• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Likuiditas

1. Pengertian Likuiditas

Bachtiar (2012) menjelaskan bahwa likuiditas merupakan suatu asset menunjukkan beberapa cepat asset tersebut dapat dikonversi menjadi uang kas. Semakin cepat aset tersebut dapat berubah menjadi uang kas maka semakin tinggi likuiditasnya. Saham yang mudah diperjual belikan dalam jangka waktu yang relatif singkat akan diminat oleh banyak orang. Agar mudah untuk diperjual belikan, saham tersebut harus memiliki daya tarik tersendiri seperti harga yang murah dan biaya yang relatif rendah. Subramanyam dan Wild (2010:185) mengemukakan definisi likuiditas adalah “kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi (jangka pendek)”. Fauzi, dkk (2016) mengungkapkan bahwa likuiditas saham juga merupakan aset bagi pemiliknya. Suatu saham dikatakan likuid jika saham tersebut tidak mengalami kesulitan dalam membeli atau menjual kembali. Likuiditas saham merupakan suatu indikator dari reaksi pasar terhadap suatu pengumuman.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham dipasar modal dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi saham tersebut, maka semakin tinggi pula likuiditas saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa saham tersebut semakin diminati investor.

2. Tujuan dan Manfaat Likuiditas

19

berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak dalam maupun pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dari hasil rasio likuiditas menurut Kasmir (2012:132) adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengu kur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.

b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan persediaan.

c. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

d. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

e. Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas.

f. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

g. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.

h. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan agar dapat meningkatkan saling percaya.

3. Pengukuran Likuiditas

Menurut Kasmir (2012:134-137) Ada beberapa jenis metode pengukuran rasio likuiditas, sebagai berikut:

Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.

Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh temp. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

Quick Ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya paling rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian

21

jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio cair (quick ratio), nilai persediaan dikeluarkan dari aktiva cair. Quick ratio or acid test lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena dalam perhitungannya semua unsur-unsur persediaan dikurangkan atau dianggap tidak digunakan untuk membayar utang jangka pendek. c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang- utang jangka pendek nya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas saham sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir (2012), yakni:

a. Frekuansi Perdagangan

Frekuansi perdagangan saham sangat mempengaruhi jumlah saham beredar, jika jumlah frekuensi perdagangan besar maka saham tersebut dinyatakan saham aktif diperdagangkan, hal tersebut dikarena banyakannya investor (Taslim dan Wijanyanto, 2016). Dengan meningkatnya permintaan yang akan mempengaruhi peningkatan suatu saham, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat frekuensi perdagangan suatu saham dipasar modal. Frekuensi

perdagangan saham adalah berapa kali transaksi jual beli saham yang bersangkutan pada waktu tertentu (Silviyani dkk, 2014). Dengan demikian frekuensi perdagangan dapat menggambarkan reaksi pasar yang mengindikasikan bahwa saham tersebut diminati oleh investor atau sebaliknya.

b. TurnOver

Turnover dapat dihitung sebagai rasio volume perdagangan terhadap saham yang beredar. Turnover biasanya digunakan untuk aktivitas perdagangan yang sering digunakan sebagai variable likuiditas (Afza dan Mirza, 2010). Turnover merupakan ukuran aktivitas perdagangan saham yang dapat dihitung dengan menjumlahkan saham yang diperdagangkan setiap hari dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Wira (2013) menjelaskan likuiditas diukur dengan besarnya

Trading Volume Activity (TVA) yang dirumuskan sebagai berikut :

TVA = Volume saham���� ��������������

��ℎ �� �������

Ketentuan dari persamaan tersebut yakni jika TVA semakin besar maka saham tersebut semakin likuid, sebaliknya jika TVA semakin kecil maka saham semakin tidak likuid.

c. Volume Perdagangan

Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi

23

melalui parameter volume saham yang di perdagangkan dipasar. Perubahan volume perdagangan diukur dengan aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume Activity). “Trading Volume Activity merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu” (Husnan, 2015).

Menurut Copeland (1979), “Semakin banyak investor yang akan melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan sahamnya akan meningkat”.

Volume Perdagangan = ������ ��ℎ �� ���� ��������������

�����ℎ ��ℎ �� ���� ��������� �� �����

Dokumen terkait