• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Penawaran Jagung

1. Pengujian Model

a. Uji R2Adjusted ( 2)

R2 Adjusted ( 2) digunakan untuk mengetahui besarnya proporsi variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel-varabel tak bebasnya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai ( 2) sebesar 0,886. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebesar 88,6% penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga urea pada tahun tanam dan rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam sedangkan sisanya sekitar 11,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil uji F disajikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan

Model Sum of Squares df Mean

Square F Sig Regression Residual Total 35529934654,44 30258629791,36 38555797335,76 5 11 16 0,46 0,12 25.833 0,000***

Sumber : Analisis Data Keterangan:

* : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 25,833. Pada tingkat kepercayaan 99%, nilai signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,01. Hal ini menunjukan bahwa semua variabel yang diamati yaitu harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga urea pada tahun tanam dan rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

commit to user

penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis pertama bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun tanam, harga pupuk urea pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam secara bersama-sama mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Pengaruh Masing-masing Varibel Bebas Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan

Model Koefisisen

Regresi t hitung Sig

Konstanta

Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Pt-1)

Jumlah Produksi Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Qt-1) Luas Areal Panen Jagung Pada Tahun Tanam (At)

Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam (Pu t)

Rata-rata Jumlah Curah Hujan Pada Tahun Tanam (Wt)

-114341,251 441,379 0,111 5,208 -97,910 -122,999 -0,864 3,444 0,965 6,788 -0,514 -1,838 0,406 ns 0,005** 0,355 ns 0,000*** 0,617 ns 0,093* Sumber : Analisis Data

Keterangan:

* : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99%

ns

: tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dijelaskan bahwa harga jagung tahun sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun tanam dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan pada tingkat kepercayaan 90%. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari nilai

commit to user

signifikan untuk harga jagung pada tahun sebelumnya yaitu 0,005, luas panen pada tahun tanam sebesar 0,000 dan rata-rata curah hujan pada tahun tanam sebesar 0,093. Sedangkan jumlah produksi pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun tanam tidak memberikan pengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan karena hasil nilai signifikansi keduanya lebih besar dari α sebesar 0,10 pada tingkat kepercayaan 90%. Pada tingkat kepercayaan 95% variabel yang signifikan yaitu varibel harga jagung pada tahun sebelumnya sedangkan pada tingkat kepercayaan 99% varibel yang signifikan yaitu varibel curah hujan pada tahun tanam.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Nilai standar koefisien regresi menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Semakin besar nilai koefisien regresi, maka semakin besar pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Tabel 5.9 Nilai Standar Koefisisen Regresi Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Grobogan

Variabel Standar

Koefisien Regresi Peringkat

Luas Areal Panen Jagung Pada Tahun Tanam (At)

Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Pt-1)

Rata-rata Jumlah Curah Hujan Pada Tahun Tanam (Wt) 0,73 0,55 - 0,184 1 2 3

Sumber : Analisis Data

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas menunjukan bahwa luas areal panen pada tahun tanam memiliki nilai koefisien regresi tertinggi yaitu sebesar 0,73. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel luas areal panen pada tahun tanam merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Nilai koefisien regresi sebesar 0,73 satuan menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan positif, dimana setiap penambahan 1 satuan luas panen jagung pada tahun tanam di

commit to user

Kabupaten Grobogan akan menaikan penawaran jagung di Kabupaten Grobogan sebesar 0,73 satuan.

Harga jagung pada tahun sebelumnya juga berpengaruh terhadap penawaran jagung pada peringkat kedua dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,55 satuan kemudian nilai curah hujan pada urutan ketiga dengan nilai -0,184 satuan.

Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya

Pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga jagung

pada tahun sebelumnya lebih kecil dari α (0,005<0,05) yang berarti

H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel harga

jagung pada tahun sebelumnya secara individu berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Nilai koefisien regresi sebesar 441,38 menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jagung sebesar 1 Rp/Kg maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 441,38 ton. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Apabila harga jagung tinggi maka jumlah jagung yang akan ditawarkan juga akan meningkat seiring dengan naiknya harga jagung.

Hal ini sesuai dengan teori Cobweb, menurut Sudiyono (2002:54) dalam teori ini adanya anggapan kaitan antara jumlah yang diproduksi dipengaruhi oleh harga yang diharapkan. Harga yang tinggi akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi dan penawarannya. Jumlah penawaran yang besar menyebabkan harga turun (jatuh), selanjutnya harga rendah diikuti penawaran yang rendah dan seterusnya.

Hasil ini selain sesuai dengan teori Cobweb juga sesuai dengan hukum penawaran. Menurut Boediono (2002:44) hukum

commit to user

penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan dipasar. Harga tinggi akan mendorong petani meningkatkan produksinya dengan harapan harga pada panen yang akan datang setinggi harga yang dihadapi sekarang, sehingga kuantitas jagung yang dijual meningkat dan akhirnya penawaran jagung juga meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian ini berlaku teori Cobweb dan hukum penawaran dimana harga yang tinggi akan mendorong petani jagung di Kabupaten Grobogan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan dengan harapan kuantitas yang tinggi dapat memberikan keuntungan yang tinggi pula sedangkan semakin meningkatnya kualitas akan semakin meningkatkan permintaan jagung berkualitas dilihat dari bentuk biji dan kadar air pada jagung. Bentuk jagung yang rusak dan semakin tingginya kadar air dalam jagung mengakibatkan harga jagung juga akan semakin rendah.

Para petani di Kabupaten Grobogan lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jagung apabila harga jagung tinggi. Terlebih lagi semakin banyak permintaan jagung dari produsen agroindustri yang berbahan baku jagung di sekitar Kabupaten Grobogan seperti Pabrik pakan ternak Rosary Feed di Kecamatan Wirosari, Pabrik pakan ternak COMFEED di Kecamatan Godong, perusahaan emping jagung UPPKS Mekar Abadi di Kecamatan Klambu dan banyak pedagang pengumpul yang kemudian menyalurkan hasil jagungnya ke wilayah-wilayah lain diluar kabupaten Grobogan seperti Semarang dan Sragen. Hal ini juga mendorong para petani jagung karena adanya suatu jaminan pasar jagung dengan harga tinggi untuk para petani.

commit to user

2. Jumlah Produksi Jagung Pada Tahun Sebelumnya

Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya lebih besar dari α (0,355>0,1) yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel

jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap jumlah jagung yang ditawarakan di Kabupaten Grobogan. Hal ini dikarenakan berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa perkembangan jagung dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Penurunan yang terjadi tidak terlalu besar sehinga kecenderungan tersebut membuat para petani jagung terus berupaya membudidayakan jagung walaupun terjadi penurunan produksi jagung di tahun sebelumnya dengan harapan harga jagung terus mengalami peningkatan sehingga lebih menguntungkan.

Selain itu, produksi tahun sebelumnya tidak berpengaruh karena petani akan mengolah lahannya sesuai dengan pola tanam disana apakah padi-padi-palawija pada lahan irigasi teknis, palawija- padi-palawija pada lahan sawah tadah hujan atau palawija-palawija- palawija pada lahan hutan. Jadi apabila petani tidak mengolah lahan yang dimiliki maka pendapatan petani akan menurun. Oleh sebab itu petani akan mengolah lahan yang dimiliki untuk budidaya jagung dengan tujuan memperoleh pendapatan.

Penurunan produksi jagung pada tahun sebelumnya cenderung akan mendorong petani untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi jagung berikutnya dengan cara antara lain menggunakan benih jagung yang berkualitas dan perlakuan budidaya jagung yang lebih intensif seperti peningkatan unsur hara tanaman dengan menggunakan pupuk sesuai dosis, pengairan cukup saat pertumbuhan vegetatif dan pencegahan berkembangnya hama dan penyakit pada

commit to user

jagung seperti penyakit bulai. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan perlakuan tersebut akan meningkatkan produksi jagung yang dihasilkan.

3. Luas Areal Panen Pada Tahun Tanam

Berdasarkan hasil uji t, pada tingkat kepercayaan 99%, nilai signifikansi luas areal panen pada tahun tanam lebih besar dari nilai α (0,000<0,10). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

variabel luas areal panen pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Artinya jika terjadi peningkatan luas areal panen jagung tahun tanam maka akan meningkatkan penawaran jagung pada tahun tanam. Berdasarkan nilai koefisien regresi didapat hasil bahwa luas areal panen pada tahun tanam merupakan variabel yang dominan dalam penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Semakin meningkatnya luas areal panen akan berpengaruh terhadap meningkatnya produksi jagung. Salah satu upaya para petani untuk meningkatkan jumlah yang ditawarkan yaitu dengan cara ekstensifikasi/perluasan luas areal yang ditanami jagung apabila mungkin untuk dilakukan, pemakaian input berupa benih yang unggul yaitu P21, BISI dan DKLB dan perlakuan budidaya yang intensif sehingga luas panen juga dapat meningkat. Upaya peningkatan luas areal panen dengan perlakuan budidaya yang intensif berupa pemeliharaan tanaman dengan pembersihan gulma untuk mengurangi persaingan penyerapan hara bagi tanaman, penggunaan pupuk berimbang berupa ketepatan dosis pupuk, macam pupuk, waktu pemberian dan cara pemberian yang tepat serta pemberantasan hama penyakit.

Selain budidaya yang intensif, dilakukan pula upaya rehabilitasi lahan dengan cara perbaikan kesuburan lahan masam dengan pemberian kapur. Kegiatan tesebut diharapkan dapat

commit to user

meningkatkan luas areal panen sehingga jumlah penawaran jagung juga akan mengalami peningkatan. Diversifikasi komoditas jagung melalui penggantian tanaman lain ke tanaman jagung dan tumpang sari jagung dengan kedelai juga dilakukan petani untuk meningkatkan luas areal panen jagung mereka.

Apabila petani mengurangi luas areal panen jagung maka jumlah yang ditawarkan juga akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah produksi sehingga akan berpengaruh terhadap menurunnya penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

4. Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi harga pupuk urea pada tahun

tanam lebih besar dari nilai α (0,617>0,10). Hal ini berarti H0

diterima dan H1 ditolak, artinya variabel harga pupuk urea pada

tahun tanam secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga pupuk urea pada tahun tanam secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Menurut Soekartawi (1993:149), besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya input yang dipakai. Namun, pada kenyataannya penggunaan pupuk untuk budidaya jagung oleh para petani di Kabupaten Grobogan tidak terlalu dipengaruhi oleh kenaikan maupun penurunan harga pupuk urea. Hal tersebut dikarenakan pemupukan untuk tanaman jagung dibatasi oleh waktu yang tepat yaitu pemberian pupuk bersamaan dengan waktu tanam (pupuk dasar), setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam (pupuk susulan I) dan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar (pupuk susulan II). Hal ini bertujuan agar diperoleh produksi jagung yang optimal antara 11-15

commit to user

ton/Ha. Pupuk urea banyak digunakan oleh petani jagung di Kabupaten Grobogan untuk meningkatkan hasil panen mereka, sehingga mereka cenderung akan mencari pupuk urea untuk usahatani mereka sesuai dengan harga yang terjadi. Petani tidak kemudian meningkatkan penggunaan pupuk saat harga murah ataupun menguranginya pada saat harga meningkat sehingga berpengaruh terhadap jumlah yang ditawarkan karena penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Selama pupuk urea tersedia di pasar petani tetap akan menggunakan pupuk urea untuk produksinya. Sehingga harga pupuk pada tahun tanam tidak berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

5. Rata-rata Curah Hujan Pada Tahun Tanam

Berdasarkan hasil penelitian dnegan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 90%, nilai signifikansi rata-rata curah hujan pada tahun tanam lebih besar dari nilai α (0,093>0,10). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel rata-rata curah hujan

pada tahun tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Grobogan.

Menurut Warisno (2009:31), hujan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit merupakan faktor penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Hujan yang terlalu banyak jatuh menyebabkan air yang diterima oleh tanaman juga semain besar. Pengairan yang terlalu banyak pada saat pertumbuhan tanaman dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif seperi pertumbuhan batang dan daun yang panjang sehingga umur tanaman menjadi bertambah panjang. Hujan yang banyak jatuh sebelum berbunga mengakibatkan banyak tumbuh anakan yang tidak produktif. Hujan yang banyak jatuh pada saat berbunga akan berakibat tongkol jagung terbuka/tidak tertutup oleh kelobotnya. Sedangkan hujan yang banyak jatuh pada

commit to user

saat pemasakan biji akan berakibat banyak biji busuk yang dapat menurunkan kualitas hasil panen.

Bila hujan sangat kurang dan keadaan ini berlangsung agak lama, akan menyebabkan biji jagung mengkerut, daun-daun jagung menggulung ke atas, mengering dan akhirnya mati. Hujan yang sangat kurang, pada saat keluar malai dan rambut pada tongkol, dapat menyebabkan gagalnya penyerbukan dan merusak daun. Hujan yang kurang pada saat pemasakan biji mengakibatkan pembuahan yang terjadi sedikit sehingga pengisian biji tidak sempurna dan jagung menjadi ompong.

Dengan rendahnya kualitas jagung yang dihasilkan maka akan mengakibatkan harga yang diterima petani rendah pula. Semakin rendah kulitas jagung maka harga yang ditawarkan juga semakin rendah. Dengan harga yang semakin rendah maka produksi yang akan dihasilkan juga semakin berkurang kaitannya dengan harga jagung. Sehingga curah hujan mempengaruhi kualitas produksi jagung yang nantinya berpengaruh tingkat harga sehingga bepengaruh pula terhadap jumlah jagung di Kabupaten Grobogan.

Dokumen terkait