commit to user
i
ANALISIS PENAWARAN JAGUNG
DI KABUPATEN GROBOGAN
SKRIPSI
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
WIDY RETNO HAPSARI
H 0307090
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS PENAWARAN JAGUNG
DI KABUPATEN GROBOGAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
WIDY RETNO HAPSARI
H 0307090
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PENAWARAN JAGUNG
DI KABUPATEN GROBOGAN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Widy Retno Hapsari
H0307090
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 25 April 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji:
Ketua Anggota I Anggota II
Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP NIP. 19650626 199003 2 001
Umi Barokah, SP, MP NIP.19730129 200604 2 001
Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. NIP. 19590709 198303 2 001
Surakarta, April 2011
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan ini untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak pernah lepas
dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H., MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, masukan dan motivasi.
4. Ibu Umi Barokah, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan saran, masukan dan motivasi.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama
masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
6. Kesbangpolinmas Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Holtikultura Kabupaten Grobogan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pertambangan Kabupaten Gobogan, Badan Pusat Satistik Kabupaten
Grobogan serta BAPPEDA Kabupaten Grobogan.
7. Ayah dan Mama, Bapak Drs. Edy Haryoto, MM dan Ibu Erna Nursanti
Rahayu atas semua doa, dukungan, dan perhatiannya yang tiada henti kepada
commit to user
v
8. Kakak dan adikku tercinta, Ryan Nursanti Nugraheni, SS, Nuryahman
Hartono, ST, Kurniawan Arditiarso dan Wahyu Puspito Ningrum, Raffa
Aqilla serta keluarga besar, atas semua perhatian, motivasi, dan semangat
yang tiada henti yang diberikan kepada Penulis.
9. Sahabat-sahabatku Dhita, Adit, Dwi, Nana, Cindy, Nitha, Tensister (Dini,
Dian, Elis, Fahmi, Vina, Nian, Eny, Agnes, Nisa), Nita, Dina, Nofi, Lala atas
waktu yang telah diluangkan dan semangat serta doa kepada Penulis
10.Teman-teman Agrobisnis 2007, atas kebersamaan dan semangatnya.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
segala kritikan maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya karya ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca. Amin.
Surakarta, April 2011
commit to user
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19
C. Hipotesis ... 24
D. Asumsi-Asumsi ... 24
E. Pembatasan Masalah ... 25
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25
III. METODE PENELITIAN ... 27
A. Metode Dasar Penelitian ... 27
B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 27
C. Metode Pengumpulan Data ... 28
D. Metode Analisis Data ... 29
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37
commit to user
vii
1. Lokasi Daerah Penelitian ... 37
2. Topografi ... 37
3. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan ... 38
4. Iklim ... 39
B. Keadaan Penduduk ... 39
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 39
2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 40
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 41
4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 42
C. Keadaan Perekonomian ... 43
D. Keadaan Pertanian ... 45
E. Keadaan Budidaya Tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan .... 46
V. HASIL DAN PEMBAHSAN ... 48
A. Hasil Penelitian ... 48
1. Harga Jagung... 50
2. Jumlah Produksi Jagung... 52
3. Luas Areal Panen Jagung ... 55
4. Harga Pupuk Urea ... 57
5. Rata-rata Jumlah Curah Hujan ... 60
B. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Penawaran Jagung ... 62
1. Pengujian Model ... 63
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 72
3. Elastisitas Penawaran ... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
commit to user Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar
Di Jawa Tengah Tahun 2008 ... 3 Tabel 1.3 Jumlah Produksi, Luas Areal Panen dan Produktivitas
Jagung di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009 ... 4 Tabel 3.1 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar
Di Jawa Tengah Tahun 2009 ... 28 Tabel 4.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kab. Grobogan
Tahun 2009 ... 37 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2009 ...39 Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 40 Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut
Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 41 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Grobogan Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan Tahun 2009 .... 43 Tabel 4.7 Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten
Grobogan Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.8 Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Grobogan
Tahun 2009 ...44 Tabel 4.9 Perkembangan Produksi Padi dan Palawija (Ton) di
Kabupaten Grobogan Tahun 2006-2009 ... 45 Tabel 4.10 Luas Panen dan Produksi Jagung Dirinci Menurut
Kecamatan di Kab. Grobogan Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.1 Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Grobogan Pada
Tahun 1993-2009 ... 51 Tabel 5.2 Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi
Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Grobogan
Pada Tahun 1993-2009 ... 53 Tabel 5.3 Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten
Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ... 55 Tabel 5.4 Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Grobogan
Pada Tahun 1993-2009 ... 58 Tabel 5.5 Rata-rata Jumlah Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Pada
Tahun 1993-2009 ... 60 Tabel 5.6 Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ... 62 Tabel 5.7 Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
commit to user
ix
Tabel 5.8 Pengaruh Masing-masing Varibel Bebas Terhadap
Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan ... 64 Tabel 5.9 Nilai Standar Koefisisen Regresi Variabel yang
Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten
Grobogan ... 65 Tabel 5.10 Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kurva Penawaran ...13 Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran ...13 Gambar 2.3 Kasus I Cobweb ...15 Gambar 2.4 Kasus II Cobweb ... Gambar 2.5 Kasus III Cobweb ... Gambar 2.6 Kerangka Teori Pendekatan Masalah ...21 Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten
Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ...52 Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di
Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009...54 Gambar 5.3 Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di
Kabupaten Grobogan Pada Tahun 1993-2009...56 Gambar 5.4 Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten
Grobogan Pada Tahun 1993-2009 ...59 Gambar 5.5 Grafik Perkembangan Rata-rata Jumlah Curah Hujan di
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
LAMPIRAN 1
1. Sex Ratio dan Angka Beban Tanggungan... 81 LAMPIRAN 2
1. Regresi.. ... ... 82.
2. Koefisien Regresi Parsial.. ... ... 90
LAMPIRAN 3
1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. ... ... 91 2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ... ... 91
LAMPIRAN 4
Foto Jagung di Kabupaten Grobogan ... ... 93
LAMPIRAN 5
Peta Kabupaten Grobogan ... .... 94
LAMPIRAN 5
commit to user
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dan menganalisis elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Kabupaten Grobogan. Data yang digunakan adalah data time series selama 17 tahun yaitu dari tahun 1993-2009. Analisis data yang digunakan yaitu dengan regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan cara langsung melalui pendekatan produksi.
Hasil analisis menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,886 yang berarti 88,6% penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga urea pada tahun tanam dan rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam. Hasil uji F pada tingkat kepercayaan 99%, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,00, berarti bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel harga jagung tahun sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel luas areal panen pada tahun tanam mempunyai pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Elastisitas penawaran atas harga jagung tahun sebelumnya di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersifat inelastis.
commit to user
xiii
THE CORN SUPPLY ANALYSIS AT GROBOGAN REGENCY
Widy Retno Hapsari H0307090
SUMMARY
This research aimed at figuring out the factors affecting the corn supply in Grobogan Regency and analyzing the elasticity of corn supply at Grobogan Regency. The research method applied is the descriptive method. The location of the research chosen purposively in Grobogan. The data used is the data time series for 17 years from 1993-2009. The data analysis used is the double linier regression on the supply function directly through the prodution approach.
The analysis result shows that the adjusted value of R2 as many as 0,886. It means that 88,6% of corn supply at Grobogan can be explained by the variable of corn price in the previous year, the production of corn in the previous year, the wide of crops area in the planting year, the urea price in the planting year and the average amount of rainfall in the planting year individually affecting the supply of corn in real at Grobogan city. Based on the value of parsial regresion cooficien , the variable of the wide of planting area possess the big influence toward con supply at Grobogan regency. The supply elasticity of corn price at the previous year in Grobogan within short time or long term period is inelastic.
commit to user
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan
perekonomian nasional dan patut menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan
bahan pangan, sebagai pemasok bahan baku industri, menciptakan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pendapatan masyarakat
petani. Indonesia sebagai negara agraris memiliki populasi disektor pertanian
yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar pula bagi produk-
produk dalam negeri terutama produk pangan untuk dapat terus
dikembangkan dalam upaya pembangunan perekonomian nasional.
Pembangunan di bidang tanaman pangan dan hortikultura yang
diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh
merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Sementara itu,
ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan
ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan
untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan
swasembada merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan
pangan sekaligus ketahanan nasional (Wibowo, 2000:1)
Salah satu komoditi pangan yang layak dikembangkan untuk
membangun ketahanan pangan nasional yaitu jagung. Di Indonesia, jagung
merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis serta
mempunyai peluang untuk dikembangkan, karena jagung sebagai sumber
utama karbohidrat dan protein setelah beras, bahan baku industri pangan,
industri pakan dan bahan bakar. Pada mulanya penggunaan jagung
didominasi untuk konsumsi langsung. Namun saat ini penggunaan jagung
lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pakan dan industri
pangan dari pada sebagai bahan pangan langsung dengan jumlah permintaan
commit to user
yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
peningkatan kebutuhan untuk pakan di Indonesia.
Menurut data dari Departemen Pertanian, tahun 2009 angka produksi
jagung nasional sekitar 18 juta ton. Angka ini mengalami kenaikan 22 %
dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 16,3 juta ton. Pada tahun yang
sama Indonesia mengimpor sebanyak 170.000 ton jagung dan mengeskpor
sebanyak 150.000 ton. Berdasarkan kenyataan tersebut, kedepan produksi
jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri bahkan luar negeri sehingga impor jagung dapat dihentikan dan
harga jagung lokal dapat meningkat sehingga kesejahteraan petani jagung
juga ikut terjamin.
Perkembangan produksi jagung di Indonesia semakin meningkat setiap
tahunnya. Jawa Tengah sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di
Indonesia menempati urutan kedua setelah Propinsi Jawa Timur. Gambaran
mengenai produksi padi dan palawija di Jawa Tengah tahun 2003-2009 (ton)
dapat diperlihatkan pada Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Produksi Padi dan Palawija di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (Ton)
Komoditi 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Padi 8.512.555 8.424.096 8.729.290 8.616.855 9.136.405 9.600.415 Padi Sawah 8.314.301 8.240.237 8.551.231 8.443.250 8.946.784 9.380.495 Padi Ladang 198.254 183.859 178.058 173.605 189.621 219.920
Jagung 1.836.233 2.191.258 1.856.022 2.233.992 2.679.914 3.057.845
Kedele 113.852 167.107 132.261 123.209 167.081 175.156 Kacang Tanah 184.316 185.796 179.067 174.438 167.199 162.430 Ubi Kayu 3.663.236 3.478.970 3.553.820 3.410.469 3.139.357 3.676.809 Ubi Jalar 144.076 144.597 123.486 143.364 117.159 147.083 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009
Berdasarkan data Tabel 1.1. diatas maka dapat diketahui bahwa
produksi jagung di Jawa Tengah perkembangannya semakin meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa permintaan jagung
baik untuk konsumsi langsung, bahan baku industri pakan dan bahan baku
industri pangan Indosesia semakin meningkat.
Daerah sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah meliputi
commit to user
Temanggung dan Boyolali. Sementara itu Kabupaten Grobogan merupakan
sentra produksi jagung terbesar yang dapat dilihat dari Tabel 1.2. dibawah ini.
Tabel 1.2 Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung Terbesar Di
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009
Sektor pertanian di Kabupaten Grobogan memberikan kontribusi
sebesar 41,59% terhadap PDRB (BPS Kabupaten Grobogan, 2009). Dari
sektor pertanian sumbangan masing-masing sub sektor adalah sub sektor
tanaman pangan (36,19%), tanaman perkebunan rakyat (1,61%), peternakan
(2,57%), kehutanan (1,06%) dan perikanan (0,16%) terhadap PDRB. Sub
sektor tanaman pangan memberikan sumbangan kontribusi terbesar terhadap
sektor pertanian di Kabupaten Grobogan, salah satu komoditinya adalah
jagung. Potensi pengembangan komoditi jagung di Kabupaten Grobogan
sangat baik hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan luas areal panen
jagung di Kabupaten Grobogan walupun sifatnya masih fluktuatif.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Grobogan (2010), komoditi jagung
sebagai tanaman pangan menempati urutan kedua setelah padi pada tahun
2009 dengan nilai output ADHK 2000 jagung sebesar Rp 249.412.000,10
yang kemudian disusul oleh komoditi kedelai sebesar Rp 64.886.000,00
kaitannya dengan penyumbang nilai PDRB sektor pertanian. Luas panen dan
tingkat produksi jagung di Kabupaten Grobogan menunjukan adanya
fluktuasi selama lima tahun terakhir hingga pada tahun 2009 yang dapat
commit to user
Tabel 1.3 Jumlah Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Jagung (Tongkol Kering) di Kabupaten Grobogan Tahun 2003-2009
Tahun Jumlah Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha) Produkstivitas (Ton/Ha)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan, 2009
Berdasarkan data dari Tabel 1.3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah
produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten
Grobogan dari tahun 2003-2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003-2004
jumlah produksi jagung mengalami penurunan sebesar 129,101 ton kemudian
meningkat lagi pada tahun 2005 sebesar 170,182 ton. Pada tahun 2006-2008
jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten
Grobogan terus mengalami peningkatan kemudian turun di tahun 2009
dengan jumlah produksi 705.691 ton. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan jumah produksi jagung sebagai akibat adanya peningkatan
permintaan jagung. Berdasarkan data Dinas Perindag dan Pertambangan
Kabupaten Grobogan pada tahun 2009, permintaan jagung untuk bahan baku
industri pakan sebesar 99% sedangkan 1% digunakan untuk konsumsi
langsung maupun bahan baku industri pangan berupa emping jagung,
marneng jagung dan tepung jagung di Kabupaten Grobogan. Jagung sebagai
salah satu produk unggulan di Kabupaten Grobogan memiliki prospek yang
sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya peluang pasar potensial
di luar Kabupaten Grobogan seperti Semarang dan Sragen baik untuk pangan
maupun bahan baku industri pakan ternak. Sehingga penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan juga harus meningkat sejalan dengan peningkatan
permintaan jagung baik untuk pangan maupun bahan baku industri pakan.
Industri pakan sebagai pendukung industri peternakan merupakan
commit to user
meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,
dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Tingginya peningkatan permintaan jagung untuk pakan,
melebihi laju penurunan permintaan jagung untuk bahan makanan pokok dan
laju peningkatan produksi jagung nasional, menyebabkan Indonesia menjadi
net importer jagung dengan laju cukup tinggi mulai tahun 1990-an (Siregar, 2009).
Sifat komoditi pertanian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologi
seperti musim, ketersediaan hara bagi tanaman menyebabkan jumlah produksi
yang dihasilkan tidak sama setiap panen begitu pula dengan komoditi jagung.
Kondisi produksi jagung yang terus mengalami fluktuasi mempengaruhi
ketersediaan jumlah jagung untuk konsumsi masyarakat baik untuk pangan
maupun industri. Padahal permintaan jagung semakin meningkat seiring
dengan semakin tingginya kebutuhan jagung baik untuk pangan, maupun
industri dengan bahan baku jagung baik di dalam maupun luar Kabupaten
Grobogan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan maupun
penurunan harga jagung. Jika jumlah produksi jagung lebih sedikit dari
tingkat kebutuhan masyarakat, maka harga jagung akan naik. Demikian
sebaliknya, jika jumlah produksi lebih besar dari tingkat kebutuhan
masyarakat akan menurunkan harga jagung tersebut.
Ketersediaan lahan tanam, produksi dan harga jagung selalu berubah
setiap tahunnya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai
penawaran jagung di Kabupaten Grobogan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan serta kondisi
elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Perumusan Masalah
Komoditas pertanian memiliki karakter berfluktuatif dalam hasil
produksi karena dipengaruhi oleh musim tanam sehingga secara langsung
berpengaruh terhadap penawarannya begitu pula komoditi jagung. Jagung
commit to user
produksinya. Perkembangan jumlah produksi ini nantinya akan berpengaruh
terhadap harga jagung dan akan ikut berpengaruh pula terhadap harga
komoditas-komoditas lain yang bahan bakunya berasal dari jagung.
Sentra produksi tanaman Jagung di Kabupaten Grobogan mencakup
empat kecamatan, yaitu Gabus, Pulokulon,Wirosari, dan Kradenan. Jagung
memiliki prospek yang sangat cerah di masa mendatang, mengingat adanya
peluang pasar potensial di luar Kabupaten Grobogan. Dilihat dari aspek
ekologi Kabupaten Grobogan merupakan daerah yang sesuai untuk
pengembangan tanaman jagung. Disamping itu, daerah ini dilintasi oleh
pegunungan kapur yang luasnya ratusan ribu hektar sebagai lahan kering
meskipun kurang subur untuk produksi pertanian namun dapat dimanfaatkan
untuk produksi jagung.
Potensi jagung dari sisi permintaan yang semakin meningkat karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras,
bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar maka harus
diimbangi dengan penawaran jagung yang meningkat pula. Jenis jagung yang
banyak ditawarkan di Kabupaten Grobogan yaitu berupa jagung pipilan.
Penawaran jagung dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi besarnya
produksi yang ada, areal tanam, harga jagung itu sendiri, curah hujan daerah
yang bersangkutan serta harga faktor produksi yang digunakan salah satunya
pupuk.
Dalam pengembangannya petani jagung di Kabupaten Grobogan
menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih bersifat fluktuatif,
harga jagung yang tidak menentu pada saat panen raya, harga faktor produksi
(benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) yang berfluktuasi serta curah hujan
yang setiap tahun hampir dipastikan meningkat berdasarkan data tahun
2005-2009. Berdasarkan data jumlah produksi, luas areal panen dan produktivitas
jagung di Kabupaten Grobogan tahun 2003-2009, produksi jagung di
Kabupaten Grobogan bersifat fluktuatif, kondisi ini mempengaruhi
penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Pada umumnya, apabila harga
commit to user
areal tanam dengan adanya harapan bahwa harga akan terus mengalami
peningkatan sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat.
Peningkatan luas areal panen berakibat pada meningkatnya produksi yang
dihasilkan. Keadaan ini akan menambah jumlah penawaran yang terjadi
namun pada akhirnya akan diikuti pula oleh adanya penurunan harga karena
jumlah yang ditawarkan lebih banyak daripada yang diminta. Jika
permsalahan tersebut tidak segera diatasi maka usaha peningkatan penawaran
jagung akan mengalami hambatan.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan diatas maka dalam
penelitian ini mengkaji permasalahan tersebut untuk mengetahui apa saja
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran jagung dan seberapa jauh
faktor tersebut berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan terkait
dengan penawaran jagung di Kabupaten Grobogan, yaitu :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten
Grobogan?
2. Bagaimanakah tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.
2. Menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan
dalam menyusun kebijakan terutama terkait dengan penawaran jagung.
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang
commit to user
3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,
pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
commit to user II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Marlisa Maharani (2004) yang berjudul Analisis
Penawaran Jagung di Jawa Tengah bertujuan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi penawaran jagung di Jawa Tengah dan mengetahui
tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung sebagai akibat perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis
persamaan regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 87,60 %. Dari analisis dengan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 18,63 lebih besar daripada nilai F tabel 3,37 pada taraf
kepercayaan 95 %. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel penduga yang
digunakan dalam penelitian yaitu luas areal tanam jagung pada tahun t,
produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya,
harga pupuk tahun sebelumnya, harga kacang tanah tahun sebelumnya dan
rata-rata curah hujan selama musim tanam secara bersama-sama
berpengaruh terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah. Hasil analisis uji
t menunjukkan bahwa variabel luas areal panen tahun t, produksi jagung
tahun sebelumnya, harga jagung tahun sebelumnya serta harga pupuk urea
tahun sebelumnya berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jagung di
Jawa Tengah. Nilai standar koefisien regresi parsial menunjukkan bahwa
variabel luas areal panen jagung tahun t mempunyai pengaruh paling besar
terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah yaitu sebesar 0,992.
Berdasarkan nilai elastisitas baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, penawaran jagung di Jawa Tengah bersifat elastis terhadap
jumlah produksi jagung pada musim tanam sebelumnya yaitu dengan
elastisitas jangka panjang sebesar 1,696.
commit to user
Penelitian Setyowati (2006) tentang Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat
elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif.
Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis
diperoleh nilai koefisisen determinasi (R2) sebesar 72,30%. Besarnya nilai F hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti
semua variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada
tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada
sebelumnya, harga kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara
bersama-sama berpengaruh pada penawaran jagung di Kabupaten
Wonogiri. Hasil dari analisis uji t mengindikasikan bahwa variabel harga
jagung sebelumnya dan produksi jagung tahun sebelumnya memiliki
pengaruh secara nyata pada penawaran jagung di kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial variabel, produksi jagung di
tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen regresi parsial tertinggi
(0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penawaran jagung di
Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten
Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan produksi
jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat
inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis
terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung
tahun sebelumnya (1,325).
Hasil penelitian diatas telah memberikan sumbangan pemikiran bagi
penulis bahwa terjadinya penawaran terhadap komoditas pertanian yang
bersifat musiman cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
seperti jumlah produksi, harga komoditas, harga komoditas substitusi, luas
areal panen, harga pupuk dan curah hujan pada musim tanam serta
commit to user
juga dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi penulis dalam
pengambilan variabel-variabel dalam penelitian ini.
2. Jagung
Produksi utama usaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung
merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan
ataupun nonpangan. Produksi sampingan berupa batang, daun dan kelobot
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ataupun kompos. Tongkol
jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial
untuk dijadikan bahan pangan, sayuran dan bahan baku berbagai industri
makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10 %,
lemak 4%, karbohidrat 61%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%,
abu 1,4%, dan zat-zat lain 0,4%. Mencermati kandungan dan komposisi
kimia tersebut, jagung selain merupakan sumber kalori, juga pensuplai
nutrisi untuk memperoleh keseimbagan bagi gizi penduduk Indonesia
(Rukmana, 2005:15).
Antara jagung putih dan jagung kuning, kandungan gizinya lebih
tinggi jagung kuning karena jagung kuning mengandung provitamin A.
Selain itu jagung kuning juga mengandung protein lebih tinggi
dibandingkan dengan jagung putih. Oleh sebab itulah, para peternak ayam
ras banyak yang menggunakan jagung kuning sebagai bahan campuran
ransumnya (Warisno,2009:16).
Sebagai bahan pangan, jagung merupakan komoditas penting kedua
setelah padi/beras. Akan tetapi, dengan berkembang pesatnya industri
peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum
pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri
digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar
30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit. Dengan
demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan
baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno et al, 2006:1). Komoditas jagung tergolong komoditas yang strategis karena
commit to user
komoditas pangan lainnya dan memiliki prospek yang cerah. Peningkatan
kebutuhan jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan
industri pangan dan pakan. Oleh sebab itu, upaya peningkatan produksi
jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Selain melalui
perluasan areal tanam, produksi jagung sebenarnya masih dapat
ditingkatkan dengan perbaikan teknologi produksi di tingkat petani
mengingat masih rendahnya produktivitas. Peningkatan produksi juga
masih dapat diupayakan melalui perbaikan penaganan panen dan
pascapanen (Subandi et al., 1998:19).
Implikasi bagi pengembangan produksi jagung di indonesia untuk
mengurangi impor sekaligus memberi insentif bagi petani untuk
memproduksi jagung. Langkah-langkah tersebut anatara lain: (1)
penyediaan dan penyebarluasan penggunaan benih jagung unggul
(komposit dan hibrida) dengan harga yang terjangkau oleh petani; (2)
membangun infrastrutur untuk menggerakkan agribisnis, termasuk jagung;
(3) membangun sistem kemitraan yang adil antara petani jagung dengan
pengusaha pabrik pakan dan pabrik pangan olahan; (4) melakukan
penelitian untuk mencari alternatif penggantian sebagian jagung dengan
bahan lain dengan tetap mempertimbangkan faktor gizi yang sesuai untuk
ternak (terutama unggas) dan efisiensi biaya produksi pakan
(Swastika, 2004:65).
3. Penawaran
Penawaran pertanian adalah banyaknya komoditas pertanian yang
ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sedangkan hukum penawaran,
pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak
jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen/penjual.
Sebaliknya, makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang
tersebut ditawarkan oleh para produsen/penjual, dengan anggapan
faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002:143).
Kurva penawaran menunjukkan seberapa besar jumlah yang
commit to user
faktor lain, di luar harga, yang mempengaruhi keputusan produsen untuk
menjual barang itu, tidak ada yang berubah. Hubungan ini dapat berubah
seiring dengan berjalannya waktu, sebagaimana dicerminkan oleh
pergeseran kurva penawaran.
Gambar 2.1. Kurva Penawaran
(Mankiw, 2006:89)
Penurunan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kekiri dari kurva
penawaran dan ini biasanya mengakibatkan kenaikan harga pasar dan
penurunan volume transaksi. Sebaliknya adanya kenaikan penawaran
(yang ditunjukkan oleh pergeseran kekanan dari kurva penawaran)akan
mengakibatkan penurunan harga pasar dan kenaikan volume transaksi.
P S’ P
S
S
S’
0 Q 0 Q
Gambar 2.2. Pergeseran Kurva Penawaran
(Boediono, 2002:47)
Menurut Mankiw (2006:90-91), ada banyak variabel yang dapat
menggeser kurva penawaran. Berikut adalah beberapa variabel yang
penting:
Harga (P) Penawaran (S)
commit to user a. Harga input
Jumlah penawaran suatu barang berhubungan secara negatif dengan
harga setiap input untuk memproduksi barang.
b. Teknologi
Teknologi merubah input menjadi output. Teknologi menjadi salah
satu penentu jumlah produk yang akan ditawarkan.
c. Harapan
Jika perusahaan mengharapkan harga naik esok maka perusahaan akan
menyimpan sebagian hasi produksi hari ini untuk dijual besok,
sehingga jumlah penawaran hari ini berkurang.
d. Jumlah penjual
Penawaran pasar bergantung pada seluruh faktor yang mempengaruhi
penawaran untuk masing-masing penjual individu seperti harga input,
teknologi, dan harapan. Sebagai tambahan, penawaran pasar
bergantung pada jumlah penjualnya.
Menurut Mubyarto (1995:126), reaksi petani untuk mengurangi
jumlah luas tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan
menyebabkan terjadinya pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan
dan penawaran yang terjadi di pasar. Sebagaimana diketahui barang
pertanian mengalami keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar, oleh sebab itu berlaku teori Cobweb.
4. Teori Cobweb
Penawaran banyak komoditi pertanian mencerminkan apa yang
disebut fenomena cobweb, dimana penawaran bereaksi terhadap harga
dengan keterlambatan satu peroide waktu karena keputusan penawaran
memerlukan waktu untuk penawarannya (periode persiapan) jadi pada
awal musim tanam pada tahun ini petani dipengaruhi oleh harga yang
terjadi pada tahun lalu, sebagai fungsi penawarannya adalah:
Penawarant = β0+ β1Pt -1 + µt
Misalkan pada akhir periode t, harga Pt ternyata lebih rendah dari Pt -1.
commit to user
memproduksi kurang dari apa yang dilakukan pada periode t, karena jika
petani berproduksi terlalu banyak pada tahun t, mereka nampaknya akan
mengurangi produksinya dalam periode t + 1, dan seterusnya dan
mengakibatkan pola cobweb (Gujarati, 2004:168).
Menurut Sudiyono (2002:54), model formal yang sangat sederhana
untuk menjelaskan akan adanya respon kelambanan terhadap terjadinya
perubahan-perubahan dalam harga maupun variabel-variabel yang lain
adalah model cobweb. Dalam model ini anggapannya adalah adanya
kaitan antara jumlah yang diproduksi dipengaruhi oleh harga yang
diharapkan. Harga yang tinggi akan mendorong produsen untuk
meningkatkan produksi dan penawarannya. Jumlah penawaran yang besar
menyebabkan harga turun (jatuh), selanjutnya harga rendah diikuti
penawaran yang rendah dan seterusnya. Dengan demikian teori cobweb
adalah :
a. Terdapat selang waktu (time lag) antara keputusan untuk berproduksi
dengan kenyataan produksi yang terjadi (panen).
b. Produsen mendasari keputusannya pada harga sekarang atau
pengalaman harga yang baru saja dihadapi. Maka produksi sekarang
(Qt) karena adanya selang waktu (time lag) akan dipengaruhi harga
masa lalu (Pt-1).
c. Harga yang terjadi sekarang (Pt) ditentukan oleh besarnya penawaran
yang ada dari hasil produksi sekarang (Qt).
Cobweb Theorem atau sarang laba-laba dipergunakan untuk mengetahui bagaimana keseimbangan pasar terjadi pada barang-barang
produksi pertanian, sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami
keterlambatan waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi pertanian
merupakan kasus yang penting dan banyak diteliti para ahli ekonomi.
commit to user
a. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap.
Adanya persaingan sempurna di mana penawaran semata-mata
ditentukan oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga
ditentukan oleh setiap produsen dianggap tidak akan berubah dan
produsen menganggap jumlah produksinya tidak akan memberikan
pengaruh yang berarti terhadap pasar. Contoh dalam kasus I, harga
keseimbangan adalah Rp 30,- dan jumlah keseimbangan juga 30.
Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit hewan, jumlah yang
ditawarkan ke pasar turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik
menjadi Rp 40,-. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi
dan setelah lampau periode produksi maka jumlah yang lebih banyak
(40) yang sampai ke pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi
Rp 20,-. Harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi
menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.
b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan
Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga
penawaran tidak dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi
diperlukan jangka waktu tertentu. Contoh dalam kasus II harga
keseimbangan adalah Rp 30,- dengan jumlah keseimbangan juga 30.
Namun begitu setelah dalam periode 1 harga naik menjadi Rp 40,-
maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan
hanya sebesar 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak
sebesar penurunan pada kasus I (Rp 25,-). Penurunan harga ini juga
menyababkan produsen memperkecil produksinya (27,5) lagi dan
demikian seterusnya. Kurva II ini bersifat kurang elastis bila
dibandingkan dengan kurva I sehingga siklus menjurus ke harga
keseimbangan lama (30).
c. Siklus yang mengarah pada eksploitasi harga yaitu yang berfluktuasi
dengan jarak yang makin membesar.
Harga ditentukan oleh jumlah barang yang akan datang ke pasar
commit to user
kurva penawarannya elastis sekali sehingga pertambahan produksi
sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan
siklus yang menjurus ke arah eksplosi.
Secara grafis tiga kasus ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.3 Kasus I Cobweb Gambar 2.4 Kasus II Cobweb
Gambar 2.5. Kasus III Cobweb
Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa dalam kasus I h = є
(elastisitas permintaan=elastisitas penawaran), kasus II h > є (elastisitas
permintaan > elastisitas penawaran), kasus III h < є (elastisitas permintaan
< elastisitas penawaran), atau dengan perkataan lain dapat dikatakan
bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama
dengan elastisitas penawaran, menyatu (converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil.
Walaupun ketiga kasus Cobweb Theorem ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya
termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga suatu komoditas
pertanian naik maka petani menjadi terlalu optimis maka petani serentak
commit to user
Namun pada saat panen serentrak ternyata harga jatuh, semua menderita
kerugian dan tidak akan menanam pada musim berikutnya. Dan ini
mengakibatkan harganya naik tinggi sekali musim berikutnya karena
jumlah produksi sangat sedikit (Mubyarto, 1995).
5. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran menunjukkan kepekaan produsen terhadap
perubahan harga. Kepekaan mereka tergantung pada mudah tidaknya
mengubah jumlah output sebagai akibat adanya perubahan harga
(McEachern, 2001 : 18).
Seperti halnya elastisitas permintaan mengukur kepekaan kuantitas
yang diminta terhadap perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Demikian juga halnya dengan elastisitas penawaran
yang mengukur kepekaan jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan
salah satu faktor yang mempengaruhinya (Lipsey dan Steiner, 1991:181)
Sukirno (2003:129) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis.
Yang pertama, barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman.
Kedua, kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk
mencapai tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan
permintaan. Pada waktu harga turun petani akan bekerja giat dan berusaha
mencapai produksi yang tinggi agar pendapatan mereka tidak kurang
dibanding dengan masa normal. Pada waktu harga naik mereka tidak dapat
menaikkan produksinya karena kapasitas produksi mereka (dalam jangka
pendek) telah mencapai tingkat maksimal. Ketiga, beberapa jenis tanaman
memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh.
Harga hasil pertanian dalam jangka pendek cenderung mengalami
fluktuasi yang sangat besar. Harga mencapai tingkat yang tinggi sekali
pada suatu saat dan mengalami kemerosotan yang tajam pada saat
berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut disebabkan oleh permintaan
commit to user
menyebabkan perubahan yang sangat besar atas tingkat harga apabila
permintaan atau penawaran mengalami perubahan (Firdaus, 2008:88).
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Jagung merupakan salah satu komoditas palawija utama di Indonesia
ditinjau dari aspek pengusahaan dan pemanfaatan hasilnya, yaitu sebagai
bahan pangan dan pakan. Kebutuhan jagung baik untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri maupun ekspor masih sangat besar. Di Kabupaten Grobogan
jagung memiliki potensi yang sangat baik dilihat dari kondisi lahan maupun
iklim disana. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat harga jagung yang terus
meningkat dan fluktuasi yang terjadi pada luas areal panen serta jumlah
produksi dalam kurun waktu lima tahun. Peningkatan produksi ini bisa
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sehingga hal ini tentunya akan
berpengaruh pula terhadap penawaran Jagung.
Menurut Sudiyono (2002:19), Penawaran produk pertanian menyatakan
jumlah produk pertanian yang ditawarkan dengan berbagai variabel yang
mempengaruhi penawaran seperti harga produk pertanian, harga input,
musim, teknologi dan tujuan perusahaan.
Penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi penawaran. Konsep dasar dari
fungsi penawaran untuk suatu produk, dapat dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara kuantitas yang ditawarkan (kuantitas penawaran) dan
sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi penawaran dari produk X
itu. Persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat
penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah
sebagai berikut
Sx = f ( Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Kebij)
Dimana:
Sx : penawaran atas barang x
Px : harga barang x
Py : harga y ( barang substitusi atau komplementer)
commit to user C : biaya produksi
Tek : teknologi produksi
Ped : jumlah pedagang / penjual
Tuj : tujuan perusahaan
Kebij : kebijakan pemerintah
(Firdaus, 2008:71).
Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui besarnya penawaran suatu
barang, yaitu pendekatan langsung (jumlah produksi) dan pendekatan tidak
langsung (luas areal tanam dan produkstivitas). Analisis penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan menggunakan pendekatan secara langsung pada jumlah
produksi dengan alasan produksi lebih nyata berpengaruh terhadap
penawaran jagung daripada luas areal.
Untuk mengestimasi penawaran jagung digunakan model regresi linier
berganda. Model ini digunakan karena memiliki keunggulan, yaitu dapat
mengakomodasi semua faktor, sederhana dan mampu menjelaskan berapa
persen variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan nilai
goodness of fit (R2). Selain kelebihan, pada model ini juga terdapat kekurangan, seperti perlu menggunakan beberapa asumsi. Contohnya adalah
peubah bebas dalam persamaan tidak boleh saling berkorelasi (autokorelasi),
tidak boleh ada kolinieritas antar peubah bebas (multikolinier), dan errornya
harus memiliki keragaman yang sama (heterokedastisitas). yang secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Qt = bo + b1 Pt-1+ b2 Qt-1 + b3At + b4Put+ b5 Wt + e
Keterangan :
Qt : Produksi jagung pada tahun t (ton)
bo : Konstanta
b1-b7 : Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
Pt-1 : Harga jagung pada tahun sebelumnya (Rp/kg)
Qt-1 : Produksi jagung pada tahun sebelumnya (ton)
At : Luas areal panen jagung pada tahun t (ha)
commit to user
Wt : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun)
e : Nilai kesalahan pengganggu
Adapun pendugaan variabel bebas yang berpengaruh pada penelitian
analisis penawaran jagung di Kabupaten Grobogan yang didasarkan kepada
teori penawaran, hasil studi pustaka dari penelitian terdahulu tentang
penawaran jagung dan observasi di daerah penelitian adalah sebagai berikut :
a. Harga jagung pada tahun sebelumnya
Jika harga suatu barang naik (ceteris paribus) maka kuantitas yang ditawarkan akan barang tersebut bertambah karena produsen berharap
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan barang tersebut,
demikian pula sebaliknya (Hanafie, 2010). Apabila harga jagung tahun
sebelumnya meningkat maka akan banyak petani yang menanam jagung,
sehingga hasil produksi jagung meningkat dan berakibat pada
meningkatnya penawaran jagung.
b. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya
Berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima
oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perilaku petani (Mubyarto, 1989:30). Apabila jumlah
produksi jagung pada tahun sebelumnya meningkat maka harganya akan
turun. Akibatnya, petani akan enggan memproduksi jagung pada tahun
berikutnya dan jumlah yang ditawarkan akan berkurang.
c. Luas areal panen jagung pada tahun tanam
Suatu kenaikan produksi dapat disebabkan oleh salah satu dari dua
faktor yaitu luas yang ditanami dan hasil per hektar, atau keduanya
(Mubyarto, 1989 : 155). Luas areal panen akan mempengaruhi jumlah
produksi jagung yang dihasilkan. Apabila luas areal panen jagung pada
suatu tahun meningkat maka akan meningkatkan jumlah yang ditawarkan.
d. Harga pupuk urea pada tahun tanam
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penawaran
commit to user
produsen terhadap harga di masa mendatang, jumlah produsen, dan harga
produksi lain (Soekartawi, 1993:148) . Pupuk urea digunakan sebagai
salah satu input yang mempengaruhi karena kandungan nitrogen dalam
urea dibutuhkan selama pertumbuhan jagung dengan jumlah yang relatif
banyak yaitu sebesar 400kg/ha. Dengan pemberian pupuk sebagai input
yang baik pada saat pertumbuhan maka produksi juga akan semakin
meningkat sehingga jumlah yang ditawarkan juga akan meningkat. Harga
urea yang semakin meningkat ataupun menurun akan mempengaruhi
penggunaan urea oleh petani sehingga dapat mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas hasil yang ditawarkan.
e. Rata-rata curah hujan pada tahun tanam
Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan
memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman jagung kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil
yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaan air yang cukup terutama
pada fase pembungaan hingga pengisisan biji (Subandi, et all, 1988:50). Seperti halnya tanaman lain, maka faktor air juga merupakan salah satu
faktor dalam penentuan pertumbuhan jagung. Apabila curah hujan di
Kabupaten Grobogan tinggi maka dapat menurunkan jumlah produksi
jagung. Penurunan jumlah produksi jagung ini nantinya akan berpengaruh
terhadap penurunan jumlah jagung yang ditawarkan pula.
Untuk mengestimasi besarnya perubahan jumlah penawaran sebagai
akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan nilai elastisitas
dari penawaran. Elastisitas penawaran mengukur tanggapan jumlah yang
ditawarkan terhadap perubahan salah satu dari berbagai variabel yang
mempengaruhinya (Lipsey, 1995:92). Elastisitas penawaran yang diteliti yaitu
elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang. Elastisitas penawaran
jangka pendek biasanya lebih kecil (dalam nilai mutlak) daripada elastisitas
commit to user
suatu konsep yang mengkaji perilaku produsen dalam menawarkan produk di
pasar.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui elastisitas penawaran
jagung adalah sebagai berikut:
Y Xi bi Epd=
keterangan :
Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek
bi : Koefesien regresi variabel bebas ke-i
Xi : Rata-rata variabel bebas ke-i Y : Rata-rata variabel tak bebas
Sedangkan elastisitas jangka panjang dapat diketahui setelah elastisitas
jangka pendek diketahui. Elastisitas jangka panjang dirumuskan sebagai
berikut :
Epj =
Nilai koefisisen penyesuaian diperoleh dari:
k = 1 – b2Qt-1
Keterangan :
k : koefisien penyesuaian
k = 1 – b2, dimana b2 adalah koefisien Qt-1
Pengukuran elastisitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu setiap
variabel bebas diukur elastisitasnya terhadap variabel terikat. Jika nilai
elastisitasnya lebih besar dari satu (E>1) menunjukkan bahwa variabel bebas
responsif terhadap variabel terikat. Hal ini berarti bahwa perubahan satu
persen variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel terikat lebih dari
satu persen. Sebaliknya jika nilai elastisitas lebih kecil dari satu (E<1)
menunjukkan bahwa variabel bebasnya tidak responsif terhadap variabel
terikatnya. Hal ini berarti bahwa perubahan satu persen variabel bebas akan Elastisitas jangka pendek
commit to user
mengakibatkan perubahan variabel terikat kurang dari satu persen
(Kustaman,2005:53).
Dengan demikian, untuk mengetahui lebih jelas mengenai alur berfikir
dalam penelitian analisis penawaran jagung di Kabupaten Grobogan ini maka
dapat dilihat kerangka teori pendekatan masalah pada gambar berikut :
C. Hipotesis
1. Diduga harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung
pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga pupuk
urea pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan.
2. Diduga elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dalam
jangka pendek yaitu inelastis dan dalam jangka panjang yaitu elastis.
D. Asumsi
1. Keadaan pasar dalam persaingan sempurna.
2. Variabel lain dalam penelitian yang tidak termasuk dalam model tercakup
dalam eror.
Gambar 2.6. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Penawaran Jagung
· Harga jagung tahun sebelumnya
· Produksi jagung tahun sebelumnya
· Luas panen jagung tahun t
commit to user
3. Ketidakpastian dalam usahatani ditiadakan, daerah penelitian ini dalam
keadaan normal tanpa adanya serangan hama dan penyakit yang dapat
menurunkan produksi jagung dalam jumlah besar.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini terbatas pada produksi jagung kuning pipilan yang
dihasilkan di Kabupaten Grobogan.
2. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
jagung, jumlah produksi jagung, luas panen jagung, harga pupuk urea dan
rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Grobogan.
3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan n = 17 tahun yaitu dari tahun 1993 – 2009.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Penawaran jagung (Qt) adalah jumlah jagung yang ditawarkan oleh petani
pada suatu harga tertentu. Dalam penelitian ini penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan diukur berdasarkan produksi jagung yang dinyatakan
dalam satuan Ton.
2. Jenis jagung yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan yaitu berupa jagung
kuning dalam bentuk pipilan.
3. Harga jagung pada tahun sebelumnya (Pt-1) adalah tingkat harga jagung
kuning dalam bentuk pipilan yang diterima petani pada tahun sebelumnya
dan merupakan harga riil karena sudah dideflasikan dan dinyatakan dalam
satuan Rp/kg.
Untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga ataupun perubahan nilai
tukar uang yang terjadi, harga relatif (harga terdeflasi) dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
Hs x Ihkt Ihkd Hx =
Keterangan:
Hx : harga barang terdeflasi (Rp/kg)
IHKd : indeks harga konsumen pada tahun dasar (1996=100)
commit to user
Hs : harga barang sebelum terdeflasi (Rp/kg)
4. Produksi jagung pada tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah jagung yang
dihasilkan dari usahatani jagung di Kabupaten Grobogan yang ditawarkan
pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.
5. Luas areal panen pada tahun tanam (At) merupakan total areal yang
menghasilkan jagung di Kabupaten Grobogan pada tahun tanam,
dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).
6. Harga pupuk urea pada tahun tanam (Put) merupakan rata-rata harga
pupuk urea pada tahun t yang berlaku di Kabupaten Grobogan, dinyatakan
dalam satuan Rp/Kg.
7. Rata-rata curah hujan pada tahun tanam (Wt) merupakan rata-rata curah
hujan selama musim tanam yang dinyatakan dalam satuan mm/tahun.
8. Elastisitas penawaran merupakan perubahan besarnya penawaran jagung
di Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian.
9. Elastisitas jangka pendek adalah perubahan besarnya penawaran jagung di
Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang
digunakan pada penelitian dalam jangka pendek.
10.Elastisitas jangka panjang adalah perubahan besarnya penawaran jagung
di Kabupaten Grobogan yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis dengan menggunakan data berkala (time series). Analisis berarti data yang dikumpulkan mula-mula disusun dan dijelaskan kemudian
dianalisis. Sedangkan diskriptif merupakan metode penelitian yang tertuju
pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah
dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisis (Nasir, 1999:64).
Metode deskriptif memiliki sifat antara lain memusatkan diri pada
pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada
masalah-masalah aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun lalu
dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998:140).
B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode purposive yaitu suatu cara penentuan lokasi dengan sengaja karena terdapat alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat dari lokasi tersebut
(Surakhmad, 1998:101)
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Grobogan. Pemilihan
Kabupaten Grobogan didasari atas pertimbangan bahwa kabupaten tersebut
merupakan salah satu kabupaten sentra produksi jagung di Propinsi Jawa
Tengah. Di Kabupaten Grobogan jagung merupakan komoditi tanaman
pangan terbesar kedua setelah beras dengan rata-rata luas lahan untuk jagung
sebesar 100.812 Ha pada periode tahun 1993-2009 (Kabupaten Grobogan
dalam Angka, 1993-2009). Selain itu juga didukung oleh keadaan iklim,
topografi dan kondisi wilayah yang berpotensi sebagai daerah budidaya
jagung.
commit to user
dengan jumlah produksi sebesar 669.209 ton disusul Wonogiri, Blora,
Kendal, Rembang, Temanggung dan Boyolali. Namun kenyataannya kondisi
ini sifatnya fluktuatif. Pada saat produksi melimpah, bisa menyebabkan
tingginya penawaran dibanding permintaan sehingga membuat harga hasil
pertanian termasuk jagung terus menurun, begitupula sebaliknya. Apalagi
sifat produksi pertanian yang tidak dapat disimpan lama, menyebabkan petani
tidak mempunyai posisi tawar yang baik apabila saat panen tiba. Kondisi ini
menarik untuk dikaji tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
jumlah produksi jagung yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, menurut
Surakhmad (1998:163), data sekunder yaitu data yang lebih dahulu
dikumpulkan oleh orang diluar peneliti. Data sekunder yang digunakan
meliputi data harga jagung, produksi jagung, luas areal panen jagung,
harga pupuk urea serta rata-rata curah hujan.
commit to user
2009). Menurut Supranto (2007:37), data deret waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke
minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan
untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan
jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna
bagi dasar perencanaan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan,
observasi dan wawancara. Teknik pencatatan dilakukan dengan cara
mencatat data yang tersedia di instansi terkait yaitu Dinas Pertanian
Kabupaten Grobogan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan
Kabupaten Grobogan dan BPS Kabupaten Grobogan serta instansi lainnya
yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu juga dilakukan teknik
observasi untuk mengetahui keadaan lapang guna mendukung data
sekunder yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung di
daerah budidaya jagung di Kabupaten Grobogan. Dilakukan pula teknik
wawancara dengan menanyakan langsung hal-hal yang bersangkutan
dengan budidaya jagung kepada para petani jagung dan petugas di Dinas
Pertanian Kabupaten Grobogan.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Grobogan
Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda
pada fungsi penawaran dengan cara pendekatan produksi, secara
matematis dirumuskan :
Qt = bo + b1 Pt-1+ b2 Qt-1 + b3At + b4Put+ b5 Wt + e
Keterangan :
Qt : Produksi jagung pada tahun t (ton)
commit to user
b1-b7 : Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
Pt-1 : Harga jagung pada tahun sebelumnya (Rp/kg)
Qt-1 : Produksi jagung pada tahun sebelumnya (ton)
At : Luas areal panen jagung pada tahun t (ha)
Put : Harga input (pupuk urea) pada tahun t (Rp/kg)
Wt : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun)
e : Nilai kesalahan pengganggu
2. Pengujian model
a. Uji R2Adjusted ( 2)
Menurut Sudarmanto (2005:206), 2 menunjukkan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel
tidak bebas. Nilai 2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < 2≤ 1). Semakin besar 2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas),
dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan
semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.
k
JK Regresi : Jumlah kuadrat regresi
JK Total : Jumlah kuadrat total
b. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel tak bebas digunakan uji F dengan
commit to user
yang tidak sama dengan nol)
Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas.
2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka
variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel tak bebas.
Menurut Santoso (2002:65), menentukan tingkat signifikansi (α),
yaitu probabilitas kesalahan hipotesis yang ternyata benar. Jika
dikatakan α = 5%, berarti resiko kesalahan mengambil keputusan
adalah 5%. Semakin kecil α berarti semakin mengurangi resiko
kesalahan.
c. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu
terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan digunakan uji t
dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 90%, 95%, dan 99% atau
tingkat signifikansi (α) 10%, 5%, dan 1%, yang dapat dirumuskan
commit to user t hitung =
) (bi Se
bi
Se(bi) = Var(bi)
Keterangan:
bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i
Se(bi) : Standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i
Tes Hipotesis :
H0 : bi = 0
H1 : bi≠ 0
Dengan kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka
variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel
tak bebas.
2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka
variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas.
d. Nilai Standar Koefisien Regresi
Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
penawaran jagung di Kabupaten Grobogan digunakan nilai standar
koefesien regresi dari hasil analisis uji t. Menurut Arif (1993:10),
Untuk menentukan kekuatan masing-masing variable independen yang
paling dominan dapat diketahui melalui nilai standar koefisien regresi
yang dapat diperoleh dengan rumus :
b‘ = bi x
Keterangan :
b = Standar koefisien regresi variable bebas
bi = Koefisien regresi variable bebas ke-i
dy = Standar deviasi variable tak bebas
di = Standar deviasi variable bebas ke-i i
d