, perhitungan tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan metoda interpolasi diantara tingkat Discount Rate (DR) yang lebih rendah (NPV negatif) dengan DR yang lebih tinggi (NPV positif). Rumus menghitung IRR adalah sebagai berikut :

IRR =

(

)

2 1 1 2 1 NPV NPV NPV i i i − − +

Keterangan : NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

i1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

Kriteria penilaian berdasarkan IRR :

1. Jika IRR > tingkat DR, artinya usaha layak dijalankan 2. Jika IRR < tingkat DR, artinya usaha tidak layak dijalankan 4. Payback Period (PP)

Payback period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi dari suatu usaha, seberapa cepat usaha pembenihan ikan nila ini dapat memberikan pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan. Perhitungan dilakukan dengan cara mengkomulatifkan nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan, makan semakin cepat tingkat pengembalian terhadap investasi tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai berikut :

25

Ab I PP=

Keterangan : PP = jumlah tahun (periode) yang diperlukan untuk mengembalikan investasi

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Sensitivitas Nilai Pengganti (Switching Value)

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap suatu analisis kelayakan. Perubahan yang dimaksud merupakan perubahan yang terjadi dalam perhitungan biaya dan manfaat. Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Berbeda dengan analisis sensitivitas dimana besarnya perubahan yang dianalisis telah diketahui secara empirik, pada analisis switching value justru besarnya perubahan yang dicari. Seberapa besar perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak untuk dijalankan. Besarnya perubahan dapat ditentukan secara coba-coba, sampai pada akhirnya ditemukan nilai maksimum yang boleh terjadi. Adapun perubahan- perubahan yang dianalisis tingkat kepekaannya pada penelitian ini adalah :

1. Kenaikan harga input produksi yaitu biaya pitik ikan. Sedangkan biaya dan komponen lainnya diasumsikan tetap.

2. Terjadinya penurunan jumlah produksi benih ikan nila GMT dengan biaya dan komponen lainnya juga dianggap tetap.

Aumsi-Asumsi Dasar yang Digunakan

Analisis kelayakan pengusahaan benih ikan nila ini menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Umur bisnis dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan nila adalah 16 periode, didasarkan kepada umur ekonomis induk ikan nila yang hanya mencapai dua tahun. Satu periode tanam diasumsikan selama 45 hari. Hal ini berdasarkan pada lama waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan induk nila yang menghasilkan larva, kemudian dibudidayakan hingga memperoleh benih ukuran 3-5 cm. Selain itu untuk mempermudah melakukan perhitungan biaya pada ketiga skenario.

2. Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri.

3. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia pada Bulan Maret 2013, yaitu sebesar 5,75 persen. Suku bunga deposito dipilih berdasarkan asumsi bahwa modal yang digunakan merupakan modal sendiri, dengan perkiraan bahwa modal untuk usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat lebih dibandingkan dengan modal yang disimpan di bank.

4. Satu periode pemijahan terdapat tiga kali panen larva, pada periode berjalan. 5. Satu periode pembenihan terdapat tiga kali panen benih ukuran 2-3 cm dan

26

6. Kegiatan pengusahaan ikan yang dilakukan di Kelompok Tani Buni Sari adalah pengusahaan pemijahan dan pendederan Ikan Nila GMT dengan output berupa larva, benih ukuran 2-3 cm dan benih ukuran 3-5 cm.

7. Produk yang dihasilkan pada skenario 1 adalah larva ikan, skenario 2 adalah larva dan benih ukuran 2-3 cm, skenario 3 adalah larva, benih ukuran 2-3 cm dan 3-5 cm.

8. Lahan yang digunakan merupakan milik sendiri dan sewa. Biaya lahan yang dikeluarkan adalah biaya sewa lahan, dengan rata-rata sewa sebesar Rp. 500.000,00 per kolam.

9. Rata-rata luas kolam yang digunakan oleh petani responden untuk budidaya pembenihan ikan nila adalah 600 m2. Kolam-kolam yang digunakan merupakan kolam fragmentasi.

10. Survival rate (SR) atau kemampuan bertahan hidup benih ikan nila diasumsikan sebesar 88 persen untuk benih ukuran 2-3 cm dan 77 persen untuk benih ukuran 3-5 cm. Nilai ini diperoleh berdasarkan data dari petani. 11. Harga jual yang digunakan adalah harga yang berlaku pada Bulan Februari

2013, yakni larva Rp 100.000/l, benih ukuran 2-3 sebesar Rp 20/ekor, dan benih ukuran 3-5 cm sebesar Rp. 30/ekor.

12. Satu liter larva diasumsikan sebanyak 15.000 ekor.

13. Satu liter benih ukuran 2-3 cm diasumsikan sebanyak 3.000 ekor. 14. Satu liter benih ukuran 3-5 cm diasumsikan sebanyak 800 ekor.

15. Harga input yang digunakan diasumsikan merupakan harga yang berlaku pada saat dilaksanakan penelitian, yakni Bulan Februari 2013.

16. Harga output yang digunakan diasumsikan konstan.

17. Kapasitas produksi merupakan hasil rata-rata panen dari petani responden dan diasumsikan konstan selama umur bisnis.

18. Biaya yang digunakan dalam pengusahaan pembenihan ikan nila GMT terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

19. Biaya investasi dikeluarkan pada periode pertama, karena pengusahaan dimulai pada periode tersebut. Biaya operasional dimulai setelah persiapan awal dilakukan.

20. Nilai sisa pada akhir usaha diperoleh dari barang investasi yang masih tersisa pada umur usaha telah habis (tidak terpakai).

21. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus, dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.

22. Pajak yang digunakan adalah ketentuan pajak berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri sebesar 25 persen.

27

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Wilayah Letak dan Keadaan Alam

Kecamatan Caringin memiliki luas wilayah sebesar 4.050,772 ha yang terdiri atas lahan darat/kering seluas 2.604,807 ha dan lahan sawah seluas 1.445,965 ha. Sebagai salah satu kecamatan dari 47 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi, Caringin memiliki batas administratif sebagai berikut :

Utara : Gunung Pangrango Selatan : Kecamatan Cicantayan

Barat : Kecamatan Nagrak dan Cibadak Timur : Kecamatan Kadudampit dan Cisaat

Wilayah Caringin yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Cibadak pada tahun 2002 meliputi sembilan desa, yaitu Caringin Kulon, Caringin Wetan, Mekarjaya, Talaga, Cijengkol, Cikembang, Seuseupan, Sukamulya dan pasir Datar Indah. Kecamatan yang terletak di bawah hamparan kaki Gunung Gede pangrango ini memiliki permukaan daratan yang bergelombang dengan ketinggian diatas permukaan laut berkisar 600-1.200 mdpl. Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Caringin adalah tanah dengan tekstur liat berpasir. Temperatur udara berkisar antara 240-300 dengan kelembapan udara berkisar antara 85-89 persen. Tipe iklim yang dimiliki wilayah ini adalah iklim tropik dengan tipe iklim B (Oldeman), yaitu bulan basah berturut-turut 7-9 bulan dan bulan kering berturut-turut 2-4 bulan. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm. Sebanyak tiga anak sungai yakni Cicurug, Seuseupan, dan Cilegok yang membatasi wilayah ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian di Caringin.

Kondisi fisik tersebut memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah, sehingga sebanyak 75 persen penduduk Caringin bermata pencaharian sebagai petani dengan komoditas unggulan antaralain, padi, sayur mayur dan ikan air tawar. Kondisi alam dan geografis Kecamatan Caringin yang dekat dengan gunung dimana suhu udara yang sejuk tidak menyulitkan petani untuk membudidayakan ikan air tawar, khususnya ikan nila yang relatif mudah dibudidayakan dan cepat beradaptasi dengan lingkungan.

Potensi Perikanan Kecamatan Caringin

Kecamatan Caringin yang sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani baik budidaya padi dan sayuran, juga budidaya perikanan. Kondisi alam yang dimiliki wilayah ini cukup mendukung bagi petani untuk melakukan kegiatan usaha perikanan. Sebagian besar petani terlibat di dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan nila. Pengusahaan dilakukan sepanjang tahun menggunakan sistem budidaya pada kolam air tawar dengan pasokan air bersumber dari alam yakni air permukaan. Kualitas air yang yang digunakan cukup bersih karena berasal dari pegunungan yang tidak tercemar oleh limbah-limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.

28

Selain faktor alam, ketersediaan sarana perdagangan yakni pasar sebagai tempat penjualan benih ikan nila juga menjadi faktor pendukung lainnya. Terdapat tiga pasar lokal yang menjadi tujuan pemasaran benih oleh petani Caringin, yaitu Pasar Jatilihur, Pasar Saguling dan Waduk Cirata. Benih ikan yang berasal dari Kabupaten Sukabumi ini tidak hanya dipasarkan di dalam daerah, namun sampai ke luar daerah seperti Banten, Cianjur, Bogor, Sumatera dan Kalimantan. Sekitar 70-80 persen permintaan benih ikan nila ini berasal dari luar Kabupaten Sukabumi (Idaman, 2008).

Potensi Sumberdaya Manusia

Tersedianya sumberdaya manusia dalam jumlah yang cukup, menjadi faktor pendukung lainnya dalam suatu kegiatan yakni sebagai pelaku/tenaga kerja usaha. Jumlah penduduk Kecamatan Caringin pada bulan Mei 2012 tercatat sebanyak 41.840 jiwa dimana penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 21.661 jiwa dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 20.179 jiwa. Caringin Wetan yang merupakan desa yang dipilih penulis sebagai tempat penelitian memiliki total penduduk sebanyak 4.763 jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak 2.479 jiwa dan perempuan sebanyak 2.284 jiwa.

Data sebaran penduduk tiap desa berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Caringin disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan jenis kelamin, Tahun 2012

Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Caringin Kulon 1.947 2.054 4.001 Caringin Wetan 2.479 2.284 4.763 Mekarjaya 1.874 2.159 4.033 Talaga 3.171 2.995 6.166 Cijengkol 3.057 3.010 6.067 Cikembang 2.423 2.773 5.196 Seuseupan 1.727 2.627 4.354 Sukamulya 1.872 2.159 4.031

Pasir Datar Indah 1.629 1.600 3.229

Jumlah 20.179 21.661 41.840

Rata-Rata (%) 48,23 51,77 100

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Caringin, 2013

Mayoritas dari penduduk Kecamatan Caringin bergerak pada sektor pertanian, meskipun sebagian masyarakat juga memiliki mata pencaharian ganda. Persentase penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian cukup besar, yakni 30,82 persen. Selain berprofesi sebagai petani, bidang pekerjaan yang mendominasi lainnya adalah buruh/karyawan sebesar 14,58 persen, pedagang sebesar 10,2 persen dan jasa sebesar 8,41 persen. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

29 Tabel 6. Komposisi jumlah penduduk Kecamatan Caringin berdasarkan mata

pencaharian, Tahun 2012

Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani 7.262 30.82 Pedagang 2.403 10.2 Buruh/Karyawan 3.435 14.58 PNS 297 1.26 TNI/POLRI 54 0.23 Pensiunan 290 1.23 Wiraswatsa 404 1.71 Jasa 1.981 8.41 TKI 313 1.33 Lain-lain 7.123 30.23 Jumlah 23.562 100.00

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Caringin, 2013

Wilayah Kecamatan Caringin pada tahun 2012 memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani sebanyak 7.226 KK.. Sebanyak 2.653 KK memiliki lahan pertanian sendiri sekaligus menggarap langsung lahan tersebut. Penduduk yang berprofesi sebagai penggarap dan buruh tani tanpa memiliki lahan pertanian berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan pemilik lahan pertanian. Pada Tabel 7 dapat dilihat status petani Kecamatan Caringin berdasarkan penguasaan lahan.

Tabel 7. Jumlah KK di Kecamatan Caringin berdasarkan status penguasaan lahan, Tahun 2012

Desa Pemilik Pemilik Penggarap Penggarap Buruh Tani Jumlah Caringin Kulon 74 242 161 178 655 Caringin Wetan 94 271 176 198 739 Mekarjaya 136 399 267 295 1097 Talaga 109 337 215 237 898 Cijengkol 134 405 271 289 1099 Cikembang 108 339 229 248 924 Seuseupan 98 297 199 221 815 Sukamulya 70 183 124 136 513

Pasir Datar Indah 52 180 122 132 486

Jumlah 875 2653 1764 1934 7226

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Caringin 2013

Sebagai wilayah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, Kecamatan Caringin memiliki cukup banyak kelompok tani yakni sebanyak 38 kelompok. Adanya kelompok tani diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi petani dalam kegiatan pertanian, baik dalam hal penyediaan

30

input, maupun pemasaran output. Dari sejumlah tersebut, terdapat 4 kelompok tani yang berada di Desa Caringin Wetan, yakni Kelompok Tani Black Molly, Kelompok Tani Buni sari, Kelompok Tani Oscar, dan Kelompok Tani Cikembang. Salah satu kelompok tani yang terbilang sukses dalam usaha pembenihan ikan nila adalah Kelompok Tani Buni Sari. Sebanyak 40 orang petani tercatat masih aktif dalam keanggotaan Kelompok Tani Buni Sari. Namun pada saat penelitian, tidak semua anggota melakukan usaha pembenihan Ikan Nila GMT. Sebagian besar petani mengusahakan lahan dibidang pertanian dengan komoditas padi dan holtikultura, antaralain caisim, buncis, cabai, timun, dan kacang panjang. Data mengenai karakteristik petani responden usaha pembenihan ikan di Kelompok Tani Buni Sari daapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik petani responden budiaya ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari, Caringin Wetan

Nama Umur (Tahun) Luas Lahan (m2) Pengalaman Budidaya (Tahun) Pedidikan Terakhir Abas Sutisna 55 1,400 18 SD Duki 40 500 13 SLTA Sudarwin 31 1,200 5 SLTA Komar 70 1,300 18 SD H. Encep Efendi 63 500 18 SMP N. Unang 58 1,100 5 SLTA Empul 40 300 10 SD Warsito 53 5,000 12 SLTP

H. Encep Suwandi 63 4,500 13 Sarjana

Karma 52 2,000 15 SD

Suhandi 40 22,000 7 SD

Ujang Subandi 58 1,400 18 SR

Dedi 32 1,900 5 SD

Sumber : Data Primer, diolah. 2013

Sumberdaya Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai memegang peranan penting dalam memperlancar kegiatan pembangunan wilayah di Kecamatan Caringin. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana prasarana transportasi yakni jalan, jembatan dan angkutan umum. Kantor pemerintahan, yakni Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan. Energi listrik sebagai penerangan bagi

Dokumen terkait