• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.10 Limbah Padat

2.10.1. Pengertian Limbah Padat

Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002). Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun dan karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (Depkes RI, 1999)

2.10.2. Sumber Limbah Padat

1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.

2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.

3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.

4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.

5. Pertanian

2.10.3. Klasifikasi Limbah Padat

Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristik. Berdasarkan karakteristiknya limbah padat dibedakan (Depkes RI, 1987):

1. Garbage (sampah basah)

Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayur-sayuran hasil dari pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.

2. Rubbish (sampah kering)

Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar terbakar sebagian besar mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.

3. Abu (Ashes)

Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis zat yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.

4. Street cleaning (sampah dari jalan)

Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan dan lain-lain.

5. Industrial wastes (sampah industri)

Merupakan sampah yang berasal dari industri-industri pengolahan hasil bumi/ tumbuhan dan industri lain. Sampah industri dapat berupa:

a. Bahan kimia beracun b. Bahan berbahaya c. Bahan kimia d. Mineral

f. Residu patologi radiologi g. Kayu dan kertas

6. Demolition wastes (sampah bangunan) 7. Hazardous wastes (sampah berbahaya) 8. Water treatment residu

2.10.4. Kategori Limbah Padat

Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah :

1. Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya lumpur,

boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung tangan, dan sebagainya.

2. Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya bahan radioaktif, bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya.

2.10.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain : 1. Jumlah penduduk

Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya 2. Keadaan Sosial Ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang

Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Slamet, 2000).

2.10.6. Tujuan Pengolahan Limbah Padat

Meminimalkan penurunan kualitas air tanah dan tanah akibat rembesan atau

leached dari penampungan limbah padat dan penyimpanan sementara limbah B3. 2.10.7. Cara Pengolahan Limbah Padat

Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui 2 cara (Kristanto, 2002) :

1. Limbah padat tanpa pengolahan. 2. Limbah padat dengan pengolahan.

Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah :

a. Jumlah limbah, jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak membutuhkan penanganan khusus seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah

yang dibuang misalnya 4 meter kubik perhari sudah tentu membutuhkan tempat pembuangan akhir dan sarana pengangkutan tersendiri.

b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah.

c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana tingkat pencemaran yang ditimbulkan.

d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis. Untuk limbah yang memiliki nilai ekonomis mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditujukan untuk pencegahan perusakan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengelolaan limbah padat dapat dilakukan proses-proses sebagai berikut :

1. Pemisahan

Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam, misalnya atas berat dan volumenya.

b. Sistem Gravitasi

Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi akan mengendap.

c. Sistem Magnetis

Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah. 2. Penyusutan Ukuran

Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya dengan maksud antara lain :

a. Ukuran bahan menjadi lebih kecil b. Volume bahan lebih kecil

c. berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator.

3. Pengomposan

Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur pabrik dan sebagainya.

Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak membutuhkan pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap sebagai berikut :

a. Pemekatan b. Penghancuran c. Pengurangan air d. Pembakaran e. Pembuangan 4. Proses pembuangan

Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang dibagi menjadi dua yaitu :

a) Pembuangan di laut

Pembuangan limbah padat di laut tidak boleh dilakukan di sembarang tempat dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini disebabkan :

1. Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan 2. Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu-lintas kapal 3. Laut menjadi dangkal

4. Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya (misal: limbah B3 /limbah radioaktif), dapat membunuh biota laut.

b) Pembuangan di darat atau tanah

Untuk pembuangan di darat, perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Pengaruh iklim, temperatur dan angin 2. Struktur tanah

3. Jaraknya harus jauh dengan pemukiman

4. Pengaruh terhadap sumber air, perkebunan, perikanan peternakan, flora atau fauna.

Pembuangan di darat/tanah dapat dibagi menjadi :

– Penebaran di atas tanah

– Penimbunan/penumpukan

– Pengisian tanah yang cekung (landfill)

Menurut wahit dan nurul 2009 tahap pengolahan limbah padat terdiri dari tahap pengumpulan dan penyimpanan, tahap pengangkutan, dan tahap pengolahan dan pemusnahan.

a. Tahap pengumpulan dan penyimpanan

Penyimpanan sementara yang perlu diperhatikan konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori tangan, serta ukuran (mudah diangkut). Beberapa persyartaan yang harus dipenuhi antara lain dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah, memiliki dua pintu, dan memiliki dua ventilasi. Ada kran air untuk membersihkan, tidak menjadi tempat tinggal / sarang lalat dan tikus, serta mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengumpulan limbah padat dilakukan dengan dua metode, yaitu sistem duet (tempat sampah kering dan basah), sistem trio (tempat sampah basah, kering, dan tidak mudah terbakar).

b. Tahap pengangkutan

Cara pengangkutan di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan berbeda. Di kota umumnya ada petugas khusus yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat penghasil sampah khususnya menyangkut pembiayaan. Sedangkan di daerah pedesaan umumnya dapat dikelola sendiri oleh masing-masing anggota keluarga yang belum memerlukan tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah dapat dikelola secra langsung. Sampah yang sulit membusuk dibakar, sedangkan sampah yang mudah membusuk dijadikan pupuk kompos untuk keperluan pertanian atau perkebunan.

c. Tahap pengolahan dan pemusnahan, hal ini dapat dilakukan dengan:

Sanitary landfill (ditanam), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. Cara ini memerlukan persyaratan harus tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunya, dan tersedia alat-alat besar.

Incineration (dibakar), yaitu memusnakan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran khusus. Manfaat sistem ini volume sampah dapat diperkecil sampai 1/3.

Composting (dijadikan pupuk); mengelola sampah menjadi pupuk

kompos.

2.10.8. Penanganan Limbah Padat

1. Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

3. insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan

metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah atau sampah organic.

5. Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).

2.10.9. Dampak Limbah Padat Industri a. Terhadap Lingkungan

Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang (Slamet, 2000).

2. Dampak merugikan

Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air (Wardhana, 2004).

b. Terhadap Manusia

1. Dampak menguntungkan

Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan (Slamet, 2000).

2. Dampak merugikan

Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).

Dokumen terkait