• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ – 119O39’

Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto

Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

Luas Wilayah Kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2 terdiri dari 9 kecamatan dan 100 wilayah desa/kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Takalar dengan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km yang melalui Kabupaten Gowa. Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar,

39 sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Takalar berdasarkan jumlah Kecamatan

No Kecamatan Luas

Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012

4.1.1. Topografi

Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2.

Sedangkan selebihnya merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2, kondisi sebagian besar terdapat pada

40 Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada kisaran 0 -2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40%.

Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa kegiatan perkeonomian masyarakat seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut Di Kabupaten Takalar

No Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah (Ha) 0-100 mdpl 100-500 mdpl >500 mdpl

1 Mangarabombang 10.050 10.050

Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012

Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil

41 wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan 15-40%

yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten.

kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan perkebunan.

4.1.2. Keadaan Iklim

Setiap usaha pertanian mempunyai keterkaitan langsung dengan faktor iklim. Faktor iklim besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dua faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan dan suhu udara. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum ditandai dengan jumlah curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat dipengaruhi oleh angin musim. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten Takalar, menunjukkan suhu udara minimum rata-rata 22,20C hingga 20,40C. Hal ini sesuai dengan kondisi pertumbuhan tanaman kedelai.

Tabel 4. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013 No Tahun Curah Hujan (mm/bulan)

42 Potensi sumberdaya air di Kabupaten Takalar selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.

Potensi air tanah dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk berbagai kepentingan kegiatan masyarakat, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk menunjang kegiatan ekonomi mayarakat. Potensi air tanah yang terdapat di Kabupaten Takalar ditunjang oleh keberadaan aliran sungai. Selain itu potensi air di Kabupaten Takalar juga dipengaruhi oleh Wilayah Aliran Sungai (WAS) Jeneberang, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan sumber air bersih (DAM Bili-Bili).

Pengembangan dan pengolahan air tanah di Kabupaten Takalar memerlukan kajian lebih lanjut untuk memperoleh kualitas dan kebutuhan secara kuantitas untuk masing-masing sektor kegiatan masyarakat. Pada intinya kebutuhan mendasar untuk pengembangan sumberdaya air diperuntukan untuk menunjang kegiatan pertanian, sehingga dibutuhkan cadangan sumber air yang cukup besar.

4.1.3. Kondisi Struktur Geologi

Struktur geologi Kabupaten Takalar dipengaruhi oleh formasi camba, terobosan, gunung api cindako, formasi tonasa dan endapan aluvium. Masing masing formasi batuan tersebut memiliki karakteristik yang membentuk struktur tanah dan batuan, antara lain :

43 Formasi Terobosan, terbentuk atas batuan basal

Formasi Camba terbentuk atas sendimen laut berselingan Formasi Tonasa terbentuk atas batuan gamping

Formasi Gunung Api–Cindako, terbentuk atas batuan lava-breksi-tufa-konglomerat dan terutama lava

Endapan alivium dan pantai, terbentuk atas kerikil, pasir, lempung, dan lumpur.

Jenis batuan atau geologi Kabupaten Takalar terdiri dari; Vulcanic (batuan Vulkanik), batuan ini merupakan batuan tertua yang telah mengalami perubahan, sebagian besar batu kapur terbentang sepanjang pantai perbatasan Takalar dengan Jeneponto. Gunung Api Baturape – Cindako merupakan batuan vulkanik basal yang terdiri dari lava dan batuan piroklastik yang bersilangan dengan tufa dan batu pasir. Batuan ini tersebar luas di wilayah pegunungan dan daerah dataran.

Lapisan batuan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah. Batuan Instrusif terdiri atas batuan basal mulai dari dolerit, diorit, gabbro hingga diabase.

4.1.4. Kondisi Jenis Tanah

Keadaan jenis tanah Kabupaten Takalar secara umum termasuk dalam golongan stadium dewasa dengan tekstur permukaan halus, umunya kondisi tanah tersebut dipengaruhi fromasi pada pegunungan Bawakaraeng dan Lompobattang.

Tatanan statigrafi pada umumnya terdiri dari endapan Aluvium, Miosen tengah-akhir serta Eosen tengah-akhir-Miosen tengah dengan sedikit terobosan Andesit. Endapan Aluvium terdiri dari lempung, pasir, lumpur, kerikil dan bongkah batuan yang

44 tidak padu (lepas). Endapan ini berasal dari hasil desintegrasi batuan yang lebih tua. Struktur tanah yang terbentuk meliputi jenis tanah entisol, inceptisol, molisol, dan ultisol. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten Takalar di Rinci Menurut

4 Polongbangkeng Selatan 6.041,31 2.705,62 -

5 Pattallassang 1.814,24 - -

6 Polongbangkeng Utara 14.975,05 7.686,82 -

7 Galesong 2.320,27 - - 86,29

8 Galesong Selatan 1.910,23 - - 73,62

9 Galesong Utara 2.029,48 - - -

Jumlah 39.085,42 11.239,79 451,34 5.581,83 Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013

Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat, memanjang dari utara ke selatan dan pada umumnya diisi oleh endapan sedimen Sungai dan pantai berpotensi pengembangan pertanian dan perikanan (tambak). Sedangkan morfologi perbukitan dengan ketinggian ± 50 – 200 meter dari permukaan laut yang berada pada bagian tengah ke arah Timur dan Selatan pada umumnya wilayah perbukitan yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan.

4.2. Demografi

Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

45 pengembangan atau pembangunan suatu wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR).

4.2.1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Takalar berdasarkan hasil Perhitungan Dana Alokasi Umum 2013 (DAU2013) di 9 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Polongbangkeng Utara, yakni 47.693 jiwa. Rasio jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki perkabupaten, dimana 134.800 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 145.800 berjenis kelamin perempuan. Dengan angkan rasio jenis kelamin 92,45 (93), dapat diartikan bahwa setiap 100 orang berjenis kelamin perempuan terdapat 93 orang berjenis kelamin laki-laki.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Takalar pada tahun 2013 mencapai 495 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Galesong Utara, dengan tingkat kepadatan mencapai 2.477 jiwa/km2, dan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Polongbangkeng Utara dengan angka kepadatan 225 jiwa/km2. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

46 Tabel 6. Rata Penduduk PerDesa/Kelurahan, Kepadatan, dan Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan Di Kabupaten

Kabupaten Takalar 2.806 280.600 495

Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013

Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang.

4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Usia Dan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Penduduk merupakan sumberdaya untuk menjalankan proses

47 produksi dan distribusi barang dan jasa. Jumlah penduduk yang besar diharapkan dapat mendudukung pembangunan ekonomi dan pembangunan pertanian khususnya. Penduduk berdasarkan umur angkatan kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Usia 0-14 tahun : belum produktif b. Usia 15-64 tahun : produktif c. Usia ≥ 65 tahun : tidak produktif

Sumber: BPS Kabupaten Takalar, 2013

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Takalar pada tahun 2013 sebanyak 280.600 jiwa. Dengan jumlah laki-laki sebanyak 134.800 jiwa, dan jumlah perempuan sebanyak 145.800 jiwa.

Dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Takalar yang sebagian besar tergolong usia produktif, yaitu berusia 15-64 tahun sebesar 180.538 orang atau 64,36 % yang merupakan keunggulan bagi kabupaten Takalar dalam hal ketersediaan tenaga kerja usahatani kedelai. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang melaksanakan kegiatan produksi dan segi ekonomi dimana segala kebutuhannya ditanggung mereka sendiri (usia 15-64 tahun). Sedangkan penduduk usia non produktif adalah penduduk yang belum bisa bekerja untuk

48 dapat mencukupi kebutuhan sendiri dan penduduk yang tidak mampu bekerja (usia 0-14 tahun dan 65+).

4.2.3. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi

Data mengenai Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut:

Tabel 8. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kelamin

No Pendidikan Tertinggi Laki-laki Perempuan Jumlah

1 SD 7 3 10

2 SLTP 11 16 37

3 SLTA 432 417 849

4 Diploma 1-2 26 104 130

5 Diploma 3/Akademi 58 290 348

6 Diploma 4/Sarjana 277 574 851

7 Pascasarjana (S2/S3) 1 - 1

Jumlah 812 1.404 2.216

Sumber : Dinas Nakertrans, Kependudukan dan Capil Kab. Takalar 2013

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pencari kerja tertinggi berada pada tingkat SLTA dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 432 orang, sedangkan jumlah penduduk pencari kerja tertinggi selanjutnya berada pada tingat Diploma 4 atau Sarjana sebanyak 574 orang dengan jenis kelamin perempuan.

49

Dokumen terkait