• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Aspek Pasar

Salah satu ujung tombak keberhasilan suatu usaha adalah tersedianya pasar sebagai tempat penjualan produk. Perkiraan jumlah permintaan produk dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pelaku usaha dalam mengambil keputusan selama menjalankan usaha tersebut. Analisis aspek pasar dalam penelitian ini melihat besar potensi pasar dari sisi permintaan dan penawaran benih ikan nila. Selain itu, hal lain yang menjadi bahan kajian dalam aspek pasar adalah harga penjualan dan kegiatan distribusi (saluran pemasaran).

Keadaan Permintaan dan Penawaran Benih Ikan Nila GMT

Potensi pasar suatu usaha dapat dilihat dari sisi permintaan terhadap produk yang ditawarkan. Jumlah permintaan yang lebih besar dari penawaran memberikan peluang bagus bagi produsen. Permintaan benih ikan nila setiap tahun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data KKP dimana produksi ikan nila konsumsi meningkat setiap tahunnya. Peningkatan produksi ikan nila konsumsi tentu berbanding lurus dengan produksi benih ikan nila sebagai input bagi usaha pembesaran. Begitu juga produksi benih ikan nila yang meningkat sebesar 4,8 persen dari tahun 2010 dengan produksi benih sebesar 921.190 menjadi sebesar 966.164 benih ikan nila pada tahun 2011.

Di level global, ikan nila memiliki potensi yang cukup besar. Ekspor ikan nila baik dalam bentuk utuh maupun fillet cukup menjanjikan. Amerika yang merupakan pasar utama penjualan ikan nila mengalami peningkatan jumlah impor nila. Indonesia menyumbang kebutuhan impor nila sebesar 6 persen. Peluang untuk mengekspor fillet nila dalam jumlah yang lebih besar lagi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas benih dan teknologi budidaya. Secara tidak

33 langsung, ini menjadi potensi pasar yang bagus bagi usaha pembenihan ikan nila.6 Besarnya jumlah permintaan ikan nila konsumsi, menyatakan bahwa hal yang sama terhadap permintaan benih ikan nila, karena nila konsumsi dibudidayakan menggunakan input berupa benih nila. Tahap awal untuk menghasilkan ikan konsumsi yang berkualitas adalah dimulai dari penggunaan benih ikan yang berkualitas pula. Peluang ini harus dimanfaatkan oleh petani benih ikan nila di Indonesia, khususnya petani di Kelompok Tani Buni Sari yang mengusahakan benih unggul Ikan Nila GMT.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang pengumpul yang membeli benih dari Kelompok Tani Buni Sari, permintaan benih dari pasar dapat mencapai lima hingga enam juta ekor benih per bulan. Namun seringkali jumlah tersebut tidak seutuhnya dapat dipenuhi oleh petani benih di Kelompok Tani Buni Sari. Ini dapat dilihat dari jumlah benih yang mampu diproduksi oleh petani Buni Sari. Perkiraan produksi benih di Kelompok Tani Buni Sari hanya mampu mencapai dua hingga tiga juta ekor benih ukuran larva, 2-3 cm dan 3-5 cm setiap bulannya.

Saluran Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh petani responden di Kelompok Tani Buni Sari adalah larva ikan nila GMT, benih ukuran 2-3 cm dan benih ukuran 3-5 cm. Ketersediaan benih ikan nila GMT didaerah penelitian terbatas, sehingga sebagian besar permintaan benih ikan nila GMT disupplai oleh pedagang pengumpul dari Kelompok Tani Buni Sari. Pada penelitian ini, petani responden yang menghasilkan benih ikan nila GMT dari kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT menjual produk kepada pedagang pengumpul. Terdapat tiga pedagang pengumpul yang telah menjalin kerjasama dengan petani responden selama kurang lebih tiga tahun. Sistem jual beli yang digunakan adalah pedagang pengumpul memesan produk terlebih dahulu sesuai jumlah dan ukuran yang dibutuhkan, kemudian mengatur kesepakatan atas jumlah yang tersedia dan waktu pengambilan produk. Benih yang akan dijual dikemas dalam plastik yang berisi oksigen sebagai sumber udara bagi benih ikan. Oleh pedagang pengumpul, benih tersebut didistribusikan ke luar daerah yang merupakan tujuan pemasaran benih nila GMT.

Hampir seluruh permintaan benih nila berasal dari petani pembesaran yang membutuhkan input berupa benih nila. Menurut keterangan pedagang pengumpul, Sumatera Selatan merupakan pasar potensial benih ikan nila GMT. Daerah lain yang menjadi tujuan pemasaran benih ikan nila GMT diantaranya adalah Kabupaten Sukabumi, Subang, Bandung, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Balik Papan, Jawa tengah dan Jayapura. Pendistribusian benih ikan nila yang merupakan produk dari subsistem hulu berupa ikan hidup (bukan produk olahan) membutuhkan ketepatan perlakuan mulai dari panen, packaging, hingga proses distribusi berlangsung, untuk mengurangi resiko kematian benih selama perjalanan. Saluran pemasaran benih ikan nila di Kelompok Tani Buni Sari dapat dilihat pada Gambar 2.

6

34

Gambar 2. Saluran pemasaran benih ikan nila GMT

Jumlah permintaan yang masih belum dapat dipenuhi oleh petani responden memberikan peluang bagi petani responden untuk lebih meningkatkan lagi jumpah produksi benih yang dibudiayakan. Target pasar luar negeri yang membutuhkan nila dalam jumlah besar dapat menjadi potensi usaha bagi petani pembesaran dan pembenihan untuk dapat memproduksi nila lebih banyak lagi. Potensi pasar tidak hanya berasal dari petani pembesaran, produsen produk makanan olahan dapat dijadikan target pasar benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Jika memungkinkan, usaha produk makanan olahan tersebut juga dapat dilakukan oleh petani (subsistem hulu) sebagai alternatif peluang usaha lainnya.

Analisis Aspek Teknis

Selain aspek pasar, analisis mengenai aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan. Karena aspek ini memiliki keterkaitan dengan analisa aspek-aspek lainnya, yakni melalui perhitungan input dan output yang digunakan berdasarkan alur produksi yang sebenarnya, sehingga kemudian dapat dilakukan analisa pada aspek kelayakan lainnya. Selain dari penggunaan input yang berkualitas, baik tidaknya kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan tergantung dari pengelolaan selama proses produksi. Analisis dalam aspek teknis mencakup hubungan-hubungan teknis yang terdapat dalam suatu usaha, yakni lokasi usaha, teknologi yang digunakan, dan proses produksi.

Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT

Kegiatan usaha budidaya pembenihan Ikan Nila GMT ini dilakukan oleh petani Buni Sari dengan memanfaatkan lahan yang ada di wilayah sekitar tempat tinggal mereka, yakni Desa Caringin Wetan. Rata-rata petani ikan di Kelompok Tani Buni Sari mengusahakan lahan sewa yang terfragmentasi sebagai kolam tempat budidaya ikan. Rata-rata luas lahan yang digunakan oleh petani responden untuk usaha pembenihan adalah sebesar 6000 m2, dengan rata-rata 600m2 untuk setiap kolam.

Desa Caringin Wetan yang berada di hamparan kaki Gunung Gede Pangrango ini termasuk kedalam wilayah dengan kualitas air yang layak untuk usaha budidaya pembenihan ikan nila. Air yang digunakan petani merupakan air dari saluran irigasi yang bersumber pada air Sungai Ciheulang. Sebelumnya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar telah mengukur parameter

Petani Pembenihan Ikan Nila GMT Ketua Kelompok Tani Buni Sari Pedagang Pengumpul I Pedagang Pengumpul II Pedagang Pengumpul III Konsumen Akhir

35 secara umum mengenai kondisi fisika dan kimia yang digunakan dalam melakukan budidaya pembenihan ikan nila di wilayah Caringin Wetan sebagai lokasi usaha pembenihan ikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BBPBAT menyatakan bahwa lokasi tersebut masih layak untuk diusahakan karena masih sesuai dengan standar ketentuan lokasi. Kondisi fisik dan kimia air kolam yang ada di Desa Caringin Wetan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kondisi air kolam wilayah Desa Caringin Wetan untuk komoditas ikan nila

Parameter Nilai

Jenis tanah Liat Berpasir

Suhu air 21- 30 0C

pH air 6,5 – 7

Kedalaman 60 – 90 cm

Oksigen terlarut 3,5 – 4,5 mg/l

Sumber : BBPBAT 2013, diolah

Selain kondisi alam lokasi pengusahaan, terdapat beberapa variabel utama lainnya yang dibahas dalam aspek teknis, yaitu : ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, supplai tenaga kerja dan fasilitas transportasi.

1. Ketersediaan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan oleh petani responden adalah induk ikan nila yang berkualitas, yakni Nila GESIT jantan yang dibeli dari BBPBAT dan nila betina normal yang diperoleh dari Wanayasa. Harga induk ikan nila jantan sebesar Rp. 25.000,00 per ekor dan nila betina berkisar antara Rp. 1.250,00 hingga Rp. 1.800,00 per ekor untuk ukuran 250 gram. Kebutuhan pakan ikan maupun sarana produksi serta bahan baku lainnya, seperti plastik packing, karet gelang, pupuk dan garam diperoleh dari kios-kios dan pasar tradisional yang menjual kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang berada tidak jauh dari lokasi usaha. 2. Letak pasar yang dituju

Hasil panen berupa larva dan benih Ikan Nila GMT dijual kepada pedagang pengumpul yang secara berkala datang langsung ke lokasi, yakni dua kali dalam seminggu. Sebelum transakasi, informasi mengenai jumlah permintaan terlebih dahulu disampaikan pedagang pengumpul kepada ketua kelompok tani, agar petani dapat menyiapkan produk dengan melakukan pemanenan benih ikan. Transaksi jual beli dilakukan oleh ketua kelompok dengan pedagang pengumpul dengan harga yang telah ditetapkan oleh pihak pedagang pengumpul, yaitu Rp. 100.000,00 untuk satu liter larva (15.000 ekor). Sedangkan harga untuk benih ikan nila ukuran 2-3 cm sekitar Rp. 20,00 per ekor dan benih 3-5 cm sekitar Rp. 30,00 per ekor.

3. Ketersediaan tenaga kerja

Sebagian besar petani melakukan sendiri kegiatan pemeliharaan ikan. Kebutuhan tenaga kerja luar keluarga diperlukan pada saat panen, terutama oleh petani yang memiliki beberapa kolam dengan lahan yang cukup luas. Tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari satu orang dan merupakan penduduk sekitar yang mengetahui teknik atau cara panen benih ikan.

36

4. Fasilitas transportasi

Lokasi usaha pembenihan ikan nila GMT ini terletak di wilayah perkampungan. Kendaraan baik roda empat maupun roda dua bisa menjangkau lokasi usaha karena sudah tersedia sarana dan prasarana pendukung seperti jalan aspal, ojeg dan angkutan umum. Ketersediaan fasilitas ini sangat membantu petani dalam melakukan aktifitas pengusahaan, sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam hal pengadaan input maupun pemasaran output produksi.

Teknologi yang digunakan

Kegiatan budidaya pemijahan dan pembenihan ikan Nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari menggunakan teknik budidaya sederhana. Ikan nila yang dibudiadayakan pada penelitian ini merupakan perpaduan antara jenis ikan Nila GESIT dengan nila betina biasa. Nila GESIT merupakam hasil rekayasa set kromosom ikan nila hitam jantan dengan kromosom XY yang diubah menjadi berkromosom YY (supermale). Nila GESIT memiliki keunggulan mampu menghasilkan benih ikan nila jantan dalam jumlah besar. Perkawinan induk jantan GESIT dengan nila betina normal akan menghasilkan anakan atau benih nila jantan (XY) yang dominan. Anakan ini dikenal dengan nama GMT (Genetically Male Tillapia) atau nila jantan monoseks. Induk betina yang dominan digunakan oleh petani responden adalah induk betina nila Nirwana yang masih asli, sehingga kualitas keturunan yang dihasilkan masih tetap terjaga. Induk ikan nila melakukan pemijahan secara alami (natural spawning), dimana saat pemijahan tidak ada pemberian rangsangan terhadap ikan ataupun campur tangan manusia. Anakan GMT ini memiliki kelebihan yakni ukuran yang relatif seragam dan tumbuh lebih cepat dari ikan nila biasa, karena anakan tersebut merupakan benih ikan nila jantan.

Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Buni Sari sesuai dengan jenis pengusahaan ikan nila yang dilakukan masing petani responden, yakni kegiatan pemijahan induk nila dan kegiatan pendederan ikan nila yang menggunakan input berupa larva nila.

Kegiatan Pemijahan Ikan Nila GMT

Kegiatan yang dilakukan dalam pemijahan ikan nila adalah persiapan kolam, penebaran induk, pemeliharaan induk, pemijahan dan pemanenan larva. 1. Persiapan Kolam

Kolam yang digunakan oleh petani responden adalah kolam tanah dengan rata-rata luas 600 m2. Persiapan yang dilakukan sebelum induk nila ditebar antaralain pengolahan dan penyerokan tanah dimana pada tanah dasar yang merupakan tanah liat, tidak ada lagi lumpur di dasar kolam. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mengurangi keberadaan hama di kolam ikan, seperti keong dan belut. Cekungan berdiameter dibuat di depan atau didekat pintu outlet dengan diameter 1-2 m2 dan kedalaman 70-90 cm, sebagai tempat berkumpulnya induk dan larva saat panen tiba. Pintu outlet ditutup dengan kayu penyumbat dan dilapisi dengan jaring halus untuk menghindari adanya larva yang hanyut terbawa arus air keluar melalui saluran pembuangan. Dasar kolam dibuat aliran air (kemalir) yang menuju ke saluran pembuangan air (outlet). Setelah itu dilakukan

37 pengeringan kolam selama kurang lebih satu hingga dua hari. Kegiatan pemupukan yang menggunakan pupuk dasar yakni pupuk kandang, dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesuburan tanah kolam sehingga pakan alami yang dibutuhkan ikan yakni zooplankton dan phytoplankton dapat tumbuh dengan subur. Sebanyak satu karung pupuk atau setara dengan 15-20 kg pupuk ditebar didasar kolam. Pengisian air dilakukan pada dini hari, antara pukul 02.00 – 04.00 WIB, kurang lebih selama 4-5 jam kemudian kolam telah terisi dengan air dengan kedalaman 70 - 90 cm dari dasar tanah.

2. Penebaran Induk

Selama kurang lebih 1-2 hari setelah air kolam didiamkan. Penebaran induk nila dilakukan pada pagi hari atau sore hari saat suhu air kolam rendah, agar induk nila tidak stress dengan perubahan suhu. Secara teori perbandingan jumlah induk nila yang ditebar untuk dipijahkan adalah 1 : 3, yakni 1 ekor induk jantan dan 3 ekor induk betina yang dipelihara dalam kolam pemijahan. Namun teori tersebut tidak mutlak untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, petani responden menggunakan perbandingan 1 : 10 (1 ekor jantan dan 10 ekor betina), yakni 45 ekor induk jantan dan 409 ekor induk betina. Jumlah ini merupakan jumlah rataan yang digunakan oleh 14 orang petani responden. Kondisi ini masih dapat ditoleransi karena tidak adanya perlakuan khusus, yakni pemisahan antara ikan jantan dengan ikan betina dalam bak terkontrol, yang kemudian dipertemukan dalam satu kolam pada saat pemijahan. Semua induk yang dipelihara dan dipijahkan sekaligus dalam kolam yang sama, sehingga petani tidak mengetahui secara jelas berapa jumlah betina yang telah ataupun sedang melakukan pemijahan. Adapun kepadatan tebar di kolam pemijahan adalah 1 ekor/m2.

3. Pemeliharaan Induk

Induk nila yang akan melakukan pemijahan dipelihara selama kurang lebih 3-4 minggu, dengan tujuan untuk memberikan waktu kepada ikan beradaptasi terhadap lingkungan kolam. Induk ikan jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang sama, sehingga pemijahan dilakukan ikan secara massal. Rata-rata luas kolam yang digunakan oleh petani responden adalah 500 m2. Induk yang dipelihara diberi makan dengan pakan pitik dengan frekuensi sebanyak 2 kali sehari, yakni pada pukul pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Rata-rata petani responden menebar satu ember pitik untuk sekali makan. Satu ember pitik tersebut setara dengan 4-5 kg pitik. Tidak jarang petani menebar rumput di permukaan kolam untuk membantu merangsang tumbuhnya pakan alami. Pakan tambahan lainnya yang diberikan berupa dan sisa-sisa makanan limbah rumah tangga yang dinilai layak oleh petani, seperti timun dan ubi.

4. Pemijahan dan Pemanenan Larva

Karakteristik ikan nila jantan cenderung mudah untuk melakukan pemijahan. Sifat ikan nila yang cepat mengalami pematangan kelamin (gonad) mengakibatkan seringnya terjadi perkawinan tidak terkontrol, sehingga petani responden menggunakan induk nila betina dalam jumlah lebih banyak untuk mengantisipasi terjadinya perkawinan tidak diinginkan (inbreeding). Waktu yang diperlukan untuk panen larva untuk setelah pemijahan kurang lebih 10-14 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam melalui saluran pembuangan air. Kayu penyumbat pada pintu outlet yang terletak pada lekukan didasar kolam dibuka pada dini hari, yakni antara pukul 02.00 – 03.00 WIB. Air yang tersisa pada lekukan didasar kolam menjadi tempat berkumpulknya induk

38

dan larva nila. Larva yang terkumpul dalam lekukan kolam, dipanen menggunakan waring yang berukuran 1 x 2 m, kemudian larva dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam happa atau jaring halus yang dipasang dalam kolam lainnya. Panen larva pada pagi hari tersebut memakan waktu kurang lebih 45-60 menit. Petani yang hanya melakukan budidaya dengan produk akhir berupa larva ikan, akan membawa hasil panen tersebut kepada ketua kelompok untuk kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Sedangkan petani yang mengusahakan benih hingga ukuran 2-3 dan 3-5 cm, larva yang telah dipanen dipindahkan ke dalam kolam pendederan.

Kegiatan Pendederan Ikan Nila GMT

Berbeda dengan pemijahan yang dilakukan secara alami, pembenihan dilakukan dengan metode semi intensif, yakni dengan memanen larva yang menetas untuk kemudian dipelihara secara terpisah dari induk dalam kolam pendederan Pembenihan semi intensif melalui campur tangan manusia dimaksudkan untuk menghindari kanibalisme oleh induk ikan jantan. Selain itu larva yang dipelihara secara terpisah akan tumbuh dengan ukuran yang lebih seragam. Kegiatan yang dilakukan dalam pemijahan ikan nila adalah persiapan kolam, penebaran larva, pemeliharaan dan pemanenan larva.

1. Persiapan Kolam

Petani responden menggunakan kolam tanah dengan rata-rata luas 500 m2 untuk kegiatan pemeliharaan benih. Persiapan kolam untuk pendederan dilakukan dengan perlakuan yang dengan kolam pemijahan. Sebelum digunakan, dasar kolam diolah dan diserok menggunakan sorongan untuk membuang lumpur. Kebanyakan petani responden melakukan pengeringan kolam selama satu hari setelah panen. Pemupukan menggunakan pupuk dasar yang ditebar didasar kolam, dan pengisian air dilakukan sejak dini hari selama 4-5 jam dengan ketinggian air 50–70 cm. Pada bagian yang rendah, dasar kolam dibuat lekukan berdiameter 1,5-2 meter dengan kedalaman 60-70 cm sebagai tempat berkumpulnya benih pada saat panen nanti. Pintu saluran outlet air yang terletak pada lekukan ini dilapisi atau ditutup menggunakan happa (jaring) berdiameter halus untuk menghindari adanya larva yang terbuang mengikuti aliran air.

2. Penebaran Larva dan Pemeliharaan Larva

Dari kolam pemijahan, larva nila dipindahkan kedalam kolam pendederan. Larva yang ditebar berkisar antara umur 10-14 hari dengan ukuran 0,5 – 1 cm per ekor. Larva yang baru dipanen dapat langsung ditebar di kolam pendederan, dengan kondisi kualitas air sama dengan kolam induk, seperti suhu dan pH air. Padat tebar larva berkisar antara 80–90 ekor per meter persegi untuk pendederan output 2-3 cm. Sedangkan padat tebar larva untuk kolam pendederan dengan output 3-5 cm berkisar antara 40–45 ekor per meter persegi. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari, yakni pukul 08.00 dan 16.00 WIB, sebanyak satu hingga dua ember pitik, setara dengan 5–7 kg pitik. Proses pemeliharaan hingga benih dapat dipanen membutuhkan waktu selama 13-14 hari. Seperti halnya perlakuan pada kolam induk atau pemijahan, sesekali petani menebar rerumputan dipermukaan kolam untuk merangsang tumbuhnya pakan alami sebagai makanan bagi larva ikan nila.

39 3. Pemanenan Benih

Petani responden di Kelompok Tani Buni Sari melakukan panen larva secara total. Kolam benih perlu dikosongkan dengan cara membuang air yang disurutkan melalui saluran outlet. Air yang semakin menipis membuat larva panik, larva akan mencari tepat dimana masih terdapat air, yakni lekukan yang terletak didasar kolam paling rendah. Proses pengosongan kolam membutuhkan waktu 4–5 jam. Agar pemanenan dapat dilakukan pada pagi hari yakni pukul 09.00–10.00 WIB, sumbat pada pipa outlet dibuka pada dini hari, karena proses pengosongan kolam membutuhkan waktu kurang lebih selama 4–5 jam. Air kolam yang hanya tinggal di lekukan kolam, tetap mendapat pasokan aliran air dari saluran inlet dengan debit yang lebih kecil agar benih ikan nila tidak mati. Benih yang dipanen menggunakan waring dengan jaring berdiameter lebih kasar. Pemanenan dilakukan secara hati-hati, agar air kolam lekukan tidak keruh dan teraduk dengan lumpur karena benih ikan nila akan mati karena sulit bernafas.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, secara teknis kegiatan pengusahaan benih ikan nila ini masih layak untuk dilakukan. Ketersediaan induk dan input lainnya berupa pakan yang masih mudah diperoleh, penggunaan tenaga kerja sendiri dan masyarakat sekitar lokasi usaha, kondisi kualitas air kolam yang memadai, proses produksi secara sederhana yang relative mudah, dan akses lokasi yang mendukung kegiatan pengusahaan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Buni Sari. Penyuluhan dan pelatihan yang lebih intensif oleh dinas perikanan setempat diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani mengenai tata cara teknik budidaya ikan nila yang baik.

Analisis Aspek Manajemen

Penelitian pada aspek manajemen mencakup struktur organisasi perusahaan, kebutuhan dan penggunaan serta deskripsi tugas tenaga kerja yang digunakan. Struktur organisasi Kelompok Tani Buni Sari dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Kelompok Tani Buni Sari

Struktur organisasi menunjukkan pola atau hubungan antara bagian dan fungsi yang menjadi tugas dan wewenang orang-orang dengan kedudukannya masing-masing dalam suatu organisasi. Deskripsi tugas oleh pelaksana organisasi Kelompok Tani Buni Sari adalah :

Ketua Kelompok Abas Sutisna Bendahara Duki Suherman Sekretaris Umum Diyari

40

1. Ketua Kelompok bertanggung jawab mengawasi berjalannya fungsi-fungsi organisasi, serta sebagai pengambil keputusan atas penyelesaian masalah dan kendala yang dihadapi dalam organisasi.

2. Sekretaris memiliki tugas dalam melakukan pencatatan hasil produksi dari petani dan laporan-laporan yang dibutuhkan terkait dengan kegiatan organisasi.

3. Bendahara memiliki wewenang dalam mengatur kebutuhan keuangan dalam kegiatan organisasi.

Saat ini anggota yang merupakan sekretaris terpilih dalam struktur organisasi tidak dapat menjalankan tugasnya, karena adanya kepentingan lain

Dokumen terkait