• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

WIDY RETNO HAPSARI

H 0307090

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

WIDY RETNO HAPSARI

H 0307090

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN GROBOGAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Widy Retno Hapsari

H0307090

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 25 April 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji:

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Umi Barokah, SP, MP NIP.19730129 200604 2 001

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. NIP. 19590709 198303 2 001

Surakarta, April 2011

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Analisis Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan ini untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak pernah lepas

dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan, saran, masukan dan motivasi.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan saran, masukan dan motivasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

6. Kesbangpolinmas Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan

dan Holtikultura Kabupaten Grobogan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Pertambangan Kabupaten Gobogan, Badan Pusat Satistik Kabupaten

Grobogan serta BAPPEDA Kabupaten Grobogan.

7. Ayah dan Mama, Bapak Drs. Edy Haryoto, MM dan Ibu Erna Nursanti

Rahayu atas semua doa, dukungan, dan perhatiannya yang tiada henti kepada

(5)

commit to user

v

8. Kakak dan adikku tercinta, Ryan Nursanti Nugraheni, SS, Nuryahman

Hartono, ST, Kurniawan Arditiarso dan Wahyu Puspito Ningrum, Raffa

Aqilla serta keluarga besar, atas semua perhatian, motivasi, dan semangat

yang tiada henti yang diberikan kepada Penulis.

9. Sahabat-sahabatku Dhita, Adit, Dwi, Nana, Cindy, Nitha, Tensister (Dini,

Dian, Elis, Fahmi, Vina, Nian, Eny, Agnes, Nisa), Nita, Dina, Nofi, Lala atas

waktu yang telah diluangkan dan semangat serta doa kepada Penulis

10.Teman-teman Agrobisnis 2007, atas kebersamaan dan semangatnya.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

segala kritikan maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

sempurnanya karya ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca. Amin.

Surakarta, April 2011

(6)

commit to user

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19

C. Hipotesis ... 24

D. Asumsi-Asumsi ... 24

E. Pembatasan Masalah ... 25

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 27

C. Metode Pengumpulan Data ... 28

D. Metode Analisis Data ... 29

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37

(7)

commit to user

vii

1. Lokasi Daerah Penelitian ... 37

2. Topografi ... 37

3. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan ... 38

4. Iklim ... 39

B. Keadaan Penduduk ... 39

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 39

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 40

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 41

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 42

C. Keadaan Perekonomian ... 43

D. Keadaan Pertanian ... 45

E. Keadaan Budidaya Tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan .... 46

V. HASIL DAN PEMBAHSAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Harga Jagung... 50

2. Jumlah Produksi Jagung... 52

3. Luas Areal Panen Jagung ... 55

4. Harga Pupuk Urea ... 57

5. Rata-rata Jumlah Curah Hujan ... 60

B. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Penawaran Jagung ... 62

1. Pengujian Model ... 63

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 72

3. Elastisitas Penawaran ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar

Di Jawa Tengah Tahun 2008 ... 3 Tabel 1.3 Jumlah Produksi, Luas Areal Panen dan Produktivitas

Jagung di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009 ... 4 Tabel 3.1 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar

Di Jawa Tengah Tahun 2009 ... 28 Tabel 4.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kab. Grobogan

Tahun 2009 ... 37 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2009 ...39 Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 40 Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut

Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 41 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 .... 43 Tabel 4.7 Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten

Grobogan Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.8 Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009 ...44 Tabel 4.9 Perkembangan Produksi Padi dan Palawija (Ton) di

Kabupaten Grobogan Tahun 2006-2009 ... 45 Tabel 4.10 Luas Panen dan Produksi Jagung Dirinci Menurut

Kecamatan di Kab. Grobogan Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.1 Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Grobogan Pada

Tahun 1993-2009 ... 51 Tabel 5.2 Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi

Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Grobogan

Pada Tahun 1993-2009 ... 53 Tabel 5.3 Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten

Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ... 55 Tabel 5.4 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Grobogan

Pada Tahun 1993-2009 ... 58 Tabel 5.5 Rata-rata Jumlah Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Pada

Tahun 1993-2009 ... 60 Tabel 5.6 Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ... 62 Tabel 5.7 Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

(9)

commit to user

ix

Tabel 5.8 Pengaruh Masing-masing Varibel Bebas Terhadap

Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan ... 64 Tabel 5.9 Nilai Standar Koefisisen Regresi Variabel yang

Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten

Grobogan ... 65 Tabel 5.10 Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kurva Penawaran ...13 Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran ...13 Gambar 2.3 Kasus I Cobweb ...15 Gambar 2.4 Kasus II Cobweb ... Gambar 2.5 Kasus III Cobweb ... Gambar 2.6 Kerangka Teori Pendekatan Masalah ...21 Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten

Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ...52 Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di

Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009...54 Gambar 5.3 Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di

Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009...56 Gambar 5.4 Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten

Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ...59 Gambar 5.5 Grafik Perkembangan Rata-rata Jumlah Curah Hujan di

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

LAMPIRAN 1

1. Sex Ratio dan Angka Beban Tanggungan... 81 LAMPIRAN 2

1. Regresi.. ... ... 82.

2. Koefisien Regresi Parsial.. ... ... 90

LAMPIRAN 3

1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. ... ... 91 2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ... ... 91

LAMPIRAN 4

Foto Jagung di Kabupaten Grobogan ... ... 93

LAMPIRAN 5

Peta Kabupaten Grobogan ... .... 94

LAMPIRAN 5

(12)

commit to user

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dan menganalisis elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kabupaten Grobogan. Data yang digunakan adalah data time series selama 17 tahun yaitu dari tahun 1993-2009. Analisis data yang digunakan yaitu dengan regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan cara langsung melalui pendekatan produksi.

Hasil analisis menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,886 yang berarti 88,6% penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga urea pada tahun tanam dan rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam. Hasil uji F pada tingkat kepercayaan 99%, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,00, berarti bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel harga jagung tahun sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel luas areal panen pada tahun tanam mempunyai pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Elastisitas penawaran atas harga jagung tahun sebelumnya di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersifat inelastis.

(13)

commit to user

xiii

THE CORN SUPPLY ANALYSIS AT GROBOGAN REGENCY

Widy Retno Hapsari H0307090

SUMMARY

This research aimed at figuring out the factors affecting the corn supply in Grobogan Regency and analyzing the elasticity of corn supply at Grobogan Regency. The research method applied is the descriptive method. The location of the research chosen purposively in Grobogan. The data used is the data time series for 17 years from 1993-2009. The data analysis used is the double linier regression on the supply function directly through the prodution approach.

The analysis result shows that the adjusted value of R2 as many as 0,886. It means that 88,6% of corn supply at Grobogan can be explained by the variable of corn price in the previous year, the production of corn in the previous year, the wide of crops area in the planting year, the urea price in the planting year and the average amount of rainfall in the planting year individually affecting the supply of corn in real at Grobogan city. Based on the value of parsial regresion cooficien , the variable of the wide of planting area possess the big influence toward con supply at Grobogan regency. The supply elasticity of corn price at the previous year in Grobogan within short time or long term period is inelastic.

(14)

commit to user

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

perekonomian nasional dan patut menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi

karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar

penduduk Indonesia. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan

bahan pangan, sebagai pemasok bahan baku industri, menciptakan lapangan

kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pendapatan masyarakat

petani. Indonesia sebagai negara agraris memiliki populasi disektor pertanian

yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar pula bagi produk-

produk dalam negeri terutama produk pangan untuk dapat terus

dikembangkan dalam upaya pembangunan perekonomian nasional.

Pembangunan di bidang tanaman pangan dan hortikultura yang

diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh

merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Sementara itu,

ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan

ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan

untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan

swasembada merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan

pangan sekaligus ketahanan nasional (Wibowo, 2000:1)

Salah satu komoditi pangan yang layak dikembangkan untuk

membangun ketahanan pangan nasional yaitu jagung. Di Indonesia, jagung

merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis serta

mempunyai peluang untuk dikembangkan, karena jagung sebagai sumber

utama karbohidrat dan protein setelah beras, bahan baku industri pangan,

industri pakan dan bahan bakar. Pada mulanya penggunaan jagung

didominasi untuk konsumsi langsung. Namun saat ini penggunaan jagung

lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pakan dan industri

pangan dari pada sebagai bahan pangan langsung dengan jumlah permintaan

(15)

commit to user

yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

peningkatan kebutuhan untuk pakan di Indonesia.

Menurut data dari Departemen Pertanian, tahun 2009 angka produksi

jagung nasional sekitar 18 juta ton. Angka ini mengalami kenaikan 22 %

dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 16,3 juta ton. Pada tahun yang

sama Indonesia mengimpor sebanyak 170.000 ton jagung dan mengeskpor

sebanyak 150.000 ton. Berdasarkan kenyataan tersebut, kedepan produksi

jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan

dalam negeri bahkan luar negeri sehingga impor jagung dapat dihentikan dan

harga jagung lokal dapat meningkat sehingga kesejahteraan petani jagung

juga ikut terjamin.

Perkembangan produksi jagung di Indonesia semakin meningkat setiap

tahunnya. Jawa Tengah sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di

Indonesia menempati urutan kedua setelah Propinsi Jawa Timur. Gambaran

mengenai produksi padi dan palawija di Jawa Tengah tahun 2003-2009 (ton)

dapat diperlihatkan pada Tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 Produksi Padi dan Palawija di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (Ton)

Komoditi 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Padi 8.512.555 8.424.096 8.729.290 8.616.855 9.136.405 9.600.415 Padi Sawah 8.314.301 8.240.237 8.551.231 8.443.250 8.946.784 9.380.495 Padi Ladang 198.254 183.859 178.058 173.605 189.621 219.920

Jagung 1.836.233 2.191.258 1.856.022 2.233.992 2.679.914 3.057.845

Kedele 113.852 167.107 132.261 123.209 167.081 175.156 Kacang Tanah 184.316 185.796 179.067 174.438 167.199 162.430 Ubi Kayu 3.663.236 3.478.970 3.553.820 3.410.469 3.139.357 3.676.809 Ubi Jalar 144.076 144.597 123.486 143.364 117.159 147.083 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009

Berdasarkan data Tabel 1.1. diatas maka dapat diketahui bahwa

produksi jagung di Jawa Tengah perkembangannya semakin meningkat setiap

tahunnya. Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa permintaan jagung

baik untuk konsumsi langsung, bahan baku industri pakan dan bahan baku

industri pangan Indosesia semakin meningkat.

Daerah sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah meliputi

(16)

commit to user

Temanggung dan Boyolali. Sementara itu Kabupaten Grobogan merupakan

sentra produksi jagung terbesar yang dapat dilihat dari Tabel 1.2. dibawah ini.

Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar Di

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009

Sektor pertanian di Kabupaten Grobogan memberikan kontribusi

sebesar 41,59% terhadap PDRB (BPS Kabupaten Grobogan, 2009). Dari

sektor pertanian sumbangan masing-masing sub sektor adalah sub sektor

tanaman pangan (36,19%), tanaman perkebunan rakyat (1,61%), peternakan

(2,57%), kehutanan (1,06%) dan perikanan (0,16%) terhadap PDRB. Sub

sektor tanaman pangan memberikan sumbangan kontribusi terbesar terhadap

sektor pertanian di Kabupaten Grobogan, salah satu komoditinya adalah

jagung. Potensi pengembangan komoditi jagung di Kabupaten Grobogan

sangat baik hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan luas areal panen

jagung di Kabupaten Grobogan walupun sifatnya masih fluktuatif.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Grobogan (2010), komoditi jagung

sebagai tanaman pangan menempati urutan kedua setelah padi pada tahun

2009 dengan nilai output ADHK 2000 jagung sebesar Rp 249.412.000,10

yang kemudian disusul oleh komoditi kedelai sebesar Rp 64.886.000,00

kaitannya dengan penyumbang nilai PDRB sektor pertanian. Luas panen dan

tingkat produksi jagung di Kabupaten Grobogan menunjukan adanya

fluktuasi selama lima tahun terakhir hingga pada tahun 2009 yang dapat

(17)

commit to user

Tabel 1.3 Jumlah Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Jagung (Tongkol Kering) di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009

Tahun Jumlah Produksi (Ton)

Luas Panen (Ha) Produkstivitas (Ton/Ha)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan, 2009

Berdasarkan data dari Tabel 1.3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah

produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten

Grobogan dari tahun 2003-2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003-2004

jumlah produksi jagung mengalami penurunan sebesar 129,101 ton kemudian

meningkat lagi pada tahun 2005 sebesar 170,182 ton. Pada tahun 2006-2008

jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten

Grobogan terus mengalami peningkatan kemudian turun di tahun 2009

dengan jumlah produksi 705.691 ton. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan jumah produksi jagung sebagai akibat adanya peningkatan

permintaan jagung. Berdasarkan data Dinas Perindag dan Pertambangan

Kabupaten Grobogan pada tahun 2009, permintaan jagung untuk bahan baku

industri pakan sebesar 99% sedangkan 1% digunakan untuk konsumsi

langsung maupun bahan baku industri pangan berupa emping jagung,

marneng jagung dan tepung jagung di Kabupaten Grobogan. Jagung sebagai

salah satu produk unggulan di Kabupaten Grobogan memiliki prospek yang

sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya peluang pasar potensial

di luar Kabupaten Grobogan seperti Semarang dan Sragen baik untuk pangan

maupun bahan baku industri pakan ternak. Sehingga penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan juga harus meningkat sejalan dengan peningkatan

permintaan jagung baik untuk pangan maupun bahan baku industri pakan.

Industri pakan sebagai pendukung industri peternakan merupakan

(18)

commit to user

meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,

dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani. Tingginya peningkatan permintaan jagung untuk pakan,

melebihi laju penurunan permintaan jagung untuk bahan makanan pokok dan

laju peningkatan produksi jagung nasional, menyebabkan Indonesia menjadi

net importer jagung dengan laju cukup tinggi mulai tahun 1990-an (Siregar, 2009).

Sifat komoditi pertanian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologi

seperti musim, ketersediaan hara bagi tanaman menyebabkan jumlah produksi

yang dihasilkan tidak sama setiap panen begitu pula dengan komoditi jagung.

Kondisi produksi jagung yang terus mengalami fluktuasi mempengaruhi

ketersediaan jumlah jagung untuk konsumsi masyarakat baik untuk pangan

maupun industri. Padahal permintaan jagung semakin meningkat seiring

dengan semakin tingginya kebutuhan jagung baik untuk pangan, maupun

industri dengan bahan baku jagung baik di dalam maupun luar Kabupaten

Grobogan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan maupun

penurunan harga jagung. Jika jumlah produksi jagung lebih sedikit dari

tingkat kebutuhan masyarakat, maka harga jagung akan naik. Demikian

sebaliknya, jika jumlah produksi lebih besar dari tingkat kebutuhan

masyarakat akan menurunkan harga jagung tersebut.

Ketersediaan lahan tanam, produksi dan harga jagung selalu berubah

setiap tahunnya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai

penawaran jagung di Kabupaten Grobogan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan serta kondisi

elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Perumusan Masalah

Komoditas pertanian memiliki karakter berfluktuatif dalam hasil

produksi karena dipengaruhi oleh musim tanam sehingga secara langsung

berpengaruh terhadap penawarannya begitu pula komoditi jagung. Jagung

(19)

commit to user

produksinya. Perkembangan jumlah produksi ini nantinya akan berpengaruh

terhadap harga jagung dan akan ikut berpengaruh pula terhadap harga

komoditas-komoditas lain yang bahan bakunya berasal dari jagung.

Sentra produksi tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan mencakup

empat kecamatan, yaitu Gabus, Pulokulon,Wirosari, dan Kradenan. Jagung

memiliki prospek yang sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya

peluang pasar potensial di luar Kabupaten Grobogan. Dilihat dari aspek

ekologi Kabupaten Grobogan merupakan daerah yang sesuai untuk

pengembangan tanaman jagung. Disamping itu, daerah ini dilintasi oleh

pegunungan kapur yang luasnya ratusan ribu hektar sebagai lahan kering

meskipun kurang subur untuk produksi pertanian namun dapat dimanfaatkan

untuk produksi jagung.

Potensi jagung dari sisi permintaan yang semakin meningkat karena

kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras,

bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar maka harus

diimbangi dengan penawaran jagung yang meningkat pula. Jenis jagung yang

banyak ditawarkan di Kabupaten Grobogan yaitu berupa jagung pipilan.

Penawaran jagung dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi besarnya

produksi yang ada, areal tanam, harga jagung itu sendiri, curah hujan daerah

yang bersangkutan serta harga faktor produksi yang digunakan salah satunya

pupuk.

Dalam pengembangannya petani jagung di Kabupaten Grobogan

menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih bersifat fluktuatif,

harga jagung yang tidak menentu pada saat panen raya, harga faktor produksi

(benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) yang berfluktuasi serta curah hujan

yang setiap tahun hampir dipastikan meningkat berdasarkan data tahun

2005-2009. Berdasarkan data jumlah produksi, luas areal panen dan produktivitas

jagung di Kabupaten Grobogan tahun 2003-2009, produksi jagung di

Kabupaten Grobogan bersifat fluktuatif, kondisi ini mempengaruhi

penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Pada umumnya, apabila harga

(20)

commit to user

areal tanam dengan adanya harapan bahwa harga akan terus mengalami

peningkatan sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat.

Peningkatan luas areal panen berakibat pada meningkatnya produksi yang

dihasilkan. Keadaan ini akan menambah jumlah penawaran yang terjadi

namun pada akhirnya akan diikuti pula oleh adanya penurunan harga karena

jumlah yang ditawarkan lebih banyak daripada yang diminta. Jika

permsalahan tersebut tidak segera diatasi maka usaha peningkatan penawaran

jagung akan mengalami hambatan.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan diatas maka dalam

penelitian ini mengkaji permasalahan tersebut untuk mengetahui apa saja

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran jagung dan seberapa jauh

faktor tersebut berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan terkait

dengan penawaran jagung di Kabupaten Grobogan, yaitu :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten

Grobogan?

2. Bagaimanakah tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

2. Menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan

dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan penawaran jagung.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang

(21)

commit to user

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

(22)

commit to user II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Marlisa Maharani (2004) yang berjudul Analisis

Penawaran Jagung di Jawa Tengah bertujuan mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran jagung di Jawa Tengah dan mengetahui

tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung sebagai akibat perubahan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis

persamaan regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 87,60 %. Dari analisis dengan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 18,63 lebih besar daripada nilai F tabel 3,37 pada taraf

kepercayaan 95 %. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel penduga yang

digunakan dalam penelitian yaitu luas areal tanam jagung pada tahun t,

produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya,

harga pupuk tahun sebelumnya, harga kacang tanah tahun sebelumnya dan

rata-rata curah hujan selama musim tanam secara bersama-sama

berpengaruh terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah. Hasil analisis uji

t menunjukkan bahwa variabel luas areal panen tahun t, produksi jagung

tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya serta harga pupuk urea

tahun sebelumnya berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jagung di

Jawa Tengah. Nilai standar koefisien regresi parsial menunjukkan bahwa

variabel luas areal panen jagung tahun t mempunyai pengaruh paling besar

terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah yaitu sebesar 0,992.

Berdasarkan nilai elastisitas baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang, penawaran jagung di Jawa Tengah bersifat elastis terhadap

jumlah produksi jagung pada musim tanam sebelumnya yaitu dengan

elastisitas jangka panjang sebesar 1,696.

(23)

commit to user

Penelitian Setyowati (2006) tentang Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat

elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif.

Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis

diperoleh nilai koefisisen determinasi (R2) sebesar 72,30%. Besarnya nilai F hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti

semua variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada

tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada

sebelumnya, harga kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara

bersama-sama berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten

Wonogiri. Hasil dari analisis uji t mengindikasikan bahwa variabel harga

jagung sebelumnya dan produksi jagung tahun sebelumnya memiliki

pengaruh secara nyata pada penawaran jagung di kabupaten Wonogiri.

Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial variabel, produksi jagung di

tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen regresi parsial tertinggi

(0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten

Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan produksi

jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat

inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis

terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung

tahun sebelumnya (1,325).

Hasil penelitian diatas telah memberikan sumbangan pemikiran bagi

penulis bahwa terjadinya penawaran terhadap komoditas pertanian yang

bersifat musiman cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

seperti jumlah produksi, harga komoditas, harga komoditas substitusi, luas

areal panen, harga pupuk dan curah hujan pada musim tanam serta

(24)

commit to user

juga dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi penulis dalam

pengambilan variabel-variabel dalam penelitian ini.

2. Jagung

Produksi utama usaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung

merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan

ataupun nonpangan. Produksi sampingan berupa batang, daun dan kelobot

dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ataupun kompos. Tongkol

jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial

untuk dijadikan bahan pangan, sayuran dan bahan baku berbagai industri

makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10 %,

lemak 4%, karbohidrat 61%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%,

abu 1,4%, dan zat-zat lain 0,4%. Mencermati kandungan dan komposisi

kimia tersebut, jagung selain merupakan sumber kalori, juga pensuplai

nutrisi untuk memperoleh keseimbagan bagi gizi penduduk Indonesia

(Rukmana, 2005:15).

Antara jagung putih dan jagung kuning, kandungan gizinya lebih

tinggi jagung kuning karena jagung kuning mengandung provitamin A.

Selain itu jagung kuning juga mengandung protein lebih tinggi

dibandingkan dengan jagung putih. Oleh sebab itulah, para peternak ayam

ras banyak yang menggunakan jagung kuning sebagai bahan campuran

ransumnya (Warisno,2009:16).

Sebagai bahan pangan, jagung merupakan komoditas penting kedua

setelah padi/beras. Akan tetapi, dengan berkembang pesatnya industri

peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum

pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri

digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar

30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit. Dengan

demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan

baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno et al, 2006:1). Komoditas jagung tergolong komoditas yang strategis karena

(25)

commit to user

komoditas pangan lainnya dan memiliki prospek yang cerah. Peningkatan

kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan

industri pangan dan pakan. Oleh sebab itu, upaya peningkatan produksi

jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Selain melalui

perluasan areal tanam, produksi jagung sebenarnya masih dapat

ditingkatkan dengan perbaikan teknologi produksi di tingkat petani

mengingat masih rendahnya produktivitas. Peningkatan produksi juga

masih dapat diupayakan melalui perbaikan penaganan panen dan

pascapanen (Subandi et al., 1998:19).

Implikasi bagi pengembangan produksi jagung di indonesia untuk

mengurangi impor sekaligus memberi insentif bagi petani untuk

memproduksi jagung. Langkah-langkah tersebut anatara lain: (1)

penyediaan dan penyebarluasan penggunaan benih jagung unggul

(komposit dan hibrida) dengan harga yang terjangkau oleh petani; (2)

membangun infrastrutur untuk menggerakkan agribisnis, termasuk jagung;

(3) membangun sistem kemitraan yang adil antara petani jagung dengan

pengusaha pabrik pakan dan pabrik pangan olahan; (4) melakukan

penelitian untuk mencari alternatif penggantian sebagian jagung dengan

bahan lain dengan tetap mempertimbangkan faktor gizi yang sesuai untuk

ternak (terutama unggas) dan efisiensi biaya produksi pakan

(Swastika, 2004:65).

3. Penawaran

Penawaran pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian yang

ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sedangkan hukum penawaran,

pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak

jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen/penjual.

Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang

tersebut ditawarkan oleh para produsen/penjual, dengan anggapan

faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002:143).

Kurva penawaran menunjukkan seberapa besar jumlah yang

(26)

commit to user

faktor lain, di luar harga, yang mempengaruhi keputusan produsen untuk

menjual barang itu, tidak ada yang berubah. Hubungan ini dapat berubah

seiring dengan berjalannya waktu, sebagaimana dicerminkan oleh

pergeseran kurva penawaran.

Gambar 2.1. Kurva Penawaran

(Mankiw, 2006:89)

Penurunan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kekiri dari kurva

penawaran dan ini biasanya mengakibatkan kenaikan harga pasar dan

penurunan volume transaksi. Sebaliknya adanya kenaikan penawaran

(yang ditunjukkan oleh pergeseran kekanan dari kurva penawaran)akan

mengakibatkan penurunan harga pasar dan kenaikan volume transaksi.

P S’ P

S

S

S’

0 Q 0 Q

Gambar 2.2. Pergeseran Kurva Penawaran

(Boediono, 2002:47)

Menurut Mankiw (2006:90-91), ada banyak variabel yang dapat

menggeser kurva penawaran. Berikut adalah beberapa variabel yang

penting:

Harga (P) Penawaran (S)

(27)

commit to user a. Harga input

Jumlah penawaran suatu barang berhubungan secara negatif dengan

harga setiap input untuk memproduksi barang.

b. Teknologi

Teknologi merubah input menjadi output. Teknologi menjadi salah

satu penentu jumlah produk yang akan ditawarkan.

c. Harapan

Jika perusahaan mengharapkan harga naik esok maka perusahaan akan

menyimpan sebagian hasi produksi hari ini untuk dijual besok,

sehingga jumlah penawaran hari ini berkurang.

d. Jumlah penjual

Penawaran pasar bergantung pada seluruh faktor yang mempengaruhi

penawaran untuk masing-masing penjual individu seperti harga input,

teknologi, dan harapan. Sebagai tambahan, penawaran pasar

bergantung pada jumlah penjualnya.

Menurut Mubyarto (1995:126), reaksi petani untuk mengurangi

jumlah luas tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan

menyebabkan terjadinya pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan

dan penawaran yang terjadi di pasar. Sebagaimana diketahui barang

pertanian mengalami keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar, oleh sebab itu berlaku teori Cobweb.

4. Teori Cobweb

Penawaran banyak komoditi pertanian mencerminkan apa yang

disebut fenomena cobweb, dimana penawaran bereaksi terhadap harga

dengan keterlambatan satu peroide waktu karena keputusan penawaran

memerlukan waktu untuk penawarannya (periode persiapan) jadi pada

awal musim tanam pada tahun ini petani dipengaruhi oleh harga yang

terjadi pada tahun lalu, sebagai fungsi penawarannya adalah:

Penawarant = β0+ β1Pt -1 + µt

Misalkan pada akhir periode t, harga Pt ternyata lebih rendah dari Pt -1.

(28)

commit to user

memproduksi kurang dari apa yang dilakukan pada periode t, karena jika

petani berproduksi terlalu banyak pada tahun t, mereka nampaknya akan

mengurangi produksinya dalam periode t + 1, dan seterusnya dan

mengakibatkan pola cobweb (Gujarati, 2004:168).

Menurut Sudiyono (2002:54), model formal yang sangat sederhana

untuk menjelaskan akan adanya respon kelambanan terhadap terjadinya

perubahan-perubahan dalam harga maupun variabel-variabel yang lain

adalah model cobweb. Dalam model ini anggapannya adalah adanya

kaitan antara jumlah yang diproduksi dipengaruhi oleh harga yang

diharapkan. Harga yang tinggi akan mendorong produsen untuk

meningkatkan produksi dan penawarannya. Jumlah penawaran yang besar

menyebabkan harga turun (jatuh), selanjutnya harga rendah diikuti

penawaran yang rendah dan seterusnya. Dengan demikian teori cobweb

adalah :

a. Terdapat selang waktu (time lag) antara keputusan untuk berproduksi

dengan kenyataan produksi yang terjadi (panen).

b. Produsen mendasari keputusannya pada harga sekarang atau

pengalaman harga yang baru saja dihadapi. Maka produksi sekarang

(Qt) karena adanya selang waktu (time lag) akan dipengaruhi harga

masa lalu (Pt-1).

c. Harga yang terjadi sekarang (Pt) ditentukan oleh besarnya penawaran

yang ada dari hasil produksi sekarang (Qt).

Cobweb Theorem atau sarang laba-laba dipergunakan untuk mengetahui bagaimana keseimbangan pasar terjadi pada barang-barang

produksi pertanian, sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami

keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi pertanian

merupakan kasus yang penting dan banyak diteliti para ahli ekonomi.

(29)

commit to user

a. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap.

Adanya persaingan sempurna di mana penawaran semata-mata

ditentukan oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga

ditentukan oleh setiap produsen dianggap tidak akan berubah dan

produsen menganggap jumlah produksinya tidak akan memberikan

pengaruh yang berarti terhadap pasar. Contoh dalam kasus I, harga

keseimbangan adalah Rp 30,- dan jumlah keseimbangan juga 30.

Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit hewan, jumlah yang

ditawarkan ke pasar turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik

menjadi Rp 40,-. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi

dan setelah lampau periode produksi maka jumlah yang lebih banyak

(40) yang sampai ke pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi

Rp 20,-. Harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi

menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan

Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga

penawaran tidak dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi

diperlukan jangka waktu tertentu. Contoh dalam kasus II harga

keseimbangan adalah Rp 30,- dengan jumlah keseimbangan juga 30.

Namun begitu setelah dalam periode 1 harga naik menjadi Rp 40,-

maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan

hanya sebesar 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak

sebesar penurunan pada kasus I (Rp 25,-). Penurunan harga ini juga

menyababkan produsen memperkecil produksinya (27,5) lagi dan

demikian seterusnya. Kurva II ini bersifat kurang elastis bila

dibandingkan dengan kurva I sehingga siklus menjurus ke harga

keseimbangan lama (30).

c. Siklus yang mengarah pada eksploitasi harga yaitu yang berfluktuasi

dengan jarak yang makin membesar.

Harga ditentukan oleh jumlah barang yang akan datang ke pasar

(30)

commit to user

kurva penawarannya elastis sekali sehingga pertambahan produksi

sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan

siklus yang menjurus ke arah eksplosi.

Secara grafis tiga kasus ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Kasus I Cobweb Gambar 2.4 Kasus II Cobweb

Gambar 2.5. Kasus III Cobweb

Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa dalam kasus I h = є

(elastisitas permintaan=elastisitas penawaran), kasus II h > є (elastisitas

permintaan > elastisitas penawaran), kasus III h < є (elastisitas permintaan

< elastisitas penawaran), atau dengan perkataan lain dapat dikatakan

bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama

dengan elastisitas penawaran, menyatu (converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil.

Walaupun ketiga kasus Cobweb Theorem ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya

termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga suatu komoditas

pertanian naik maka petani menjadi terlalu optimis maka petani serentak

(31)

commit to user

Namun pada saat panen serentrak ternyata harga jatuh, semua menderita

kerugian dan tidak akan menanam pada musim berikutnya. Dan ini

mengakibatkan harganya naik tinggi sekali musim berikutnya karena

jumlah produksi sangat sedikit (Mubyarto, 1995).

5. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran menunjukkan kepekaan produsen terhadap

perubahan harga. Kepekaan mereka tergantung pada mudah tidaknya

mengubah jumlah output sebagai akibat adanya perubahan harga

(McEachern, 2001 : 18).

Seperti halnya elastisitas permintaan mengukur kepekaan kuantitas

yang diminta terhadap perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya. Demikian juga halnya dengan elastisitas penawaran

yang mengukur kepekaan jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan

salah satu faktor yang mempengaruhinya (Lipsey dan Steiner, 1991:181)

Sukirno (2003:129) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis.

Yang pertama, barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman.

Kedua, kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk

mencapai tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan

permintaan. Pada waktu harga turun petani akan bekerja giat dan berusaha

mencapai produksi yang tinggi agar pendapatan mereka tidak kurang

dibanding dengan masa normal. Pada waktu harga naik mereka tidak dapat

menaikkan produksinya karena kapasitas produksi mereka (dalam jangka

pendek) telah mencapai tingkat maksimal. Ketiga, beberapa jenis tanaman

memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh.

Harga hasil pertanian dalam jangka pendek cenderung mengalami

fluktuasi yang sangat besar. Harga mencapai tingkat yang tinggi sekali

pada suatu saat dan mengalami kemerosotan yang tajam pada saat

berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut disebabkan oleh permintaan

(32)

commit to user

menyebabkan perubahan yang sangat besar atas tingkat harga apabila

permintaan atau penawaran mengalami perubahan (Firdaus, 2008:88).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Jagung merupakan salah satu komoditas palawija utama di Indonesia

ditinjau dari aspek pengusahaan dan pemanfaatan hasilnya, yaitu sebagai

bahan pangan dan pakan. Kebutuhan jagung baik untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri maupun ekspor masih sangat besar. Di Kabupaten Grobogan

jagung memiliki potensi yang sangat baik dilihat dari kondisi lahan maupun

iklim disana. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat harga jagung yang terus

meningkat dan fluktuasi yang terjadi pada luas areal panen serta jumlah

produksi dalam kurun waktu lima tahun. Peningkatan produksi ini bisa

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sehingga hal ini tentunya akan

berpengaruh pula terhadap penawaran Jagung.

Menurut Sudiyono (2002:19), Penawaran produk pertanian menyatakan

jumlah produk pertanian yang ditawarkan dengan berbagai variabel yang

mempengaruhi penawaran seperti harga produk pertanian, harga input,

musim, teknologi dan tujuan perusahaan.

Penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi penawaran. Konsep dasar dari

fungsi penawaran untuk suatu produk, dapat dinyatakan dalam bentuk

hubungan antara kuantitas yang ditawarkan (kuantitas penawaran) dan

sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi penawaran dari produk X

itu. Persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat

penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah

sebagai berikut

Sx = f ( Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Kebij)

Dimana:

Sx : penawaran atas barang x

Px : harga barang x

Py : harga y ( barang substitusi atau komplementer)

(33)

commit to user C : biaya produksi

Tek : teknologi produksi

Ped : jumlah pedagang / penjual

Tuj : tujuan perusahaan

Kebij : kebijakan pemerintah

(Firdaus, 2008:71).

Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui besarnya penawaran suatu

barang, yaitu pendekatan langsung (jumlah produksi) dan pendekatan tidak

langsung (luas areal tanam dan produkstivitas). Analisis penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan menggunakan pendekatan secara langsung pada jumlah

produksi dengan alasan produksi lebih nyata berpengaruh terhadap

penawaran jagung daripada luas areal.

Untuk mengestimasi penawaran jagung digunakan model regresi linier

berganda. Model ini digunakan karena memiliki keunggulan, yaitu dapat

mengakomodasi semua faktor, sederhana dan mampu menjelaskan berapa

persen variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan nilai

goodness of fit (R2). Selain kelebihan, pada model ini juga terdapat kekurangan, seperti perlu menggunakan beberapa asumsi. Contohnya adalah

peubah bebas dalam persamaan tidak boleh saling berkorelasi (autokorelasi),

tidak boleh ada kolinieritas antar peubah bebas (multikolinier), dan errornya

harus memiliki keragaman yang sama (heterokedastisitas). yang secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Qt = bo + b1 Pt-1+ b2 Qt-1 + b3At + b4Put+ b5 Wt + e

Keterangan :

Qt : Produksi jagung pada tahun t (ton)

bo : Konstanta

b1-b7 : Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

Pt-1 : Harga jagung pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : Produksi jagung pada tahun sebelumnya (ton)

At : Luas areal panen jagung pada tahun t (ha)

(34)

commit to user

Wt : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun)

e : Nilai kesalahan pengganggu

Adapun pendugaan variabel bebas yang berpengaruh pada penelitian

analisis penawaran jagung di Kabupaten Grobogan yang didasarkan kepada

teori penawaran, hasil studi pustaka dari penelitian terdahulu tentang

penawaran jagung dan observasi di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Harga jagung pada tahun sebelumnya

Jika harga suatu barang naik (ceteris paribus) maka kuantitas yang ditawarkan akan barang tersebut bertambah karena produsen berharap

mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan barang tersebut,

demikian pula sebaliknya (Hanafie, 2010). Apabila harga jagung tahun

sebelumnya meningkat maka akan banyak petani yang menanam jagung,

sehingga hasil produksi jagung meningkat dan berakibat pada

meningkatnya penawaran jagung.

b. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya

Berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima

oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi perilaku petani (Mubyarto, 1989:30). Apabila jumlah

produksi jagung pada tahun sebelumnya meningkat maka harganya akan

turun. Akibatnya, petani akan enggan memproduksi jagung pada tahun

berikutnya dan jumlah yang ditawarkan akan berkurang.

c. Luas areal panen jagung pada tahun tanam

Suatu kenaikan produksi dapat disebabkan oleh salah satu dari dua

faktor yaitu luas yang ditanami dan hasil per hektar, atau keduanya

(Mubyarto, 1989 : 155). Luas areal panen akan mempengaruhi jumlah

produksi jagung yang dihasilkan. Apabila luas areal panen jagung pada

suatu tahun meningkat maka akan meningkatkan jumlah yang ditawarkan.

d. Harga pupuk urea pada tahun tanam

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penawaran

(35)

commit to user

produsen terhadap harga di masa mendatang, jumlah produsen, dan harga

produksi lain (Soekartawi, 1993:148) . Pupuk urea digunakan sebagai

salah satu input yang mempengaruhi karena kandungan nitrogen dalam

urea dibutuhkan selama pertumbuhan jagung dengan jumlah yang relatif

banyak yaitu sebesar 400kg/ha. Dengan pemberian pupuk sebagai input

yang baik pada saat pertumbuhan maka produksi juga akan semakin

meningkat sehingga jumlah yang ditawarkan juga akan meningkat. Harga

urea yang semakin meningkat ataupun menurun akan mempengaruhi

penggunaan urea oleh petani sehingga dapat mempengaruhi kualitas

maupun kuantitas hasil yang ditawarkan.

e. Rata-rata curah hujan pada tahun tanam

Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan

memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan

tanaman jagung kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil

yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaan air yang cukup terutama

pada fase pembungaan hingga pengisisan biji (Subandi, et all, 1988:50). Seperti halnya tanaman lain, maka faktor air juga merupakan salah satu

faktor dalam penentuan pertumbuhan jagung. Apabila curah hujan di

Kabupaten Grobogan tinggi maka dapat menurunkan jumlah produksi

jagung. Penurunan jumlah produksi jagung ini nantinya akan berpengaruh

terhadap penurunan jumlah jagung yang ditawarkan pula.

Untuk mengestimasi besarnya perubahan jumlah penawaran sebagai

akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan nilai elastisitas

dari penawaran. Elastisitas penawaran mengukur tanggapan jumlah yang

ditawarkan terhadap perubahan salah satu dari berbagai variabel yang

mempengaruhinya (Lipsey, 1995:92). Elastisitas penawaran yang diteliti yaitu

elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang. Elastisitas penawaran

jangka pendek biasanya lebih kecil (dalam nilai mutlak) daripada elastisitas

(36)

commit to user

suatu konsep yang mengkaji perilaku produsen dalam menawarkan produk di

pasar.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui elastisitas penawaran

jagung adalah sebagai berikut:

Y Xi bi Epd=

keterangan :

Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek

bi : Koefesien regresi variabel bebas ke-i

Xi : Rata-rata variabel bebas ke-i Y : Rata-rata variabel tak bebas

Sedangkan elastisitas jangka panjang dapat diketahui setelah elastisitas

jangka pendek diketahui. Elastisitas jangka panjang dirumuskan sebagai

berikut :

Epj =

Nilai koefisisen penyesuaian diperoleh dari:

k = 1 – b2Qt-1

Keterangan :

k : koefisien penyesuaian

k = 1 – b2, dimana b2 adalah koefisien Qt-1

Pengukuran elastisitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu setiap

variabel bebas diukur elastisitasnya terhadap variabel terikat. Jika nilai

elastisitasnya lebih besar dari satu (E>1) menunjukkan bahwa variabel bebas

responsif terhadap variabel terikat. Hal ini berarti bahwa perubahan satu

persen variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel terikat lebih dari

satu persen. Sebaliknya jika nilai elastisitas lebih kecil dari satu (E<1)

menunjukkan bahwa variabel bebasnya tidak responsif terhadap variabel

terikatnya. Hal ini berarti bahwa perubahan satu persen variabel bebas akan Elastisitas jangka pendek

(37)

commit to user

mengakibatkan perubahan variabel terikat kurang dari satu persen

(Kustaman,2005:53).

Dengan demikian, untuk mengetahui lebih jelas mengenai alur berfikir

dalam penelitian analisis penawaran jagung di Kabupaten Grobogan ini maka

dapat dilihat kerangka teori pendekatan masalah pada gambar berikut :

C. Hipotesis

1. Diduga harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga pupuk

urea pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan.

2. Diduga elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dalam

jangka pendek yaitu inelastis dan dalam jangka panjang yaitu elastis.

D. Asumsi

1. Keadaan pasar dalam persaingan sempurna.

2. Variabel lain dalam penelitian yang tidak termasuk dalam model tercakup

dalam eror.

Gambar 2.6. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Penawaran Jagung

· Harga jagung tahun sebelumnya

· Produksi jagung tahun sebelumnya

· Luas panen jagung tahun t

(38)

commit to user

3. Ketidakpastian dalam usahatani ditiadakan, daerah penelitian ini dalam

keadaan normal tanpa adanya serangan hama dan penyakit yang dapat

menurunkan produksi jagung dalam jumlah besar.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini terbatas pada produksi jagung kuning pipilan yang

dihasilkan di Kabupaten Grobogan.

2. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga

jagung, jumlah produksi jagung, luas panen jagung, harga pupuk urea dan

rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Grobogan.

3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan n = 17 tahun yaitu dari tahun 1993 – 2009.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Penawaran jagung (Qt) adalah jumlah jagung yang ditawarkan oleh petani

pada suatu harga tertentu. Dalam penelitian ini penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan diukur berdasarkan produksi jagung yang dinyatakan

dalam satuan Ton.

2. Jenis jagung yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan yaitu berupa jagung

kuning dalam bentuk pipilan.

3. Harga jagung pada tahun sebelumnya (Pt-1) adalah tingkat harga jagung

kuning dalam bentuk pipilan yang diterima petani pada tahun sebelumnya

dan merupakan harga riil karena sudah dideflasikan dan dinyatakan dalam

satuan Rp/kg.

Untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga ataupun perubahan nilai

tukar uang yang terjadi, harga relatif (harga terdeflasi) dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Hs x Ihkt Ihkd Hx =

Keterangan:

Hx : harga barang terdeflasi (Rp/kg)

IHKd : indeks harga konsumen pada tahun dasar (1996=100)

(39)

commit to user

Hs : harga barang sebelum terdeflasi (Rp/kg)

4. Produksi jagung pada tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah jagung yang

dihasilkan dari usahatani jagung di Kabupaten Grobogan yang ditawarkan

pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.

5. Luas areal panen pada tahun tanam (At) merupakan total areal yang

menghasilkan jagung di Kabupaten Grobogan pada tahun tanam,

dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

6. Harga pupuk urea pada tahun tanam (Put) merupakan rata-rata harga

pupuk urea pada tahun t yang berlaku di Kabupaten Grobogan, dinyatakan

dalam satuan Rp/Kg.

7. Rata-rata curah hujan pada tahun tanam (Wt) merupakan rata-rata curah

hujan selama musim tanam yang dinyatakan dalam satuan mm/tahun.

8. Elastisitas penawaran merupakan perubahan besarnya penawaran jagung

di Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian.

9. Elastisitas jangka pendek adalah perubahan besarnya penawaran jagung di

Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang

digunakan pada penelitian dalam jangka pendek.

10.Elastisitas jangka panjang adalah perubahan besarnya penawaran jagung

di Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang

(40)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis dengan menggunakan data berkala (time series). Analisis berarti data yang dikumpulkan mula-mula disusun dan dijelaskan kemudian

dianalisis. Sedangkan diskriptif merupakan metode penelitian yang tertuju

pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah

dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisis (Nasir, 1999:64).

Metode deskriptif memiliki sifat antara lain memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada

masalah-masalah aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun lalu

dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998:140).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode purposive yaitu suatu cara penentuan lokasi dengan sengaja karena terdapat alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat dari lokasi tersebut

(Surakhmad, 1998:101)

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Grobogan. Pemilihan

Kabupaten Grobogan didasari atas pertimbangan bahwa kabupaten tersebut

merupakan salah satu kabupaten sentra produksi jagung di Propinsi Jawa

Tengah. Di Kabupaten Grobogan jagung merupakan komoditi tanaman

pangan terbesar kedua setelah beras dengan rata-rata luas lahan untuk jagung

sebesar 100.812 Ha pada periode tahun 1993-2009 (Kabupaten Grobogan

dalam Angka, 1993-2009). Selain itu juga didukung oleh keadaan iklim,

topografi dan kondisi wilayah yang berpotensi sebagai daerah budidaya

jagung.

(41)

commit to user

dengan jumlah produksi sebesar 669.209 ton disusul Wonogiri, Blora,

Kendal, Rembang, Temanggung dan Boyolali. Namun kenyataannya kondisi

ini sifatnya fluktuatif. Pada saat produksi melimpah, bisa menyebabkan

tingginya penawaran dibanding permintaan sehingga membuat harga hasil

pertanian termasuk jagung terus menurun, begitupula sebaliknya. Apalagi

sifat produksi pertanian yang tidak dapat disimpan lama, menyebabkan petani

tidak mempunyai posisi tawar yang baik apabila saat panen tiba. Kondisi ini

menarik untuk dikaji tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

jumlah produksi jagung yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, menurut

Surakhmad (1998:163), data sekunder yaitu data yang lebih dahulu

dikumpulkan oleh orang diluar peneliti. Data sekunder yang digunakan

meliputi data harga jagung, produksi jagung, luas areal panen jagung,

harga pupuk urea serta rata-rata curah hujan.

(42)

commit to user

2009). Menurut Supranto (2007:37), data deret waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke

minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan

untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan

jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna

bagi dasar perencanaan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan,

observasi dan wawancara. Teknik pencatatan dilakukan dengan cara

mencatat data yang tersedia di instansi terkait yaitu Dinas Pertanian

Kabupaten Grobogan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan

Kabupaten Grobogan dan BPS Kabupaten Grobogan serta instansi lainnya

yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu juga dilakukan teknik

observasi untuk mengetahui keadaan lapang guna mendukung data

sekunder yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung di

daerah budidaya jagung di Kabupaten Grobogan. Dilakukan pula teknik

wawancara dengan menanyakan langsung hal-hal yang bersangkutan

dengan budidaya jagung kepada para petani jagung dan petugas di Dinas

Pertanian Kabupaten Grobogan.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Grobogan

Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda

pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan produksi, secara

matematis dirumuskan :

Qt = bo + b1 Pt-1+ b2 Qt-1 + b3At + b4Put+ b5 Wt + e

Keterangan :

Qt : Produksi jagung pada tahun t (ton)

(43)

commit to user

b1-b7 : Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

Pt-1 : Harga jagung pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : Produksi jagung pada tahun sebelumnya (ton)

At : Luas areal panen jagung pada tahun t (ha)

Put : Harga input (pupuk urea) pada tahun t (Rp/kg)

Wt : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun)

e : Nilai kesalahan pengganggu

2. Pengujian model

a. Uji R2Adjusted ( 2)

Menurut Sudarmanto (2005:206), 2 menunjukkan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

tidak bebas. Nilai 2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < 2≤ 1). Semakin besar 2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas),

dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan

semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

k

JK Regresi : Jumlah kuadrat regresi

JK Total : Jumlah kuadrat total

b. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel tak bebas digunakan uji F dengan

(44)

commit to user

yang tidak sama dengan nol)

Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebas.

Menurut Santoso (2002:65), menentukan tingkat signifikansi (α),

yaitu probabilitas kesalahan hipotesis yang ternyata benar. Jika

dikatakan α = 5%, berarti resiko kesalahan mengambil keputusan

adalah 5%. Semakin kecil α berarti semakin mengurangi resiko

kesalahan.

c. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu

terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan digunakan uji t

dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 90%, 95%, dan 99% atau

tingkat signifikansi (α) 10%, 5%, dan 1%, yang dapat dirumuskan

(45)

commit to user t hitung =

) (bi Se

bi

Se(bi) = Var(bi)

Keterangan:

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i

Se(bi) : Standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i

Tes Hipotesis :

H0 : bi = 0

H1 : bi≠ 0

Dengan kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel

tak bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas.

d. Nilai Standar Koefisien Regresi

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Grobogan digunakan nilai standar

koefesien regresi dari hasil analisis uji t. Menurut Arif (1993:10),

Untuk menentukan kekuatan masing-masing variable independen yang

paling dominan dapat diketahui melalui nilai standar koefisien regresi

yang dapat diperoleh dengan rumus :

b‘ = bi x

Keterangan :

b = Standar koefisien regresi variable bebas

bi = Koefisien regresi variable bebas ke-i

dy = Standar deviasi variable tak bebas

di = Standar deviasi variable bebas ke-i i

d

Gambar

Tabel 5.10 Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan
Tabel 1.1 Produksi Padi dan Palawija di Jawa Tengah Tahun 2004-2009
Tabel 1.2  Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar Di Jawa Tengah Tahun 2009
Gambar 2.1. Kurva Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya apabila dinyatakan dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti berasumsi bahwa dari 60 responden hanya sebagian kecil yang mengalami masalah personal hygiene hal

Hasil yang ditunjukkan oleh steteskop dengan rata-rata lima kali pengujian adalah 93,2 bpm dan pengujian dengan alat yang dibuat dengan rata-rata lima kali

“Oke, aku tidak jadi marah, mari kita nikmati hidup ini!” kata saya sambil meletakkan kucing itu di lantai.. Saya

Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah Dan Sikap Sosial Secara Bersama-Sama Dengan Sikap Integrasi Nasional. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa pemahaman

Puji syukur penulis panjatkan sedalam-dalamnya atas kehadirat Tuhan YME atas segala anugerah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya

− 10x − 22.. Of these, γ 1 is inscribed in ∆ABC, while γ2 and γ3 are both tangent to CD and to γ, one on each side of CD.. In the tetrahedron ABCD, angle BDC is a right

Kesimpulan penelitian ini adalah, pemberian madu hutan yang berasal dari daerah Flores 100% dan 50% pada mencit tidak meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan