• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menggunakan proses produksi terus-menerus karena peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan memperhatikan urutan-urutan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, juga arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi. Proses produksi umunya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu proses produksi terus-menerus, proses produksi terputus-putus, dan proses produksi yang bersifat proyek (Sondang dan Siagan, 2003).

Kegiatan pengolahan nugget dan sosis dilakukan dengan sangat baik dan terlindung dari kontak langsung dengan tubuh dengan menggunakan baju khusus, sarung tangan, topi, masker, dan sepatu. Proses pembuatan nugget dan sosis PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison sudah memenuhi persyaratan teknis dan hygienis dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dimana daging ayam diolah sudah melalui pengawasan yang ketat. Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI.01-6638-2002 mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

Produk nugget dan sosis yang sudah siap saji dan sudah di packing dimasukkan ke ruang pendingin sampai suhu 10 ºC, hal ini dilakukan agar produk

sebelum dipasarkan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya (Astawan, 2007).

5.3. Kapasitas ProduksiPT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menghasilkan produksi sebanyak 24 ton per hari. Sedangkan jenis dan kapasitas produksi yang terdiri dari jenis produksi daging ayam mentah, daging ayam beku, dan ayam olahan. Dimana masing-masing jenis produksi tersebut memiliki kapasitas produksi/ tahunnya. daging ayam mentah sebesar 33.632 ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku produksi.

Daging ayam beku sebesar 18.000 ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku dan bahan setengah jadi pada saat proses produksi, sedangkan ayam olahan (nugget) sebesar 14.000 ton/tahun, namun yang dicapai saat ini sebesar 10.000 ton/tahun yang merupakan bahan jadi dari proses produksi di perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division yang pendistribusiannya dilakukan menggunakan mobil box berpendingin dengan suhu 10-15 °C.

5.4. Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison jenis limbah padat yang bersumber dari proses produksi

dan bahan campuran, serta limbah padat yang berasal dari aktivitas kantor berupa kertas, kemasan plastik, sampah sisa makanan, dan daun-daun kering. Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002).

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan proses pengolahan limbah padat dimulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan. Pengumpulan limbah padat dari hasil produksi dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan pemisahan tempat penyimpanan antara tempat sampah kering dan tempat sampah basah. Bak sampah terdiri dari 3 (tiga) bak sampah : Hijau (Untuk Organik), Kuning (Untuk An-organik), Merah (Untuk Logam dan Kaca). Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristik. Berdasarkan karakteristiknya limbah padat dibedakan yaitu sampah basah, sampah kering (Depkes RI, 1987).

Proses pengolahan limbah padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dilakukan oleh petugas yang mengumpulkan limbah padat, proses pengumpulan limbah padat dari hasil produksi disiapkan tempat sampah (tempat penampungan sebelum diangkut ke TPS) di masing-masing ruangan proses produksi dikumpulkan di TPS (Tempat Penampungan Sementara) Untuk limbah padat domestik disediakan TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) di disetiap

mudah bocor, memiliki tutp dan mudah diangkut. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan pembersihan pada sarana pembuangan sampah/limbah padat dengan melakukan pencucian terhadap TPS (bak sampah) secara rutin segera setelah sampah diangkut. Penyimpanan sementara yang perlu diperhatikan konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori tangan, serta ukuran mudah diangkut (Wahit dan Nurul, 2009).

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan pemantauan setiap hari terhadap limbah padat di sekitar lokasi industri selama kegiatan operasional berlangsung.

5.5. Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison Proses pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dilakukan secara sederhana, pengolahan pendahuluan yang dilakukan pada bak penampungan air limbah, sebelum air limbah dialirkan ke IPAL, pengolahan tersebut berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak, dimana berat jenis minyak lebih kecil dari pada berat jenis lemak, selanjutnya dilakukan pengangkatan minyak dan lemak yang berada di atas permukaan air limbah. Pengolahan pendahuluan yang dilakukan pemisahan minyak dan lemak secara manual, menggunakan metode Screening atau penyaringan benda-benda padat yang berukuran agak besar.

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Metode ditetapkan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi

diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari Pengolahan Primer (penyaringan, pengolahan awal, pengendapan, pengapungan) (Achmad, 2008).

Proses pengolahan limbah cair yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menggunakan pengolahan primer. Upaya yang dilakukan PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison adalah dengan mendiamkan air limbah pada bak penampungan beberapa sehingga diperoleh keseimbangan suhu antara suhu air limbah dengan suhu lingkungan sebagai berikut :

7. Penyaringan (screening)

Saluran pipa hasil proses produksi yang di salurkan ke bak penampungan mengalami proses penyaringan. Proses penyaringan yang dilakukan untuk menangkap bahan-bahan yang berukuran besar seperti tulang, potongan daging, dan kemasan bekas bumbu. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menggunakan filter (saringan). Menurut Achmad (2008) penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah. Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring.

8. Proses penyaringan lanjutan

Proses penyaringan ini merupakan proses penyaringan yang dilakukan oleh penyaringan dari bak pertama. Kegunaan dari penyaringan lanjutan ini untuk

bahan tersuspensi. Menurut Achmad (2008) limbah yang sudah tersaring yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi yang menggunakan tangki dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

9. Proses pemisahan

Air limbah pada bak penampungan yang telah dilakukan pengolahan pendahuluan dialirkan ke IPAL menggunakan pipa. Selanjutnya proses yang dilakukan pertama kali di IPAL adalah proses pemisahan minyak dan lemak dari air limbah. Menurut Soeparman (2002), memisahkan minyak dan lemak yang terdapat pada air akan menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, dan dapat mengganggu kehidupan yang ada di air..

Sebagai petunjuk dalam mengelola air limbah, maka efek buruk yang dapat menimbulkan permasalahan pada dua hal, yaitu pada saluran air limbah dan pada bangunan pengolahan. Apabila lemak tidak dihilangkan sebelum dibuang ke saluran air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan menimbulkan lapisan tipis di permukaan sehingga membentuk selaput (Sugiharto, 2008).

Minyak dan lemak yang harus dipisahkan pada tahapan pengolahan ini, lebih sedikit daripada saat pengolahan pendahuluan. Pemisahan minyak dan lemak yang dilakukan adalah dengan menggunakan PAC (Poly Alum Chloride). PAC ini

menggumpalkan partikel, sehingga memungkinkan untuk memisah kandungan minyak dan lemak pada air limbah sehingga terbentuk flok-flok.

10.Proses Koagulasi

Prinsipnya adalah menggumpalkan padatan-padatan tersuspensi yang terdapat pada air limbah. Minyak dan lemak yang digolongkan sebagai padatan serta padatan-padatan lainya yang terdapat pada air limbah, dengan bantuan dai koagulan akan menggumpalkan dan membentuk flok-flok. Selanjutnya flok-flok akan mengendap secara perlahan-lahan ke dasar bak sehingga dapat mengendap dengan bantuan gaya grafitasi. Setiap 2 (dua) jam sekali petugas limbah mengangkut lemak tersebut dan meletakkan pada tempat pengendapan khusus.

Menurut Sugiarto (2008), koagulasi merupakan proses kimiawi yang dilakukan pada pengolahan pertama, koagulasi dilakukan untuk membantu proses pengendapan pada tahapan berikutnya untuk mengurangi jumlah padatan yang tersuspensi pada air limbah

11.Proses pengendapan

Proses pengendapan yang terjadi dipengaruhi oleh pengaturan besar kecilnya tangki/bak sehingga air limbah yang ada, akan meninggalkan bak tersebut setelah mengendapkan padatan kandungannya. Tangki pengendapan diharapkan dapat mengendapkan padatan dengan kecepatan yang sama, dimana aliran air limbah dibuat dengan kecepatan aliran yang sama dan konstan pada setiap titik, sehingga

sebagai akibat gaya grafitasi (Sugiharto, 2008)

Proses pengolahan air limbah yang dilakukan PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison berlangsung secara berkisambungan dengan menggunakan pipa sebagai salurannya. Proses pengendapan yang dilakukan hanya mengandalkan metode pengaliran air limbah dari bawah ke atas yang memelankan laju air limbah, bukan menggunakan waktu tinggal (detention time) sehingga pengendapan yang terjadi tidak maksimal. Menurut Sugiharto (2008) waktu tinggal yang baik adalah 2 jam, sehingga perlu diupayakan agar proses pengendapan memiliki waktu tinggal yang sesuai.

12.Proses Netralisasi

Proses netralisasi dilakukan untuk menetralkan air limbah sehingga mencapai kadar pH yang netral (normal) yaitu 6,0-9,0. Proses ini dilakukan agar air limbah yang telah diolah tidak melebihi batas maksimum yang sudah ditentukan oleh pihak kawasan industri medan (medan). Proses netralisasi ini dilakukan dengan menggunakan PAC.

Penggunaan PAC sebagai koagulan juga sebagai penurunan pH tetapi pH pada air hasil pengolahan tidak mengalami penurunan pH yang cukup tajam seperti pada penggunaan koagulan aluminium sulfat/tawas. Hal ini menyebabkan pH air yang menggunakan aluminium sulfat akan bersifat lebih asam dari pada menggunakan koagulan PAC (Elita, 2006).

5.6.Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

Keadaan kualitas air limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison yang dilakukan pada tahun 2013 yang diperiksa oleh Badan Lingkungan Hidup Deli Serdang adalah TSS sebesar 61,25 mg/L, pH 6,25, Ammonia 4,75 mg/L, BOD 53,85 mg/L, COD 100,20 mg/L, dan Minyak dan Lemak 4,20 mg/L. Seluruh parameter yang diperiksa sudah memenuhi syarat sesuai yang disyaratkan pada Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per.Men LH No.14/2008. Pada Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per.Men LH No.14/2008 kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter TSS, pH, Ammonia, BOD, COD, dan Minyak dan Lemak berturut-turut adalah 100 mg/L, 6-9, 10 mg/L, 125 mg/L, 250 mg/L, dan 10 mg/L. Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Bulan Juni 2014 adalah TSS sebesar 60,25 mg/L, pH 7,00, Ammonia 3,5 mg/L, BOD 47,85 mg/L, COD 101 mg/L, dan Minyak dan Lemak 3,15 mg/L.

Walaupun hasil pemeriksaan yang ditunjukkan per tahun mengalami kenaikan maupun penurunan (fluktuasi) yang relatif signifikan, semua hasil dari tiap parameter air limbah yang diperiksa berada pada batas yang diperbolehkan oleh Baku Mutu Air Limbah. Rata-rata hasil yang diperboleh untuk tiap parameter air limbah, terutama bulan Juni 2014 menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang ditunjukkan dari pemeriksaan berada di bawah Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per.Men LH No.14/2008.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Proses pengolahan limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison yang bersumber dari proses produksi yang terdiri dari sisa produksi, seperti: potongan daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung, dan bahan campuran. Proses pengolahan limbah padat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan.

2. Proses pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melalui pengolahan primer (pre Treatment) dengan enam tangki penampungan yang menggunakan proses PAC (Poly Alum Chloride) pada prinsipnya berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak. Pengolahan limbah cair selanjutnya dilakukan oleh pihak KIM Mabar.

3. Hasil analisis kualitas limbah cait di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison telah sesuai dengan baku mutu. Hasil analisis sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging.

6.2. Saran

1. Pemerintah daerah harus pro aktif mendampingi dengan serius dan baik jalannya proses pengelolaan limbah hasil industri yang ada di wilayahnya agar hal-hal yang diinginkan dapat bersinergi demi kepentingan bersama khususnya masyarakat di sekitarnya.

saat ini yakni pengolahan primer dianggap sudah memenuhi salah satu persyaratan pengelolaan limbah, namun akan lebih baik lagi dilakukan pengolahan sekunder dan juga pengolahan tersier agar benar-benar meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. 3. Disarankan kepada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison untuk

menjaga pengolahan limbah padat dan cair.

4. Melakukan proses daur ulang khususnya untuk limbah padat guna menghilangkan bahan pencemaran atau meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Anonimous, 1997. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.).Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor: Institut Pertanian Bogor

Azwar, A.1996. Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesahatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Depkes RI, 1987. Pembuangan Sampah.Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.

Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.

Ikbal, M.W. dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Dan Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.

Jamaludin, R.B; Hastuti P; dan Rochmadi.2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah mada

Kantor Menteri Lingkungan Hidup, 1998. Kebijaksanaan dan strategi nasional Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke VI. 2001. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Ekologi Industri.

Kusnoputranto, H, 2002. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Marliyati, S.A.A. Sulaeman dan F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Maghfiroh, I. 2002. Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik Nugget Ikan Patin (Pangasius hypothalamus).Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Palungkun, R.A. Budiarti. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

Purnama, D. 2004. Sistem Pengolahan Air Limbah Industri Minyak Goreng PT. Asinagro Agung Jaya. Skripsi. Program Studi Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan. Universitas Sumatera Utara. Pramudyanto, B, 2003. Pemeriksaan Industri dalam Pengendalian Pencemaran.

Agung, Semarang.

Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler Tepung Tapioka yang Berbeda. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Peternakan Universitas GajahMada

Rismunandar, M.N. Riski. 2003. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Edisi revisi. Jakarta : Penebar Swadaya

Sastrawijaya, T, 1997. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Slamet, J. S, 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University, Yogyakarta. Soeparman, S, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Sondang, P.S, 2003.Teori dan Praktek Kepemimpinan , PT. RINEKA CIPTA Jakarta.

SuE, R. A. 2008. Teknologi Pengelolaan Limbah dan Mutu Limbah Industri. Jakarta

Sugiharto, 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Wardhana, W. A, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

LAMPIRAN I

LEMBAR OBSERVASI

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA PABRIK FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR KECAMATAN MEDAN DELI SUMATERA UTARA

TAHUN 2014 Nama

Perusahaan

: Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia,

Lokasi Kegiatan

: Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar

Responden : Pimpinan P&G Mgr / Head A. Bahan Baku

1. Sebutkan bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) Nugget yang memproduksi Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey :

a. ………..

b. ………..

c. ……….

2. Apakah ada syarat yang di pakai untuk menentukan bahan baku yang layak untuk digunakan proses pembuatan makanan olahan (food division) Nugget? Jika ya, jelaskan!

……… ………..

produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ?

……… ……… ……….

2. Sebutkan berapa kapasitas hasil produksi per hari?

……… ………

3. Kemana saja hasil produksi makanan olahan (food division) nugget ini di distribusikan?

... ... C. Limbah Cair

I. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

1. Sebutkan berapa jumlah petugas pengolahan limbah cair di PT. CP. Food Division?

……… ………

2. Sebutkan sumber-sumber utama air limbah dari proses produksi ?

a. ...

b. ………

seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan pengapungan? Jika ya, jelaskan!

……… ……… ………

4. Jelaskan tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia pabrik Food Division!

……… ……… ……….

5. Apakah PT. CP. Food Division melakukan penyaringan terhadap pengolahan air limbah hasil produksi? Jelaskan!

……… ……… ………

6. Apakah PT. CP. Food Division melakukan proses pengendapan pada pengolahan air limbah ? jelaskan!

……… ………..

7. Apakah ada dilakukan perlakuan khusus oleh PT. CP. Food Division untuk proses pengendapan air limbah ?

……… ………

8. Berapa lama jangka waktu pengangkutan dari hasil pengendapan pengolahan air limbah di PT. CP. Food Division?

……… ………

9. Kemana dibuang hasil pengendapan dari pengolahan air limbah tersebut?

……… ……….

10. Apakah PT. CP. Food Division menggunakan alat yang dapat menghasilkan pemisahan lemak dan minyak sehingga kemudian dapat disingkirkan?

……… ……….

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Apakah PT. CP. Food Division melakukan proses pengolahan secara biologis dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik?

……… ……… ……… ………

……… ………

……… ………

Apakah PT. CP. Food Division telah melakukan pemisahan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran air hujan?

……… ………

……… ………

Apakah PT. CP.Food Division telah membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan ?

……… ………

……… …………

III. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Apakah CP. Food Division telah memasang alat ukut debit atau laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit aliran limbah cair tersebut ?

………

……… …………..

Apakah CP. Food Division telah memiliki izin pembuangan limbah cair? Dan kalau iya, kemana ? (Bapedal, Gubernur atau instansi lainnya)

……… …………

……… …………

Apakah CP. Food Division telah memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya enam bulan sekali meliputi BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, dan pH?

……… …………

……… …………

Parameter apa saja yang di ukur pada pengolahan limbah cair sebelum diolah dan sesudah diolah?

……… …………

Cair, dan Produksi bulanan sesuai dengan fakta sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Bapedal atau instansi lainnya? Jika iya, kemana?

……… …………

……… …………

Sebutkan parameter dan hasil analisis kualitas cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Pabrik Food Division KIM Mabar!

Paramet er K ad ar m ak si m u m (m g/ L) Hasil limbah cair PT. CP.Food Division Tidak memen uhi syarat / Meme nuhi syarat BOD 12 5 COD 25 0 TSS 10 0 Ammon ia (NH3 -N) 10 Minyak 10

dan lemak pH 6 – 9 Kuantit as air limbah maksim um 6 m³ /to n pr od uk

Sumber : Per. Men LH No.14/2008

Sebutkan lokasi pembuangan limbah cair? (misalnya sungai, laut, selokan umum atau lainnya)

……….

... ...

Pernahkan PT. CP. Food Division mendapat teguran/diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan pengadilan pencemaran air limbah selama tiga tahun terakhir? Jika ya, jelaskan !

……… ……… ……… ……… D. Limbah Padat 1. Pengumpulan

……… ……… ………..

b. Sebutkan jenis-jenis limbah padat yang berasal dari PT. CP. Food Division ?

1. ……….

2. ……….

3. ……….

c. Berapa banyak volume limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi di PT. CP. Food Division per hari dalam 1 (satu) kali produksi?

……… ………..

d. Berapa jumlah petugas yang mengumpulkan limbah padat di PT. CP. Food Division?

……… ………

e. Bagaimanakah proses pengumpulan limbah padat hasil produksi di PT. CP. Food Division?

……… ……… ………..

……… ……… ………..

g. Alat apa yang digunakan PT. CP. Food Division untuk melakukan pengumpulan limbah padat?

……… ………..

h. Berapa lama limbah padat dikumpulkan?

……… ………..

2. Penyimpanan

a. Apakah PT. CP. Food Division membuat dan menyimpan limbah padat yang dimiliki?

……… ………

b. Apakah limbah padat yang dihasilkan oleh proses produksi disimpan pada suatu tempat khusus? Jika ya, jelaskan!

……… ……… ………..

……… ………

d. Apakah tempat penyimpanan limbah padat dilakukan secara terpisah antara tempat sampah kering dan basah?

……… ………

e. Dalam proses produksi, penyimpanan sisa limbah padat dilakukan dalam berapa lama?

……… ……… ………..

f. Sebutkan jenis limbah berbahaya yang disimpan di lokasi CP. Food Division, dan adakah tempat penyimpanannya yang khusus?

……… ……… ………..

e. Apakah ada pemisahan limbah padat antara sisa bahan baku dan sisa bahan jadi dari hasil produksi di PT. CP. Food Division? Jika ya, sebutkan!

……… ……… ……….

jadi hasil produksi?

Dokumen terkait