ANALISIS PENAWARAN KEDELAI DI SENTRA PRODUKSI KABUPATEN TAKALAR
NURHIJRAH 105960090011
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ANALISIS PENAWARAN KEDELAI di SENTRA PRODUKSI KABUPATEN TAKALAR
NURHIJRAH 10596 00900 11
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar
Nama : Nurhijrah Stambuk : 105960090011
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Mohammad Natsir.SP,MP Ketua Sidang
2. St.Khadijah Y. Hiola, S.TP., M.Si Sekertaris
3.
Dr.Ir. kasifah,Mp Anggota4. Dewi Sartika, S.TP., M.Si Anggota
Tanggal Lulus:………
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar adalah benar merupakan hasil karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Juni 2015 Nurhijrah 10596 00900 11
ABSTRAK
NURHIJRAH. 105960090011. Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan
ST. KHADIJAH Y. HIOLA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Takalar dan mengetahui tingkat elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar. Metode dasar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (pusposive) yaitu di Kabupaten Takalar. Data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 10 tahun yaitu dari tahun 2004-2013.
Adapun analisis data yang digunakan adalah Metode Least Squares dan Penggunaan Program Eviews-8 pada fungsi penawaran dengan pendekatan luas panen produksi.
Hasil analisis menunjukkan jumlah penawaran kedelai di Kabupaten Takalar yaitu Ln A = 5.106493 - 0.658290 Ln A + 0.284787 Ln HKd - 5.067180 Ln HPd+
2.667269 Ln HJg. Model ini memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8634 berarti 86,34 persen faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai dijelaskan oleh luas lahan, harga kedelai, harga padi dan curah hujan sedangkan sisanya 13,66 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian.
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 6.3347 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0506 pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya sebanyak 633,47 persen penawaran kedelai dipengaruhi oleh luas panen, harga kedelai, harga padi dan harga jagung sedangkan sisanya 533,47 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian.
Produktivitas kedelai, harga kedelai, harga pupuk urea, curah hujan dan nilai tukar petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai.
Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang untuk harga kedelai pada tahun sebelumnya bersifat inelastis. Sedangkan untuk harga benih kedelai pada tahun sebelumnya nilai elastisitas dalam jangka pendek bersifat inelastis sedangkan dalam jangka panjang bersifat elastis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penawaran kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam meperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ir. Mohammad Natsir, S.P.,M.P. selaku Pembimbing I dan Ibu St.
Khadijah Y. Hiola, S.TP.,M.Si. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yng telah membekali segudang ilmu kepada penulis. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU Fakultas Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
5. Kepada pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Takalar serta pihak Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Takalar yang telah membantu melengkapi data penelitian.
6. Teristimewa teruntuk kedua orang tua penulis ayahanda Haeruddin dan ibunda Dasiati atas dukungan baik moril maupun material, cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis yang memberikan motivasi dan dorongan serta dengan ikhlas mendo’akan disetiap langkah penyusun, kakakku Muhammad Kamal dan saudari kembarku Nurhajar dan segenap keluarga yang selalu memberikan semangat.
7. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari di Program Studi Agribisnis angkatan 2011 terkhusus buat Iksan Salla Nur, Kasmawati, Zulfadliyani, Irma dan Adriani yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
8. Terkhusus juga buat Syamsul Rijal dan Kamaruddin yang selalu mengingatkan, meluangkan waktu, tenaga, memberi masukan, dorongan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan kalian dibalas dengan kebaikan beribu kali lipat oleh Allah SWT. Aamiinnnn!
Makassar, Juni 2015
Nurhijrah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan kegunaan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 4
2.2 Budidaya Kedelai ... 5
2.3 Penawaran Komoditas Pertanian ... 12
2.4 Fungsi Produksi ... 16
2.5 Fungsi Penawaran ... 16
2.6 Elastisitas Penawaran ... 23
2.7 Kerangka Teori Analisis Penawaran Kedelai ... 28
2.8 Hipotesis ... 28
III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 29
3.2 Metode Dasar Penelitian ... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5 Metode Analisis Data ... 31
3.6 Definisi Operasional... 36
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38
4.1 Letak Geografis ... 38
4.2 Demografi ... 44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
5.1 Kondisi umum penanaman kedelai di Kabupaten Takalar ... 49
5.2 Hasil penelitian dan pembahasan ... 50
5.3 Analisis penawaran kedelai ... 64
5.4 Elastisitas penawaran kedelai ... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
6.1 Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
1. Anjuran Penggunaan ZPT Pada Tanaman Kedelai ... 11 2. Luas Wilayah Kabupaten Takalar
Berdasarkan Jumlah Kecamatan ... 39 3. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut
Di Kabupaten Takalar ... 40 4. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar
Tahun 2004-2013 ... 41 5. Klasifikasi Jenis Tanah di Kabupaten takalar
Dirinci Menurut Kecamatan ... 44 6. Rata-rata Penduduk Perdesa/Kelurahan, Kepadatan dan Rata-rata
Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan
di Kabupaten Takalar ... 46 7. Jumlah Penduduk Menurut umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 47 8. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut
Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kelamin ... 48 9. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten
Takalar Tahun 2004-2013 ... 51 10. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Takalar
Tahun 2004-2013 ... 53 11. Perkembangan Harga Jagung Dari Tahun 2004-2013
di Kabupaten Takalar ... 55 12. Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013... ... 57 13. Rata-rata Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten
Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 59 14. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten
Takalar Dari Tahun 2004-2013.. ... 61
15. Perkembangan Harga Padi di Kabupaten Takalar
Pada Tahun 2004-2013 ... 63 16. Hasil Estimasi Model Luas Panen Analisis Penawaran
Kedelai di Kabupaten Takalar Dengan Metode Least Square ... . 65 17. Hasil Estimasi Model Penawaran Produktivitas Kedelai
di Kabipaten Takalar ... 69 18. Elastisitas Luas Panen Kedelai terhadap Harga Kedelai di
Kabupaten Takalar ... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Grafik Kurva Penawaran ... 19
2. Grafik Pergeseran Kurva Penawaran ... 20
3. Grafik Elastisitas Penawaran ... 25
4. Grafik Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah ... 28
5. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 52
6. Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 54
7. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 56
8. Grafik Jumlah Produksi Kedelai di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 58
9. Grafik Perkembangan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 60
10. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 62
11. Grafik Perkembangan Harga Padi di Kabupaten Takalar Pada Tahun 2004-2013 ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Respons Luas Panen Kedelai Dengan Metode Least Square dan penggunaan
Program Eviews-8 ... 80 2. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi Analisis
Regresi Berganda Model Respons Luas Panen Kedelai dengan
Metode Least Squares dan Penggunaan Program Eviews-8 ... 82 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Respons
Produktivitas Kedelai dengan Metode Least Squares
dan Penggunaan Program Eviews-8 ... 83 4. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi Analisis
Regresi Berganda Model Respons Produktivitas Kedelai dengan
Metode Least Squares dan Penggunaan Program Eviews-8 ... 84
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.
Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya.
Zakiah (2012), menyatakan bahwa pasokan kedelai di Indonesia cenderung semakin tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri.
Sekalipun kedelai dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana, produktivitas dan produksi kedelai dalam negeri, hampir tidak dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Saat ini produksi kedelai di Indonesia hanya mencukupi sekitar 35 persen kebutuhan, selebihnya dipenuhi melalui impor. Sekitar 20 tahun terakhir di Indonesia masih terus melakukan impor kedelai, terutama dari Amerika Serikat, sehingga tidak heran apabila kedelai impor telah mendominasi sebagai bahan baku olahan pangan (Adisarwanto, 2008).
Rendahnya produksi kedelai local menyebabkan ketidakcukupan kedelai local memenuhi permintaan industry pengolahan kedelai. Hal ini menyebabkan semakin tergantungnya industri-industri pengolahan kedelai pada kedelai impor
2 (Zakiah, 2011). Selain itu rendahnya kualitas kedelai lokal dari segi kebersihan dan kadar air menyebabkan industri-industri pengolahan kedelai cenderung memilih kedelai impor yang tingkat kebersihannya lebih tinggi dan kadar air yang lebih rendah. (Nurmeyda, 2010).
Takalar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi pertanian terbesar di Sulawesi Selatan dengan potensi yang paling banyak dikembangkan oleh petani adalah padi sebanyak 1.364.648 ton, jagung sebanyak 315.305 ton sedangkan kedelai hanya sebanyak 9.806 ton. Melihat keadaan ini, maka produksi kedelai di Kabupaten Takalar perlu ditingkatkan. Hal ini dikibatkan karena harga padi dan jagung jauh lebih tinggi dibandingkan harga kedelai itu sendiri.
Sesuai dengan produksi kedelai yang masih tergolong rendah dan dengan harga yang murah, maka petani perlu meningkatkan produksi kedelai. hal ini berkaitan dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang akan ditawarkan sedangkan semakin rendah harga suatu barang maka sedikit pula jumlah barang yang akan ditawarkan.
Keadaan tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mengenai “Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar”
3 1.2. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penawaran kedelai di Kabupaten Takalar ?
2. Bagaimana tingkat elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar ?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian “Analisis Penawaran Kedelai di Sentra Produksi Kabupaten Takalar” antara lain:
1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
2. Mengetahui tingkat elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
Sedangkan Kegunaan dari Penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti tersendiri, penelitian ini berguna untuk mengetahui jumlah penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
2. Penelitian ini juga berguna dalam mengetahui tingkat elastisitas kedelai di Kabupaten Takalar
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi dalam `penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian M. Rifai, 2010 tentang analisis permintaan dan penawaran kedelai di Jawa Timur dengan model dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode permintaan dan penawaran domestik yang dibangun telah memenuhi kriteia ekonomi statistik dan ekonometrika dengan baik sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku ekonomi komoditas kedelai di Jawa Timur dengan baik. Perilaku penawaran kedelai dipengaruhi secara positif oleh peubah harga jagung, produktivitas dan luas panen. Variabel harga kedelai domestik, harga beras, harga pupuk dan harga kedelai dunia serta penawaran tahun yang lalu tidak berpengaruh terhadap penawaran kedelai.
Perilaku impor kedelai dipengaruhi secara positif oleh pendapatan perkapita dan permintaan tahun sekarang, dan dipengaruhi secara negative oleh produksi tahun lalu dan nilai tukar rupiah. Harga kedelai domestik dan peubah impor tahun yang lalu dinyatakan tidak berpengaruh terhadap impor. Perilaku permintaan kedelai dipengaruhi secara positif oleh jumlah penduduk dan dipengaruhi secara negative oleh pendapatan perkapita. Peubah harga kedelai domestik, harga jagung dan permintaan tahun yang lalu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap permintaan kedelai. Harga kedelai domestik dipengaruhi secara nyata dan positif oleh penawaran dan nilai tukar rupiah US dollar serta harga kedelai domestik tahun yang lalu. Variabel permintaan dan harga kedelai domestik tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku harga.
5 2.2. Budidaya Kedelai
2.2.1. Penyiapan Benih
Benih yang baik dan bermutu tinggi merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani kedelai. Oleh karena itu benih kedelai yang akan kita tanam harus dipilih yang bermutu tinggi agar mendapatkan produksi kedelai yang maksimal.
Kemurnian benih varietas unggul diklasifikasikan kedalam empat tingkat (kelas), yaitu:
1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS), benih ini adalah benih yang menjadi sumber asal varietas yang kemurniannya diawasi langsung oleh pemulia atau pembuat varietas.
2. Benih Dasar atau Foundation Seed (FS), benih ini adalah keturunan benih penjenis ataupun benih dasar yang diproduksi dibawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat.
3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS), benih ini adalah keturunan benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak, dengan pengawasan yang teliti sehingga mutu dan kemurniannya terpelihara (terjamin)
4. Benih Sebar atau Extension Seed (ES), benih ini adalah keturunan benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi secara baik, sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietasnya terpelihara (terjamin). (Sakata, Vegetable Seed Catalogue). (Achmad Suryana, 1994)
6 Benih kedelai yang disebarluaskan dan siap ditanam para petani adalah
“Benih Sebar”. Disamping itu, adapula kelas Benih Bina yang pemanenannya diatur dan diawasi berdasarkan peraturan atau pengawasan pihak yang berwenang.
Standar benih bina kedelai meliputi kemurnian minimum 95%, daya tumbuh minimum 60%, dan kandungan benih gulma maksimum 2 %. Benih kedelai yang mutunya di bawah standar dilarang untuk diperjualbelikan.
Ciri-ciri benih kedelai yang baik dan bermutu tinggi adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai daya kecambah tinggi (diatas 80%)
2. Kemurniannya tinggi (98%-100%) atau tidk tercampur dengan varietas lain.
3. Keadaan benih sehat, tidak keriput atau luka bekas gigitan serangga (hama), dan bebas wabah penyakit.
4. Pertumbuhan benih serentak, cepat dan sehat.
5. Bersih atau tidak tercampur dengan biji rumput (gulma) ataupun biji-biji tanaman yang lain.
6. Keadaan benih masih baru (kurang dari 6 bulan) saat benih dipanen dan sungguh-sungguh telah kering. (Puslitbangtan Bogor. 1995)
2.2.2. Penyiapan Lahan
Areal lahan untuk penanaman kedelai dapat dialokasikan pada tanah kering dan tanah sawah bekas tanaman padi. Waktu pengolahan tanah untuk penanaman kedelai di lahan sawah pada umumnya di musim kemarau, sedangkan di lahan
7 kering sebaiknya pada akhir musim kemarau. (Wayan Sudana dan Hermanto.
1995)
Tatalaksana penyiapan lahan sebagai sebagai pra-penanaman kedelai dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah intensif.
1. Pengolahan Tanah Minimum
Cara pengolahan tanah ini sangat sederhana dan biasanya dipraktikkan pada lahan sawah bekas tanaman padi atau tebu. Tatacara penyiapan lahan secara minimum ini adalah :
Babat (bersihkan) jerami padi, kemudian kumpulkan pada suatu tempat penampungan untuk dibiarkan sampai kering.
Buat saluran drainase arah melintang disekeliling lahan. Ukuran saluran ini
lebar dan dalamnya ± 30 cm, dengan lebar petakan untuk tempat penanaman kedelai antara 3-10 m atau tergantung pada keadaan lahan.
Biarkan tanah dikeringangin selama 7-10 hari.
Lahan siap ditanami benih kedelai.
2. Pengolahan Tanah Intensif
Pengolahan lahan-lahan kering (tegalan) biasanya dilakukan secara itensif.
Tujuan pengolahan tanah ini diantaranya adalah untuk mengendalikan rumput- rumput liar, memperoleh struktur tanah yang gembur, memperbaiki drainase tanah, serta menciptakan medium pertumbbuhan yang optimal bagi tanaman kedelai. Tatacara pengolahan lahan secara intensif adalah sebagai berikut:
Bersihkan areal lahan dari rumput-rumput liar ataupun jerami.
8
Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 15-20 cm sambil membenamkan rumput-rumput liar yang sudah lapuk.
Buat parit keliling selebar 40 cm dan dalamnya 30 cm
Gemburkan tanah sambil membuang rumput-rumput liar dan kerikil kemudian tanah diratakan dan lahan siap ditanami benih kedelai.
2.2.3. Penanaman
Waktu penanaman kedelai disesuaikan dengan kondisi lahan, misalnya pada lahan kering dan keadaan cuaca normal dilakukan sekitar bulan Oktober- Nopember atau Februari-Maret. Keterlambatan tanam dapat menghadapi beberapa masalah, diantaranya adalah serangan hama atau penyakit, dan kekeringan. Oleh karena itu waktu tanam disuatu daerah atau wilayah yang sehamparan sebaiknya serempak bersamaan.
Cara tanam benih kedelai dapat dilakukan dengan disebar merata dipermukaan petakan dan dimasukkan kedalam lubang tanam. Cara tanam yang paling baik adalah dengan sistem tugal. Keuntungan sistem ini antara lain jarak tanamnya yang teratur, memudahkan pemeliharaan tanaman, dan dapat menghemat benih. (Sumarno dan Harnoto. 1983)
2.2.4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kedelai di kebun meliputi kegiatan pokok sebagai berikut :
Pemasangan Mulsa Jerami
9 Waktu pemasangan mulsa jerami dilakukan seusai tanam. Keuntungan pemulsaan ini antara lain untuk menekan atau mengurangi pertumbuhan gulma pada awal pertumbuhan kedelai, menambah bahan organik dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi serangan hama dan lalat bibit.
Penyulaman
Waktu penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni pada umur 7-10 hari setelah tanam. Keterlambatan penyulaman akan menyulitkan pemeliharaan tanaman, karena dapat menyebabkan umur dan stadium pertumbuhan tanaman yang tidak sama.
Pengairan
Waktu pengairan lahan penanaman kedelai sebaiknya pagi atau sore hari.
Cara pengairan adalah dengan digenang selama 15-30 menit. Kemudian airnya dikeluarkan kembali melalui saluran pembuangan.
Pada tanah yang beirigasi baik, pengairan areal tanaman kedelai dapat dilakukan 1-2 minggu sekali. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air adalah tanah areal penanaman kedelai tidak boleh terlalu becek ataupun kekeringan. Bila tanahnya becek, maka benih kedelai akan membusuk (tidk tumbuh) dan tanaman muda tumbuhnya kerdil (merana). Oleh karena itu, pada tanah-tanah yang becek (mudah tergenang) perlu dibuatkan aluran pembuangan air disepanjang petakan.
Tanah yang kekeringan, terutama masa periode pertumbuhan vegetatif, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan kerdil. Demikian pula, kekeringan pada saat tanaman kedelai berbunga atau pengisian polong akan berakibat gagal
10 panen. Ciri-ciri tanaman kedelai kekurangan air adalah pertumbuhannya terhambat dan selanjutnya bila tidak memperoleh air, maka tanaman akan mati.
Penyiangan
Waktu penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4 minggu setelah tanam bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan berikutnya pada waktu tanam kedelai sebelum berbunga, karena dapat mengganggu proses persarian bunga, sehingga akan menurunkan produksi antara 10%-50%.
Pemupukan Susulan
Cara pemberian pupuk susulan adalah dengan disebar merata kedalam larikan dangkal diantara barisan tanaman kedelai atau dimasukkan kedalam lubang tugal disisi kiri kanan tanaman sejauh ± 10 cm, kemudian ditutup dengan tanah tipis.
Penggunaan ZPT dan PPC
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kedelai dapat dipacu dengan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Pupuk Pelengkap Cair (PPC). Jenis atau macam ZPT adalah yang dianjurkan adalah Atonik 6.5 L, Dharmasri 5 EC, Ethrel 40 PGR, dan Hobsanol.
Penggunaan ZPT harus tepat dosis, waktu dan caranya sesuai dengan anjuran sebagaimana pada tabel :
11 Tabel 1. Anjuran penggunaan ZPT pada tanaman kedelai
No Macam ZPT Takaran & waktu aplikasi (cc/lt/ha)
15 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 1. Atonik 6.5 L - 500 cc/
400 lt - 500 cc/
400 L -
2. Dharmasari 5 EC
75 cc/
500 lt - 75 cc/
500 lt - -
3. Ethrel 40 PGR - - 200 cc/
500 lt - -
4. Hobsanol 25 cc/
200 lt - - - 50 cc/
400 lt Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. DT. I JabaR
(hst = hari setelah tanam)
Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman ditujukan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), terutama serangan hama dan penyakit. Upaya pengendalian hama dan penyakit harus dilaksanakan secara terpadu.
2.2.5. Panen dan Pascapanen Kedelai
a. Panen
Saat panen kedelai ditentukan berdasarkan umur tanaman, ciri-ciri kenampakan luar, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat penanaman. Setiap varietas kedelai mempunyai umur yang berbeda, sehingga waktu panennya harus menyesuaikan dengan umur tanaman.
Pemanenan kedelai yang terlalu awal yakni pada stadium belum cukup umurnya atau polong-polongnya masih hijau dapat mengakibatkan kuantitas dan kualitas produksi kedelai menurun. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan polong menjadi busuk, bercendawan dan keriput, sehingga mutu bijinya kurang baik. Sebaliknya, keterlambatan panen dapat menyebabkan
12 polong-polong terlalu kering, mudah pecah, dan biji melenting jatuh sebelum waktunya.
Pada pertanaman yang baik dan pemeliharaannya intensif, produksi kedelai dapat mencapai 2,0-2,5 ton biji kering/hektar. Produktivitas rata-rata kedelai nasional dewasa ini baru mencapai 1,2 ton/hektar. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi DT. I Jawa Barat).
b. Pascapanen
Kegiatan pascapanen kedelai dimulai dari pemanenan, penaganan lanjutan (pengolahan) sampai siap dikonsumsi atau menjadi bahan mentah industri, misalnya pada pembuatan kecap, tahu dan tempe. Tujuan utama kegiatan penanganan pascapanen kedelai adalah:
Mengurangi susut humlah maupun mutu hasil panen.
Meningkatkan mutu hasil panen.
Meningkatkan harga jual dan pendapatan petani (produsen kedelai).
Penanganan pascapanen kedelai diarahkan untuk memenuhi kriteria persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. (BIP Ciawi. Perbaikan Teknik Pasca Panen Kedelai).
2.3. Penawaran Komoditas Kedelai
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah indonesia sejak masa orde baru hingga saat ini untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan petani lewat berbagai macam program , seperti intensifikasi, ekstensifikasi (perluasan areal), diversifikasi produksi dan
13 rehabilitas. Namun pengalaman selama ini menunjukkan bahwa bagaimanapun bagusnya konsep-konsep yang mendasari semua program tersebut, selama harga jual yang diterima petani tidak turut diperbaiki oleh pemerintah, usaha-usaha pemerintah tersebut tidak akan membawa hasil yang optimal. Artinya, volume produksi mungkin akan meningkat, tetapi jauh dibawah target yang diharapkan, atau sama sekali tidak ada respon dari petani dalam bentuk peningkatan produksi.
Rangsangan ekonomi dalam bentuk tingkat harga yang menguntungkan, merupakan faktor paling penting bagi petani untuk meningkatkan produksinya, seperti juga berlaku bagi setiap produsen di sektor-sektor lain. Petani pada akhirnya akan merasa tidak ada untungnya memperluas lahan garapan, menerapkan teknologi baru, memakai pupuk berkualitas baik tetapi dengan harga lebih mahal dari pupuk organik, dan melakukan diversifikasi produksi apabila semua itu tidak menambah netonya. Dalam kata lain, harga merupakan faktor utama, sementara intensifikasi, ekstensifikasi dan sebagainya yang disebut diatas hanyalah merupakan faktor-faktor penunjang untuk meningkatkan produksi. Pada akhirnya, si petani itu sendiri yang menentukan apakah dia mau menambah produksinya atau tidak, karena dia yang melakukan produksi, bukan pemerintah atau pihak lain.
Karena harga merupakan faktor utama yang disebut diatas, oleh karena itu agar kebijakan menaikkan output pertanian lewat pemberian intensif harga bisa berhasil, pemerintah harus mengetahui betul bagaimana respon suplai disektor pertanian terhadap perubahan harga, tentu respon ini berbeda menurut jenis
14 komoditi dan bahkan antar petani didalam kategori tanaman yang sama, tergantung pada tujuan petani melakukan tujuan bertani dan kondisi ekonominya.
Hubungan antara harga dan volume produksi (penawaran) dijelaskan di dalam teori penawaran. Suplai disektor pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian yang diproduksi/ditawarkan oleh para petani/produsen. Dalam hukum penawaran dinyatakan bahwa semakin tinggi harga dari suatu barang semakin banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh produsen, karena ransangan ekonominya tinggi. Sebaliknya, semakin rendah harganya, semakin sedikit jumlah yang ditawarkan , dengan syarat bahwa faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi penawaran seperti luas tanah, cuaca dan sebagainya, tetap tidak berubah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah :
a. Harga Produk
Harga produk tinggi akan mengakibatkan peningkatan jumlah produksi di masa yang akan datang karena dirasakan produsen sangat menguntungkan.
b. Harga Input
Besar kecilnya harga input akan berpengaruh terhadap besar kecilnya input yang dipakai. Apabila harga faktor produksi turun, petani cenderung akan membelinya pada jumlah yang relatif lebih besar. Dengan demikian dari penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam jumlah terbatas, dengan adanya tambahan penggunaan faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor produksi), maka populasi akan meningkat.
c. Teknologi
15 Dengan adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin meningkat. Tentu saja penggunaan teknologi ini mungkin memerlukan biaya produksi yang relatif tinggi, beban resiko dan ketidakpastian yang juga relatif tinggi, memerlukan keterampilan khusus dan sebagainya, tetapi apabila ketidakpastian ini dapat dipecahkan, produksi akan semakin besar.
d. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang
Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besaran harga di masa mendatang, apakah harga suatu komoditas akan menaik atau menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punya selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut.
e. Jumlah Produsen
Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditas pertanian, maka petani cenderung untuk mengusahakan tanaman tersebut. Misalnya dari semula produsen menanam sayuran, kemudian karena harga tanaman cengkeh cukup tinggi, maka ia berubah dari petani sayur ke petani cengkeh.
f. Harga produksi lain
Yang dimaksud dengan harga produksi lain ini adalah perubahan harga produksi alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini akan menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya semakin menurun.
16 2.4. Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi dalah kelanjutan dari aplikasi analisis regresi, yaitu analisis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat. Jadi, bila produksi (Y) dipengaruhi oleh pupuk (X), maka pupuk akan selalu mempengaruhi produksi dan tidak akan terjadi sebaliknya.
Hubungan Y dan X seperti yang dijelaskan sebelumnya dapat berupa regresi sederhana, yaitu:
Y = f (X)
Dan dapat pula berupa regresi berganda yaitu:
Y = f (X1, X2, .... Xi... Xn) (Soekartawi, 2006)
2.5. Fungsi Penawaran
Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen atau penjual dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya tinggidan bagaimana pula keinginan untuk menwarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
17 Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2005).
Teori dasar dari respon penawaran pertanian adalah bahwa faktor-faktor insentif termasuk harga berpengaruh positif terhadap output atau penawaran pertanian. Respon penawaran pertanian dapat dianalisis dari titik tolak output agregat atau suplai, output subsektor (yakni output tanaman dan output binatang) atau tanaman secara individu (misalnya padi, jagung, teh, kopi, dan sebagainya).
Tingkat agregat yang dipilih tergantung daripada tujuan dari studi yang akan dilakukan dan tentu tergantung juga dari ketersediaan data. Lagi pula output atau suplai pertanian dapat dilihat dapat dilihat daalam salah satu dari berikut ini:
(a). Luas lahan yang digarap (b). Output per ha
(c). Hasil panen
Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga, menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan adalah tetap. Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), bentuk respon penawaran secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut) Keterangan :
18 Qt = Jumlah produksi yang ditawarkan pada tahun atau periode t
Pt-1 = Harga komoditi pada tahun sebelumnya At = Luas areal pada tahun sebelumnya
Wt = Rata-rata curah hujan pada tahun t Ut = Variabel pengganggu
Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran kedelai di Kabupaten takalar, digunakan model analisis lag yang didistribusikan dengan pendekatan model penyesuaian Nerlove.
Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut : Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)
Untuk mengestimasi fungsi penawaran terdapat dua pendekatan, pendekatan tidak langsung dan pendekatan langsung. Dalam pendekatan tidak langsung mengasumsikan bahwa luas areal equivalen dengan penawaran (At=Qt). Akan tetapi karena adanya faktor-faktor pengganggu seperti serangan hama dan penyakit ataupun tanaman Kedelai tidak terawat menyebabkan luas areal tanam tidak sama dengan luas areal panen, sehingga luas areal tidak equivalen dengan penawaran. Karena hal tersebut dalam penelitian ini dipakai pendekatan secara langsung yaitu dengan pendekatan produksi dengan merubah variabel luas areal tanam menjadi variabel produksi dengan alasan produksi lebih nyata berpengaruh terhadap penawaran Kedelai daripada luas areal. Sehingga persamaan di atas dapat diubah menjadi :
Qt = f (Pt-1, Wt, Ut)
19 Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para produsen. Perubahan harga yang terjadi menyebabkan perubahan harga yang ditawarkan, tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Sedangkan kurva penawaran akan bergeser ke kanan atau ke kiri jika terdapat perubahan penawaran yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Kurva penawaran yang bergeser ke sebelah kanan menunjukan terjadinya pertambahan dalam penawaran, sebaliknya pergeseran kurva penawaran ke sebelah kiri berarti bahwa penawaran telah berkurang (Firdaus, 2008).
P
S
Q (Ton) Gambar 1. Kurva Penawaran
Pergeseran dalam penawaran dinyatakan sebagai setiap perubahan yang menaikkan kuantitas yang diproduksi oleh produsen pada tingkat harga tertentu akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan, demikian pula sebaliknya.
Pergeseran kurva penawaran ke kanan menunjukkan adanya kenaikan dalam penawaran, pergeseran ke arah kiri menunjukkan adanya penurunan dalam penawaran
20
P S1
S
S2
O Q
Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran Keterangan :
S – Sı = penurunan dalam penawaran
S – S2 = peningkatan dalam penawaran (Mankiw, 2000)
Penawaran kedelai di Kabupaten Takalar dapat diketahui melalui dua pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dapat dianalisis dengan pendekatan jumlah produksi melalui beberapa variabel antara lain harga kedelai pada tahun sebelumnya, harga pupuk Urea, jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya, harga kedelai impor, harga jagung pada tahun sebelumnya, harga padi, nilai tukar petani, luas panen kedelai dan rata-rata curah hujan, sedangkan pendekatan tidak langsung ini dapat dilakukan dengan analisis luas areal tanam. Dalam penelitian digunakan pendekatan langsung yaitu melalui jumlah produksi dimana terdapat beberapa variabel yang diduga mempengaruhi penawaran kedelai. Dari beberapa tersebut maka dalam penawaran kedelai di Kabupaten Takalar akan diketahui besarnya elastisitas penawaran, baik
21 elastisitas penawaran dalam jangka pendek maupun elastisitas penawaran dalam jangka panjang.
Penggunaan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap penawaran kedelai pada penelitian ini yaitu:
1. Harga kedelai pada tahun sebelumnya
Harga merupakan faktor yang cukup berbengaruh pada keputusan petani untuk menanam kedelai. Apabila harga kedelai pada tahun sebelumnya meningkat maka petani akan memproduksi kedelai pada tahun t sehingga jumlah penawaran kedelai akan meningkat. Harga barang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan harga barang terdeflasi. Harga barang terdeflasi merupakan harga barang sebenarnya, dimana harga barang tersebut tidak terpengaruh oleh perubahan harga ataupun nilai tukar uang yang terjadi. Untuk mengetahui harga barang terdeflasi maka dilakukan pendeflasian dengan indeks harga konsumen (IHK) kelompok barang umum sebagai deflator.
2. Harga pupuk Urea pada tahun t
Pupuk urea merupakan pupuk yang paling banyak digunakan dan mempunyai manfaat yang paling besar dibandingkan pupuk-pupuk lain yang digunakan dalam memproduksi kedelai, karena pupuk urea berguna sebagai pertumbuhan dan pembesaran benih kedelai. Apabila harga pupuk tersebut naik maka petani akan menurunkan penggunaan pupuk tersebut, sehingga jumlah produksi kedelai akan menurun.
22 3. Jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya
Apabila jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya meningkat maka akan mengakibatkan harga kedelai pada tahun t menurun, sehingga petani akan enggan memproduksi kedelai. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran kedelai.
4. Harga jagung pada tahun sebelumnya
Tanaman jagung merupakan barang subsitusi atau tanaman alternatif pengganti bagi petani apabila tidak menanam kedelai. Hal ini disebabkan karena tanaman jagung mempunyai syarat tumbuh serta cara budidaya yang hampir sama dengan tanaman kedelai. Apabila harga jagung pada tahun sebelumnya meningkat maka petani akan lebih memilih menanam jagung sehingga hal ini akan mengakibatkan jumlah penawaran kedelai akan menurun.
5. Luas areal panen kedelai pada tahun t
Apabila luas areal panen kedelai meningkat maka akan meningkatkan jumlah penawaran kedelai.
6. Rata-rata curah hujan pada tahun t
Curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tanaman kedelai serta menentukan kualitas dan kuantitas kedelai. Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tidak tahan air. Apabila curah hujan menurun maka pertumbuhan tanaman kedelai akan optimal akan tetapi apabila curah hujan meningkat maka akan menghambat pertumbuhan tanaman serta bibit kedelai, sehingga akan menyebabkan berkurangnya produksi kedelai.
23 7. Harga padi tahun sebelumnya
Harga padi akan mempengaruhi tingkat penawaran kedelai apabila harga padi lebih tinggi daripada kedelai maka petani lebih cenderung memilih menanam padi daripada kedelai.
8. Harga benih kedelai
Harga benih kedelai akan mempengaruhi tingkat produksi kedelai. Apabila harga benih kedelai naik, maka petani akan menurunkan tingkat produksi kedelai, begitupun jika harga kedelai menurun.
9. Nilai Tukar Petani
Nilai tukar petani adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase.
Secara konseptual NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.
2.6. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satusatunya faktor penyebab dan faktor lain dianggap tetap(Mubyarto, 1989).
Elastisitas penawaran menyatakan tingkat sensitivitas jumlah yang ditawarkan akibat perubahan harga produk pertanian itu sendiri dan perubahan
24 harga produk pertanian lainnya. Elastisitas penawaran terhadap harga mengukur seberapa banyak kuantitas penawaran atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang tersebut. Penawaran suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga barang menyebabkan kuantitas penawaran yang cukup besar.
Sebaliknya, penawaran dikatakan tidak elastis atau inelastis apabila kuantitas penawaran itu sedikit saja berubah ketika harganya berubah (Sudiyono, 2004).
Besarnya perubahan output sebagai reaksi perubahan harga berbedabeda diantara berbagai barang. Pengertian elastisitas digunakan untuk memberikan keterangan tentang kepekaan dalam perubahan jumlah produksi akibat perubahan tingkat harga. Apabila elastisitas > 1, penawaran dikatakan elastis, sebaliknya apabila jumlah penawaran bereaksi relatif sedikit terhadap perubahan harga, elastisitas adalah < 1, dikatakan sebagai in elastis (Bishop dan Toussain, 1989).
Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas yaitu :
a. Elastisitas sempurna
Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan sumbu datar.
b. Elastis
Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
c. Elastis uniter
Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.
d. Tidak elastis
25 Kurva penawaran tidak elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
e. Tidak elastis sempurna
Kurva penawaran tidak elastis sempurna terwujud apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi, perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran
p
Gambar 3. Elastisitas Penawaran
Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan pengaturan kembali dalam penyaluran sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh petani. Dalam jangka pendek maka petani secara perorangan mengadakan pengaturan kembali.
Tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri pertanian dapat mengadakan penyesuaian. (Mubyarto, 1989).
Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah berubah daripada penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau mengurangi
O Q
Elastis Sempurna In Elastis Sempurna
In Elastis P
Q O
Elastis Uniter Elastis
26 kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas penawaran dalam jangka pendek tidak terlalu peka terhadap perubahan harga. Di dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor-faktor produksi, termasuk barang modal secara intensif. Sedangkan dalam jangka panjang, produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya penawaran bersifat elastis. (Mankiw, 2000).
Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran kedelai di Kabupaten Takalar yang menggambarkan tanggapan (respon) petani kedelai mengenai penawaran untuk harga dan variabel-variabel yang lainnya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Epd = bi X Y Keterangan :
Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i X : rata-rata variabel bebas ke-i
Y : rata-rata variabel tak bebas ke-i
Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan membagi elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang dirumuskan secara matematik:
27 Epj = Epd
δ Keterangan :
Epj : elastisitas jangka panjang Epd : elastisitas jangka pendek δ : koefesien penyesuaian (0< δ <1) Dengan kriteria :
Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi penawaran kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran kedelai lebih besar dari 1 satuan
Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi penawaran kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran kedelai kurang dari 1 satuan
28 2.7. Kerangka Teori Analisis Penawaran Kedelai
2.7. Hipotesis
1. Variabel harga kedelai pada tahun sebelumnya, harga pupuk Urea, jumlah produksi kedelai pada tahun sebelumnya, harga jagung pada tahun sebelumnya, luas panen kedelai dan rata-rata curah hujan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
2. Bagaimana elastisitas penawaran kedelai di Kabupaten Takalar untuk jangka pendek dan Diasumsikan bahwa Semua yang ditanam petani sama dengan yang dipanen oleh petani kedelai di Kabupaten Takalar.
Sentra Produksi Kedelai
Tidak Langsung Langsung
Pendekatan luas areal tanam dan produktivitas kedelai
Pendekatan jumlah produksi
Harga kedelai tahun sebelumnya
Harga pupuk Urea
Produksi kedelai tahun sebelumnya
Harga Jagung tahun sebelumnya
Luas panen kedelai
Rata-rata curah hujan
Harga padi tahun sebelumnya
Harga benih kedelai
Nilai Tukar Petani
Elastisitas Penawaran
Penawaran Jangka Panjang
Penawaran Jangka Pendek
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pendekatan Masalah
29
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu cara pengambilan lokasi dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya sifat sifat dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1998) . Dalam penelitian ini dipilih Kabupaten Takalar, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah penghasil kedelai di Sulawesi Selatan dan merupakan daerah dataran tinggi yang potensial dan cocok untuk ditanami kedelai.
3.2. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisa.
Metode deskriptif memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipandang sebagai ciri-ciri, sifat-sifat tersebut adalah :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1998).
30 3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder (time series) dengan n = 10 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Takalar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar dengan data kuantitatif (menggunakan angka). Menurut Supranto (2001), data sekunder merupakan data deret waktu (time series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan.
Adapun jenis datanya meliputi data perkembangan Harga kedelai tahun sebelumnya, harga pupuk urea, produksi kedelai tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya, luas panen kedelai, Rata-rata curah hujan, Harga padi tahun sebelumnya, harga kedelai impor, harga benih kedelai, Nilai Tukar Petani, serta Curah Hujan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Pencatatan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mancatat data yang ada di berbagai instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
31 2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga yang terkait serta dari narasumber yang terkait dengan penelitian ini.
3. Observasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di daerah penelitian.
3.5. Metode Analisis Data
1. Analisis penawaran Kedelai
Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan produksi, secara matematis dirumuskan :
Qs = A x Y
A = a0 + a1 Hkd + a2 HPd + a3 Hjg + e
Y = b0 + b1 HbKd + b2 Hpu + b3 NTP + b4 CH + e Keterangan :
Qs : Penawaran Kedelai pada tahun t (Ton) Y : Produktivitas
A : Luas Panen a0 & b0 : Konstanta
Hkd : Harga Kedelai (Rp/kg)
a1-a4 : Nilai koefesien regresi dari masing-masing variabel HPd : Harga Padi (Rp/Kg)
32 Hjg : Harga Jagung (Rp/kg)
b1-b4 : Nilai koefesien regresi dari masing-masing variabel HbKd : Harga Benih Kedelai (Rp/Kg)
NTP : Nilai Tukar Petani CH : Curah Hujan (mm/tahun) 2. Pengujian model
a. Uji R2
Uji R2 (koefisien determinasi) digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya. Semakin tinggi nilai R2 (semakin mendekati satu) makin erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. Dan sebaliknya semakin mendekati 0, maka makin kecil pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Adapun rumus yang digunakan adalah:
R2 = JK Regresi JK Total b. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 ... = b6 = 0
Ha : b1 ≠ b2 ... b6 ≠ 0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol) Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
33
· Nilai signifikansi < α berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
· Nilai signifikansi > α berarti Ho diterima dan Ha ditolak, maka variabel bebas
secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. Hipotesis yang digunakan untuk menguji persamaan di atas adalah:
Ho : b1 = b2 = … = 0
Ha : b1 ≠ b2 … = b6 ≠ 0 (paling tidak ada salah satu yang tidak sama dengan nol)
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
· Nilai signifikansi < α maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas
secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
· Nilai signifikansi > α maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas
secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
Untuk menentukan variabel yang paling menentukan dalam mempengaruhi nilai variabel tak bebas dalam suatu model regresi linier maka digunakan koefisien beta (β -coefisient). Koefisien beta dengan standardized regression coefisient. Nilai koefisen b dapat dicari dengan menggunakan rumus:
β i * = β i’δ y δ 1
34 Keterangan:
β i * : standar koefisien regresi parsial β i’ : koefisien regresi untuk variabel ke-i δ y : standar deviasi variabel ke-i
δ 1 : standar deviasi untuk y
Nilai β i* yang paling tinggi merupakan variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Takalar.
3. Pengujian Asumsi Klasik a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Untuk mengetahuinya dilakukan uji matrik correlation. Bila matrik pearson correlation tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 1995).
b. Autokorelasi
Menurut Gujarati (1995), autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik d Durbin watson.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
d < dL : menolak Ho, terjadi autokorelasi positif d > 4 – dL : menolak Ho, terjadi autokorelasi negatif
35 dU < d < 4-dU : Terima Ho, tidak terjadi autokorelasi
dL ≤ d ≤ dU : tidak dapat disimpulkan 4 – dU < d < 4-4dL : tidak dapat disimpulkan c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Dalam penelitian ini digunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Elastisitas penawaran Kedelai
Untuk menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran Kedelai di Kabupaten Takalar yang menggambarkan tanggapan (respon) petani Kedelai mengenai penawaran untuk harga dan variabel-variabel yang lainnya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Epd = bi X Y Keterangan :
Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek bi : koefesien regresi variabel bebas ke-i
36 X : rata-rata variabel bebas ke-i
Y : rata-rata variabel tak bebas
Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang diperoleh dengan membagi elastisitas (Eps) dengan koefisien penyesuaian (0<δ<1) yang dirumuskan secara
matematik:
Epj = Epd d Keterangan :
Epj : elastisitas jangka panjang Epd : elastisitas jangka pendek d : koefesien penyesuaian (0<d <1) Dengan kriteria :
Ep > 1 : elastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi penawaran Kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran Kedelai lebih besar dari 1 satuan
Ep < 1 : inelastis, yang berarti setiap perubahan variabel X yang mempengaruhi penawaran Kedelai sebesar 1 satuan akan mengakibatkan perubahan penawaran Kedelai kurang dari 1 satuan.
3.6. Definisi Operasional Variabel
1. Jumlah penawaran Kedelai (Qs) adalah jumlah produksi Kedelai yang dihasilkan dari usahatani Kedelai di Kabupaten Takalar yang ditawarkan pada tahun bersangkutan, dinyatakan dalam satuan Ton.
37 2. Harga Kedelai tahun sebelumnya (Pt-1) adalah harga Kedelai terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan satuan Rp/kg.
3. Harga pupuk Urea tahun t adalah harga pupuk Urea terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Takalar pada tahun bersangkutan, dinyatakan dengan satuan Rp/kg.
4. Produksi kedelai tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah produksi Kedelai yang dihasilkan dari usahatani Kedelai dan ditawarkan di Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.
5. Harga Jagung tahun sebelumnya adalah harga Jagung terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan satuan Rp/kg.
6. Luas areal panen Kedelai tahun t (At) yaitu jumlah luas tanah yang ditanami dan menghasilkan Kedelai pada tahun bersangkutan di Kabupaten Takalar, dinyatakan dalam satuan hektar.
7. Rata-rata curah hujan tahun t (Rt) yaitu rata-rata curah hujan tahunan pada tahun bersangkutan di Kabupaten Takalar. Diukur dengan meratarata curah hujan di Kabupaten Takalar selama satu tahun dan dinyatakan dalam satuan mm/tahun.n jangka panjang bersifat inelastis.
8. Harga padi tahun sebelumnya merupakan harga yang terdeflasi yang berlaku di Kabupaten Takalar pada tahun sebelumnya, dinyatakan dengan satuan Rp/Kg 9. Nilai Tukar Petani merupakan nilai tukar antara barang produksi pertanian
dengan barang-barang konsumsi.
38
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ – 119O39’
Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores
Luas Wilayah Kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2 terdiri dari 9 kecamatan dan 100 wilayah desa/kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Takalar dengan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km yang melalui Kabupaten Gowa. Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar,
39 sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Takalar berdasarkan jumlah Kecamatan
No Kecamatan Luas
(Km2)
Persentase (%)
Jumlah
Desa/Kekurahan Ibukota
1 Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu
2 Mappakasunggu 45,27 7,99 4 Cilallang
3 Sanrobone 29,36 5,18 4 Sanrobone
4 Polongbangkeng selatan 88,07 15,55 8 Bulukunyi
5 Pattallassang 25,31 4,47 8 Pattalassang
6 Polongbangkeng Utara 212,25 37,47 15 Palleko
7 Galesong 25,93 4,58 11 Galesong Kota
8 Galesong Selatan 24,71 4,36 8 Bontokassi
9 Galesong Utara 15,11 2,67 7 Bontolebang
Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012
4.1.1. Topografi
Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2.
Sedangkan selebihnya merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2, kondisi sebagian besar terdapat pada
40 Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada kisaran 0 -2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40%.
Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa kegiatan perkeonomian masyarakat seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan Laut Di Kabupaten Takalar
No Kecamatan Luas (Ha)
Jumlah (Ha) 0-100 mdpl 100-500 mdpl >500 mdpl
1 Mangarabombang 10.050 10.050
2 Mappakasunggu 4.527 4.527
3 Sanrobone 2.936 2.938
4 Polongbangkeng
selatan 7.960 847 8.807
5 Pattallassang 2.531 2.531
6 Polongbangkeng
Utara 14.199 6.904 122 21.225
7 Galesong 2.593 2.593
8 Galesong Selatan 2.471 2.471
9 Galesong Utara 1.511 1.511
Jumlah 48.778 7.751 122 56.651
Persentase (%) 86,10 13,68 0,22 100
Sumber : BPS Kabupaten Takalar, 2012
Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil
41 wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan 15-40%
yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten.
kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan perkebunan.
4.1.2. Keadaan Iklim
Setiap usaha pertanian mempunyai keterkaitan langsung dengan faktor iklim. Faktor iklim besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dua faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan dan suhu udara. Kondisi iklim wilayah Kabupaten Takalar dan sekitarnya secara umum ditandai dengan jumlah curah hujan yang relatif tinggi, dan sangat dipengaruhi oleh angin musim. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun hujan di Kabupaten Takalar, menunjukkan suhu udara minimum rata-rata 22,20C hingga 20,40C. Hal ini sesuai dengan kondisi pertumbuhan tanaman kedelai.
Tabel 4. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Takalar Tahun 2004-2013 No Tahun Curah Hujan (mm/bulan)
1 2004 216,25
2 2005 555,4
3 2006 19,2
4 2007 645,5
5 2008 712,25
6 2009 179,75
7 2010 240,67
8 2011 173,9
9 2012 67,08
10 2013 112,9
Jumlah 2922,9
Rata-rata 292,29
Sumber: BPS Kabupaten Takalar